02
RUMAH SAKIT TK. IV 13.07.01 WIRABUANA
Ditetapkan di Palu,
Pada tanggal
1. Pelayanan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
anestesiologi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra operatif (pra anestesia),
intra anestesia dan pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai bidang
anestesiologi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
5. Pelayanan anestesia dengan kualitas yang sama hendaknya tersedia bagi semua
pasien di Rumah Sakit :
a. 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
b. Pasien elektif maupun darurat.
c. Pasien obstetrik, medis dan bedah.
6. Pelayanan anestesi tersedia untuk keadaan darurat di luar jam kerja (Jadwal
Oncall) dengan pengaturan yang dilakukan oleh SMF Anestesi dan Komite Medis
serta Manajemen.
7. Pelayanan anestesi dilakukan oleh Dokter Anestesi Purna Waktu dan Dokter
Anestesi Paruh Waktu. Dalam pelaksanaannya anestesia, analgesia dan sedasi
yang aman, efektif.
8. Dokter spesialis anestesi dibantu oleh penata anestesi atau perawat yang telah
mendapatkan pendidikan formal tentang anestesi maupun perawat terlatih dan
bersertifikat yang merupakan tim pengelola pelayanan anestesi. Tim pengelola
pelayanan anestesi ini dipimpin oleh dokter spesialis anestesiologi dengan anggota
perawat anestesia dan/atau perawat.
9. Dokter spesialis anestesiologi yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau
lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktek (SIP) serta kewenangan klinis.
11. Rumah Sakit Tk. IV 13.07.01 Wirabuana tidak menggunakan Sumber Anestesi dari
luar dalam memberikan pelayanan Anestesi di Lingkungan Rumah sakit Wirabuana
dalam hal tenaga Dokter Anestesi
12. Pengkajian pra anestesi sebagai basis perencanaan anestesi dan penggunaan
analgesia pasca operatif. Pengkajian pra anestesi memberikan informasi yang
diperlukan bagi:
a. Pemilihan pelayanan anestesi dan merencanakan anestesi.
b. Pemberian layanan anestesi yang aman dan tepat.
c. Penafsiran temuan pada monitoring pasien.
13. Proses assesmen pra anestesi pasien dapat dilakukan beberapa waktu sebelum
rawat inap atau sebelum tindakan bedah atau sesaat sebelum operasi. Proses
asesmen pra anestesi sesaat sebelum operasi hanya pada pasien emergensi/life
saving atau pasien obstetri.
14. Pengkajian pra anestesi dilakukan kepada setiap pasien yang akan menjalani
tindakan anestesi. Di Rumah sakit pengkajian sebelum dilakukan pembiusan:
Dokter Spesialis Anestesi wajib melakukan pre op visit, dalam 24 jam terakhir
sebelum dilakukan pemberian anestesi, kecuali pada operasi cito.
15. Pengkajian pra induksi terpisah dari pengkajian pra anestesi. Pengkajian pra
induksi yang terpisah itu dilakukan untuk mengevaluasi pasien sebelum induksi
anestesi.
16. Pengkajian pra anestesi dan pra induksi dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesi.
17. Hasil Pengkajian pra anestesi didokumentasikan pada lembar konsultasi dan
pengkajian pra induksi didokumentasikan pada laporan anestesi/sedasi.
18. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk melakukan pengkajian dan
menentukan status medis pasien pra-anestesia meliputi:
a. Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
b. Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesia.
c. Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia yang akan dilakukan
menyangkut risiko, manfaat dan alternatif anestesi pada pasien dan atau
keluarga pasien (proses informed consent).
d. Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
e. Menentukan rencana pelayanan anestesi, termasuk metode, obat, persiapan
pasien dan premedikasi yang diperlukan.
f. Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesia dan obat-obat
yang akan dipergunakan.
19. Berikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga, risiko dan efek samping yang mungkin terjadi akibat pemberian sedasi,
alternatif pemilihan jenis anestesi, serta penggunaan darah, produk atau komponen
darah kepada pasien/ keluarga pasien/ penanggung jawab pasien menandatangani
formulir informed consent. Keluarga terdekat pasien meliputi keluarga inti.
Sementara pada pasien anak, penjelasan diberikan kepada orang tua pasien atau
penanggung jawab pasien.Yang memberikan penjelasan itu adalah Dokter
Spesialis Anestesi.
20. Pelayanan anestesi setiap pasien harus direncanakan secara seksama dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Perencanaan anestesi harus
mempertimbangkan informasi dari asesmen pasien dan mengidentifikasi anestesi
yang akan digunakan, termasuk metode pemberiannya, pemberian medikasi dan
cairan lain serta prosedur monitoring dalam mengantipasikan pelayanan pasca
anestesi.
21. Anestesi yang digunakan, tehnik anestesi, jelas obat anestesi serta Dokter spesialis
anestesi dan asisten anestesi/penata anestesi (tim anestesi) yang melakukan
tindakan dicatat dalam rekam medis pasien.
22. Pada saat intra anestesi / operatif, pasien dengan sedasi ringan, monitoring
dilakukan minimal setiap 15 menit, meliputi monitoring frekuensi jantung dan
pernafasan serta tekanan darah.Sedangkan pada sedasi sedang dan dalam,
monitoring dilakukan minimal setiap 5 menit, mencakup frekuensi jantung dan
pernafasan, saturasi oksigen, tekanan darah, EKG monitor, dan didokumentasikan
pada lembar catatan anestesi/sedasi.Pada saat Post anestesi/Operasi di Ruang
PACU, lanjutkan mengobservasi dan memonitor pasien sesuai tingkat sedasi
minimal setiap 15 menit untuk sedasi ringan, dan minimal 5 menit untuk sedasi
sedang dan dalam.Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan dilakukan
pengawasan pasca sedasi oleh dokter anestesi/asisten sedasi dengan memonitor
nadi, pernafasan, tekanan darah, saturasi O2 dan fungsi kardiovaskuler melalui
monitoring irama jantung (EKG monitor). Monitoring dilakukan setiap 15 menit pada
ruang pemulihan dan pasien tidak boleh ditinggalkan tanpa dijaga, hal tersebut
dicatat pada catatan anestesi. Gunakan sistem skor Aldrette dan skor Steward
untuk menentukan apakah pasien sudah boleh pindah ke ruangan, atau sesuai
instruksi dokter anestesi. Total Aldrette skor untuk respirasi, saturasi O2,
kesadaran, sirkulasi dan aktivitas yang dianggap sebagai kriteria boleh pindah
ruangan adalah ≥ 8 (dewasa). Skor Steward ≥ 5 pada pasien anak yaitu
kesadaran, respirasi dan aktivitas motorik.
23. Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke ruang pulih kecuali
atas perintah khusus dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang bertanggung
jawab terhadap pasien tersebut, pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit
perawatan kritis (HCU).
24. Setelah anestesi selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan dilakukan
pengawasan pasca anestesi / asisten sedasi dengan memonitor nadi, pernafasan,
tekanan darah, saturasi O2 dan fungsi kardiolovaskuler. Monitoring dilakukan setiap
15 menit. Monitoring didokumentasikan di lembaran Observasi.
25. Memindahkan dari ruang pulih pasca anestesi atau menghentikan monitoring
pemulihan, memakai salah satu cara alternatif berikut ini :
a. Pasien dipindahkan (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang
anestesiologist yang kompeten penuh atau petugas lain yang diberi otorisasi
oleh petugas yang bertanggung jawab untuk mengelola pelayanan anestesi
b. Pasien dipindahkan (atau menghentikan monitoring pemulihan) oleh seorang
perawat atau seorang petugas yang setaraf dan kompetensinya sesuai dengan
kriteria pasca anestesi yang dikembangkan oleh pimpinan rumah sakit dan bukti
pemenuhan kriteria didokumentasikan dalam rekam medis pasien
26. Hasil pemantauan pulih sadar harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan
pasien dapat dipindahkan keluar dari ruang pemulihan (discharge) dengan menggunakan
kriteria berikut :
a. Pasien dewasa (usia ≥ 14 tahun) dengan Aldrete Score yaitu :
1) Nilai 9 boleh pulang ke rumah dengan persetujuan dokter yang memberikan sedasi.
2) Nilai 6-8 ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2 dan tanpa nilai 0.
3) Nilai 5 ke ICU/IMC.
27. Pelayanan Anestesia Rawat Jalan diberikan pada pasien yang menjalani tindakan
pembedahan sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta tidak
menjalani rawat inap.
a. Pasien dengan status ASA 1 dan 2 yang terkendali sesuai penilaian dokter
spesialis anestesiologi dan disiapkan dari rumah.
b. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan
unit/fasilitas pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses
layanan dukungan perioperatif.
Ditetapkan di Palu,
Pada tanggal
KRITERIA PEMULIHAN
Ditetapkan di Palu,
Pada tanggal