Anda di halaman 1dari 17

PREDNISOLONE VERSUS

DEXAMETHASONE FOR CROUP: A


RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL”

JOURNAL READING

NUZUL AZMI UTAMI


1102016165
• Skenario
Seorang ibu datang ke dokter dengan anaknya yang berusia 2 tahun dengan keluhan batuk
kasar seperti menggonggong (barking cough) disertai suara serak dan demam sejak 4 hari
yang lalu. Dokter melakukan pemeriksaan fisik didapatkan stridor inspirasi, dokter
menduga pasien terkena croup (laringotrakeobronkitis). Kemudian dilakukan pemeriksaan
penunjang radiologi antero-posterior leher dan didapatkan gambaran steeple sign
(penyempitan subglotis). Dokter ingin mengetahui tingkat efktivitas prednisolone 1mg/kg
dibandingkan dexamethasone 0.6mg/kg.
FORE GROUND QUESTION: APAKAH PREDNISOLONE 1MG/KG LEBIH
EFEKTIF DIBANDINGKAN DEXAMETHASONE 0.6MG/KG PADA PASIEN CROUP?

• PICO
Population: Anak berusia 2 tahun dengan diagnosis croup
Intervention: Prednisolone 1mg/kg
Control: Dexamethasone 0.6mg/kg
Outcome: Tingkat efektivitas prednisolone 1mg/kg dibandingkan dexamethasone 0.6mg/kg
• Searching for Scientific Evidence
Type: Therapy
Keywords: Prednisolone AND Dexamethasone AND Croup
Source: https://pediatrics.aappublications.org/content/144/3/e20183772
Limitations: Free Full Text, English language, 5 tahun
Search Result: 2
Select Article: Prednisolone versus Dexamethasone for Croup: a Randomized Controlled Trial
Validity
• Menentukan ada atau tidaknya randomisasi dan teknik randomisasi yang digunakan
 Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol terandomisasi (RCT).
 
 

• Menentukan ada tidaknya pertimbangan dan penyertaan semua pasien dalam


membuat kesimpulan
a. Mengidentifikasi ada lengkap tidaknya follow up
 Follow up dilakukan dengan panggilan telepon dalam waktu 4 minggu setelah keluar
rumah sakit.
 
b. Mengidentifikasi ada tidaknya analisis pasien pada kelompok randomisasi semula
 Pasien dianalisis dari 8707 pasien menjadi 1231 pasien, sesuai pada kelompok randomisasi
semula.
• Mengidentifikasi ada tidaknya blinding pada pasien, klinisi, dan peneliti terhadap
terapi
 Penelitian ini menggunakan sistem blinding pada peneliti, klinisi, dan pasien.
• Menentukan ada tidaknya persamaan kedua kelompok pada awal penelitian?
 Pada awal penelitian kedua kelompok sama sesuai dengan kriteria inklusi.
• Menentukan ada tidaknya persamaan perlakuan kedua kelompok (selain
perlakuan eksperimen)
 Tidak terdapat perlakuan yang sama selain perlakuan eksperimen pada kedua kelompok.
Importance
• Menentukan besar efek terapi (CER, EER, ARR, ARI, NNT)

EER (Experimental Event Rate) CER (Control Event Rate)


Proporsi outcome pada kelompok eksperimen. Proporsi outcome pada kelompok kontrol.
atau 54% atau 55%
RR (Relative Risk)
Perbandingan antara insiden penyakit yang muncul dalam kelompok terpapar dengan insiden
penyakit yang muncul dalam kelompok tidak terpapar.

RRR (Relative Risk Reduction)


Berapa persen terapi yang diuji memberikan perbaikan dibanding kontrol.
atau 2%

ARR (Absolute Risk Reduction)


Beda proporsi kesembuhan atau kegagalan antara terapi eksperimen dan kontrol.
atau 1%
NNT (Number Needed to Treat) ARI (Absolute Risk Increase)
Pengukuran dampak obat atau terapi dengan Kejadian efek samping pada eksperimen
memperkirakan jumlah pasien yang harus diberi
dan kontrol.
perlakuan agar berdampak pada satu orang.
% atau 0.8%
• Menentukan presisi estimasi efek terapi (95%CI)
CI = ARR
CI =
=
=
=
=
Applicability
• Menentukan kemungkinan penerapan pada pasien (sprektum pasien dan setting)
 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prednisolone maupun dexamethasone
untuk tatalaksana penyakit croup.
• Menetukan potensi keuntungan dan kerugian bagi pasien
 Keutungan: dexamethasone tidak dapat dijual bebas diluar rumah sakit, sedangkan
prednisolone bisa.
 Kerugian: dari penelitian ini terdapat efek samping dari prednisolone yaitu insomnia.
Terapi menggunakan prednisolone juga memerlukan penambahan dosis.

Anda mungkin juga menyukai