Anda di halaman 1dari 22

PEDOMANPELAYANAN KLINIS

UNIT RAWAT JALAN

KLINIK RAWAT INAP DAN KLINIK


BERSALIN AFIFA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas kehendak dan pertolonganNya
sehingga kami bisa menyelesaikan Pedoman Layanan Klinis Unit Rawat Jalan ini bisa sampai
ditangan pembaca. Pedoman Layanan Klinis Unit Rawat Jalanadalah salah satu bentuk
pertanggungjawaban untukmeningkatkan status derajat kesehatan masyarakat secara umum.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua karyawan Klinik Rawat Inap dan Klinik
Bersalin Afifa yang telah berupaya maksimal dalam memberikan pelayanan kepada mayarakat
karena tanpa mereka pedoman ini tidak akan bisa sampai di hadapan pembaca. Akhirnya
semoga Pedoman Layanan Rawat Jalan ini membawa manfaat kepada banyak pihak yang
berkepentingan. Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT, saran dan
masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan pedoman ini untuk masa yang akandatang

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Klinik merupakan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medis, berupa
medis dasar dan atau medis spesialistik. Diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan juga dipimpin oleh seorang tenaga medis berdasarkan Permenkes RI No.9, 2014.
Sebagai bagian dari klinik, instalasi rawat jalan berupaya meningkatkan pelayanan
kesehatan dan berusaha memenuhi segala aspek mutu kesehatan. Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya serta tuntutan masyarakat akan pemenuhan kesehatan yang prima maka
instalasi rawat jalan sampai tahun ini menambah pelayanan diantaranya pelayanan umum,
UGD, dan pelayanan gigi, rujukan.
Saat ini upaya peningkatan mutu pelayanan terus dilakukan terutama mutu pelayanan
klinis sehingga diharapkan dapat terwujud pelayanan klinis yang bermutu tinggi ditunjang
dengan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang berkualitas dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan.Untuk itu perlu disusun pedoman yang diharapakan menjadi
acuan bagi peningkatan penyelenggaraan pelayanan klinis yang professional dan bermutu.

B. TujuanPedoman
1. Tujuan umum
Menjadi panduan standarisasi pelayanan rawat jalan di Klinik Rawat Inap dan Klinik
Bersalin Afifa
2. Tujuan khusus
a. Pelayanan kesehatan di instalasi rawat jalan dapat berjalan dengan baik berdasarkan
SPO sehingga keselamatan pasien dapat dimaksimalkan.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dengan pengutamaan
pada upaya preventif dan kuratif.
c. Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang nyaman dan lingkungan
yang aman.
d. Menjadi instalasi rawat jalan dengan SDM yang berbelas kasih, asertif, profesional,
tim, dan sejahtera
C. Sasaran Pedoman
Semua penyelenggara pelayanan klinis baik itu staf medis (dokter/dokter gigi),
paramedis (perawat, bidan), tenaga kesehatan lainnya (nutrisionis/ahli gizi, sanitarian,
analis/laboratorium, apoteker/farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, dan tenaga non
kesehatan (administrasi, loket dan rekam medik, sopir, cleaning service, petugas keamanan)
serta pasien yang terkait untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pelayanan klinis rawat jalan
di Klinik Rawat Inap dan Klinik Bersalin Afifa.

D. Ruang LingkupPedoman
Ruang lingkup pelayanan klinis di klinik meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data
identitasnya dan dibuatkan rekammediknya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke poli
yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di pelayanan klinik sesuai dengan keluhan dan kondisi
pasien. Pemeriksaan dilakukan di pelayanan umum, pelayanan gigi, atau ruang tindakan
terbatas (UGD).
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci akan
dirujuk ke unit pelayanan terkait, misalnya konsultasi pelayanan umum, UGD, dan
pelayanan gigi, rujukan.

E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa
mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya
untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan sesuai dengan
kemampuan klinik.
3. Pasien rawat jalan adalah pasien klinik yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kondisinya dapat pulang kerumah.
4. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan dokter untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi
terhadap pasien.
5. Konsultasi adalah upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien
mengenai hal-hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
6. Anamnesa adalah kegiatan penggalian informasi pasien tentang penyakit sekarang dan
yang pernah diderita untuk kepentingan penegakan diagnose.
7. Diagnosa adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu
penyakit atau kondisi dari yang lainnya.
8. Terapi adalah kegiatan pengobatan sesuai dengan diagnosa.
9. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara
vertikal maupun horizontal meliputi sarana rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli,
rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, rujukan bahan
pemeriksaan laboratorium.

10. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang
membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan
dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya
dalam pemecahan masalah.
11. Pencatatan pada Rekam Medik adalah penulisan hasil pemeriksaan yang di dapat oleh
petugas yang ditulis pada rekam medik.
12. Pengembalian Rekammedik adalah kegiatan setelah pencatatan rekam medic dimana
rekam medic dalam satu kali 24 jam harus segera di kembalikan lagi keloket untuk
kelancaran pelayanan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Rawat Jalan adalah :
NO JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH
1 Dokter Umum S1 Kedokteran dengan profesi 3
2 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi 2
4 Perawat D III Keperawatan 2

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan rawat jalan yaitu :
Jumlah tenaga rawat jalan berjumlah 2 dokter umum, 2 dokter gigi, dan 2 perawat
pelaksana.
No Nama Petugas Jabatan
1. Dr. Dedy Tri Soetjahjono Dokter umum
2. Dr. Anugrah Puspitasari Dokter umum
3. Drg. Radika Fahmi Dokter gigi
4. Drg. Deny Dokter gigi
5. Nurul Rahmawati Perawat
6. AgristinTriyasih Perawat

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan rawat jalan yaitu sebagai berikut :
1. Pelayanan unit rawat jalan
Pelayanan rawat jalan dilakukan pada :
Hari : Setiap hari
Jam : 24 jam
2. PelayananUnit Gawat Darurat (UGD)
PelayananUnit Gawat Darurat (UGD) dilakukan pada :
Hari : Setiap hari
Jam : 24 jam
3. Pelayanan poli gigi
Pelayanan poli gigi dilakukan pada :
Hari : Senin- Jum’at
Jam
 Pagi jam 09.00 – 11.00 WIB
 Sore jam 17.00 – 20.00 WIB
NB: setiap tanggal merah dokter gigi libur
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang tersedia untuk menunjang pelayanan rawat jalan meliputi :
1. Ruang UGD
a. 2 buah bed periksa dan bantal
b. 1 tiang infus
c. Lemari
d. Kotak obat darurat
e. 1 buahkursi
f. Tensimeter, termometer, saturasioksigen, stetoskop
g. Senter
h. Heating set
i. Angkat jahitan set
j. Rawat luka set
k. Infus set, tourniquet, alcohol, kapas, cairan infus.
e. Tensimeter
f. Stetoskop
g. Termometer
h. Hammer
i. Senter
j. Timbangan
k. Pengukur tinggi badan
l. Alat THT
m. CFR
n. Nebulezer
o. Tabung O2
p. Tongue spatel
q. Kitbat dingin/panas
r. Tempat cuci tangan

2. Ruang pelayanan umum


a. Bed periksa dan selimut
b. Alat tulis (balpoint)
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Termometer suhu badan
f. Timbangan dan alat ukur tinggi badan
g. Meja kerja dan kursi
h. Lemari alat
i. Senter
j. Tongue spatel
k. Alat tindakan rawat luka
l. Kitbat dingin dan hangat
m. Pengukur tinggi badan
n. Timbangan

3. Pelayanan poli gigi


a. Dental unit
b. Tensimeter
c. Sterilisator
d. Ultra sonic scaler
e. Light curing
f. Stetoskop
g. Micromotor
h. Pincet
i. Sonde
j. Kacamulut
k. Exavator
l. Plastic instrumen
m. Spatel
n. Spatelplastik
o. Scaler manual
p. Guntingverban
q. Handle scalpel
r. Korentang
s. Tang molar atas kiri
t. Tang molar atas kanan
u. Tang pre molar atas
v. Tang radix atas belakang
w. Tang mahkota atas depan
x. Tang radix atas depan
y. Tang molar bawah
z. Tang pre molar bawah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan pelayanan rawat jalan meliputi :
1. Pelayanan umum/rawat jalan
2. Pelayanan Unit GawatDarurat (UGD)
3. Pelayanan poli gigi
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pelayanan rawat jalan yaitu :
1. Anamnesa/wawancara terhadap pasien
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang
diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga,
riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada
beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter
dari pasien atau keluarga pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis
penyakit.
2. Pemeriksaanfisik
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomosis). Meskipun tidak memuat
rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis serta
menyingkirkan diagnosis banding.
3. Penentuan diagnosa penyakit
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar logaritma
penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis
banding, dan komplikasi penyakit.
4. Rencana (rujukan/pemulangan pasien)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien
(patient centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi
dan farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien
dan keluarga (family focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan
dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria “TACC” (Time
Age-Complication Comorbidity) berikut:
1) Time: jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau
melewati Golsden Time Standart.
2) Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan
resiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat.
3) Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien.
4) Comorbidity :jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat
kondisi pasien.
Selain empat kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar
bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan
dengan persetujuan pasien.
5. Tindakan (TTV, rawat luka, KIE,pemberian terapi)
6. Evaluasi

C. Langkah Kegiatan
1. Tatalaksana pelayanan rawat jalan
a. Petugas penanggungjawab pelayanan
1) Dokter
2) Perawat
b. Perangkat kerja
Perangkat kerja yang termasuk dalam pelayanan rawat jalan yaitu status pasien atau
rekam medis
c. Tatalaksana pelayanan rawat jalan
1) Setelah pasien daftar di loket pendaftaran pasien antri di depan ruangan
pemeriksaan rawat jalan
2) Status pasien atau rekam medis diantar oleh petugas rekam medis dan diberikan
pada perawat yang sedang bertugas
3) Perawat memanggil nama pasien dan mempersilahkan pasien masuk kedalam
ruangan rawat jalan
4) Perawat melakukan pemeriksaan vital sign dan pengkajian kepada pasien.
5) Dokter/perawat melengkapi rekam medis mulai dari anamneses/pengkajian,
diagnose, rencana, tindakan, dan evaluasi.
6) Perawat klinik mengisi kelengkapan dokumen rekam medis dan mengembalikan
keruang rekam medis setelah selesai pelayanan.
7) Dokter memberikan resep, kemudian perawat menyerahkan resep ke bagian
farmasi.
8) Pasien melanjutkan pelayanan untuk pengantrian obat
9) Rencana rujukan

2. Tatalaksana pelayananUnit Gawat Darurat


a. Petugas penanggung jawab pelayanan
1) Dokter jaga UGD
2) Perawat UGD
b. Perangkat kerja
Perangkat kerja yang termasuk dalam pelayanan UGD yaitu status pasien atau
rekam medis, telpon, stetoskop, tensi meter, thermometer.
c. Tatalaksana pelayanan UGD
1) Pendaftaran pasien
Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien / keluarga (SOP
–Pendaftaran pasien baru di UGD). Bila pasien dalam keadaan gawat darurat,
maka akan langsung diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga /
penanggung jawab melakukan pendaftaran
2) Tata Laksana Sistim Komunikasi UGD
Komunikasi antara UGD dengan dokter jaga dan ambulan yang terkait dengan
pelayanan menggunakan pesawat telephone langsung di bagian administrasi
klinik.
3) Tata Laksana Pelayanan Triase UGD
Pasien / keluarga pasien datang dan diterima perawat jaga UGD Dokter jaga
UGD/Perawat jaga melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan
a. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital.
b. Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.
c. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan
biasa, tidak perlu segera.
4) Tata Laksana Informed Consent
Dokter /Perawat UGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien / keluarga pasien. pasien menyetujui, informed
consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat. Setelah diisi dimasukkan
dalam status medik pasien.
5) Tata Laksana Transportasi Pasien UGD
Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan Klinik Afifa sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi bagian ambulan. Perawat
UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
6) Tata Laksana Evaluasi
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD / Perawat
d. Dokter / Perawat jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan mengisi informed consent
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
7) Tata Laksana Sistim Rujukan UGD
a. Perawat UGD menghubungi rumah sakit yang akan tuju
b. Perawat jaga UGD memberikan informasi pada perawat /dokter jaga rumah
sakit rujukan mengenai keadaan umum pasein (SOP - Rujukan UGD)
c. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD
menghubungi ambulan

3) Tatalaksana pelayanan poli gigi


a. Petugas penanggung jawab pelayanan
1) Dokter
2) perawat
b. Perangkat kerja
Perangkat kerja yang termasuk dalam pelayanan poli gigi yaitu status pasien atau
rekam medis
c. Tata laksana pelayanan poli gigi
1) Setelah pasien daftar di loket pendaftaran pasien antri di depan ruangan
pemeriksaan pelayanan poli gigi
2) Status pasien atau rekam medis diantar oleh petugas rekam medis dan diberikan
pada dokter gigi yang bertugas.
3) Perawat memanggil nama pasien dan mempersilahkan pasien masuk kedalam
ruangan pelayanan poli gigi.
4) Perawatmelakukan pemeriksaan vital sign dan pengkajian kepada pasien.
5) Dokter melengkapi rekam medis mulai dari anamneses/pengkajian, diagnose,
rencana, tindakan, dan evaluasi.
6) Dokter mengisi kelengkapan dokumen rekam medis
7) Perawat mengembalikan keruang rekam medis setelah selesai pelayanan.
8) Pasien melanjutkan pelayanan untuk pengantrian obat dan pembayaran untuk
pasien umum
9) Rencana rujukan
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan klinis berdasarkan permintaan unit
pelayananrawatjalan. Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai unit layanan meminta kepada
unit layanan farmasi (unit obat). Logistik bahan habis pakai medis di unit layanan klinis seperti:
kasa kotak steril, kasa gulung, jarum ,spuit 3/5/10 cc, benang, povidone iodine (Betadine),
plester, NaCl 0,9%, infus set, iv catheter, obat-obat emergency, dan lain-lain.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Keselamatan sasaran kegiatan sangatlah penting untuk diperhatikan. Hal tersebut dapat
mempengaruhi kondisi pasien maupun dokter atau perawat yang bertugas. Terlebih jika pasien
memiliki riwayat penyakit menular yang dapat menular melalui udara atau cairan tubuh pasien
pada dokter atau perawat yang bertugas.

a. Dokter
a. Menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD)
b. Menggunakan masker
c. Menggunakan alat-alat pemeriksaan yang disterilisasi secara berkala
d. Menggunakan alat-alat pemeriksaan yang divalidasi secara berkala
e. Menggunakan sarung tangan
f. Tersedianya tempat cuci tangan
g. Tersedianya handsanitizer
h. Tersedianya sampah medis dan sampai non medis
b. Perawat
a. Menggunakan alat perlindungan diri (APD)
b. Menggunakan masker
c. Menggunakan alat-alat pemeriksaan yang disterilisasi secara berkala
d. Menggunakan alat-alat pemeriksaan yang divalidasi secara berkala
e. Menggunakan sarung tangan
f. Tersedianya tempat cuci tangan
g. Tersedianya hand sanitizer
h. Tersedianya sampah medis dan sampah non medis
c. Petugas rekam medis
a. Menggunakan alat perlindungan diri (APD)
b. Menggunakan masker
c. Tersedianya handsanitizer
d. Petugas administrasi
a. Menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD)
b. Menggunakan masker
c. Tersedianya handsanitizer
e. Petugas farmasi
a. Menggunakan alat perlindungan diri (APD)
b. Menggunakan masker
c. Tersedianya handsanitizer
f. Pasien dan keluarga pasien
a. Menggunakan masker
b. Tersedianya tempat cuci tangan
c. Tersedianya handsanitizer
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan klinis perlu diperhatikan
keselamatan kerja karyawan klinik dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan pelayanan klinis rawat jalan.
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungannya. Mengacu pada pengertian
tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem
keselamatan kerja diantaranya:
1) Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya dengan benar baik
itu masker, penutup kepala, handscoon, skort/apron, kacamata, pelindung kaki, dan
sebagainya.
2) Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non infeksius
3) Serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit bekas.
4) Aturan untuk tidak melakukan recuping jarum suntik setelah dipakai ke pasien.
5) Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan penyakit
sehingga unsure keselamatan kerja dapat terus dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Menjaga mutu pelayanan rawat jalan bukan hanya tugas dari tim pengendalian mutu, tetapi
juga tugas dari semua petugas yang terkait dalam pelayanan rawat jalan. Langkah untuk menjaga
mutu pelayanan rawat jalan yaitu dengan menerapkan budaya kerja. Budaya kerja tersebut
meliputi :
1. Penerapan 3S
3S (Senyum, salam, sapa) merupakan hal yang penting dilakukan pada setiap
pemeriksaan. Penerapan 3S tersebut sebagai upaya untuk mempertahan mutu pelayanan
rawat jalan. Apabila dokter atau perawat melakukan dab menerapkan 3S, pasien akan
merasa nyaman saat mendapatkan pemeriksaan.
2. Hadir 5 menit sebelum waktu pelayanan
Pelayanan rawat jalan dilakukan 24 jam setiap hari. Upaya menjaga mutu pelayanan
juga dapat dilakukan dengan cara hadir 5 menit sebelum waktu pelayanan. Hal
tersebutdilakukan agar pasien tidak merasa kecewa saat akan berobat karena menunggu
dokter atau perawat yang bertugas terlalu lama
3. Cepat tanggap dalam bertindak
Beberapa pasien yang datang merupakan pasien dengan keadaangawat darurat. Cepat
tanggap dalam bertindak merupakan upaya yang dilakukan dokter atau perawat dalam
memberikan pelayanan rawat jalan terutama UGD dengan sistem triage.
4. Penerapan 5R
Dalam memberikan pemeriksaan rawat jalan, dokter atau perawat juga dituntut untuk
menerapkan 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, dan Rajin). Ringkas dalam melakukan
tindakan, rapih setelah menggunakan alat-alat pemeriksaan, resik dalam menjaga ruangan,
rawat dalam menjaga kesterilan alat, dan rajin dalam bekerja.
1.
BAB IX
PENUTUP
Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan dari KlinikRawat
Inap dan Klinik Bersalin Afifa yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan pemenuhan
target finansial saja, tetapi sebuah pelayanan yang mengedepankan akan kasih dan
mengutamakan keselamatan pasien dengan cara meningkatkan sumber daya manusia melalui
pendidikan ataupun pelatihan – pelatihan.

Semoga dengan adanya pedoman pelayanan klinis rawat jalan ini pelayanan di Instalasi
Rawat Jalan dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai