Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

RSU SIAGA MEDIKA


Jl Raya Karangsari Karanganyar BANYUMAS 51182 Telp. (0285)
385230, 385231, Fax. 385229
Email : BANYUMAS_rsud@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM SIAGA MEDIKA


BANYUMAS
KABUPATEN BANYUMAS
NO : . / .. /

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL
RUMAH SAKIT UMUM SIAGA MEDIKA BANYUMAS
KABUPATEN BANYUMAS

DIREKTUR RSU SIAGA MEDIKA KABUPATEN BANYUMAS

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan


RSU SIAGA MEDIKA, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan instalasi bedah
sentral yang berkualitas;
b. Bahwa agar pelayanan instalasi bedah sentral di
RSU SIAGA MEDIKA terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur RSU SIAGA MEDIKA
sebagai landasan dalam penyelenggaraan
pelayanan instalasi bedah sentral di RSU SIAGA
MEDIKA.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
Mengingat : keputusan Direktur RSU SIAGA MEDIKA.

1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentag


praktek kedokteran (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 289 /
Menkes / Per / III / 2008 Tentang Kamar Operasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Standar
Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit;
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 519/Menkes/Per/III/2011 Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan terapi intensif di
Rumah sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2012
Tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;
10.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Perawat Anestesi.

MEMUTUSKAN
Menetapkan
: Kebijakan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral di RSU
KESATU : SIAGA MEDIKA Kabupaten BANYUMAS.

Kebijakan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral


KEDUA : sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU
terlampir dalam keputusan ini, merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,


dan apabila dikemudian hari ternyata ada
kekeliruan dalam penetapan ini, akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : BANYUMAS
PADA TANGGAL : 24 JUNI 2015

DIREKTUR RSU SIAGA MEDIKA


KAB. BANYUMAS

dr..DWI ARIE GUNAWAN,Sp. B


Penata TK I
NIP : 19700429 199903 1 002

Tembusan Kepada Yth


1. Kepala Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik.
2. Kepala Bidang Keperawatan.
3. Kepala Bidang Bina Program dan RM.
Lampiran
Keputusan Direktur RSU SIAGA
MEDIKA
Nomor : 445 /155 / 2015
Tanggal : 24 Juni 2015

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS

Kebijakan Umum
1. Pelayanan di unit harus berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi dan
menghormati hak pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang
berlaku.
4. Peralatan di unit harus dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
6. Pelayanan unit dikerjakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan
rapat rutin tiap bulanan, minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam
memenuhi standar di rumah sakit, nasional, undang-undang dan
peraturan serta standar profesi.
2. Pelayanan anestesi yang adekuat, reguler dan nyaman
(termasuk sedasi moderat dan dalam), tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
tersedia untuk keadaan darurat di luar jam kerja.
4. Sumber dari luar rumah sakit diseleksi berdasarkan rekomendasi
direktur, disertai dengan suatu rekor/catatan kinerja yang
akseptabel, serta dapat memenuhi undang-undang serta
peraturan yang berlaku.
5. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) harus
seragam pada seluruh pelayanan di rumah sakit.
6. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
berada dibawah kepemimpinan satu orang yang kompeten dan
memiliki tanggungjawab yang meliputi :
a. Pengembangan, implementasi dan memelihara/menegakkan
kebijakan serta prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan.
b. Memelihara/mempertahankan program pengendalian mutu
yang ditetapkan dan dilaksanakan.
c. Merekomendasikan sumber luar untuk pelayanan anestesi
(termasuk sedasi moderat dan dalam) yang ditetapkan dan
dilaksanakan.
d. Memantau dan menelaah seluruh pelayanan anestesi
(termasuk sedasi moderat dan dalam) yang ditetapkan dan
dilaksanakan.
7. Pelayanan pasien untuk menjalani sedasi moderat dan dalam,
meliputi :
a. Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara
populasi dewasa dan anak atau pertimbangan khusus lainnya;

b. Dokumentasi yang diperlukan tim untuk dapat bekerja dan


berkomunikasi secara efektif;

c. Pertimbangan persetujuan (consent) khusus, bila diperlukan;

d. Kebutuhan monitoring pasien;

e. Kualifikasi atau ketrampilan khusus para staf yang terlibat


dalam proses sedasi; dan.

f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan spesialistik.


8. Petugas yang kompeten berpartisipasi dalam pengembangan
kebijakan dan prosedur.
9. Asesmen prasedasi, sesuai kebijakan rumah sakit, untuk
mengevaluasi risiko dan ketepatan sedasi bagi pasien.
10. Setiap petugas yang kompeten dan bertanggungjawab untuk
sedasi harus memenuhi kualifikasi, sebagai berikut:
a. Teknik berbagai modus sedasi;

b. Monitoring yang tepat;

c. Respon terhadap komplikasi;

d. Penggunaan zat reversal; dan

e. Sekurang-kurangnya bantuan hidup dasar.


11. Seorang petugas yang kompeten memonitor pasien selama
sedasi dan mencatat semua pemantauan dalam rekam medis
pasien.
12. kriteria untuk pemulihan dan discharge dari sedasi. Dibuat
dan didokumentasi dalam rekam medis pasien.
13. Sedasi moderat dan dalam diberikan sesuai kebijakan rumah
sakit.
14. Asesmen pra anestesi dikerjakan pada setiap pasien.
15. Asesmen pra induksi dilaksanakan untuk re-evaluasi pasien
segera sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum diberikan
induksi anestesi.
16. Asesmen dikerjakan oleh petugas yang kompeten untuk
melakukannya.
17. Asesmen didokumentasikan dalam rekam medis.
18. Pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan.
19. Rencana tersebut didokumentasikan dalam rekam medik
pasien.
20. Pasien, keluarga dan pengambil keputusan diberi pendidikan
tentang risiko, manfaat dan alternatif anestesi.
21. Antestesiolog atau petugas lain yang kompeten memberikan
edukasi tersebut.
22. Anestesi yang digunakan dituliskan dalam rekam medis
pasien.
23. Teknik anestesi yang digunakan dituliskan dalam rekam medis
anestesi pasien.
24. Dokter spesialis Anestesi dan atau perawat anestesi dan
asisten anestesi di catat di rekam medis anestesi pasien.
25. Frekuensi monitoring minimum dan tipe monitoring selama
tindakan anestesi dan polanya seragam untuk pasien yang
serupa yang menerima tindakan anestesi yang sama waktu
pemberian anestesi.
26. Status fisiologis dimonitor secara terus menerus selama
pemberian anestesi, sesuai kebijakan dan prosedur.
27. Hasil monitoring dituliskan ke dalam rekam medis anestesi
pasien.
28. Pasien dimonitor sesuai kebijakan selama periode pemulihan
pasca anestesi
29. Temuan selama monitoring dimasukkan ke dalam rekam
medis pasien, baik dicatat atau secara elektronik.
30. Pasien dipindahkan dari unit pasca anestesi atau monitoring
pemulihan dihentikan dengan memakai salah satu cara
alternatif berikut :
a. Pasien dipindahkan oleh seorang anestesiolog yang
berkualifikasi memadai penuh atau petugas lain yang diberi
otorisasi oleh petugas yang bertanggung jawab untuk
mengelola pelayanan anestesi.

b. Pasien dipindahkan oleh seorang perawat atau seorang


petugas yang setaraf dan berkualifikasi memadai sesuai
dengan kriteria pasca anestesi yang dikembangkan oleh
pimpinan rumah sakit dan pemindahan ini didokumentasikan
dalam rekam medis.

c. Pasien dipindahkan ke suatu unit yang telah ditetapkan


sebagai tempat yang tepat untuk pelayanan pasca anestesi
atau pasca sedasi terhadap pasien tertentu, antara lain
seperti pada unit pelayanan intensif kardiovaskuler, unit
pelayanan intensif bedah saraf.
31. Waktu dimulai dan diakhirinya pemulihan dicatat dalam
rekam medis pasien.
32. Sebelum pelaksanaan tindakan, dokter yang
bertanggungjawab mendokumentasikan informasi asesmen
yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung
tindakan invasif yang direncanakan.
33. Setiap asuhan bedah pasien direncanakan dan
didokumentasikan berdasarkan hasil asesmen.
34. Asuhan bedah yang direncanakan didokumentasikan dalam
status pasien diblangko rekam medik nomer 4 ( R.M 4).
35. Pasien, keluarga dan pembuat keputusan diedukasi tentang
risiko, manfaat, komplikasi yang potensial serta alternatif yang
berhubungan dengan prosedur bedah yang direncanakan.
36. Edukasi mencakup kebutuhan untuk, risiko dan manfaat dari,
maupun alternatif terhadap darah dan produk darah yang
digunakan.
37. Dokter bedah atau petugas yang kompeten memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarganya
38. Laporan tertulis operasi atau ringkasan catatan operasi
memuat :
a. Diagnosa paska operasi.
b. Nama dokter bedah, dokter anestesi dan asisten asisten.
c. Nama prosedur operasi.
d. Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
e. Catatan kejadian selama operasi termasuk jumlah kehilangan
darah.
f. Tanggal, waktu dan tanda tangan dokter yang
bertanggungjawab.
39. Laporan tertulis operasi, atau ringkasan catatan operasi
dalam rekam medis pasien, tersedia sebelum pasien
meninggalkan lokasi pemulihan pasca anestesi.
40. Status fisiologis pasien dimonitor secara terus menerus
selama pembedahan pada pembedahan dengan lokal anestesi
dan dituliskan dalam status pasien.
41. Temuan selama operasi dimasukkan ke dalam status pasien.
42. Setiap asuhan pasca bedah yang segera pada pasien
direncanakan dan termasuk asuhan medis, keperawatan, dan
yang lainnya sesuai kebutuhan pasien.
43. Rencana pasca bedah didokumentasikan di dalam rekam
medis pasien oleh ahli bedah yang bertanggung jawab / DPJP
yang bersangkutan dan menandatangani rencana yang
didokumentasikan.
44. Rencana asuhan keperawatan pasca bedah didokumentasikan
pada rekam medis pasien.
45. Bila ada kebutuhan pasien itu, maka rencana asuhan pasca
bedah oleh pihak lain didokumentasikan dalam rekam medis
pasien di R.M 4.
46. Rencana pelayanan didokumentasikan pada rekam medis
pasien dalam 24 jam tindakan bedah.
47. Rencana pelayanan dilaksanakan.

DITETAPKAN DI : BANYUMAS
PADA TANGGAL : 24 Juni 2015

DIREKTUR RSU SIAGA MEDIKA


KAB. BANYUMAS

dr..DWI ARIE GUNAWAN,Sp. B


Penata TK I
NIP : 19700429 199903 1 002

Anda mungkin juga menyukai