Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan ambulance kepada masyarakat secara
terus menerus selama 24 jam, 7 hari kerja. Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu
bagian penting dalam pelayanan gawat darurat. Melalui evakuasi dan transportasi yang tepat
dapat membantu penanganan penderita gawat darurat dengan baik. Pada pelayanan gawat
darurat terkadang diperlukan merujuk pasien karena penanganan di tempat tersebut tidak
dapat dilakukan oleh karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia
yang memungkinkan untuk dilakukan penanganan yang definitif. Untuk itu dibutuhkan sarana
evakuasi dan transportasi yang memadai berupa ambulance yang lengkap dengan sarana
prasarananya.
Pelayanan ambulance adalah bagian dari manajemen penatalaksanaan penderita
gawat darurat yang memerlukan keseragaman organisasi dan pedoman yang baik, sehingga
mortalitas dan morbiditas dapat ditekan serendah mungkin. Pelayanan ambulance
merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Rescue/Extrikasi
2. Resusitas/Stabilisasi
3. Retrieve/Evakuasi
Pertolongan pertama saat terjadi cedera dapat dilakukan oleh siapapun, proses
pertolongan sangat beragam dan sering kali dijumpai masalah karena niat baik menolong
dilakukan dengan cara yang tidak benar / salah, sehingga sering kali terjadi cedera bertambah
berat. Focus perhatian sering kali tidak memperhatikan saluran nafas/aiway dan C-Spain
control, pernafasan / breathing, ventilation dan sirkulasi/circulation yang sangat berpotensi
menimbulkan kematian.
Resusitasi dilakukan di tempat kejadian (pra rumah sakit) atau di rumah sakit, resusitasi
mencangkup 3 (tiga) hal yaitu resusitasi nafas/airway, resusitasi breathing dan ventilasi serta
peredaran darah/circulation. Tindakan ini dilakukan oleh paramedic di pra rumah sakit,
kompetensi penatalaksanaan penderita gawat darurat pada umumnya.
Setelah penatalaksanaan resusitasi, penderita selanjutnya melewati proses rujukan
/transper. Rujukan tersebut menyangkut ketersediaan tenaga medis (kompetensi yang
dimiliki), saranan maupun prasarana yang tersedia untuk tujuan rujukan (the right patient to
the right hospital by the right ambulance at the right time)
B. TUJUAN PEDOMAN
Mendukung pelayanan medis dalam :
1. Pengangkutan pasien dari satu fasilitas pelayanan medik ke tempat lain untuk rujukan
atau melakukan pemeriksaan penunjang.
2. Untuk menjemput pasien dari suatu tempat ke RSUD PROF.Dr.H. Anwar Makkatutu
Kabupaten Bantaeng

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ambulance RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng mengacu pada
standar kendaraan pelayanan medis dari departemen kesehatan yang terdiri dari :
a. Ambulance Transportasi
b. Ambulance gawat darurat (Basic dan Advanced)
Matrik persyaratan teknis ambulance transportasi dan gawat darurat berdasarkan
standarisasi Depkes :
NO JENIS AMBULANCE TRANSPORTASI GAWAT DARURAT
I Hard Ware
A Jenis kendaraan Roda 4 Roda 4
B Warna cat kendaraan PUTIH / KUNING PUTIH / KUNING
C Perlengkapan kendaraan
1 Pendingin ruangan
2 Sirine (1-2 nada)
3 Lampu rotator warna biru
4 Sabuk pengaman pengemudi
5 Sabuk pengaman petugas
D Isi dan luas ruangan kendaraan
1 Penempatan alat medis
2 Almari obat
3 Lampu penerangan
Sumber listrik 12volt DC (stop
4
kontak)
1 stretcher 1 stretcher
5 Luas ruang kendaraan
1 petugas duduk 1 petugas duduk
Cukup terang
6 Lampu ruangan Cukup terang Dapat bergerakdan
dilipat
7 Tambahan Temapat sampah
E Perlengkapan petugas (APD)
F Kualifikasi petugas
ATCLS dan lain-
1 Dokter ATCLS dan lain-lain
lain
BTCLS dan lain-
Paramedis BTCLS dan lain-lain
lain
Non medis BHD BHD
G Perlengkapan medis
Pemeriksaan Umum
Tensimeter, stethoscope,
1
thermometer dan senter
Airway
1 Tongue Spatel metal
Magil forceps
Portable suction, suction electric
Chateter suction
OPA (Gudel)
NPA
LMA
ETT
Laringoscope Dewasa
Mandrein/ Stylet
Ky Jelly
NGT
Breathing
Tabung O2, regulator & humidifier
1
(statis)
Tabung O2 portable dan
2
Regulator portable
3 Ambu Bag Dewasa & Anak
Sungkup Ambu bag Dewasa &
4
Anak
5 Conector Ambu bag
Selang O2 nasal canul dewasa
6
dan anak
Selang O2 non Rebreathing mask
7
dewasa dan anak
8 Ventilator portable
Circulation
IV Cateter
Tranfusion set
Infusion set makro & Mikro
Cairan kristaloid, koloid dan

