BAB I
DEFINISI
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali
dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit,
mengatur pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan
ke pelayanan yang tepat baik di dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur
pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
1
RUMAH SAKIT TK IV WIRABUANA , adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara paripurna pada unit unit
gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan dan ruang perawatan khusus.
Penyelenggaraan pelayanan dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi . Para
profesional utama yang memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah
staf medis baik dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan
bidan), nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan
pasien, akan tetapi tidak kalah pentingnya profesional lain yang berfungsi melakukan
asuhan penunjang berupa analis laboratorium, penata rontgen, fisioterapis.
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung jalannya
rumah sakit yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan asuhan medis, kelompok
keperawatan memberikan pelayanan asuhan keperawatan, serta kelompok
keteknisian medis yang memberikan pelayanan penunjang medis, dan akhirnya
adalah kelompok administrasi yang memberikan pelayanan administrasi
manajemen.
Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang perlu
dibuat di rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah sakit sampai
pasien dipulangkan kerumah atau dirujuk ke sarana kesehatan lain. Standar tersebut
disebut standar pelayanan berfokus pasien, yang di antaranya adalah Asesmen
pasien.
2
Selain asesmen awal medis dan keperawatan adalah penting untuk instalasi
pelayanan, kemungkinan diperlukan asesmen tambahan dari praktisi pelayanan
kesehatan lain termasuk asesmen khusus dan asesmen individual.
Semua asesmen ini harus terintegrasi dan kebutuhan pelayanan yang paling
urgen harus di identifikasi / ditetapkan. Rencana asuhan pasien harus dibuat
berdasarkan data asesmen awal ini.
Juga pada keadaan gawat darurat, asesmen awal medis dan keperawatan,
dapat dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata. Juga apabila tidak ada
waktu untuk mencatat riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang lengkap dari
seorang pasien gawat darurat yang perlu dioperasi, dibuat catatan pada diagnosis
praoperatif sebelum tindakan dilaksanakan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Acuan
3
Pada pelaksanaannya dalam mengasesmen awal pasien dirumah
RUMAH SAKIT TK IV WIRABUANA mengacu pada :
1. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856 / Menkes /
SK / IX / 2009 tentang Standar Instalasi Rawat Inap dan Rawat jalan
Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 / Menkes / SK / II / 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / Menkes / Per / III / 2008 /
tentang Rekam Medis.
5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 / 2004 tentang praktik
kedokteran
Tujuan
4
a. Asesmen medis
b. Asesmen keperawatan
c. Asesmen Gizi
ASESMEN PASIEN
RENCANA TERAPI
BERSAMA
MENGEMBANGKAN
RENCANA ASUHAN
MELAKUKAN EVALUASI
6
8) Dokter menulis hasil assesmen awl dilembar status pasien rawat
jalan saat itu juga.
9) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk
assesmen pra bedah didokumentasikan di lembar pengkajian awal
medis rawat jalan.
10)Apabila pada pengkajian nyeri didapatkan skala nyeri, maka
petugas melakukan intervensi sesuai dengan panduan manajemen
nyeri dan didokumentasi.
7
13) Lakukan evaluasi hasil pemberian terapi, apakah pasien bisa rawat
jalan atau rawat inap.
14) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk
assesmen medis awal harus didokumentasikan di lembar
assesmen gawat darurat dan lembar konsultasi dokter.
15) DPJP ( Operator ) melakukan verifikasi pada lembar konsultasi
16) Bila pasien rawat jalan/dirujuk, maka berkas RM di simpan di
Instalasi Rekam Medik. Bila pasien rawat inap maka berkas
disertakan ke ruang rawat inap.
4. Alur Masuk Rawat Inap
1) Setalah pasien tiba diruang rawat inap, perawat melakukan
verifikasi identitas pasien ( no. RM, nama, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat) sambil mencocokkan dengan gelang identitas
yang sudah terpasang.
2) Perawat melakukan assesmen awal berdasarkan usia.
