Anda di halaman 1dari 50

HIV/AIDS

Disusun oleh:
Haryo Sampurno (1102016082)

Pembimbing:
Dr. dr. Rika Bur, Sp.PD-KPTI, FINASIM

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM


RS YARSI
PERIODE 25 APRIL – 25 JUNI 2022
DEFINISI

● HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh1.
● AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV 2.

1. https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
2. Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta:
InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
 
Epidemiologi HIV/AIDS Secara Global

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Epidemiologi HIV/AIDS Secara Global

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Epidemiologi HIV/AIDS Secara Global

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia
Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia
Provinsi dengan Jumlah Infeksi HIV tertinggi pada tahun 2019

Provinsi dengan Jumlah Infeksi AIDS tertinggi pada tahun 2019

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Patofisiologi

Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4.Jakarta: Media Aesculapius. 2014; jilid 1
Fase

Simon, V., Ho, D. D., & Abdool Karim, Q. (2006). Epidemiologi HIV/AIDS, patogenesis, pencegahan, dan pengobatan. Lancet (London, Inggris), 368(9534), 489–504.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(06)69157-5
Transmisi

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti:

● Darah
● ASI (Air Susu Ibu)
● Semen
● Cairan vagina
● HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama kehamilan dan persalinan.

Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau
berbagi benda pribadi, makanan, atau air.

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Faktor Risiko

Perilaku dan kondisi yang meningkatkan risiko seseorang tertular HIV, yaitu:

● Melakukan hubungan seks anal atau vaginal tanpa kondom


● Memiliki infeksi menular seksual (IMS) lain seperti sifilis, herpes, klamidia,
gonore dan vaginosis bakteri
● Berbagi jarum yang terkontaminasi (jarum suntik dan peralatan suntik
lainnya)
● Menerima suntikan yang terkontaminasi, transfusi darah dan transplantasi
jaringan, dan melakukan penindikan dengan alat yang tidak steril
● Mengalami cedera tusukan jarum yang tidak disengaja, termasuk di kalangan
tenaga kesehatan

WHO. (2021). HIV/AIDS. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids


Manifestasi Klinis

Infeksi HIV tidak langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu, sebagian
memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut (3-6 minggu setelah terinfeksi)
● Demam
● Nyeri menelan
● Pembengkakan KGB
● Ruam
● Diare; atau
● Batuk
Setelah infeksi akut, akan dimulai infeksi HIV asimptomatik, yang umumnya berlangsung selama 8-10
tahun, namun pada Sebagian orang dapat berlangsung sekitar 2 tahun, atau bahkan > 10 tahun (non-
progressor)

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Penegakan Diagnosis

Diagnosis HIV ditegakan dengan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. HIV dapat
dideteksi secara langsung (virus HIV atau bagian-bagian dari virus HIV) menggunakan pemeriksaan antigen p24,
PCR HIV-RNA, atau kultur virus, namun HIV juga dapat dideteksi secara tidak langsung dengan mendeteksi respon
imun terhadap infeksi HIV.
Pemeriksaan tidak langsung lebih sering digunakan karena lebih mudah,dan murah, namun memiliki
kerugian terutama karena respon imun memerlukan jangka waktu sejak terjadinya infeksi hingga timbul reaksi
tubuh.

● Pemeriksaan antigen p24


P24 dapat ditemukan dalam serum, plasma, dan cairan serebeospinal, kadarnya meningkat saat awal infeksi
sampai beberapa saat sebelum penderita memasuki stadium AIDS. Pada penderita yang baru terinfeksi, antigen
p24 dapat positif hingga 45 hari setelah terjadinya infeksi, selain itu pemeriksaan ini juga dapat dijadikan sebagai
alat monitoring terapi ARV.

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiyohadi B,
Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 2161–2167 p.
Penegakan Diagnosis

● Kultur HIV
HIV dapat dikultur dari cairan plasma, serum, serebrospinal, peripheral blood mononuclear cells (PBMCs), saliva,
semen, lender serviks, dan ASI. Kultur HIV biasanya memerlukan waktu hingga 21 hari untuk tumbuh, biasanya
pemeriksaan ini digunakan untuk kepentingan penelitian.

● HIV-RNA
Jumlah HIV-RNA sering disebut viral load, pemeriksaan ini menggunakan teknologi PCR yang bertujuan untuk
mengetahui jumlah virus HIV di dalam darah, pemeriksaan ini dapat mendiagnosis HIV meski dalam masa window
periode. HIV-RNA juga dapat digunakan dalam monitoring pengobatan ARV.

● Pemeriksaan Antibodi
Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibody terhadap HIV secara umum diklasifikasikan sebagai
pemeriksaan penapisan (skrining), dan pemeriksaan konfirmasi. Metode yang paling banyak digunakan adalah
Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), metode ELISA dapat mendeteksi baik antibody maupun antigen HIV.

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Penegakan Diagnosis

Selain ELISA, metode lain untuk pemeriksaan serologi yang sederhana berupa aglutinasi imunofiltrasi (Flow through
tests), imunokromatograf (lateral flow tests), dan uji celup (dipstick). Hasil yang positif pada metode ini diindikasikan dengan
timbulnya bintik, atau garis berwarna atau ditemukan pola aglutinasi. Pemeriksaan ini dapat dikerjakan kurang dari 20 menit,
sehingga seringkali disebut sebagai uji cepat dan sederhana (simple/rapid, S/R).

Sampai saat ini, pemeriksaan konfirmasi yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan Wastern Blot (WB), namun
pemeriksaan WB membutuhkan biaya yang besar, dan seringkali memberikan hasil yang meragukan.

Pada pasien yang terdiagnosis HIV harus dilakukan pemeriksaan TB, baik sputum maupun rontgen thorax.

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Strategi I

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Strategi II

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Strategi III

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI

● Menjauhi factor risiko


● Meningkatkan hygiene
● Terapi kognitif perilaku
● Teknik relaksasi
● Dukungan psikososial & Agama

KEMENKES. (2019). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf


Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM,
Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
TATALAKSANA FARMAKOLOGI

Manfaat pemberian ARV:


● Menurunkan angka kematian
● Menurunkan risiko perawatan di Rumah Sakit
● Menekan viral load
● Memulihkan kekebalan
● Menurunkan risiko penularan

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Obat ARV yang Beredar di Indonesia

Nama Generik Dosis

Stavudin (d4T) <60kg= 2x40 mg


>60kg= 2x30 mg
Lamivudin (3TC) <50kg= 2mg/kg, 2x/hari
>50kg= 2x150 mg
Nevirapin (NVP) 1x200 mg selama 14 hari,
dilanjutkan 2x200 mg
Zidovudin (ZDV.AZT) 2x300 mg

Didanosin (ddI) <60kg= 2x125 mg atau 1 x 250 mg


>60kg= 2x200 mg atau 1x400 mg
Efavirenz (EFV, EFZ) 1 x 600 mg, malam

Nelfinavir (NFV) 2x1250 mg

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Kombinasi Obat ARV untuk HIV
ARV lini pertama untuk anak usia 5 tahun ke atas dan dewasa, termasuk ibu hamil dan
menyusui, ODHA koinfeksi hepatitis B, dan ODHA dengan TB.

a. TDF tidak dapat dimulai jika creatine clearance test (CCT) hitung < 50 ml/menit, atau pada
kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal

b. AZT tidak dapat dimulai jika Hb < 10 g/dL sebelum terapi

KEMENKES RI. (2019). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATALAKSANA HIV.


https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
PPIA

Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak:


● AZT + 3TC + EFV
● AZT + 3TC + NVP

Pemberian ARV pada bayi yang lahir dari ibu HIV:


● AZT 4mg/kgBB/x, 2x/hari, sejak lahir sampai 4-6 minggu

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Kegagalan Terapi
Istilah Definisi

Kegagalan virologis • VL <400 cm c/mL dalam 24 minggu, atau;


• VL <50 cm c/mL dalam 48 minggu
• Konsisten (pada 2 pengukuran berurutan)
VL > 50 c/mL setelah VL <50 c/mL

Kegagalan Imunologis Hitung CD4 gagal meningkat menjadi 25-50


cell/mm3 dalam satu tahun

Kegagalan klinis Pada pasien yang belum pernah diobati,


terjadinya atau kekambuhan gejala terkait HIV
lebih dari 3 bulan setelah terapi dimulai

Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta: InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
Komplikasi

AIDS terjadi ketika jumlah limfosit turun (kurang dari 200 sel per mikroliter) dan ditandai
dengan satu atau lebih dari penyakit berikut:

● Tuberkulosis (TB)
● Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
● Cytomegalovirus
● Kandidiasis
● Meningitis cryptococcal
● Kriptosporidiosis
● Toksoplasmosis
● Sarkoma Kaposi
● Limfoma
● Komplikasi neurologis (demensia kompleks AIDS)
● Penyakit ginjal

Infeksi Oportunistik dapat diminimalisir dengan pemberian profilaksis berupa kotrimoksazol 1x960
mg.

Justiz Vaillant AA, Gulick PG. Praktik Penyakit HIV Saat Ini. [Diperbarui 2022 Apr 30]. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls;
Januari 2022-. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534860/
Pencegahan

Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut:


● A (Abstinence): Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah
● B (Be Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan)
● C (Condom): Mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom
● D (Drug no): Dilarang menggunakan narkoba
● E (Education): Pemberian edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan, dan pengobatannya

PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
Prognosis

Secara umum, kematian pada HIV berhubungan dengan tatalakasana infeksi


oportunistik yang tidak adekuat, efek samping ARV berat seperti Sindrom Steven-Johnson, dan
kegagalan fungsi hati stadium akhir (koinfeksi HIV/HVB). Tingkat harapan hidup sudah
meningkat menjadi 63-67% untuk pasien yang sudah mendapat pengobatan pada saat usia 20
tahun. Di Amerika, sekitar 10% kematian terjadi akibat keganasan yang paling umum terjadi
disebabkan oleh limfoma non-Hodgkin, karsinoma paru, dan karsinoma hepar.

Justiz Vaillant AA, Gulick PG. Praktik Penyakit HIV Saat Ini. [Diperbarui 2022 Apr 30]. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls;
Januari 2022-. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534860/
DAFTAR PUSTAKA

● Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4.Jakarta: Media Aesculapius.
2014; jilid 1
● CDC. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from:
https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
● Haryanto AR, Rudijanto A, Madjid A, Muin AR, Hermawan AG, Tambunan S. BUKU AJAR ILMU PENYAKIT
DALAM. VI. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata KM, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Jakarta:
InternaPublishing; 2014. 889–899 p.
● Justiz Vaillant AA, Gulick PG. Praktik Penyakit HIV Saat Ini. [Diperbarui 2022 Apr 30]. Dalam: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; Januari 2022-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534860/
● KEMENKES. (2019). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
● PUSDATIN. HIV/AIDS [Internet]. 2019 [cited 2022 June 06]. Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-HIV.pdf
● Simon, V., Ho, D. D., & Abdool Karim, Q. (2006). Epidemiologi HIV/AIDS, patogenesis, pencegahan, dan
pengobatan. Lancet (London, Inggris), 368(9534), 489–504. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(06)69157-5
● WHO. (2021). HIV/AIDS. World Health Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

● Nama : Tn. A
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Usia : 27 tahun
● Alamat : Cempaka Putih
● Pekerjaan : Tattoo Artist
● Pendidikan Terakhir : SMA
● Status : Menikah
● Agama : Islam
● Tanggal masuk RS : 20 Mei 2022
Keluhan Utama

Skrining HIV
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RS YARSI untuk melakukan skrining HIV, menurut keterangan pasien, pasien
takut terkena HIV karena memiliki Riwayat hubungan seksual yang tidak aman. Pasien memiliki
Riwayat 1 bulan sekali melakukan hubungan seksual bersama teman-temannya yang ia kenal di sosial
media tanpa menggunakan alat kontrasepsi, hal ini dilakukan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan sejak 2 tahun terakhir
bersama pekerja seks komersial (PSK). Riwayat pemakaian narkoba disangkal. Demam, penurunan
napsu makan, penurnan berat badan, diare, nyeri menelan, sariawan disangkal. BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada

Riwayat Alergi
Tidak ada

Riwayat Pemakaian Obat


Tidak ada pemakaian obat rutin
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: Sakit sedang

Kesadaran: Komposmentis, GCS: 15 (E4 V5 M6)

Tanda Vital:
● TD : 110/90 mmHG
● Nadi : 84x/menit reguler
● Pernapasan : 18x/menit
● Suhu : 36.5,0˚C
● SpO2 : 99%

Status Gizi: 
● BB: 55 kg
● TB: 160 cm
● BMI: 21,5 (Normoweight)
Pemeriksaan Fisik