dextrose
Foley Chateter & Urine bag
Spuit, Wing Needle, threeway

stopcock
Tourniquet
Monitor pasien
AED chest electrode
Trauma Set
1 Collar neck
2 Wound toilet
3 Gunting Verband
4 Kasa steril, verban balut
5 Plaster, hipapix
6 Elastis bandage
NaCL 0,9%
Spalk kaki & tangan dewasa &

Anak
Transport / Evakuasi
1 Stretcher
2 Long spine board
3 Scope stretcher
4 Incubator transport
Obat-obatan
Obat Bantuan Hidup Dasar
Obat-obat stabilisasi
Obat-obat definitive
Cairan cristaloid
H Alat Komonikasi
1 Radio medic
2 Mobile Phone
II Soft Ware
A Kendaraan
1 Buku Operasional Kendaraan
2 Buku Pemeliharaan Kendaraan
B Peralatan medis
1 Buku Operasional
2 Buku Pemeliharaan alat medis
C SPO
1 Penanganan Pasien
2 Operasional Ambulance
3 Komonikasi dan Informasi
Pemeriksaan Kesiapan Alat Medic
4
Ambulance
Membersihkan dan dekontaminasi
5
ambulance
Penilaian kebutuhan transportasi
6
pasien
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Pelayanan ambulance berada di bawah organisasi Instalasi Gawat Darurat secara


struktural, dengan struktur organisasi sebagai berikut :

KOMITE MEDIS MANAJER PELAYANAN MEDIS

KEPALA INSTALASI
GAWAT DARURAT

STAF ADMINISTRASI
IGD

DOKTER JAGA KEPALA PERAWATAN BLUE TEAM AMBULANCE


IGD INSTALASI GAWAT DARURAT

PJ SHIFT
INSTALASI GAWAT DARURAT

PELAKSANA
INSTALASI GAWAT DARURAT

2. Tugas dan tanggung jawab :


No JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1 Kepala a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran
Departemen IGD pelayanan ambulance :
Ketersediaan dan kesiapan tenaga (SDM)
Kelengkapan fasilitas
Perencanaan dan
Evaluasi kegiatan.
b. Mengkoordinir penyusunan SPO ambulance.
2 Kepala Perawat a. Menyusun jadwal tugas perawat dan supir
UGD ambulance (berkoordinasi dengan Bagian HR
& GA jika supir bukan perawat)
b. Perencanaan dan pengecekan rutin alat
medis, BHP dan obat-obatan.
c. Merekap data pelayanan ambulance dari
buku kegiatan.
3 Perawat a. Menyiapkan alat medis, BHP dan obat-obatan
Ambulance agar selalu dalam keadaan siap pakai.
b. Melakukan pendampingan pasien.
c. Melakukan pendokumentasian tindakan
medis keperawatan pada BRM pasien.
d. Pencatatan pada buku kegiatan ambulance
4 Supir Ambulance a. Menjadi supir kendaraan pada saat
melakukan pelayanan
b. Membantu perawat dalam proses evakuasi
pasien
c. Melakukan pengecekan dan memastikan
kendaraan ambulance siap pakai (termasuk
pengisian bahan bakar)
d. Mengisi catatan pemakaian kendaraan
e. Menjaga kebersihan kendaraan
f. Memonitor jadwal service kendaraan

3. Kualifikasi dan kompetensi SDM


No K Kompetensi
1 Dokter : Memenuhi syarat kompetensi dokter jaga
dokter umum IGD/blue team
2 Perawat : Memenuhi syarat kompetensi perawat transfer
Akper pasien antar Rumah Sakit
3 Supir Ambulance Memiliki SIM A dan pengalaman menyetir
: mobil minimal 2 tahun
SMA/SPK/Akper Memiliki kemampuan Bantuan Hidup Dasar

4. Pendidikan dan pelatihan : dimasukkan dalam program orientasi dokter dan perawat IGD
BAB III
STANDAR FASILITAS

1. PERSYARATAN UMUM (Acuan : Standar Depkes RI) :


a. Kendaraan roda empat / lebih dengan suspensi lunak.
b. Warna kendaraan putih dengan pengenal khusus (pada tulisan nama rumah sakit dan
ambulance) yang memantulkan cahaya
c. Tulisan AMBULANCE pada bagian depan kendaraan ditulis terbalik dan memantulkan
cahaya
d. Di belakang dan di samping kiri dan kanan kendaraan terdiri dari : logo dan nama rumah
sakit
e. Logo Rumah Sakit Sari Asih Sangiang Tangerang
di pintu depan kanan dan kiri.
f. Pintu belakang tidak mengganggu keluar masuknya stretcher.
g. Lampu rotator warna biru terletak di tengah atap kendaraan.
h. Dinding dan lantai kendaraan tidak membentuk sudut, dengan lantai landai.
i. Ruang dalam kendaraan cukup luas untuk bekerja dan infus dapat menetes dengan baik.
j. Tempat duduk bagi petugas / pendamping di ruang penderita dapat dibuka / dilipat
(captain seat).
k. Ruangan penderita mempunyai akses dengan tempat pengemudi.
l. Gantungan infus 2 (dua) buah terletak sekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat tidur
penderita.
m. Didalam ambulance terdapat peta wilayah setempat.
n. Tulisan sponsor (jika ada) hanya boleh diletakkan di samping belakang kiri dan kanan
dengan ukuran maksimal 10 x 50 cm.