3) Perawat melakukan assesmen awal yang terdiri dari pemeriksaan
TTV. Pemeriksaan fisik, nyeri, resiko jatuh, nutrisi, komunikasi,
psikologis, sosial ekonomi sampai dengan daftar masalah
keperawatan yang timbul dan didokumentasikan disertai tanda
tangan dan nama lengkap perawat yang mengkaji.
4) Assesmen rencana pemulangan pasien dikaji sejak pasien MRS
5) Dokter melakukan assesmen awal di lembar asesmen awal yang
terdiri dari :
Subyektif: keluhan pasien
Obyektif : pemeriksaan fisik dan TTV
Assesmen : diagnose yang didapat dan diagnose banding bila ada
Planning : tindakan/pengobatan yang diberikan
(6) Bila pada assesmen nyeri ditemukan skala nyeri, maka dilakukan
tindakan sesuai panduan nyeri.
(7) Tentukan diagnosis pasien berdasarkan assesmen, buat rencana
dan tindakan medis/keperawatan yang disusun berdasarkan skala
prioritas, bila perlu kolaborasi dengan dokter spesialis lain atau
yang merawat untuk tindakan medis, atau kolaborasi dengan tim
kesehatan lain jika diperlukan.
(8) Informasikan pada pasien dan keluarga semua rencana tindakan
yang akan dilakukan untuk menentukan keputusan untuk
pelayanan selanjutnya dan dokumntasikan di lembar edukasi.
8
(9) lakukan evaluasi hasil pemberian terapi dan tindakan yang telah
dilakukan
(10) Tulis hasil assesmen pada berkas rekam medis maksimal 24 jam
sejak pasien di rawatinapkan atau lebih cepat sesuai dengan
kondisi pasien.
(11) Pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan, untuk
assesmen pra bedah bedah didokumentasikan di lembar
pengkajian awal medis rawat inap dan lembar rencana pelayanan.
(12) Perbaharui pemeriksaan fisik atau verifikasi riwayat kesehatan
pasien masuk RS, bila sudah lebih dari 30 hari sebelum pasien
dirawat, catat hasil assesmen termasuk kondisi pasien yang
signifikasikan di status pasien.
5. Asesmen Awal
9
didokumentasikan pada rekam medis, dicantumkan tanggal dan waktu
pemeriksaan serta ditandatangani oleh dokter pemeriksa
6. Asesmen Ulang
7. Pemeriksaan Penunjang
10
Untuk menegakkan diagnosis terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium ,radiodiagnostik, dll. Semua catatan disimpan
dalam rekam medis pasien.
8. Asesmen Tambahan
Apabila pada asesmen awal ditemukan kebutuhan akan diagnosis lain selain
diagnosis utama, maka diperlukan asesmen tambahan dan perlu
dikonsultasikan ke bagian lain atau ke RS lain yang mempunyai fasilitas yang
lebih lengkap. Apabila didapatkan asesmen tambahan, maka diperlukan
persetujuan dari pasien atau keluarganya tentang rencana konsultasi ke
bagian lain. Bila keluarga pasien atau pasien menolak maka harus dicatat
dalam lembar pengkajian.
9. Asesmen Khusus
Pada asesmen awal terdapat pula pengkajian tentang asesmen
khusus, yaitu :
a. Skrinning nyeri d. Status Psikologis
b. Skrinning gizi e. Status sosial ekonomi
c. Risiko jatuh f. Kebutuhan fungsional
BAB III
TATA LAKSANA
asemen awal pasien rawat inap harus di kaji maksimal dalam waktu 1x 24
jam setelah pasien masuk rawat inap, bila kondisi pasien mengharuskan
maka asesmen awal medis dan keperawatan dilaksanakan lebih cepat / dini.
jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap asesmen awal sudah
lebih dari 30 hari, maka dokter atau perawat harus mereview pengkajian awal
terdahulu dan memutuskan apakah perlu pengkajian awal di ulangi secara
lengkap atau hanya mencatat perubahan yang terjadi menyangkut keluhan
dan pemeriksaan fisik di buat dalam lembar asesmen awal rawat inap.
Pengkajian medis pasien rawat jalan maksimal 10 menit sejak ditangani oleh
tenaga medis
asesmen awal yang di lakukan di luar rumah sakit atau praktek pribadi dokter
tidak boleh berlangsung lebih dari 30 hari. Apabila waktu 30 hari terlampaui ,
maka riwayat kesehatan harus di perbaharui dan pemeriksaan fisik harus di
ulangi.
asesmen awal saat penerimaan pasien rawat jalan sudah lebih dari 30 hari,
maka dokter harus meriview atau mememeriksa ulang.
12
jika pada saat penerimaan sebagai pasien rawat jalan asesmen awal kurang
dari 30 hari, maka perubahan signifikan yang terjadi di catat dalam lembar
CPPT (Catatan perkembangan pasien terintegrasi)
c. PASIEN IGD
apabila pasien dalam kondisi tidak stabil, maka waktu asesmen di IGD
maksimal 6 jam.
2. Semua asesmen yang berasal dari luar rumah sakit harus dinilai ulang dan
diverifikasi pada saat pasien masuk IGD
3. Asesmen yang berasal dari luar rumah sakit dapat dilengkapi atau diulang di IGD
sesuai dengan kebutuhan pasien.
14
b. Untuk asesmen awal keperawatan IGD didokumentasikan pada lembar
asuhan keperawatan IGD dengan menggunakan ball-point tinta biru.
c. Untuk asesmen awal dan ulang keperawatan rawat inap
didokumentasikan pada lembar asuhan keperawatan dan lembar
terintegrasi dengan menggunakan ball-point tinta biru.
d. Perawat mendokumentasikan asesmen ulang setiap harinya. Semua
instruksi dokter dan perubahan yang signifikan pada pasien
didokumentasikan pada lembar terintegrasi dan asuhan keperawatan
dibubuhi nama dan tandatangan/paraf perawat pemeriksa.
Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan segera setelah
pasien masuk perawatan dalam kerangka waktu 30 menit.
Asesmen ulang keperawatan rawat jalan (pengisian form asesmen
keperawatan)
1. Untuk pasien baru : Dilakukan asesmen kembali saat pasien kontrol
pertama kali. Untuk kontrol berikutnya, asesmen keperawatan menilai
keluhan pasien, tanda – tanda vital, tinggi badan dan berat badan. Hasil
asesmen didokumentasikan dilembar terintegrasi.
2. Untuk pasien lama / kronis : Asesmen dilakukan setiap 30 hari saat
pasien kontrol berikutnya.
3. Apabila pasien mendapat pelayanan lebih dari satu poliklinik, maka tiap –
tiap perawat poliklinik melakukan asesmen dibagiannya masing – masing.
Asesmen ulang keperawatan rawat inap dilakukan setiap hari oleh perawat
dan diulang kembali setiap shift pergantian jaga perawat. Hasil asesmen
didokumentasikan dilembar integrasi, apabila ada hal-hal khusus misalnya
perburukan, harus dilakukan asesmen segera dan dilaporkan kepada dokter
ruangan untuk tindakan lebih lanjut.
Perawat memberikan pelayanan lain baik kepada pasien ataupun kepada
keluarganya, diantaranya kebutuhan edukasi tentang:
Terdapat hambatan dalam pembelajaran, pendengaran, penglihatan,
kognitif, fisik, budaya, agama, emosi, bahasa (butuh penerjemah atau
tidak).
Menjelaskan diagnosis dan manajemen penyakit
Obat – obatan
Diet nutrisi
Tindakan keperawatan
Rehabilitasi manajemen nyeri.
15
Dalam melakukan tindakan, perawat harus menjelaskan indikasi dilakukannya
tindakan dan kemungkinan timbulnya efek samping (misalnya, pemasangan
infus, NGT, penyuntikan, pemberian obat dan tindakan lainnya).
Dilakukan oleh dokter spesialis dan perawat di unit rawat jalan RUMAH
SAKIT TK IV WIRABUANA atau dokter IGD dan perawat IGD jika
diluar jadwal operasional unit rawat jalan RUMAH SAKIT TK IV
WIRABUANA .
Asesmen rawat jalan didokumentasikan di rekam medik sesuai
ketentuan / kebijakan rekam medik dengan keterangan yang jelas
mengenai waktu pemeriksaan (tanggal dan jam), dan minimal
menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang relevan untuk
justifikasi diagnosis dan terapi.
17
Pasien warga negara asing yang mungkin memerlukan
pemulangan ke negara asalnya
18
Pelatihan terhadap dokter / perawat pelaksana sedasi harus
sedikitnya meliputi :
Jenis-jenis obat sedatif dan farmakologi singkatnya.
Pengenalan berbagai brand / variasi obat sedasi dan
kemasannya.
Cara pemberian obat sedasi.
Indikasi dan Kontra Indikasi obat sedasi.
Efek samping dan monitoring selama pemberian sedasi
Penanganan efek samping dan kegawatan sehubungan
dengan obat sedasi
Reversal agent dari obat sedasi
Dokter / perawat yang perlu mendapat sertifikasi pelaksana sedasi
adalah:
Dokter UGD
Dokter ICU
Dokter Ranap / Ruangan
Perawat UGD
Perawat ICU
Perawat Anestesi
Perawat Unit lain yang bertugas memasukkan obat-obat sedatif
intravena.
Asesmen pre, durante dan post anestesi / sedasi dilakukan dan
didokumentasikan dalam rekam medik secara lengkap.
Pasien tidak dilakukan tindakan anestesi & sedasi bilamana Asesmen
pasien belum dilakukan dan didokumentasikan di rekam medik,
termasuk proses untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik
(informed-consent), dan skrining dilakukan oleh unit kamar bedah atau
unit lain yang melakukan sedasi.
19
apakah kondisi ruang perawatan dan atau unit ambulatory /
pelayanan yang dibutuhkan pasien sudah sesuai dengan
kondisi dan kemampuan pasien.
Apakah pasien memiliki pendamping atau penunggu yang
sesuai dengan tingkat ketergantungannya? Jika tidak, pastikan
staf (dokter / perawat) yang merawat pasien ini mengetahui
kebutuhan pasien akan bantuan.
Apabila ditemukan ketergantungan parsial/ berat, maka perawat
pelaksana harus melaporkan kepada DPJP agar dapat dikonsulkan
kepada bagian rehabilitasi medik.
Termasuk dalam Asesmen ini adalah Asesmen resiko jatuh yang akan
dibahas secara terpisah di poin berikut ini.
Etiologi jatuh :
a) Ketidaksengajaaan: 31%
b) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%
c) Vertigo: 13%
d) Serangan jatuh (drop attack): 10%
e) Gangguan kognitif: 4%
f) Hipotensi postural: 3%
g) Gangguan visus: 3%
h) Tidak diketahui: 18%
Asessmen resiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse Fall Scale
(Skala Jatuh Morse) sebagai berikut :
Risiko Skala Tgl/jam Tgl/jam Tgl/jam Tgl/jam
Riwayat jatuh, yang baru Tidak 0
atau dalam bulan terahir Ya 25
Diagnosis Medis Sekunder Tidak 0
>1 Ya 15
Alat bantu jalan :
Bed rest /dibantu 0
perawat
Penopang, 15
tongkat/walker
Furnitur 30
Memakai terapi heparin Tidak 0
lock/IV Ya 25
Cara berjalan/berpindah
Normal/bed res/ 0
imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
Status mental
Orientasi sesuai 0
21
kemampuan diri
Lupa keterbatasan diri 15
Total
Nama jelas dan tanda
tangan penilai
Kategori :
22
PENILAIAN RISIKO JATUH HARIAN PASIEN ANAK
23
2) Posisi tempat tidur rendah dan ada remnya
3) Ada pengaman/pagar samping tempat tidur. Mempunyai luas
tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau
bagian tubuh lain terjepit
4) Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat
berjalan
5) Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan bantu bila
dibutuhkan
6) Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah
dijangkau. Terangkan kepada pasien mengenai fungsi alat
tersebut
7) Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung risiko
8) Penerangan lampu harus cukup
9) Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
10)Dokumen pencegahan pasien jatuh ini harus berada pada
tempatnya.
b. Standar Risiko Tinggi (skor >12):
1) Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning
2) Terdapat tanda peringatan pasien risiko jatuh
3) Penjelasan pada pasien atau orang tuanya tentang protocol
pencegahan pasien jatuh
4) Cek pasien minimal setiap satu jam
5) Temani pasien saat mobilisasi
6) Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembangan
tubuh pasien
7) Pertimbangkan penempatan pasien yang perlu perhatian
diletakkan dekat nurse station
8) Perbandingan pasien dengan perawat 1:3, libatkan keluarga
pasien sementara perbandingan belum memadai
9) Evaluasi terapi yang sesuai. Pindahkan semua peralatan yang
tidak dibutuhkan ke luar ruangan
10)Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
24
11) Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang
membutuhkan ruang isolasi
12)Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali
pada pasien yang ditunggu keluarga
13)Semua kegiatan yang dilakukan pada pasien harus
didokumentasikan.
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat pada rekam medis saat setiap
dilakukan pemeriksaan fisik ,saat transfer ke unit lain,dan saat terdapat
perubahan kondisi pasien.
26
Bila pasien mengalami nyeri atau sedang dalam terapi nyeri, maka
Asesmen dilakukan setiap sebelum pemberian obat nyeri, atau sesuai
instruksi dokter.
Asesmen nyeri juga perlu diulang sebelum 24 jam bila :
Setelah menjalani tindakan pembedahan atau invasif lain.
Jatuh.
Mengeluh nyeri.
a. Pada pasien dewasa dan anak > 3 tahun , gunakan asesmen Wong
Baker FACES Pain Scale (gambar wajah tersenyum - cemberut -
menangis) .
28
Peningkatan denyut jantung sesekali > 15% diatas batas 3
Denyut jantung
normal(>3X dalam observasi selama 2 menit)
Basal
Seringnya peningkatan denyut jantung > 15% diatas 4
batas normal(>3 X dalam observasi selama 2 menit)
Peningkatan denyut jantung terus menerus > 15% 5
Interpretasi COMFORT Scale :
c. Pada pasien usia < 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau
pasien yang tidak dapat dinilai dengan skala lain, dapat digunakan
asesmen nyeri menggunakan FLACCS
FLACCS/ (Face Lage Activity Cry Consolability Scale)
Parameter
katagori
0 1 2
Wajah Tidak ada Sesekali Sering untuk cemberut
ekspresi meringis/mengerutkan konstan,rahang
kening ditarik,tidak tertarik
bergetar dagu
Normal posisi Tidak Menendang atau kaki
Kaki atau santai nyaman,gelisah,tegan
g
Berbaring Menggeliat,menggeser Melengkung,kaku
dengan maju mundur,tegang
Aktivitas tenang,posisi
normal,bergerak
dengan mudah
Tidak ada Erangan atau Menangis
29
Score 0 :Tidak nyeri
Santai 0
Pola bernafas Perubahan pola nafas 1
Santai 0
Lengan Fleksi/ektensi 1
Santai 0
Kaki Fleksi /ekstensi 1
Tertidur /bangun 0
Keadaan Rewel 1
rangsangan
Interpretasi :
Skor dari keenam item dijumlah kan
Tatalaksana nyeri :
a) Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1-3) dilakukan edukasi
untuk relaksasi dan distraksi
b) Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak
berkurang dilakukan kolaborqasi medis untuk pemberian terapi jenis
NSAID
c) Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang ( skala 4-6) dilakukan
kolaboraqsi medis untuk pemberian terapi jenis NSAID / opioid dosis
ringan.
d) Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7-10
) dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian terapi jenis opioid
e) Apabila dengan pemberian terapi jenis opioid, tetapi keluhan nyeri belum
31
teratasi, maka bila diperlukan DPJP akan merujuk ke Tim Nyeri Intervensi
34
Padpasien terminal perlu dilakukan asesmen secara khusus mengenai
kebutuhan unik dari pasien maupun keluarga dengan mengkaji :
Metode penyampaian berita buruk yang paling sesuai untuk
pasien. Dokter berunding dengan keluarga terlebih dahulu
mengenai bagaimana dan kapan waktu yang sesuaiuntuk
menyampaikan berita buruk.
Setelah pasien mengetahui kondisinya, perlu ditawarkan suatu
bentuk pendampingan psikologis / psikiatrik yang mungkin
diperlukan untuk melalui fase denial, fase anger hingga sampai
fase acceptance. Hal ini dapat dilakukan dalam outpatient /
inpatient setting.
Hal-hal seputar pilihan yang dimiliki pasien seperti ingin
meninggal di mana, serta berbagai kehendak pasien terkait
dengan akhir hidupnya (advanced directives) yang terkait
dengan penanganan pasien.
Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar / mampu
berkomunikasi, maka langkah di atas mungkin pula diperlukan
untuk keluarga pasien.
Kebutuhan akan Layanan spiritual, yang dapat disediakan oleh
rumah sakit dan dapat ditawarkan kepada pasien atau keluarga
pasien, namun pasien / keluarga dapat juga memilih untuk
mengundang penasehat spiritual pilihannya sendiri dengan
menginformasikan kepada perawat ruangan (untuk inpatient)
Kelonggaran dalam berdoa dan jumlah pengunjung diberikan
melihat kondisi ruang perawatan dan diberikan oleh
penanggung jawab ruang perawatan bagi pasien terminal
dengan catatan tidak mengganggu pasien lain.
Ke-adekuatan(adequacy) dari obat-obatan paliatif yang
diberikan (terutama obat nyeri), serta Asesmen nyeri dan gejala
lain yang mungkin timbul pada pasien terminal.
Pasien terminal yang terpasang alat medik dan rencana akan dirawat
di rumah dengan alat medik tersebut (misalnya ventilator) perlu dikaji
mengenai siapa yang akan melakukan pengawasan terhadap
pengoperasian alat medik tersebut. Edukasi dan pelatihan terhadap
pasien atau yang merawat selanjutnya perlu dilakukan hingga
35
dipastikan bahwa mereka mampu mengoperasikan alat medik tersebut
dengan benar.
BAB IV
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
1) Lucas County Emergency Medical Services. Tab 600: pre hospital patient
assessment. Ohio Toledo; 2010
2) Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessment policy;
2009
3) Patient assessment definitions.
4) San Mateo County EMS Agency. Patient assessment, routine medical care,
primaryand secondary survey; 2009
5) Denver Paramedic Division. Pre-hospital protocols; 2012
6) Malnutrition Advisory Group: a Standing Commitees of BAPEN. Malnutrition
Universal Screening Tool (MUST); 2010
7) Sizewise Understanding fall risk, prevention, and protection. USA: Kansas
37
8) Sentara Williamsburg Community Hospital Pain assessment and
management policy: 2006
9) National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Centre. Pain
intensity instrument: numeric rating scale; 2003
10) Pain management. (diakses tanggal 23 Februari 2012).
11) Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakkovich P, Nursing assessment, plan of care,
and patient education: the foundation of patient care USA: HCPro, Inc; 2006
12)Yudiyanta, dkk, Assessment Nyeri,CDK-266/ vol.42 no.3,2015
PANDUAN ASESMEN
PASIEN
38
39