Anda di halaman 1dari 15

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN

NOMOR 190/SK/RSBP/I/2019
TENTANG
KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN
(ARK) PADA RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANJAR PATROMAN

Menimbang : a. bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian


dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi
dengan profesional pemberi asihan dan tingkat
pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan;
b. bahwa untuk menyelaraskan kebutuhan asuhan
pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakit, menggkoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan
selanjutnya sehingga dapat meningkatkan mutu
asuhan pasien dan efesiensi penggunaan sumber
daya yang tersedia di rumah sakit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b tersebut di atas,
perlu ditetapkan Keputusan Rumah Sakit Bnjar
Patromantentang Kebijakan Akses Ke Rumah
Sakit Dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) Pada
Rumah Sakit Banjar Patroman
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 tentangI zin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan;
9. Peraturan Menteri KesehatanNomor 36 Tahun
2012 tentang Rahasia Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan pasien.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
12. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 64 Tahun
2013 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BANJAR PATROMAN TENTAN


KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANA
(ARK) PADA RUMAH SAKIT BANJAR PATROMAN
KESATU : Kebijakan Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas pelayanan (AR
pada Rumah Sakit Banjar Patroman sebagaimana tercantum dala
lampiran keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Akses Pelayanan dan Kontinuitas pasien sebagaima
dimaksud pada diktum KESATU merupakan acuan dan wa
dilaksanakan oleh seluruh professional kesehatan dalam memberik
pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Banjar Patroman.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini ak
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :
Pada tanggal : 2019

DIREKTUR
RUMAH SAKIT BANJAR PATROMAN

DR. dr. H. HERMAN SUTRISNO., MM.


Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Banjar Patroman

Nomor :

Tanggal : ............01 - 2019

Tentang : Kebijakan Akses ke Rumah Sakit Dan Kontinuitas Pelayanan


(ARK) Pada Rumah Sakit Banjar Patroman

KEBIJAKAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN


(ARK) PADA RUMAH SAKIT BANJAR PATROMAN
PEMBERIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN
1. Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang penerimaan pasien dirawat
inap atau pemeriksaan pasien di rawat jalan sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan pasien yang telah diidentifikasi sesuai misi serta
sumber daya rumah sakit yang ada :
 Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya.
 Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam (poliklinik dan IGD )
atau diluar Rumah Sakit ( Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tk I atau
Rumah Sakit lain )
 Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien
sesuai dengan misi dan sumber daya Rumah Sakit
 Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan
kebutuhan pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat.
 Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan
tanggung jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima,
dipindahkan atau di rujuk.
 Skrining dan tes diagnosa yang merupakan standar sebelum
penerimaan pasien, yang meliputi evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik ( DPL, GD, Kreatinin ) atau diagnostic imajing
( Thorax foto ), EKG sebelumnya.
 Pasien tidak dirawat, tidak dipindahkan atau dirujuk sebelum
diperoleh hasil tes yang dibutuhkan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
2. Pasien dengan kebutuhan darurat, sangat mendesak, atau yang
membuthkan pertolongan segera diberikan prioritas untuk asesmen dan
tindakan.
 Rumah sakit melaksanakan proses triase dengan menggunakan
pedoman kegawat daruratan berbasis bukti untuk memprioritaskan
pasien dengan kebutuhan emergensi.
 Staf dilatih menggunakan kriteria ini.
 Pasien diprioritaskan atas dasar urgensi kebutuhannya.
 Pasien emergensi diperiksa dan dibuat stabil sesuai kemampuan
rumah sakit dulu sebelum dirujuk.
3. Pada proses admisi pasien rawat inap, dilakukan skrining kebutuhan
pasien untuk menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif yang diprioritaskan berdasar atas kondisi pasien.
 Ada pemeriksaan skrinng untuk membantu staf mengetahui
kebutuhan pasien.
 Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan
berdasar atas hasil pemeriksaan skrining.
 Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif,
kuratif, rehabilitatif dan paliatif diprioritaskan.

PENDAFTARAN

1. Rumah Sakit menetapkan proses pasien masuk rumah sakit untuk


rawat inap dan proses pendaftaran rawat jalan.
 Pendaftaran pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien gawat
darurat, proses penerimaan pasien gawat darurat ke unit rawat inap,
menahan pasien untuk observasi dan mengelola pasien bila tidak
tersedia tempat tidur pada unit yang dituju maupun seluruh rumah
sakit..
 Staf memahami dan melaksanakan semua proses sesuai dengan
regulasi.
2. Saat petugas pendaftaran, pasien dan keluarga pasien dijelaskan tentang
rencana asuhan, hasil yang diharapkan dari asuhan dan perkiraan
biaya.
 Penjelasan termasuk rencana asuhan dan hasil yang diharapkan
didokumentasikan.
 Penjelasan yang diberikan dipahami oleh pasien atau keluarga untuk
membuat keputusan.
3. Rumah sakit menetapkan proses mengelola alur pasien di seluruh
bagian rumah sakit.
 Proses untuk mengatur alur pasien di rumah sakit, termasuk :
- Ketersediaan tempat tidur rawat inap.
- Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi,
teknologi medis dan pebutuhan lain untuk mendukung
penempatan sementara pasien.
- Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di
beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit
darurat.
- Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan dan
pelayanan (seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi,
radiologi dan unit pasca-anestesi).
- Efesiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan
kepada pasien (seperti kerumahtanggaan dan transportasi);
- Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai kebutuhan pasien.
- Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti keagamaan atau
bantuan spiritual dan sebagainya).
 Dilakukan evaluasi terhadap pengaturan alur pasien secara berkala
dan melaksanakan upaya perbaikan.
4. Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan intensif
atau pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria yang telah
ditetapkan:
a. Kriteria klinis Perpindahan pasien dari IGD ke Ruang HCU:
Prioritas 1: Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai
resiko tinggi untuk terjadi komplikasi.
Prioritas 2: Pasien yang memerlukan Perawatan perioperatif.
b. Pasien yang memerlukan stabilisasi dilakukan observasi sampai
kurun waktu maksimal 6 jam sebelum ditransfer ke unit pelayanan
intensif atau ruang perawatan.
c. Staf yang kompeten dari unit intensif berwenang menentukan
kriteria.
d. Staf dilatih untuk melaksanakan kriteria.
e. Catatan medis pasien yang diterima masuk di atau keluar dati unit
intensif memuat bukti bahwa pasien memenuhi kriteria masuk atau
keluar.
KESINAMBUNGAN PELAYANAN

1. Rumah Sakit menetapkan proses penyusunan perencanaan pemulangan


pasien (P3) dimulai pada asesmen awal rawat inap dan menetapkan
kriteria yang membutuhkan P3
2. Pelaksanaan P3 dicatat direkam medis.
3. Rumah Sakit melaksanakan proses kesinambungan pelayanan di rumah
sakit dan koordinasi diantara profesional pemberi asuhan (PPA) dibantu
oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/Case Manajer.
 Ada penunjukan MPP dengan uraian tugas antara lain dalam konteks
menjaga kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu
pasien melalui komunikasi dengan PPA dan pimpinan unit.
 Pasien diskrining untuk kebutuhan pelayanan manajemen pelayanan
pasien.
 Pasien yang mendapatkan MPP, pencatatannya dilakukan dalam
Form MPP selalu diperbaharui untuk menjamin komunikasi dengan
PPA.
 Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dengan
menggunakan perangkat pendukung, seperti rencana asuhan PPA,
catatan MPP, panduan atau perangkat lainnya.
 Kesinambungan dan koordinasi dapat dibuktikan di semua
tingkat/fase asuhan pasien.
4. Rumah Sakit menetapkan bahwa setiap pasien harus dikelola oleh
Dokter Penanggung Jawa Pelayanan (DPJP) untuk memberikan asuhan
kepada pasien.
 Proses pengaturan perpindahan tanggung jawab koordinasi asuhan
pasien dari satu dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) ke DPJP
lain, termasuk bila terjadi perubahan DPJP.
 DPJP ditetapkan telah memenuhi proses kredensial, sesuai peraturan
perundang-undangan.
 Bila dilaksanakan rawat bersama ditetapkan DPJP Utama sebagai
koordinator asuhan pasien.
5. Rumah Sakit menetapkan informasi tentang pasien disertakan pada
proses transfer, termasuk penetapan form transfer yang meliputi :
 Form tersebut memuat indikasi pasien masuk dirawat.
 Form tersebut memuat riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
 Form tersebut memuat setiap diagnosis yang dibuat.
 Form tersebut memuat setiap prosedur yang dilakukan
 Form tersebut memuat obat yang diberikan dan tindakan lain yang
dilakukan.
 Form tersebut memuat keadaan pasien pada waktu pindah transfer).

PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT (DISCHARGE) DAN TINDAK LANJUT


1. Rumah Sakit menetapkan proses pemulangan pasien (discharge) dari
rumah sakit berdasar atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan
kesinambungan asuhan atau tindakan .
 Pemulangan pasien meliputi :
- Kriteria pemulangan pasien.
- Kriteria pasien memerlukan P3/discharge planning.
- Kriteria pasien yang memerlukan kesinambungan asuhan
- Penetapan form ringkasan pulang yang harus dibuat DPJP sebelum
pasien pulang.
 Ada kriteria pasien yang diizinkan untuk keluar meninggalkan rumah
sakit selama periode tertentu.
2. Pemulangan pasien yang rencana pemulangannya kompleks (discharge
planning) dimulai sejak awal pasien masuk rawat inap melibatkan semua
PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP, untuk kesinambungan asuhan
sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan pasien.
3. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat ditunjukan
kepada fasilitas kesehatan perorangan maupun institusi yang berada di
komunitas dimana pasien berada yang bertujuan untuk memberikan
bantuan pelayanan.
4. Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua
pasien rawat inap, memuat hal-hal sebagai berikut :
- Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis dan komorbiditas lain.
- Temuan fisik penting dan temuan-temuan lain.
- Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yang telah dikerjakan.
- Obat yang diberikan selama diranap dengan potensi efek residual
obat tidak diteruskan dan semua obat yang harus digunakan di
rumah.
- Kondisi pasien (status present).
- Ringkasan memuat instruksi tindak lanjut, agar dihindari istilah
anjuran.
5. Ringkasan pasien pulang dibuat sebelum pasien keluar dari rumah sakit
oleh DPJP :
- Satu salinan/copy dari ringkasan diberikan kepada tenaga
kesehatan yang bertanggungjawab memberikan tindak lanjut
asuhan kepada pasien.
- Satu salinan diberikan kepada pasien sesuai regulasi rumah sakit
yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Satu salinan diberikan kepada penjamin.
- Salinan ringkasan berada di rekam medik pasien.
6. Pasien rawat jalan yang membutuhkan asuhan yang kompleks atau
diagnosis yang kompleks dibuat catatan tersensiri Profil Ringkas Medis
Rawat Jalan (PRMRJ) dan tersedia untuk PPA.
 Pasien rawat jalan yang asuhannya kompleks meliputi :
- Kriteria diagnosis yang kompleks
- Kriteria suhan yang kompleks
- Kriteria yang memerlukan Profil Ringkas Medis Rawat Jalan
(PRMRJ).
- Cara penyimpanan PRMRJ ditelusur (easy to retriew)
- Informasi penting dalam PRMRJ oleh DPJP.
 Proses tersebut dievaluasi untuk memenuhi kebuthan para DPJP dan
meningkatkan mutu serta keselamatan pasien.
7. Rumah Sakit menetapkan proses untuk mengelola dan melakukan
tindak lanjut pasien dan memberitahu staf rumah sakit bahwa mereka
berniat keluar rumah sakit serta menolak rencana asuhan medis.
 Pengelolaan pasien rawat jalan dan rawat inap meliputi :
- Menolak rencana asuhan medis (against medical advice/AMA).
- Keluar rumah sakit atas permintaan sendiri (APS). Penghentian
pengobatan.
 Ada bukti pemberian edukasi kepada pasien tentang risiko medis
akibat asuhan medis yang tidak lengkap.
 Ada dokumentasi rumah sakit melakukan pengkajian untuk
mengetahui alasan pasien keluar rumah sakit atas apakah
permintaan sendiri, menolak asuhan medis, atau tidak melanjutkan
program pengobatan.
8. Rumah Sakit menetapkan proses untuk mengelola pasien yang menolak
rencana asuhan medis yang melarikan diri.
 Ada bukti pelaksanaan asesmen keprawatan untk identifikasi pasien
menderita penyakit yang membahayakan dirinya sendiri atau
lingkungan misalnya penyakit menular, penyakit jiwa dengan
kecenderungan bunuh diri atau perilaku agresif.
 Rumah Sakit melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada
indikasi kondisi pasien yang membahayakan dirinya atau
lingkungannya.

RUJUKAN PASIEN

1. Pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan lain berdasar atas


kondisi pasien, untuk memenuhi kebutuhan asuhan berkesinambungan
atau sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan penerima untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
 Kewajiban rumah sakit mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang
sesuai kebutuhan pasien.
 Staf yang bertanggungjawab dalam proses pengelolaan/penyiapan
rujukan.
 Proses rujukan untuk memastikan pasien dengan aman. Proses ini
meliputi :
- Ada staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan rujukan,
termasuk untuk memastikan pasien diterima di rumah sakit
rujukan yang dapat memenuhi kebutuhan pasien.
- Selama dalam proses rujukan ada staf yang kompeten sesuai
kondisi pasien yang selalu memonitor dan mencatatnya dalam
rekam medis.
- Dilakukan identifikasi kebutuhan obat, bahan medis habis pakai,
alat kesehatan dan peralatan medis yang dibutuhkan selama
proses rujukan.
- Dalam proses pelaksanaan rujukan, ada proses serah terima
pasien antara staf pengantar dan yang menerima.
 Ada kerjasama rumah sakit yang merujuk dengan rumah sakit yang
menerima rujukan yang sering dirujuk.
 Pasien dan keluarga dijelaskan apabila rujukan yang dibuthkan tidak
dapat dilaksanakan.
 Dokumen rujukan berisi :
- nama dari fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan
dan nama orang yang menyetujui menerima pasien.
- alasan pasien dirujuk, memuat kondisi pasien, dan kebutuhan
pelayanan lebih lanjut.
- prosedur intervensi yang sudah dilakukan
2. Prosedur rujukan dievaluasi dalam aspek mutu dan keselamatan pasien.
3. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien
 Di rekam medis pasien yang pindah dicatat nama rumah sakit tujuan
dan nama staf yang menyetujui penerimaan pasien
 Di rekam medis pasien yang pindah dicatat hal-hal lain yang
diperlukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang merujuk
 Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat alasan rujukan
 Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat kondisi khusus
sehubungan dengan proses rujukan
 Di rekam medis pasien yang dirujuk dicatat segala perubahan dan
kondisi pasien selama proses rujukan

TRANSPORTASI

1. Rumah Sakit menyedikan transportasi dalam proses merujuk,


memindahkan atau pemulangan, serta pasien rawat inap dan rawat jalan
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
 Transportasi pasien meliputi :
- Asesmen kebutuhan transportasi dan peralatan kesehatan sesuai
dengan kondisi pasien, termasuk pasien rawat jalan.
- Kebutuhan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan
peralatan medis sesuai dengan kondisi pasien.
- Transportasi yang memenuhi persyaratan PPI.
- Penanganan pengaduan/keluhan dalam proses rujukan.
2. Prasyarat ambulance dilengkapi dengan surat – surat :
- STNK ( Surat Tanda Nomor Kendaraan )
- SIM ( Surat Izin Mengemudi )
-
DIREKTUR
RUMAH SAKIT BANJAR PATROMAN

DR. dr. H. HERMAN SUTRISNO., MM.

Anda mungkin juga menyukai