2. STANDAR FASILITAS, sebagai berikut :


No
FASILITAS STANDAR
.
a. Kendaraan
1. Mobil Tipe van dengan suspensi
lunak/aman untuk pasien
2. Tinggi kendaraan 2 meter 2,2 meter
3. Kaca mobil Ruang pasien tidak dapat dilihat dari
luar
4. Ruang pasien Cukup luas untuk untuk bekerja
dan infus dapat menetes dengan
baik
Berisi 1 stretcher, 2 kursi petugas,
lemari alat dan obat
b. Perlengkapan kendaraan
1. Lantai ruang pasien Modifikasi lantai dengan lapisan
vinyl antimikroba
2. Pendingin ruangan AC, double blower
3. Sirine (1-2 nada) +
4. Lampu rotator warna +
biru
5. Sabuk pengaman +
pengemudi
6. Sabuk pengaman +
petugas
7. Sabuk pengaman +
pasien
c. Isi ruangan
1. Alat-alat medis Ambulance memiliki set alat medis
sendiri (terpisah dari alat medis yang
digunakan IGD)
2. Lemari alat medis Lemari dibuat rak khusus (dari kayu)
sesuai ukuran alat dan diberi
penahan dari karet untuk meletakkan
alat medis (monitor, infuse pump,
syringe pump, ventilator, defibrillator)
supaya tidak jatuh saat kendaraan
bergerak.
3. Kursi petugas 2 buah (ruang ruang di bawah kursi
dapat dimanfaatkan untuk
peletakkan alat alat)
4. Lampu penerangan Menggunakan jenis neon (warna
putih) ditambah dengan lampu
senter portable
5. Sumber listrik Menggunakan AC / DC converter
1000 Watt dengan 6 stop kontak
untuk :
1. Suction portable
2. Infuse pump
3. Suction pump
4. Monitor EKG
5. Isolet transport
6. Ventilator mobile
6. Gantungan Infus Tipe sliding untuk 2 gantungan,
stainless steel
7. Oksigen 2 tabung oksigen @ 10 kg +
regulator + humidifier + flowmeter :
1. Tambahkan selang pada tabung
oksigen 1 dan 2
2. Gunakan triway untuk
menyambung ke wall outlet
3. Pasang humidifier + flowmeter
di wall outlet
8. Stretcher 1 Stretcher ditambahkan tiang untuk
menggantung infuse pump atau
syringe pump
9. Scoope stretcher 1
d. Alat Medis
1. Bag valve mask bayi 1
2. Bag valve mask anak 1
3. Bag valve mask dewasa 1
4. Laryngoscope anak 1
5. Laryngoscope dewasa 1
6. Magil forceps 1
7. Manset anak 1
8. Pen light 1
9. Pulse Oxymetri 1
10. Sphygmomanometer 1
11. Stetoskop anak 1
12. Stetoskop dewasa 1
13. Stylet anak 1
14. Stylet dewasa 1
15. Suction unit 1
16. Sudip lidah 1
17. Tabung oksigen 1
portable 1 kg
18. Termometer 1
19. Monitor pasien 1
20. Syringe pump 1
21. Infuse pump 1
e. Bahan medis habis pakai
1. ETT (no. 2,5 - 8) 12
2. Infuse Set 1
3. IV Cathether no. 24 @1
18
4. Lubricating jelly 1
5. Microphore 1 inchi 1
6. Microphore 0.5 inchi 1
7. Nasal canule anak 1 set
8. Nasal canule dewasa 1
9. Neck splint / collar splint 1
*
10. Non rebreathing mask 1
anak *
11. Non rebreathing mask 1
dewasa *
12. Oropharyngeal airway 1 set
13. Rebreathing mask anak @1
*
14. Rebreathing mask 1
dewasa *
15. Simple mask anak * 1
16. Simple mask dewasa * 1
17. Tegaderm 1
18. Wipi 10
19. Sarung tangan 1 box
20. Surgical face mask 1 box
f. Perlengkapan Obat-obatan Life Saving
1. Aspilet 80 mg 4 tab
2. Dextrose 40 % 1 flacon
3. Dexamethason inj. 1 amp
4. Diazepam inj. 1 amp
5. Dormicum 1 amp
6. Epinefrin inj. 2 amp
7. Morphin inj. 1 amp
8. NaCl 0,9 % 500 ml 1 kolf
9. Nitrogliserin tab. 4 tab
10. (ISDN tab.) 5 mg
11. Ringer lactate 2 kolf
12. Sulfas Atropin inj. 10 amp
13. Stesolid supp. @ 1 buah
14. (5 mg, 10 mg)
g. Lain-lain
1. Kit untuk peletakan alat 1 buah
medis dan obat-obatan
2. Tempat sampah 1 buah
tertutup
3. Alat komunikasi Radio komunikasi dan Mobile phone
4. Kelengkapan a. Buku pemakaian kendaraan 1
Administrasi : buah
b. Buku petunjuk pemeliharaan
kendaraan 1 buah
c. Manual almed 1 buah
d. Buku petunjuk pemeliharaan alat
1 buah
e. Buku catatan pemakaian obat /
BHP 1 buah
f. Meja jalan 1 buah

Keterangan :
Pemakaian alat medis, BMHP tidak di tagihkan ke pasien (masuk dalam
penghitungan unit cost tarif ambulance) kecuali yang bertanda *.
Bila sedang tidak digunakan, alat medis, obat-obatan dan BMHP disimpan di IGD
Ventilator jika dibutuhkan dapat menyewa ke rekanan/pihak ketiga atau diadakan
oleh Departemen Logistik (untuk back up).

3. Pengelolaan ambulance :
Pengelolaan kendaraan (pemeliharaan) dilakukan oleh Bagian Rumah Tangga
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA TERTIB AMBULANCE


1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalulintas harus di taati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan bebas
hambatan
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang disebut
dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan
keadaan penderita
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit.
8. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing ambulance
a. Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
darurat nuntuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul
kegawatan selama dalam perjalanan.
b. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat
pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan
memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti antar
jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan Direktur
utama.
10. Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance yang dikelauarkan
oleh rumah sakit

B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN AMBULANCE


1. Mesin mati
- Periksa seluruh bodi ambulance
- Periksa roda / ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang
tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunsi
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator,
pelumas, rem air aki, dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman munkin
- Periksa jumlah bahan bakar dan kalao perlu isi bahan bakar

2. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletakdi dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komonikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim (EWAGON)
a. Enggine : Periksa mesin baik / tidak
b. Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan radiator, air
accu sesuai dengan petunjuk pemakaian.
c. Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, AC dan
blower berfungsi baik atau tidak
d. Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar / premium) sesuai
petunjuk pemakaianatau tidak
e. Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem sesuai
petunjuk pemakaian
f. Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
g. Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign
hazard, rotator, sirine, lampu kabin depan dan
belakang, dan lampu-lampu indicator menyala atau
tidak dan pecah atau tidak.
h. Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus, ada
kerusakan atau tidak
i. Alat penunjang : periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle hazard,
dan APAR tersedia pada tempatnya
j. Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau
sudah gundul, apakah retak atau sobek
k. Sabuk pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengamanan masih
dalam kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman
sobek atau tidak.
3. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien
a. Periksa tekanan tabung oksigen
b. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik
c. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue
d. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya
e. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti monitor pasien,
suction electric dan AED (Automated External Defibrillation)
f. Lenkapi laporan pemeriksaan, Perbaiki kerusakan, ganti barang-barang yang
hilang.
g. Bersihkan kompartmen untuk menghindari resiko infeksi

4. Standar kelengkapan alat ambulance gawat darurat (Advance)


1. Alat Non Medis
a. Kunci inggris : Ada / tidak
b. Alat kebersihan : Lengkap / tidak
c. Alat tenun : Bersih / kotor
d. Administrasi & dokumentasi : Ada / tidak
e. Alat komonikasi : Baik / rusak
f. Alat teknik untuk ambulance : Lengkap / tidak
g. Alat bPerlindungan diri (APD) : Lengkap / tidak
2. Alat Medis
a. Airway : Lengkap / tidak
b. Breathing : Lengkap / tidak
c. Circulation : Lengkap / tidak
d. Alat proteksi diri (APD) : Lengkap / tidak
3. Penunjang Evakuasi dan transportasi
a. Stretcher : Baik / rusak
b. Scope stretcher : Baik / rusak
c. Safety belt : Baik / rusak
d. Long spine board : Baik / rusak
e. Neck collar, bidai : Lengkap / tidak
f. CPR board : Baik / rusak

5. Mengoperasikan Ambulance
a. Syarat pengemudi ambulance
1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
5. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi
berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan obat
penenang
7. Mempunyai SIM yang masih berlaku
8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu di pakai
9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan,
kelelahan dan rasa kantuk
10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
b. Operasional Ambulance
1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4
buah
2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh
coordinator sopir ambulance dan penanggung jawab medis ambulance
dengan memperhatikan ceklist yang di buat oleh perawat dan sopir.
c. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak
dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134,
pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai
dengan urutan berikut :
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas
2. Ambulance yang mengangkut orang sakit
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu
lintas
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu Negara.
6. Iring-iringan pengantar jenasah
7. Konvoi dan/kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan
alat peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator.
Sebagaimana bunyi UU No.22 tahun 2009
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd
memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan
pengemudi lain dan tidak ceroboh.
10. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan
orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan
selama tidak membahayakan nyawa orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului
setelah member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan
menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan
harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah member
sinyal yang tepat.
d. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak
antara 15-30 meter.
e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah
rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi
lain cendrung tidak member jalan karena dianggap sebagai
penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi
panik karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain,
gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
f. Lampu rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan
pasal 59 ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna
merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada
respon gawat darurat.
g. Kecepatan dan keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulance berjalan.
h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan
karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon
pengemudi lain
2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance dengan
kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
i. Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative
j. Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan
area bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian Jika ada
tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika
tidak ada tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
4. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di belakang
lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu peringatan kita dapat
memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain
diletakkan
5. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi kejadian
untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari
belakang.
6. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus
ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance memiliki
keterbatasan pandangan kea rah belakang.
k. Memindahkan pasien ke ambulance
1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur
penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian
baru di pindahkan ke ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti
lokasi yang berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka
pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical
collar harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal
board.
l. Stabilisasi
1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum di pindah.
2. Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD
b. Perawatan luka dan cidera lain
c. Pemasangan balut dan bidai
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali
pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
Setinggi dada
Setinggi pinggang atau panggul
Setinggi tungkai
Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin
mengingat kondisi pasien

6. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien


a. Penilaian awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung tangan,
pakaian pelindung, kaca mata
2. Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
3. Mekanisme cedera
Curigai cedera / penyakit yang spesifik
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan, posisi,
cidera minor dan mayor yang kelihatan.
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
b. Tingkat kesadaran
1. A = Alert
2. V = Verbal
3. P = Pain
4. U = Unresponsive
c. Primeri Survey
1. Airway
Pastikan dan amankan saluran nafas
Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
Imobilisasi tulang leher jika trauma
2. Breathing
Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
Berikan oksigen
3. Circulation
Periksa arteri karotis
Periksa perdarahan
Hentikan perdarahan
Lakukan RJP
4. Disability
GCS
Pupil
5. Exsposure
Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
Cegah hipotermi
6. Five Intervention
Perencanaan laboratorium
Perencanaan rontgn
Pasang catheter
Pasang NGT
Pasang heart monitor
7. Give comport
Intervensi nyeri
Intervensi mual, muntah
d. Secondary survey
1. History / anamnesa dengan SAMPLE
2. Head to toe / pemeriksaan fisik
3. Vital sign

7. TRANSPRORTASI
a. Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas
gawat darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
Henti nafas atau henti jantung
Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
Kejang berulang atau sedang terjadi
Trauma mayor
Amputasi
Pasien luka bakar
Persalinan iminen
Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan
nyeri dada hebat.
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute
alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk
pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
5. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju
RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah
sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.
b. Modus berangkat
1. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
a) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan
ikatan pada alat pengangkut / stretcher tidak menyebabkan pasien
kesulitan bernafas jika pasien tidak sadar,pastikan pasien
mendapatkan pertukaran udara yang cukup.
b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi
dengan meletakkan spine board pendek atau papan RJP di bawah matras
3. Longgarkan pakaian yang ketat
4. Periksa posisi balut dan bidai
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka
harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman
dengan baik agar tidak mempengarugi peruses perawatan pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta pastikan
barang-barang tersebut aman di ambulance jika memungkinkan, beritahu
petugas keamanan tentang hal ini.
c. Selama perjalanan
1. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan
3. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
4. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada
airway, breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD
lakukan ulang primary survey dan laukan resusitasi
6. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
7. Pertahankan komonikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien
8. Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang lain.
9. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
10. Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulance
berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.

d. Sampai di tempat rujukan


1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulance sampai ada
petugas yang siap mengambil alih.
2. Damping petugas yang akan mengambil alih
Lakukan operan / komonikasikan dengan petugas penerima dengan
tehnik SBAR
Serahkan barang pribadi pasien
Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula
4. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik rumah sakit
jika memungkinkan
Prinsifnya adalah satu untuk satu
Termasuk dalam hal ini: balut steril, verban, masker oksigen, sarung
tangan, alat bantu nafas.
Jika ada program pertukaran yang baik dengan rumah sakit bidai,
spinal dapat langsung di tukar dengan logistic rumah sakit, bidai, spinal
board,
Keuntungannya adalah
Tidak ada resiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-
menukar
Kru ambulan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit
Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan
laporkan jika kerusakan.
5. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis sebainya
mencari tempat tenang untuk melakukan ini
e. Kembali dari tempat rujukan
1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
2. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung tangan
Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mongering di
permukaan mobil termasuk stretcher
Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut yang sudah
terbuka dan belum di gunakan
Bersihkan sampah kotoran non medis
Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposable
Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
4. Mengecek fungsi stretcher ambulance
f. Penolakan perawatan
1. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit,
tindakan / transper yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko jika
tindakan / transper tidak dilakukan
2. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera / penyakit
bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat
dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus di
sampaikan, situasi ini harus dicatat dengan baik
4. Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam
jiwa maka harus dijelaskan dan di yakinkan tentang kemungkinan yang
akan terjadi, jika tetap menolak bantuan perawat dan transportasi harus di
hentikan dan kejadian ini harus di dokumentasikan.
g. Pasien dengan gangguan emosional
1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas
ambulance dan transper pasien.
2. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai
ada jamianan keamanan
3. jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta
pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan,
transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan keamanan
h. Kematian yang belum di pastikan
1. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan resusitasi
harus tetap dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, ter
masuk waktu, tempat dan nama petugas yang ada
3. DPJP dan rumah sakit rujukan harus diberitahu secepatnya
i. Bencana masal
1. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah 30-50meter
2. Berlawanan dengan arah angin
3. Command dan control bersama- sama dengan security dan rescue
4. APO Ambulance Parking Officer bertugas mengatur lokasi ambulance dan
kendaraan lain yang datang ke lokasi
5. ALO-Ambulance Loading Officer bertugas menentukan korban yang akan
di evakuasi (dirujuk)
6. Ado Ambulance Dispatch Officer bertugas mencatat identitas, data
korban dan rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage.

Ambulance Gawat Darurat RSU Bali Royal akan merespon setiap kejadian
bencana ataupun korban masal apabila kondisi bencana / korban masal
tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Terjadinya structure collaps / Kerusakan infrastruktur
2. Terjadinya fungsional collaps / tidak ada personil / petugas di rumah sakit
atau di tempat korban bencana / korban masal.
3. Terjadinya penurunan kualitas pelayanan medis di tempat bencana /
korban masal.
4. pasien petugas transfer dibebastugaskan dari kewajiban merawat pasien.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik dipenuhi dengan mekanisme sebagai berikut:


1. Petugas yang membutuhkan alat dan bahan menulis pada blangko yang telah
disediakan oleh tim pengadaan barang
2. Tim pengadaan barang memverifikasi daftar kebutuhan
3. Tim pengadaan meminta persetujuan
4. Bila disetujui tim pengadaan mengadakan barang dengan menghubungi rekanan
5. Barang yang telah datang diverifikasi oleh tim pengadaan dan petugas pengguna
barabng bila telah sesuai spesifikasinya maka barang dapat diterima.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Demi menjamin keselamatan pasien maka :


1. Petugas pemberi pelayanan harus memenuhi syarat kompetensi
2. Melakuakn komunikasi dengan tempat rujukan
3. Resume klinis dibuat dengan baik sesuai kondisi pasien
4. Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan lampu rotator.
5. Pada saat mengangkut penderita hanya boleh menggunakan syrine dan lampu rotator.
6. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati.
7. Kecepatan kendaraan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan
bebas hambatan.
8. Petugas medis duduk di samping pasien.
9. Petugas membuat / mengisi laporan keadaan penderita selama transportasi, yang
disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan
keadaan penderita.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja diupayakan dengan:


1. Penggunaan APD
2. Penggunaan alat yang sesuai prinsip ergonomis
3. Mengevaluasi kondisi alat dan lingkungan kerja
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Sistem kendali mutu yang dilakukan adalah:


1. Petugas pemberi layanan klinis adalah petugas yang berkompeten
2. Mengadakan audit klinis dan tindak lanjutnya
3. Mengidentifikasi resiko pelayanan
4. Setelah selesai kegiatan, petugas ambulance (supir dan petugas medis) mengecek
dan mencatat seluruh pemakaian alat medis, obat, dan BHP yang digunakan pada
buku catatan pemakaian fasilitas ambulance, dan segera dilakukan penggantian agar
kembali sesuai dengan standar.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan merujuk pasien sesuai
prosedur di RSUD PROF.Dr.H. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan pedoman ini, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya informasi pelayanan ambulance atau referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya.
Semoga panduan ini berguna bagi tim Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
Rumah Sakit PROF.Dr.H. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng pada khususnya juga untuk
para pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai