BELL’S PALSY
Oleh:
Muhammad Reza Marifatullah
NPM 1102016136
Pembimbing:
Kolonel CKM dr. Antun Subono, Sp.S, M.Sc
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF
RUMAH SAKIT TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 31 JANUARI - 26 FEBRUARI 2022
BAB II: LAPORAN KASUS
Identitas Pasien.
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki -laki
No. CM : 441622
Usia : 58 tahun
Alamat : Bendungan jago
Agama : Islam
Suku Bangsa :-
Status Pernikahan : Menikah
Status Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk : 02 Januari 2022
Pembiayaan : BPJS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 02
Anamnesis. Januari 2022 di ruang IGD RS TK II Moh. Ridwan Meuraksa
Jakarta
Keluhan Utama.
Wajah merot ke kanan
Kesadaran : Komposmentis
GCS : E4M6V5
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Tanda vital :
-Tekanan Darah : 167/84 mmHg
-Nadi : 69 x/menit.
-Respirasi : 22 x/menit
-Suhu : 36C
-SpO2 : 98%
Pemeriksaan Fisik.
Status Generalis
o Kepala : Normocephal
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+),
Lagoftalmus (+/-), Pupil isokor
o THT : Pembesaran KGB pre/retroauricular (-/-)
o Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), tidak ada
peningkatan JVP
o Thorax
o Jantung
o Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, sikatrik (-)
o Palpasi : Iktus cordis teraba
o Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea parasternal
dextra, batas jantung kiri pada ICS VI 2 cm lateral
linea midklavikula sinistra, batas pinggang jantung
pada linea sternalis sinistra
o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik.
Status Generalis
o Paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil (+/+), fremitus vokal (+/+)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang perifer paru kanan kiri
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-),
wheezing (-)
o Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) di seluruh kuadran abdomen
Perkusi :Timpani pada seluruh kuadran abdomen, batas atas
hepar setinggi ICS VI linea midklavikula kanan, batas bawah hepar 7 cm ke arah
kaudal dari batas atas hepar, shifting dullness (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa
o Ekstremitas : akral hangat, udem kaki (-/-)
Pemeriksaan Neurologi.
GCS : E4M6V5 15 (Composmentis)
Pupil :
Dextra Sinistra
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
Tanda Rangsang Meningeal :
Dextra Sinistra
Kaku kuduk -
Brudzinski I - -
Laseque >70° >70°
Kernig ˃ 135° ˃ 135°
Brudzinski II - -
Brudzinski III - -
Brudzinski IV - -
Saraf Otak
Pemeriksaan Neurologi.
N. Kranialis Kanan Kiri N. III (Okulomotorius)
N. I (Olfaktorius)
Exoftalmus - -
Subyektif Baik Baik
Pupil (Besar, bentuk) D : 3mm, isokor D : 3mm, isokor
Dengan Bahan Baik Baik
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak + +
N. II (Optikus) langsung
Tajam Penglihatan Normal Normal Refleks konvergensi
- -
Lapang penglihatan Normal Normal Melihat kembar
- -
Melihat warna Normal Normal
Fundus okuli Normal Normal
N. III N. IV (Troklearis)
(Okulomotorius) Pergerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Simetris Simetris
Sela mata Sikap bulbus Simetris Simetris
Baik ke segala Baik ke segala
Pergerakan Bulbus arah arah Melihat kembar - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Saraf Otak
Pemeriksaan Neurologi.
N. V (Trigeminus) N. VII (Facialis)
Membuka mulut Baik Baik Mengerutkan dahi (-) Baik
Menguyah Baik Baik Menutup mata (-), Lagostalmus,Bells sign Baik
Mengigit Baik Baik Memperlihatkan Baik
gigi
Reflek kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Bersiul
Sensibilitas muka Baik Baik Tidak bisa melakukan Baik
Rasa kecap 2/3
N. VI (Abdusens) depan lidah Tidak dilakukan
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras
Sulci serebroi dan fissura Sylvi tidak melebar
Tanpak lesi Hipodens bentuk lakunar di capsula externa
sinistra
Thalamus, pons dan medulla oblongata tak tampak kelainan
Sistem ventrikel dan sisterna tidak melebar
Tak tampak pergeresan garis tengah
Kedia orbit, sinus paranasal dan mstoid tak tanpak kelainan
Resume.
Subyektif
Pasien datang dengan wajah merot ke kanan di
sertai mulut pelo sejak 1 hari yang SMRS.
Wajah melot kekanan dirasa diakaui tiba tiba
sejah pagi. Sebelumnya pasien telah melakukan
aktivitas berat (+), terpapar suhu dingin (- ),
kekakuan anggota gerak (-), sulit mengunyah.
Riwayat sroke pada tahun 2001 dengan
kelumpuhan anggota gerak sisi kanan. Riwayat
jantung, diabetes disangkal, mual (-), muntah
(-), hipertensi (+) mengonsumsi Amlodipin 5
mg.
Resume.
Obyektif
Status Pasien
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Tanda vital :
Tekanan Darah : 167/84 mmHg
Nadi : 69 x/menit, regular.
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36C
SpO2 : 98%
Sensorik Baik
Fungsi Luhur Baik
Fungsi Vegetatif BAK lancar, BAB lancar
Refleks Fisiologis
PCR Swab
Rencana Terapi.
Non Medikamentosa
- Fisioterapi
- Edukasi
Medikamentosa
- IVFD RL +
NB5000 20tpm
- Inj Ranitidin 2x50
mg
- Inj Citicolin 2x500
mg
- Inj Mecobalamin Prognosis.
2x500 mg Quo ad Vitam : ad bonam
- Metil prednosolon Quo ad Fungsional : dubia ad bonam
3x16 mg
- Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
NaCl 3% 12 tpm
Follow Up
Follow Up
Follow Up
BAB III: TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi Bell’s Palsy.
BeIl’s palsy adalah kelumpuhan atau paralisis wajah
unilateral karena gangguan nervus fasialis perifer yang
bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi
dan dengan perbaikan fungsi yang terjadi dalam enam
bulan (Abdullah, 2017).
Saraf otak ke VII
mengandung 4 macam
serabut, yaitu :
1. Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-otot
wajah kecuali m. levator palpebrae (N.III).
2. Serabut visero-motorik, (parasimpatis) yang datang
dari nukleus salivatorius superior. Serabut saraf ini
mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga
hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris
serta sublingual dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls
dari alat pengecap di dua pertiga bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik, rasa nyeri dan mungkin
juga rasa suhu dan rasa raba dari sebagian daerah kulit
dan mukosa yang dipersarafi oleh nervus trigeminus.
Etiologi
04. 05.
Gangguan Fungsi Penyakit Penyerta
Pendengaran
Patogenesis
PATOFISIOL
OGI
○ Tipe 2 (sinkenesis, degenerasi saraf, karena impuls dari satu akson dapat menyebar ke akson yang
berdekatan dan berakibat kontraksi otot-otot lain = saltatory movement)
○ Tipe 3 (sensori 2/3 anterior lidah terganggu, virus akan mempengaruhi saraf pada sel schwan, merusak
autoimun untuk sel membran saraf)
MANIFESTASI KLINIS
• Gangguan mengecap
Manifestasi Motorik
• Nyeri dibelakang telinga
• Bell’s palsy biasanya
mengalami kelemahan
pada satu wajah.
Kelemahan bersifat luas, Manifestasi Parasimpatik
mulai dari tidak bisa
menutup sebelah mata. • Penurunan produksi air mata
• Alis turun • Hipersalivasi
• Ektropion pada kelopak
bawah
• Synkinesis
A. Kerusakan setinggi foramen stilomastoideus
Gejala : kelumpuhan otot-otot wajah pada sebelah lesi
Sudut mulut sisi lesi jatuh dan tidak dapat diangkat
Makanan berkumpul diantara pipi dan gusi pada sebelah lesi
Tidak dapat menutup mata dan mengerutkan kening pada sisi lesi
B. Lesi setinggi diantara khorda tympani dengan n.stapedeus (didalam kanalis fasialis)
Gejala seperti (a) ditambah dengan gangguan pengecapan 2/3 depan lidah dan
gangguan salivasi
ANAMNESA
• Perkembangan gejala:
• Progresif paralisis>3 minggu harus dievaluasi untuk
neoplasma
• Kehilangan pendengaran mendadak dan nyeri hebat disertai
paralisis wajah dapat disebabkan oleh Ramsay Hunt
Syndrome.
• Riwayat penyakit : stroke, tumor, trauma (yang menyebabkan
paralisis)
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN
• Nervus fasialis
• Inspeksi: Kerutan dahi, pejaman mata, plika nasolabialis,
sudut mulut
• Motorik:
• Mengangkat alis dan mengererutkan dahi, memejamkan
mata, menyeringai (menunjukkan gigi geligi), mencucurkan
bibir, menggembungkan pipi
• Sensorik:
• Tes Schirmer, pemeriksaan Refleks Stapedius, Tes
Gustometri, Tes Salivasi
Pemeriksaan Penunjang
Tes pendengaran: jika diduga adanya kehilangan pendengaran, tes audiologi dapat
dilakukan untuk menyingkirkan neuroma akustikus.
Kelainan sentral :
• Stroke bila disertai kelemahan anggota gerak sisi yang sama
dan ditemukan proses patologis di hemisfer serebri
kontralateral.
• Kelainan tumor apabila onset gradual dan disertai perubahan
mental status atau riwayat kanker di bagian tubuh lainnya.
• Sklerosis multipel bila disertai kelainan neurologis lain
seperti hemiparesis atau neuritis optika
• Trauma bila terdapat fraktur os temporalis pars petrosus,
basis kranii, atau terdapat riwayat trauma sebelumnya
Deferential Diagnosis
Kelainan perifer :
• Otitis media supuratif dan mastoiditis apabila terjadi reaksi radang dalam
kavum timpani dan foto mastoid menunjukkan suatu gambaran infeksi.
• Herpes zoster otikus bila ditemukan adanya tuli perseptif, tampak vesikel yang
terasa amat nyeri di pinna dan/atau pemeriksaan darah menunjukkan kenaikan
titer antibodi virus varicella-zoster.
• Sindroma Guillain-Barre saat ditemukan adanya paresis bilateral dan akut.
• Kelainan miastenia gravis jika terdapat tanda patognomonik berupa gangguan
gerak mata kompleks dan kelemahan otot orbikularis okuli bilateral.
• Tumor serebello-pontin (tersering) apabila disertai kelainan nervus kranialis V
dan VIII.
• Tumor kelenjar parotis bila ditemukan massa di wajah (angulus mandibula).
• Sarcoidosis saat ditemukan tanda-tanda febris, perembesan kelenjar limfe
hilus, uveitis, parotitis, eritema nodosa, dan kadang hiperkalsemia.
Tatalaksana (Farmakologi).
Kortikosteroid Antiviral
Steroid yang sering digunakan adalah Penambahan obat antiviral
prednison dan prednisolon dengan dosis bertujuan untuk menghilangkan
prednison oral maksimal 40-60 mg/hari infeksi yang disebabkan oleh virus.
sedangkan pemberian prednisolon Untuk dewasa diberikan 2000-4000
menggunkan perhitungan dosis 1 mg/hari dibagi dalam lima kali
mg/kgBB/hari (maksimal 70 mg) selama pemberian selama 7-10 hari.
enam hari diikuti empat hari tappering off Pemberian valasiklovir oral untuk
(Yuwono, 2016). dewasa adalah 1000-3000 mg/hari
dibagi 2-3 kali selama 5 hari (Yuwono,
2016).
Tatalaksana (Non Farmakologi).
a. Penggunaan air mata buatan, pelumas (saat tidur), kacamata, plester mata, penjahitan kelopak mata
atas atau tarsorafi lateral (penjahitan bagian lateral kelopak mata atas dan bawah).
b. Rehabilitasi fasial meliputi edukasi, pelatihan neuromuskular, mengurut otot wajah yang lemah
(dengan mengangkat wajah ke atas dan membuat gerakan melingkar), meditasi-relaksasi dan
program pelatihan di rumah
Prognosis
Sulistyani, S. 2020. Tatalaksana Kortikosteroid pada Bell’s Palsy. Surakarta : Bagian Ilmu Penyakit
Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.