Anda di halaman 1dari 29

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

NOMOR :021/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG

PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN


PELAYANAN
KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu asuhan pasien dan


efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di Rumah
Sakit
b. bahwa untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan
pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit, mengkoordinasikan
pelayanan dan merencanakan pemulangan serta tindakan
selanjutnya perlu dibuat kebijakan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Peraturan kepala
Rumah sakit Antam Pomalaa

Mengingat : 1. Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


2. Undang-Undang Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran
4. Keputusan Menteri Keehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit;

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Disnaker DMPTSP Nomor: 445/01 tahun
2021 tentang Perpanjangan Izin Operasional Rumah Sakit
Antam Pomalaa
7. Surat Keputusan Rumah Sakit Antam Pomalaa Nomor :
001/MYU/SPK-K /V/2022 tentang Pengangkatan dr. H.Abd
Azis Amin, MARS sebagai Kepala Rumah Sakit Antam
Pomalaa
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
TENTANG KESINAMBUNGAN PELAYANAN RUMAH SAKIT
ANTAM POMALAA

Pertama : Mencabut Surat Keputusan Nomor : 021 /PK/RSAP/VI/2022 tentang


Kesinambungan Pelayanan Rumah Sakit Antam Pomalaa

Kedua : Mengesahkan Kebijakan Akses dan Kesinambungan Pelayanan


Rumah Sakit Antam Pomalaa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkanya Peraturan ini dibebankan
kepada anggaran belanja Rumah Sakit Antam Pomalaa

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pomalaa
PadaTanggal : 1 3 J u n i 2 0 2 2
Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa

dr.H.Abd Azis Amin,MARS

Tembusan

1. Arsip
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
NOMOR : 021/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN

AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN


RUMAH SAKIT POMALAA

A. KEBIJAKAN UMUM
Bahwa Rumah Sakit Islam Banjarnegara menyelenggarakan sistem pelayanan
kesehatan yangberkelanjutan yang disesuaikan dengan asesmen kebutuhan dari pasien.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Skrining dan Triase
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar Rumah Sakit
b. Skrining dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi
c. Skrining dilakukan sesuai dengan kondisi pasien
d. Skrining untuk skrining di UGD di lakukan oleh dokter jaga atau perawat,
sedangkan untuk skrining awal pasien rawat jalan dilakukan oleh perawat
dan petugas pendaftaran
e. Hasil skrining dijadikan dasar untuk menentukan pemberian pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit atau pasien dirujuk ke Rumah sakit lain
f. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan berdasarkan
atas hasil pemeriksaan skrining
2. Penundaan Pelayanan
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untukpelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobata
c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.
d. Informasi penundaan pelayanan didokumentasikan dalam Rekam Medik
pasien pada lembar informasi
3. Pendaftaran pasien rawat jalan, rawat inap, dan pasien gawat darurat
a. Pendaftaran pasien rawat jalan didaftarkan secara langsung di pendaftaran
rawat jalan
b. Pendaftaran pasien gawat darurat dilakukan setelah pasien mendapatkan
penanganan
c. Pendaftaran pasien rawat inap dilakukan setelah pasien di nyatakan
rawat inap dengan membawa formulir perintah rawat inap dari dokter
pemeriksa

4. Alur Pasien
Untuk menciptakan pelayanan yang nyaman bagi semua pasien dan
pengunjung, maka RS Antam Pomalaa menetapkan alur pelayanan yang
berpedoman pada :

a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap;


b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhanlain untuk mendukung penempatan sementara pasien;
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa
lokasi sementaradan atau pasien yang tertahan di unit darurat;
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit
pasca anestesi);
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada
pasien (sepertikerumah tanggaan dan transportasi);
f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien;

g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti keagamaan atau bantuan


spiritual, dansebagainya).
h. Monitoring dan perbaikan proses alur pasien dikoordinasikan oleh
Manajer PelayananPasien.
i. Dalam rangka mengatur alur pasien di IGD, maka ditetapkan kerangka waktu
pemindahan pasien ke ruang rawat inap maksimal 3 (tiga) jam setelah pasien
di putuskan rawat inap oleh dokter jaga IGD (pasien non observasi).
j. Dalam rangka mengatur alur pasien di IGD, maka ditetapkan kerangka waktu
pemindahan pasien ke ruang rawat intensiv dan/atau dirujuk ke rumah sakit
lain maksimal 6 (enam) jam setelah pasien di putuskan rawat inap oleh dokter
jaga IGD (pasien observasi).
5. Tata cara dan kriteria pasien masuk atau keluar HCU/ICU :
a. Tata cara pasien masuk / keluar HCU/ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register/ pendaftaran di bagian admisi

b. Kriteria pasien masuk HCU/ICU


Pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan
ventilasi, infus,obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya

c. Kriteria pasien keluar HCU/ICU


Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi intensif
telah gagalatau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek

6. Pemulangan Pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut,
harus menentukankesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Kriteria pemulangan pasien sesuai dengan kondisi kesehatan kebutuhan
pelayanan pasien dan tidak ditemukan kelainan pada hasil pemeriksaan
penunjang.
c. Keluarga pasien dilibatkan dan diedukasi dalam perencanaan proses
pemulangan yangterbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
d. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang
dan kelanjutanpelayanan medis.
e. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada
di rumah sakit serta populasi pasien.
f. Pada waktu pemulangan,Pasien dan keluarga diberikan instruksi dalam
bentuk dan cara yang mudah dipahami. Instruksi meliputi kapan kembali
untuk tindak lanjut dan kapan mendapatkan pelayanan yang mendesak.
Di catat pada formulir ringkasan pulang yang dibuat oleh dpjp sebelum
pasien pulang.
g. Resume pulang dibuat minimal rangkap empat :
1) Salinan ringkasan diberikan kepada pasien
2) Salinan ringkasan diberikan kepada tenaga kesehatan yang
bertanggung jawabmemberikan kelanjutan asuhan
3) Salinan ringkasan untuk Rekam Medis
4) Salinan ringkasan untuk pihak penjamin pasien
h. Manajer Pelayanan Pasien / Case manager harus mengindentifikasi
organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di lingkungannya
yang sangat berhubungandengan pelayanan yang ada di Rumah Sakit
serta populasi pasien
i. Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis, dan komorbiditas lain.
j. Temuan fisik penting dan temuan-temuan lain
k. Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yang telah dikerjakan
l. Obat yang diberikan selama dirawat inap dengan potensi akibat efek
residual setelah obat tidak diteruskan dan semua obat yang harus
digunakan di rumah
m. Kondisi pasien (status present)
n. Instruksi tindak lanjut
7. Cuti Rawat
Pasien diizinkan meninggalkan rumah sakit untuk jangka waktu tertentu yang
ditentukan oleh DPJP dengan mengisi formulir Surat Izin Keluar Rumah Sakit
dan membawa kartu izin keluar rumah sakit. Pasien diperbolehkan izin keluar
dari rumah sakit paling lama 1x24 jam. Adapun kriteria pasien yang diizinkan
meninggalkan rumah sakit dalam waktu tertentu adalah sebagai berikut:

a. Tidak dalam kondisi kritis


b. Dapat mobilisasi
c. Tidak dalam perawatan ruang isolasi
d. Tidak dalam perawatan ruang intensif
8. Manajer Pelayanan Pasien
Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus rumah sakit melaksanakan
proses kesinambungan dan koordinasi pelayanan di antara profesional pemberi
asuhan ( PPA ), Manajer Pelayanan Pasien ( MPP ), pimpinan unit, dan staf lain
sesuai dengan peraturan rumah sakit di beberapa tempat :

a. Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap


b. Pelayanan diagnostik dan tindakan
c. Pelayanan bedah dan non bedah
d. Pelayanan rawat jalan
e. Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya

9. Dokter Penanggungjawab Pasien


a. DPJP bertanggungjawab sebagai tim leader yang melakukan koordinasi
asuhan inter PPA dan bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien
serta teridentifikasi dalam rekam medis pasien
b. Bila penyakit pasien membutuhkan lebih dari 1 ( satu ) DPJP, ditetapkan
DPJP Utama yang berperan sebagai koordinator mutu dan keselamatan pasien
antar DPJP dan PPA
c. Perpindahan DPJP terjadi karena keperluan asuhan medis pasien atau atas
permintaan pasien dan keluarga

10. Transfer Internal Rumah Sakit


a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih
dahulu sebelumdipindahkan.
c. Formulir transfer pasien berisi
1) Indikasi pasien rawat masuk dirawat
2) Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik
3) Diagnosis
4) Prosedur yang dilakukan
5) Tindakan dan pengobatan yang dilakukan
6) Keadaan pasien pada waktu pindah
11. Kriteria diagnosis penyakit yang akan diberikan Profil Ringkas Medis Rawat
Jalan ( PRMRJ ) adalah :
a. Pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks yaitu ≥ 3 diagnosis.
b. Diagnosis penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi grade II, gagal ginjal
kronik, congestive heart failure, dan tuberculosis paru dalam pengobatan atau
dinyatakan sembuh, post tindakan operasi besar.
c. Pasien yang mendapatkan ≥ 3 asuhan seperti :gizi, rehabilitasi medis, dan
tindakan operasi.
d. Pasien yang memiliki alergi obat atau multi drug resistance di unit rawat jalan
e. PRMRJ ditempatkan pada urutan teratas dalam data rekam medis pasien
saat pasienberkunjung ke unit rawat jalan.
f. Proses PRMRJ mudah ditelusur dan mudah di review
g. Evaluasi formulir PRMRJ akan dilakukan oleh Manajer Pelayanan Pasien setiap
3 bulan

12. Rumah sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien rawat jalan dan
rawat inap yangmeliputi :
a. Menolak rencana asuhan medis
b. Keluar rumah sakit atas permintaan sendiri
c. Penghentian pengobatan

13. Melarikan Diri


a. Pasien melarikan diri adalah pasien yang keluar / pulang dari rumah sakit
tanpa ijin dari rumah sakit.
b. Pasien dan atau keluarga diberi informasi bahwa pasien melarikan diri,
selanjutnya pasien atau keluarga diminta untuk datang ke rumah sakit (bagian
di mana pasien diberikan pelayanan).
d. Pasien dan atau keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien dan resiko
dari penyakitnya.
e. Pelaporan kepada pihak yang berwajib jika pasien teridentifikasi
membahayakan diri sendirimaupun lingkungan
14. Rujuk
a. DPJP bisa merujuk berdasarkan atas status kesehatan dan kebutuhan
pelayananselanjutnya.
b. Perencanaan untuk merujuk dapat diproses lebih awal dan harus mengikut
sertakankeluarga / penanggungjawab pasien
c. Rujukan ke luar Rumah Sakit ditujukan kepada individu secara spesifik
dan badan darimana pasien itu berasal.
d. Pasien emergency harus distabilkan dulu sebelum dirujuk sesuai kemampuan
rumah sakit.
e. Rumah sakit harus bisa memastikan rumah sakit yang dituju bisa
menyediakan kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan pasien
f. Informasi kondisi klinis pasien atau resume klinis pasien dikirim ke rumah
sakit rujukan bersama pasien
g. Selama proses rujukan pasien didampingi oleh petugas yang kompeten
sesuai dengan kriteria transfer serta menyediakan perbekalan dan peralatan
apa yang dibutuhkan selama transportasi.
h. Selama proses rujukan secara langsung kondisi pasien dilakukan monitoring
keadaannya.
i. Dalam proses pelaksanaan rujukan, ada proses serah terima pasien antara
staf pengantardan yang menerima.
j. Apabila dibutuhkan rujukan untuk pelayanan yang tidak tersedia di Rumah
Sakit, Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak lain yang menyediakan
layanan tersebut.
k. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
l. Petugas transfer eksternal/rujuk adalah perawat atau bidan dari Instalasi masing-
masing

15. Transportasi
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa dan memenuhi ketentuan keselamatan transportasi termasuk
memenuhi persyaratan PPI.
d. Bila alat transportasi yang digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien
atau pasien dengan penyakit menular harus dilakukan proses dekontaminasi.
e. Pengaduan keluhan selama proses rujukan dimasukan dalam kotak saran dan
kritik di masing-masing ambulance

Ditetapkan di : Pomalaa
PadaTanggal : 13 Juni 2022
Kepala rumah sakit Antam Pomalaa

dr.H.Abd Azis Amin,MARS


PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
NOMOR : 025/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG
KEBIJAKAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Antam


Pomalaa, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang
bermutu tinggi
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Antam Pomalaa dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya suatu Kebijakan Skrining
Pasien Rumah Sakit Antam Pomalaa sebagaimana landasan bagi
penyelenggaraan seluruh pelayanan di Rumah Sakit;
c. bahwa sebagai pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam point (a)
dan (b) tersebut diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit;

2. Undang-Undang Kedokteran No. 2025 Tahun 2011 tentang Praktik


kedokteran.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/PER/II/2008 tentang Rekam Medis.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011 tentang


Keselamatan Pasien.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan.

6. SK Menteri Kesehatan Nomor 436 Tahun 1993 tentang berlakunya


Standar Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Indonesia.

7. Kepmenkes Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman


Audit Medis.

-1-
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
TENTANG KEBIJAKAN SKRINING PASIEN DI RUMAH SAKIT
ANTAM POMALAA

Pertama : Kebijakan Skrining Pasien Rumah Sakit Antam Pomalaa sebagaimana


tercantum dalam lampiran keputusan ini.;

Kedua : Kebijakan Skrining Pasien Rumah Sakit Antam Pomalaa sebagaimana


dimaksud dalam Diktum Kesatu harus dijadikan acuan dalam
memberikan Pelayanan di Rumah Sakit Antam Pomalaa;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan Di : Pomalaa
Pada Tanggal : 13 Juni 2022
Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa

dr H.Abd Azis Amin,MARS

Tembusan :
1. Arsip

-2-
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
NOMOR : 025/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG KEBIJAKAN SKRINING PASIEN

KEBIJAKAN SKRINING PASIEN


RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
Kebijakan Umum

Semua pasien yang datang berobat dilakukan skrining terlebih dahulu untukmenentukan
pelayanan yang dibutuhkan: preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif dan menetapkan
pelayanan yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dan kemampuan Rumah Sakit.

Kebijakan Khusus

1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar Rumah Sakit.

2. Skrining dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium


dan pemeriksaan radiologi.

3. Skrining dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.

4. Skrining untuk skrining di UGD di lakukan oleh dokter jaga atau perawat, sedangkan untuk
skrining awal pasien rawat jalan dilakukan oleh perawat dan petugas pendaftaran

5. Hasil skrining dijadikan dasar untuk menentukan pemberian pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit atau pasien dirujuk ke Rumah sakit lain

Ditetapkan di : Pomalaa
Pada Tanggal : 13 Juni 2022
Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa

dr H.Abd Azis Amin,MARS

-3-
-4-
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA
NOMOR : 047/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG
PEDOMAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR
RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


diperlukan panduan skrining di dalam dan di luar rumah sakit yang
bermutu tinggi di Rumah sakit Antam Pomalaa.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a,
perlu ditetapkan dengan Peraturan Kepala Rumah sakit Antam
Pomalaa.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 / MENKES / PER III /
2008, tentang Rekam Medis
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa tentang Kebijakan
Skrining Pasien

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Peraturan Kepala Tentang Panduan Skrining di dalam dan di luar Rumah
Sakit Antam Pomalaa
Pertama : Pelaksanaan pembuatan panduan skrining Rumah sakit Antam Pomalaa
harus sesuai dengan panduan sebagai mana tercantum dalam lampiran
surat keputusan ini
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

-1-
Ditetapkan Di : Pomalaa
Pada Tanggal : 13 Juni 2022
Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa

dr H.Abd Azis Amin,MARS

Tembusan :
1. Arsip

-2-
LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT ANTAM POMALAA


NOMOR : 047/PK/RSAP/VI/2022
TENTANG PEDOMAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR

BAB I
DEFINISI

Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan


orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak terdiagnosis
atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974). Menurut Rochjati P (2008),
skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan
adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau
kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat
kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan
lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat pasien di
transportasi emergensi atau di sumber rujukan.

-3-
BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke rumah sakit,
saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah sakit. Pada pasien
yang datang langsung ke rumah sakit, skrining dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit
yang pertama kontak dengan pasien. Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah
sakit, skrining dapat dilakukan melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal
pasien yang dilakukan oleh petugas medis Rumah Sakit Antam Pomalaa.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan
adalah mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi
rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi yang didapat melalui
proses skrining penting dalam membuat keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat
dilayani atau harus dirujuk.

Skrining dilakukan pada area:


1. Luar rumah sakit
2. Pendaftaran
3. Poli / rawat jalan
4. UGD

Skrining dilakukan melalui:


1. Kriteria triage
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan Laboratorium

Prinsip skrining adalah sebagai berikut:


1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit.
2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di Rumah Sakit Antam Pomalaa adalah bila
rumah sakit mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien.

-4-
BAB III

TATA LAKSANA

A. Skrining di Luar Rumah Sakit/ Pra Hospital


Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD) maupun
Unit Rawat Jalan (URJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa datang dari
pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke
nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk
pasien ke Rumah Sakit Antam Pomalaa, akan diterima oleh operator yakni petugas
admisi, supervisor shift, atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait
(UGD/URJ) setelah disambungkan oleh operator.Langkah-langkah skrining pra-hospital
antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga UGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/customer perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga UGD (24
care/security jam) atau URJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
supervisor shift 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan
berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian
khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan
identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang
membutuhkan rawat inap.

-5-
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Antam Pomalaa disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan pasien.
URJ 1. Pada jam buka pelayanan URJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di URJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses
pelayanan tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon
pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien) maupun
pasien lama,untuk merencanakan tindak lanjut.
UGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan mencatat
semua informasi yang diperlukan mulai dari kondisi
pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini
dan/terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta
konsultasi dokter jaga UGD kepada DPJP kasus terkait.
Tenaga ambulance 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan
penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat
emergensi dalam persiapan SDM tim ambulance yang
akan melakukan penjemputan, maupun menentukan
peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan
dengan berpatokan pada penilaian pre transpor pasien,
dengan menggunakan form transfer pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage,dilakukan setelah tiba di
UGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi pasien.

-6-
B. Skrining di Dalam Rumah Sakit/ Intra Hospital
Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan melalui kriteria
triase, evaluasi visual atau pengamatan, pertanyaan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif di
prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien rawat inap.
Hal tersebut terdapat pada proses assesmen awal pasien yang dilakukan petugas, adapun
penjelasan dari pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitasi sebagai berikut:
1. Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin,
pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak
terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai
upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan,
atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada pasien
penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif adalah mengurangi
beban penyakit, meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup dari
saat setelah diagnosis. Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang mempertahankan
kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan
koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan
konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika
diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan
penderitaan minimal.

-7-
3. Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Pasien kuratif indikasi rawat
inap:

Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap


Katarak Senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
Pentonsilarabses 1.Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuranmyoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeklampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR

-8-
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluarjaringan
3. Syokhemoragis
Hemiparesis gravidarum 1. Ketonurin +
2. Keadaanumumlemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF 1. Trombosit< 100.000
2. Tekanan darah< 100/70 mmHg (pre syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux
desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk
3. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer
2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadicepat
4. Nafas terganggu

4. Pelayanan rehabilitattif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat
dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:

-9-
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan
bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan
nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan melalui
tahapan berikut :
a. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke UGD harus diprioritaskan pada saat
kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman. Penilaian awal
umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 - 5 menit. Penilaian awal tersebut
dilaksanakan melalui kriteria triage yang menggunakan skala triase Australia,
selanjutnya petugas melaksankan penilaian lanjutan.
b. Skrining dilakukan melalui :
1) Kriteria triase (SPO Triage pasien)
2) Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
3) Pertanyaan ( anamnesis pasien )
4) Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
5) Psikologik,
6) Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
7) Ketersediaan kamar rawatan
8) Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan preventif, paliatif,
kuratif, dan rehabilitative
c. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis UGD yang mencakup :
1) Identitas pasien
2) Anamnesis pasien
3) Pemeriksaan fisik
4) Pemeriksaan penunjang
5) Diagnosis pasien

d. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di admisi yang


mencakup:
1) Identitas pasien
2) Anamnesis pasien

- 10 -
3) Pemeriksaan penunjang

Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di area rumah sakit mulai dari petugas
medis hingga non medis. Hal ini dikarenakan, skrining didasarkan pada kondisi pasien
pada kontak pertamakali dimana pasien tidak mungkin langsung kontak dengan
paramedik melainkan dengan petugas non medis di sekitar rumah sakit. Berikut ini adalah
bagan alur skrining di dalam dan di luar rumah sakit di dalam rumah sakit:

Pendaftaran pasien
Bila pada pasien tidak
Rawat Jalan / Unit
ada kegawatdaruratan
yang dituju
Pasien tiba Skrining oleh
di RS Petugas RS

Bila pada pasien ada Unit Gawat Darurat


kegawatdaruratan

C. Skrining Non Medis


Skrining ini dilakukan oleh tenaga–tenaga non medis yang berkontak langsung
dengan pasien pertama kali datang.
1. Petugas Non Medis (Satpam, Parkir, Tata graha, Petugas lain)
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup Rumah Sakit Utama
Husada, bila melihat ada pasien yang terlihat kegawatan seperti; sesak, nyeri dada
kiri tembus punggung, tidak sadar, nyeri hebat. Maka petugas membantu pasien
dan mengarahkan ke UGD untuk dilakukan Triage di UGD.
c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis menanyakan keluhan
pasien tersebut (sambil melihat apakah ada kegawatan atau tidak pada pasien).
Bila ada kegawatan pasien dibantu dan diarahkan ke UGD dan bila tidak ada
kegawatan dan pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.
Contoh:
Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang bisa saya bantu?
(sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien : Selamat Pagi/Siang/Malam pak… Saya mau berobat,
pendaftaran dimana ya?

- 11 -
Petugas : (bila pasien terlihat sakit) ibu ada keluhan apa, sepertinya ibu
terlihat pucat/ nyeri?
(bila pasien terlihat baik arahkan ke pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri
Petugas : Kalau begitu ibu sebaiknya ke UGD untuk mendapatkan
perawatan yang cepat, mari ibu saya temani. (Bantu pasien
hingga sampai ke UGD agar dapat dilakukan Triage di UGD)
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti;
ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain-lain, maka petugas membantu
pasien agar dapat dibawa ke Ruang Bersalin dan ditindaklanjuti oleh bidan atau
dokter yang bertugas.
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke UGD atau petugas menghubungi perawat UGD agar perawat
UGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.
2. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi.
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium dan
rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu dan nadi, bila
pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak, demam, nadi
lemah dan lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka sarankan
pasien agar berobat ke UGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di
UGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke UGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter UGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke UGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke UGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.

3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual

- 12 -
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotek, bila pasien terlihat
kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan lain-lain, maka tanyakan
keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke UGD agar
mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di UGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke UGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter UGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
4. Front Office (FO)
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan tentang jenis-
jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter praktek di Rumah Sakit Antam
Pomalaa
c. Bila via telepon maka ditanyakan keluhan pasien dan unit yang akan dituju.
d. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat mata
dicurigai ada kegawatan.
e. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke UGD agar dapat ditindak
lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu (Triage).
f. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat UGD agar
perawat UGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

D. Skrining Medis
1. Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak pertama
dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, serta perawat yang
kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan
pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien dalam kondisi sehat
dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke UGD

- 13 -
2. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-pasien
asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas
penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau
sebelum pasien tiba di UGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan
ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.

- 14 -
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan dalam


berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan
penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya akan digunakan
untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

Ditetapkan di : Pomalaa
Pada Tanggal : 13 Juni 2022
Kepala Rumah Sakit Antam Pomalaa

dr. H.Abd Azis Amin,MARS

- 15 -

Anda mungkin juga menyukai