PENDAHULUAN
grup individu untuk mencapai tujuan dan merupakan hal utama dari sebuah
yang paling besar kepada perilaku staff yang bekerja dalam sebuah organsasi,
interaksi antara hubungan atasan dan bawahan menjadi hal yang sangat penting
dalam kepemimpinan karena berdampak pada perilaku staff yang akan berpengaruh
pada kinerja dan mengarah pada efektifitas organisasi (Robbins, 2013). Interaksi
antara atasan dan bawahan dikenal dengan teori leader member exchange (LMX)
Leader member exchange adalah teori yang berfokus pada hubungan antara
atasan dan bawahan yang dimulai dari pertukaran sosial (Erdogan and Enders,
2007), dan merupakan salah satu teori pendekatan dalam teori leadership yang
dari proses kepemimpinan (Erdogan and Bauer, 2015). Terdapat empat dimensi
LMX menurut Liden dan Maslyn (1998) yang merupakan dimensi yang valid
digunakan untuk mengukur LMX yaitu yaitu affect, loyalty, contribution dan
profesional respect (Liden and Maslyn, 1998; Joseph, Newman and Sin, 2011).
Teori LMX adalah sebuah teori yang unik yang fokusnya adalah hubungan diadik
positif dari bawahan misalnya kepuasan kerja, kinerja pekerjaan, labor productivity,
dan work engagement (Radstaak and Hennes, 2017) (Breevaart et al., 2015).
dari bawahan karena kualitas yang tinggi dari LMX akan meningkatkan work
LMX memainkan peran penting pada work engagement (Macey and Schneider,
tidak hanya dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman antara atasan dan
bawahan tetapi juga karena bawahan lebih termotivasi untuk lebih bekerja sesuai
Work engagement adalah keadaan pikiran yang positif yang terkait kekuatan,
dedikasi dan absorbsi (Bakker et al., 2006). Sehingga karyawan yang memiliki
kinerja yang tinggi sangat antusias dan terinspirasi dan bangga dengan pekerjaan
terhadap peran mereka dalam pekerjaan, dimana mereka akan mengikat diri dengan
pekerjaannya, kemudian akan bekerja dan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif
dan emosional selama bekerja. Aspek kognitif mengacu pada keyakinan pekerja
pada bagaimana perasaan pekerja apakah positif atau negatif terhadap organisasi
dan pemimpinnya. Sedangkan aspek fisik mengenai energi fisik yang dikerahkan
yang dapat berubah sesuai situasi (Robbins, 2013) (Keyko, 2014). Selain itu LMX
adalah faktor situasional (Sepdiningtyas and Budi, 2017), dan work engagement
adalah variabel perilaku yang paling mampu menjelaskan hubungan antara stimulus
dan perilaku. Terdapat tiga konsep utama dari work engagement yaitu energi
emosional, kognitif dan fisik sehingga work engagement menjadi prediktor utama
dari kinerja dibandingkan dengan variabel perilaku yang lain (Rich, Lepine, &
member exchange mengatakan bahwa jika atasan dan bawahan memiliki kualitas
LMX yang baik maka pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien akan
oleh perawat sebagai profesi dengan sumber daya manusia terbesar di rumah sakit
dan juga sebagai garis terdepan komunikasi, untuk itu baik dan tidaknya pelayanan
kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan sikap serta work engagement dari
Hasil penyusuran data di RSUD Labuang Baji di dapatkan bahwa pada tahun
2017 tingkat kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Labuang Baji yang dilihat
dari data asuhan keperawatan di instalasi rawat inap belum maksimal yaitu dengan