Anda di halaman 1dari 24

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH : Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit


DOSEN : Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc

MANAJEMEN KEAMANAN
SUMBER DAYA MANUSIA

OLEH:
A.DHINI ALFIANDARI
P1806216008

KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah Manajemen keselamatan di Rumah Sakit ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang manajemen keselamatan

di Rumah Sakit ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 1 Oktoberr 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Keamanan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang penting

agar berlangsungnya roda pendapatan yang diterima oleh organisasi atau

perusahaan itu berjalan dengan baik. Tetapi, masih banyak organisasi maupun

perusahaan yang masih melalaikan tingkat keamanan dan kesehatan kerja dan

hanya fokus dengan pendapatan yang diterima oleh perusahaan tersebut.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja

dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam

mempengaruhi sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu

lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absesnsi dan

peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak

sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat

meningkatkan angka kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan

pekerja, meningkatnya biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia prioritas kedua

berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi

selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat

berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul

aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran


dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang

berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam

mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah

cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan

komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan

lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok

keluarga atau komunitas. Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang

dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,

finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah

kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan.

Menurut Craven keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga

membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi

stres dan meningkatkan kesehatan umum. Di lingkungan rumah sakit konsep

keamanan ini selalu di terapkan demi menciptakan dan memelihara situasi aman,

nyaman, baik untuk pegawainya maupun pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI KEAMANAN

Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua

berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi

selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat

berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-

betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa

kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai

ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung

jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana

merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi

juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa

yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai

individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.

Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam

keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial,

politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah

kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang tidak

diinginkan. Menurut Craven, keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan

cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.

Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.


Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman

terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis,

thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan

kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik,

yang pada pembahasan ini akan difokuskan pada providing for safety atau

memberikan lingkungan yang aman.

B. KARAKTERISTIK KEAMANAN

1. Pervasiveness (insidensi) Keamanan bersifat pervasive artinya luas


mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada
seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi) Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan
penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima
bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan) Ketika individu mengenali bahaya pada
lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak
terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor
dari keamanan.

C. FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI KEAMANAN

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status

mobilisasi, gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional,

kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor


lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan

perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu
untuk mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu
sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.
2. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya
diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan
tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan
keamana, adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
3. Status Mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,
gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya
cedera.
4. Gangguan Sensori Persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar,
raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
5. Tingkat Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien
tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima
obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
6. Status emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien
dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus
lingkungan.
7. Kemampuan Komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan
keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan
simbol-simbol tanda bahaya.
8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien
yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya cedera.
9. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi

penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

D. MANAJEMEN KEAMANAN RUMAH SAKIT

Konsep keamanan di lingkungan rumah sakit adalah ide pemikiran

instansi pelayanan kesehatan untuk menciptkakan dan memelihara keamanan,

kenyamanan baik bagi pasien maupun bagi pelaksana pelayanan kesehatan

yang meliputi semua aspek biologi, psikoloi,sosiologi ,dan spiritual.Konsep

keamanan ini bertujuan untuk mengukuhkan stabilitas kinerja rumah sakit

dalam upaya pemeliharan dan pemberian pelayanan yang menyeluruh.

Kebutuhan akan rasa aman menurut Maslow merupakan kebutuhan mendasar

manusia. Kebutuhan ini dikategorikan sebagai kebutuhan pokok karena

adanyanya kondisi yang aman bebas dari bahaya yang mengancam hidupnya
dan adanya jaminan akan masa depan hidupnya menjadi salah satu factor yang

menjamin keberadaan atau eksistensi dan kelangsungan hidup manusia.

Dengan demikian konsep keamanan Rumah sakit merupakan ide

pemikiran untuk menciptakan suasana aman, tentram dan nyaman sebagi wujud

stabilitas rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan dalam segala aspek

biologis, psikologi, sosiologis dan spiritual.

A. Ruang Lingkup Konsep Keamanan Rumah Sakit

a. Kemananan Diri Sendiri

Keamanan ini berhubungan dengan bagai mana seorang perawat untuk

bisa melindungi dirinya dari keamanan yang mungkin terjadi ketika

perawat melakukan tugas keperawatannya ke pasien , misal keamanan

terhadap terjadinya kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien

selama prose perawatan. Keamanan ini biasanya berbentuk tindakan

pencegahan terhadap terjadinya infeksi silang baik dari perawat ke

pasien maupun dari pasien ke perawat.

Biasanya tindakan keamanan yang perlu diperhatikan seperti hal ini :

Melakukan tindakan Septik aseptik ketika hendak melakukan

tindakana terhadap pasien misal mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan

Memakai Masker ketika hendak interaksi kepada pasien .

b. Keamanan Pasien dan keluarganya

Keamanan ini berhubungan dengan bagaimana Rumah sakit sebagai

fasilitas pelayanan kesehatan memberikan keamanan terhadap pasien


dan keluarganya ketika di Rumah sakit . Bentuk keamanan biasanya

berhubungan dengan pasien diantaranya tentang keamanan dan

keselamatan ketika memberikan asuhan keperawatan, terapi maupun

tindakan yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan keyakinan

terhadap pelayanan Rumah sakit. Berupa penyediaan fasilitas standar

pelayanan kesehatan di Rumah sakit , mulai dari sarana, prasarana,

perawat, dan dokter pelaksana.

c. Keamanan Dilingkungan sekitar rumah sakit

Keamanan ini berhubungan dengan menciptakan suasana aman di

lingkungan sekitar sumah sakit baik dari kebisingan ataupun keamanan

dari efek limbah dari rumah sakit yang mungkin bisa menyebabkan

penularan berbagai penyakit. untuk itu manajemen keamanan

lingkungan di rumah sakit selalu memperhatikan resiko ini demi

terciptanya keamanan dari lingkungan sekitar rumah sakit. Konsep

keamanan ini berupa bagaimana cara mengolah limbah , atau bahan-

bahan yang mungkin terkontaminasi berbagai penyakit agar tidak

menimbulkan terjadinya tertular baik ke pasien, keluarga pasien

maupun ke lingkungan sekitar sumah sakit.

B. Standar Konsep Keamanan Rumah sakit

a. Patient Safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan salah satu dimensi

mutu yang saat ini menjadi perhatian para praktisi pelayanan kesehatan,

baik dalam skala nasional maupun global. Untuk menjamin


keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan, patient safety tidak

hanya berhenti sebagai jargon atau wacana, tetapi harus diangkat dalam

agenda kebijakan lembaga pelayanan kesehatan dan diwujudkan

dengan penerapan secara praktis pada lembaga pelayanan kesehatan.

sesi ini akan menjadi overview awal mengenai pasient safety dan

perkembangannya selama ini

b. Clinical Pathway

Sebagai salah satu kunci menuju patient safety A Clinical pathways

juga digunakan untuk mendeskrisikan dan mnegimplementasikan

standar klinik sehingga dapat mendukung peningkatan kualitas

keselamatan pasien.

c. Membangun budaya safety di Rumah Sakit

Implementasi pasien safety tak bisa dipisahkan dari budaya safety yang

mendukung dilingkungan lembaga pelayanan kesehatan. oleh karena

itu,perlu ada peningkatkan budaya safety dan sistem yang mendukung

pelaksanaan budaya itu untuk pelayanan berkualitas terhadap pasien.

d. Medication Safety

Mengapa medication safety itu penting bagi setiap rumah sakit? Ada

dua alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, penggunaan obat-obatan

secara aman mensyaratkan adanya perencanaan yang sangat hati-hati

dan hal itu tidak mungkin dicapai jika semua sumber daya organisasi

hanya diarahkan pada pencapaian orientasi jangka pendek semata.


Kedua, kesalahan yang berkaitan dengan obat-obatan menempati posisi

terbesar dalam medical error di rumah sakit.

e. Audit Medis dan Patient Safety

Di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen nomor

496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah

Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis

prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan

keselamatan bagi pasien.

f. Komunikasi dalam Patient Safety

Komunikasi memegang peran penting dalam patient safety.

Pengembangan pola komunikasi yang terbuka dengan pasien dan

keluarganya adalah hal yang harus dilakukan oleh dokter maupun staf

medis lainnya. Dari proses ini pasien akan mandapatkan informasi dan

penjelasan yang detail sejak awal akan kemungkinan-kemungkinan bila

terjadi insiden. Proses ini secara tidak langsung juga memberikan

pendidikan yang baik untuk pasien dan keluarganya untuk bisa

menerima akan kemungkinan insiden dan menempuh-menempuh

prosedur yang sebagaimana mestinya jika terjadi ketidak puasan

terjadap tindakan dokter. Pola komunikasi ini akan membantu dokter

melakukan analisis akar masalah dan untuk belajar bagaimana

& mengapa suatu kejadian itu timbul.

g. Sistem Informasi Pencatat dan Pelaporan insiden


Salah satu dari 7 langkah penerapan keselamatan pasien adalah

mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan insiden. Bagaimana

implementasi dari sistem ini? Sesi ini akan mengkaji secara mendalam

bagaimana penyusunan dan penerapan dari sistem informasi pencatat

dan pelaporan insiden ini.

h. Monitoring dan evaluasi

Untuk mengimplementasikan standar keselamatan pasien, maka rumah

sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melaui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan

melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan

pasien.

C. Upaya Penerapan konsep Keamanan di Rumah Sakit

Konsep keamanan di Rumah Sakit berhubungan erat dengan resiko

keselamatan pasien dan keluarga ketika berada di Rumah Sakit. Upaya yang

dilakukan seperti berikut ini :

Mengkaji tingkat tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri

sendiri.

Mengkaji keselamatan klien yang gelisah selama berada di tempat tidur.

Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan tehnik

aseptik dan menggunakan alat kesehatana sesuai tujuan.


Melindungi semaksimal mungkin kien dari infeksi nosokomial seperti

penempatan secara terpisah pasien terinfeksi dan non terinfeksi dengan

menempatkan di ruangan masing masing.

Mempertahankan cahaya dan ventilasi yang adekuat

E. KONSEP KEAMANAN DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya

jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah

Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya

kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999),

medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be

completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to

achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan

sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk

diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau

perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan

perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa

Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat

melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai

pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan


(misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul

reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan

diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,

diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu

kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien

karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (omission), dan bukan karena underlying disease

atau kondisi pasien.

Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti

kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang

sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak

bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti

kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan

obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak;

tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan

follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan

berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.

Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan

kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi

umumnya adalah adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja.


Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru

luput dari perhatian kita semua.

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA)

Board of Trustees mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan

pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga

menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication

safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of Medicine, Amerika

Serikat dalam TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System

melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada

sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event).

Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World

Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai negara untuk

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor

496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang

tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah

sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keamanan dan keselamatan

bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak

semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien

di rumah sakit.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan


rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari

penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient

Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang ada.

Langkah-langkah pelaksanaan konsep keamanan pasien di Rumah sakit

sebagai berikut (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May

2007):

Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike

medication names)

Pastikan identifikasi pasien

Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

Kendalikan cairan elektrolit pekat

Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

Hindari salah kateter dan salah sambung silang

Gunakan alat injeksi sekali pakai

Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

Dalam penerapan standar keamanan dan keselamatan pasien di Rumah

Sakit mengacu Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint

Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun

2002), yaitu:

a) Hak pasien

Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk

mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk


kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya

adalah Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, Dokter penanggung

jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, Dokter penanggung

jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada

pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau

prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

b) Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang

kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya

adalah Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn

keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di

RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya

tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan

pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati


c) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriterianya adalah:

koordinasi pelayanan secara menyeluruh

koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan

sumber daya

koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

d) Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah :RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki

proses yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan

data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta.

Kriterianya adalah :

Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang

baik, sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit.

Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif

Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil

analisis
e) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standarnya adalah:

Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan

7 Langkah Menuju KP RS .

Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi

risiko KP & program mengurangi KTD.

Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &

individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP

Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,

mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam

meningkatkan kinerja RS

Kriterianya adalah :

o Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan

pasien.

o Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden,

o Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen

dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi

o Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada

orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas


untuk keperluan analisis. Tersedia mekanisme

pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,

o Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden

o Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar

unit dan antar pengelola pelayanan

o Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

o Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan

kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja

rumah sakit dan keselamatan pasien

f) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah :

RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.

RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriterianya adalah :

Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik

keselamatan pasien

Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan

inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan

insiden.
Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)

guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Manajemen penerapan konsep keamanan di rumah sakit ini penting

untuk di lakukan di semua rumah sakit sebagai bagian dari star pelayanan

rumah sakit yang bertujuan untuk memberikan dan memlihara kesehatan,

keamanan, dan keselamatan pasien di rumah sakit.


BAB III

PENUTUP

Manajemen penerapan konsep keamanan di rumah sakit ini penting untuk


di lakukan di semua rumah sakit sebagai bagian dari star pelayanan rumah sakit
yang bertujuan untuk memberikan dan memlihara kesehatan, keamanan, dan
keselamatan pasien di rumah sakit.Konsep keamanan adalah ide pemikiran instansi
pelayanan kesehatan untuk menciptkakan dan memelihara keamanan , kenyamanan
baik bagi pasien maupun bagi pelaksana pelayanan kesehatan yang meliputi semua
aspek bio,psiko,sosio,dan spiritual. Konsep keamanan ini bertujuan untuk
mengukuhkan stabilitas kinerja rumah sakit dalam upaya pemeliharan dan
pemberian pelayanan yang menyeluruh. Kebutuhan akan rasa aman menurut
Maslow merupakan kebutuhan mendasar manusia. Kebutuhan ini dikategorikan
sebagai kebutuhan pokok karena adanyanya kondisi yang aman bebas dari bahaya
yang mengancam hidupnya dan adanya jaminan akan masa depan hidupnya
menjadi salah satu factor yang menjamin keberadaan atau eksistensi dan
kelangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Patien Safety, http://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-

safetiy-keselamatan-pasien-rumah-sakit/

2. Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam

Perspektif Hukum Kesehatan.

3. Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan

Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol

II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

4. Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP)

Rumah Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st

of Andalas University, Indonesia

5. .Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).

2005

6. Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.

7. Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program Patient Safety. Proceedings

of National Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata

Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.

8. Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of PAMJAKI

meeting Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan Hotel

Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007.

Anda mungkin juga menyukai