PELAYANAN AMBULANCE
2. Alat Medis
b.
c. Scope
Safety stretcher
belt :: Baik
Baik // rusak
rusak
d.
e. Long spine board
Neck collar, bidai :: Baik / rusak
Lengkap / tidak
c.
d. Circulation
Alat proteksi diri (APD) :: Lengkap
Lengkap // tidak
tidak
b.
c. Scope stretcher
Safety belt :: Baik
Baik // rusak
rusak
d.
e. Long spine board
Neck collar, bidai :: Baik / rusak
Lengkap / tidak
b. Operasional Ambulance
1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional
berjumlah 2 buah
2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan
oleh coordinator sopir ambulance dan penanggung jawab medis
ambulance dengan memperhatikan ceklist yang di buat oleh perawat dan
sopir
c. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika digunakan untuk
respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat
darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134, pengguna jalan yang memperoleh hak
utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut :
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2. Ambulance yang mengangkut orang sakit
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara.
6. Iring-iringan pengantar jenasah
7. Konvoi dan / kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan
petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No.22 tahun 2009
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh.
10.Hak-hak khusus ini meliputi :
a. Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan
selama tidak membahayakan nyawa orang lain
d. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului
setelah member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan Lampu
rotator
11. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan
pasal 59 ayat 5
12. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah
berwarna merah
13. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.
d. Kecepatan dan keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang
untuk berhenti
a. menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa
dan harta benda
b. Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah
member sinyal yang tepat.
3. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
4. Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan
bahwa pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai
jarak antara 15-30meter.
e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa
takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain
cendrung tidak member jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya
bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat
menghalangi bunyi sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang
menjadi panik karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan
lain, gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
Pengaman saat ambulance berjalan.
a. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan
karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon
pengemudi lain
2. System Engine Management System ( EMS) tidak
merekomendasikan iring-iringan ambulance dengan kendaraan lain
kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
b. Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA)
harus diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari
jalur alternative dapat segera di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative
c. Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk
menentukan area bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulance di parkir sekurangnya 30 meter dari lokasi kejadian Jika
ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap.
Jika tidak ada tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter .
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
4. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di
belakang lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu peringatan
kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda
lain diletakkan
5. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi
kejadian untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari
belakang.
6. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa
harus ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance
memiliki keterbatasan pandangan kearah belakang.
7. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
d. Memindahkan pasien ke Ambulance
1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur
penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian
baru di pindahkan ke ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat,
seperti lokasi yang berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi,
maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan.
Cervical collar harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi
dengan spinal board.
e. Stabilisasi
1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum di pindah.
2. Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD
b. Perawatan luka dan cidera lain
c. Pemasangan balut dan bidai
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan
baik, tali pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
1. Setinggi dada
2. Setinggi pinggang atau panggul
3. Setinggi tungkai
4. Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat
mungkin mengingat kondisi pasien
Langkah-langkah sebelum transportasi pasien
f. Penilaian awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung
tangan, pakaian pelindung, kaca mata
2. Jumlah pasien Minta bantuan jika diperlukan
3. Mekanisme cedera Curigai cedera / penyakit yang spesifik
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan,
posisi, cidera minor dan mayor yang kelihatan.
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
g. Tingkat kesadaran
1. A = Alert
2. V = Verbal
3. P = Pain
4. U = Unresponsive
h. Primeri Survey
1. Airway
a. Pastikan dan amankan saluran nafas
b. Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
c. Imobilisasi tulang leher jika trauma
2. Breathing
a. Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
b. Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
c. Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
d. Berikan oksigen
3. Circulation
a. Periksa arteri karotis
b. Periksa perdarahan
c. Hentikan perdarahan
d. Lakukan RJP
4. Disability
a. GCS
b. Pupil
5. Exsposure
a. Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
b. Cegah hipotermi
6. Five Intervention
a. Perencanaan laboratorium
b. Perencanaan rontgn
c. Pasang catheter
d. Pasang NGT
e. Pasang heart monitor
7. Give comport
a. Intervensi nyeri
b. Intervensi mual, muntah
i. Secondary survey
1. History / anamnesa dengan SAMPLE
2. Head to toe / pemeriksaan fisik
3. Vital sign
6. TRANSPRORTASI
a. Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan
fasilitas gawat darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
a. Henti nafas atau henti jantung
b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
c. Kejang berulang atau sedang terjadi
d. Trauma mayor
e. Amputasi
f. Pasien luka bakar
g. Persalinan iminen
h. Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun
dengan nyeri dada hebat.