Kulit Leher
• Warna : Sawo matang
● KGB: Tidak teraba
• Pucat : Tidak pucat
• Jaringan parut: tidak ada ● Thyroid: Dalam batas normal
● Trakea tidak deviasi
Kepala: ● JVP: 5 + 2 cm
• Bentuk: Normochepal
• Rambut: Warna hitam, distribusi merata THT: 
● Telinga: membran timpani normal,
Mata: 
nyeri tekan (-), nyeri tarik (-), sekret (-)
Palpebra: tidak ada hordeolum, ptosis (-)
Konjungtiva: tidak anemis ● Hidung: deformitas (-), nyeri tekan (-),
Sklera: ikterik (-/-) krepitasi (-), septum tidak berdeviasi,
Pupil: Bulat, isokor sekret (-)
RCL/RCTL: ++/++ ● Mulut: Bibir lembab, sianosis (-), lidah
tidak kotor, tidak ada tanda keputuhan
pada mulut, tonsil T1/T1
Jantung: Paru:
● Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider naevi • Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider naevi (-),
(-), bentuk dada normal simetris. bentuk dada normal simetris.
● Palpasi: Iktus cordis tidak teraba. • Palpasi: Gerakan dinding dada simetris,
Fremitus taktil normal
● Perkusi:
• Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
Batas kanan: ICS V linea parasternalis dextra • Auskultasi: Suara vesikular di kedua lapang paru,
Batas kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra tidak didapati suara napas tambahan
Pinggang jantung: ICS II linea parasternalis
sinistra
● Auskultasi: BJ I, BJ II regular, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi: Tidak ada sikatrik, spider navy (-), striae alba (-), jaringan parut (-).
• Palpasi: Soepel, nyeri tekan (-), hepatomegaly (-), splenomegaly (-)
• Perkusi: Timpani disemua kuadran, shifting dullnes (-)
• Auskultasi: Bising usus (+) 27x/menit

Ekstremitas
● Sianosis (-), CRT < 2 dtk, akral hangat, terdapat 2 buah tato pada lengan
kanan pasien
Pemeriksaan Penunjang

Nama Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 12.60 12.5-15.5 g/dL

Hematokrit 39.9 37.0-47.0 %

Eritrosit 4.76 4.45-5.84 10⁶/uL


MCV 86.80 82.0-98.0 fL
MCH 28.30 27.0-33.0 pg
MCHC 32.60 32.0-36.0 g/dL
RDW 12.9 11.5-14.5 %

Jumlah Trombosit 159.20 150-400 10³/uL

Jumlah Leukosit 4.5 5.0-10.0 10³/uL


Basofil 1.1 0.00-1.49 %
Eosinofil 2.0 1.5-4.49 %
Neutrofil 50.3 49.5-70.49 %
Limfosit 15.5 20.0-40.0 %
Monosit 2.2 2.0-9.0 %
Pemeriksaan Penunjang

Hasil Nilai Rujukan Satuan


SGOT 28 0-35 U/L
SGPT 32 0-35 U/L

Hasil Nilai Rujukan


HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

Hasil Nilai Rujukan


NS-1 Negative Negative
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Widal
Titer
S. Typhi O Negative Negative
S. Paratyphi A O Negative Negative
S. Paratyphi B O 1/80 Negative
S. Paratyphi C O Negative Negative
S. Typhi H Negative Negative
S. Paratyphi A H Negative Negative
S. Paratyphi B H 1/40 Negative
S. Paratyphi C H Negative Negative
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil
R1 ONCOPROBE REAKTIF
R2 ONE STEP Anti-HIV (1&2) REAKTIF
R3 VIKIA HIV ½ REAKTIF
Resume

Tn.A, 27 tahun, datang ke RS YARSI untuk melakukan skrining HIV, menurut keterangan pasien,
pasien memiliki Riwayat 1 bulan sekali melakukan hubungan seksual bersama teman-temannya yang
ia kenal di sosial media tanpa menggunakan alat kontrasepsi, hal ini dilakukan pasien sejak 1 tahun
yang lalu. Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan sejak
2 tahun terakhir bersama pekerja seks komersial (PSK). Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan, dan pada pemeriksaan penunjang didapati leukopenia, dan rapid test anti-HIV reaktif dengan
3 reagen yang berbeda.
Daftar Masalah

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)


Assesment

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Atas dasar:
● Anamnesis: Riwayat hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
● Pemeriksaan Fisik: -
● Pemeriksaan Penunjang: Leukopenia, rapid test ONCOPROBE reaktif, rapid test ONE STEP Anti-HIV
(1&2) reaktif, rapid test VIKIA HIV ½ reaktif
● Dipikirkan diagnosis ke arah: Febris H5 ec. HIV
● Rencana diagnostik: Hitung CD4+,HIV viral load test, cek sputum untuk TB, rontgen thorax
● Farmako: KDT TDF+3TC+EFV
● Non Farmako: Bed rest, menjauhi factor risiko, meningkatkan hygiene, edukasi tentang
penyakitnya,terapi kognitif perilaku, dan terapi Teknik relaksasi
Prognosis

Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sananctionam : Ad malam
Edukasi

● Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya


● Menjelaskan tentang transmisi, dan pencegahan penularannya kepada orang lain
● Meningkatkan hygiene pasien (tubuh, dan seksual) untuk menghindari infeksi oportunistik
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai