PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam indonesia yang banyak
mengancam indonesia dan dan banyak negara diseluruh dunia.HIV/AIDS menyebabkan berbagai
krisis secara bersamaan,menyebabkan krisis kesehatan,krisis pembangunan negara,krisis
ekonomi,pendidikan dan juga krisis kemanusiaan dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan krisis
multidimensi.
Epidemi HIV dan AIDS di indonesia dalam 4(empat)tahun teerakhir terjadi perubahan dari
low level epidemic menjadi concentrad level epidemic,terbukti dari hasil survey pada subpopulasi
tertentu yang menunjukkan prevalensi HIV dibeberapa provinsi setelah melebihi 5% secara
konsisten.pada tahun tahun sebelumnya kegiatan pengendalian diprioritaskan pada pencegahan
terapi dengan semakin meningkatnya infeksi HIV,maka strategi pengendalian HIV saat ini
dilaksanakan dengan memadukan pencegahan ,perawatan,dukungan serta pengobatan.
Ditahun tahun mendatang tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan HIV
semakin besar dan rumit. Mengembangkan hasilyang telah dicapai dan menjabarkan paradigma
baru dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS menjadi upaya yang komprehensif,terpadu, dan di
selenggarakan secara sinergis oleh semua pemangku kepentingan. Akselerasi upaya
perawatan,pengobatan dan dukungan kepada ODHA dijalankan bersamaan dengan akselerasi upaya
pencegahan baik di lingkungan populasi berperilaku resiko tinggi maupun yang berperilaku resiko
rendah dan masyarat umum.
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun berarti bahwa
semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa pelayanan kesehatan. Melihat
tingginya prevalensi di atas maka masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarkat yang
sangat luas. Oleh karena itu penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari psikososial
dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pecahan primer dan
sekunder dan tertier.
Oleh karena itu perlu adanya program pencegahan HIV/AIDS yang efektif dan memiliki
jangkauan layanan yang semakin luas seperti,program pengobatan, perawatan dan dukungan yang
komprehensif bagi ODHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sehubungan dengan permasalahan
tersebut maka TIM HIV/AIDS RS Unipdu Medika Jombang perlu menyusun pedoman pelayanan
terkait dengan pelayanan HIV/AIDS.
B.TUJUAN
a) Umum :
b) Khusus :
1. Sebagai pedoman bagi semua jajaran pelaksana pelayanan terutama pelayanan HIV
di RS Unipdu Medika.
2. Menurunkan angka kesakitan HIV
Pedoman ini memberikan panduan bagi petugas kesehatan di RS Unipdu Medika dalam
melaksanakan pelayanan HIV selama memberikan pelayanan kepada pasien dan pengunjung Rumah
Sakit.
D.BATASAN OPERASIONAL
Pedoman ini dapat dijadikan acuan bagi dokter ,perawat.petugas laboratorium dan tim
medis lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pasien yang tersangka atau
terindikasi tertular HIV/AIDS.
BAB II
DEFINISI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih dan
menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin Kemenkes, 2014). Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala kerusakan sistem kekebalan tubuh
bukan disebabkan oleh penyakit bawaan namun disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Ovany et al., 2020). Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah jenis virus yang tergolong familia retrovirus, sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada
penderita yang terinfeksi adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun
(kekebalan) tubuh (Satiti et al., 2019). Akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh
virus HIV, seseorang sangat rentan terhadap berbagai macam peradangan seperti tuberkulosis,
kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS memerlukan
pengobatan antiretroviral (ARV) untuk mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh, sehingga
kesehatan penderita dapat pulih kembali (Ramni et al., 2018). Orang yang terkena virus HIV akan
menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang 27 telah ada dapat memperlambat laju virus, namun penyakit ini belum benar – benar bisa
disembuhkan. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin
atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan tubuh tersebut (Wibowo & Marom,
2014). Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS merupakan virus yang dapat
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang akan menyebabkan seseorang lebih rentan
terkena penyakit. Pada stadium AIDS, virus HIV berkembang biak dalam limfosit yang terinfeksi dan
menghancurkan sel-sel ini, mengakibatkan kerusakan pada sistem kekebalan dan penurunan sistem
kekebalan secara bertahap, sedangkan limfosit sendiri merupakan sel utama yang menjaga system
kekebalan tubuh untuk mengantisipasi masuknya penyakit kedalam tubuh.
BAB III
A. Diagnosis HIV
Tes HIV harus mengikuti prinsip berupa 5 komponen dasar telah disepakati secara
global yaitu (informed consend,confidentiality,counseling,correct test result ,connectoin to
care,treatment and prevention services).
Ketersediaan rujukan efektif ke fanyaskes yang menyediakan terapi ARV
( Connectoin to care,treatment and prevention services )merupakan komponen yang sangat
penting setelah diagnosis HIV.Pada studi observasi populasi di 4 kota indonesia
menunjukkan bahwa kemungkinan memulai terapi ARV lebih besar jika tes dilakukan pada
tempat yang menyediakan layanan dan pencegahan serta perawatan ,dukungan dan
pengobatan.Suatu tinjauan pustaka sistematis mengenai pelaksanaan tes dan konseling atas
inisitif petugas kesehatan juga menunjukkan bahwa dukungan sistem kesehatan merupakan
komponen penting untuk kelangsungan penanganan ODHA.
1. Tes diagnosis HIV
Diagnosis HIV dapat ditegakkan denan 2 metode pemeriksaan ,yaitu pemeriksaan
serologis dan virologis.
a. Metode pemeriksaan serologis
Antibody dan antigen dapat dideteksi melalu pemeriksaan serologis .Adapun
metode pemeriksaan serologis yang sering digunakan adalah
1) Rapid immunochromatograhy tes ( test cepat)
2) EIA (Enzyme immunoassay)
Secara umum tujuan pemeriksaan tes cepat dan EIA adalah
sama ,yaitu mendeteksi antibody saja ( generasi pertama ) atau
antigen dan antibody.
b. Metode pemeriksaan virologis.
Pemeriksaan virologis dilakukan dengan pemeriksaan DNA HIV dan RNA
HIV.Saat ini pemeriksaan DNA HIV secara kualitatif di indonesia lebih banyak
digunakan untuk diagnosis HIV pada bayi. Di lingkungan rs unipdu tidak
memiliki sarana pemeriksaan DNA HIV ,untuk menegakkan diagnosis
mengirim sampel keluar atau mrujuk ketempat yang mempunyai sarana
pemeriksaan DNA HIV dengan menggunakan tetes darah kering .
Pemeriksaan virologis digunakan untuk mendiagnosis HIV pada :
1) Bayi berusia dibawah 18 bulan
2) Infeksi HIV primer
3) Kasus terminal dengan hasil pemeriksaan antibody negatif namun
gejala klinis sangat mendukung kearah AIDS.
4) Konfirmasi hasil inkonklusif atau konfirmasi untuk dua hasil yang
berbeda
A.Konseling pretesting
1.penerimaan klien
Informasikan pada klien tentang pelayanan tanpa nama,sehingga nama tidak ditanyakan.
Pastikan klien tepat waktu dan tidak menunggu
Buat catatan rekam medic klien dan pastikan setiap klien punya kodenya sendiri.
Kartu periksa konseling dan testing dengan nomor kode yang ditulis oleh konselor.
1) Bersama konselor mendiskusikan hal hal yang terkait HIV AIDS ,perilaku beresiko ,testing HIV
dan pertimbangan yang terkait dengan hasil negatif dan positif.
2) Stellah melaksanakan konseling lanjutan diharapkan dapat melindungi diri dan keluarganya
dari penyebaran infeksi.
3) Untuk klien dengan hasil HIV positif memeberi tahu pasangan dan keluarganya akan status
dirinya dan rencana kehidupan lebih lanjut.
B.Informed consent
1. Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus memberikan persetujuan tertulis Aspek penting
dalam persetujuan tertulis adalah
1) Klien diberi penjelasan tentang resiko dan dampak akibat tindakan dan klien menyetujuinya.
2) Klien mempunyai kemampuan mengerti atau memahami dan menyatakan persetujuannya
3) Klien tidak dalam terpaksa menyatakan persetujuannya
4) Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan karena keterbatasan dalam
memahami ,maka konselor berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaiakan informasi.
Bahwa anak memiliki keterbatasan kemampuan berfikir dan menimbang ketika dihadapkan
dengan HIV AIDS . Jika mungkin anak didorong untuk menyertakan orang tua atau wali,namun
apabila anak tidak menghendaki maka layanan PDP disesuaikan dengan kemampuan anak untuk
menerima dan memproses serta memahami informasi hasil testing HIV.Dalam melakuan testing HIV
anak dibutuhkan persetujuan orang tua atau wali.
Anak umur dibawah 12 tahun orang tua/wali yang mendatangi infoormed consent,jika tidak
mempunyai orang tua /wali maka kepala institusi, kepala rumah sakit ,kepala klinik atau siapa yang
bertanggung jawab atas diri anak harus menandatangi informed consent ,jika anak dibawah usia 12
tahun memerlukan testing HIV maka maka orang tua atau wali harus mendaampingi secara penuh.
Orang tua dapat maemberikan persetujan konseling dan testing HIV untuk anaknya.namun
sebelum meminta persetujuan konselor melakukan penilaian akan situasi anak,apakah melakukan
tes HIV lebih baik atau tidak.Jika orang tua bersikeras ingin mengetahui status anak,maka konselor
melakukan konseling dahulu dan apakah orang tua akan menempatkan pengetahuan atas status HIV
anak atau merugikan anak.jika konselor ragu maka bimbinglah untuk didampingi tenaga ahli.
a. Sebelum testing dilakukan harus didahului dengan konseling dan informaed consent.
b. Hasil testing diverivikasi oleh dokter patologis klinis
c. Hasil diberikan dalam amplop tertutup
d. Dalam laporan pemeriksaan ditulis kode register
e. Jangan memberi tanda menyolok terhadap hasil positif atau negatif
f. Meski sampel berasal dari sarana yang berbeda tetap dipastikan teah mendapat
konseling dan menandatangi informed consent.
a) Periksa ulang seluruh klien dalam rekam medic.lakukan sebelum ketemu klien
b) Sampaikan kepada klien secara tatap muka
c) Berhati – hati memanggil klien dari ruang tunggu
d) Seorang konselor tidak di perkenankan menyampaikan hasil tes dengan cara verbal
maupun non verbal di ruang tunggu
e) Hasil test harus tertulis
a. Penerimaan klien
- Memanggil klien dengan kode register
- Pastikan klien hadir tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
- Ingat akan semua kunci utama dalam penyampaian hasil testing
b. Pedoman penyampaian hasil negative
- Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela
- Gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks yang aman
- Kembali periksa reaksi emosi yang ada
- Buat rencana tindak lanjut
c. Pedoman penyampaian hasil positip
- Perhatikan komunikasi non verbal saat klien memasuki ruang konseling
- Pastikan klien siap menerima hasil
- Tekankan kerahasiaan
- Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung
- Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tantang hasil
- Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
- Ventilasikan emosi klien
1. Konseling lanjutan
Salah satu layanan yang ditawarkan kepada klien adalah konseling lanjutan sebagai bagian
layanan PDP.Namun karena persepsi klien klien berbeda beda terhadap hasil testing maka konseling
lanjutan ini sebagai pilihan jika dibutuhkan klien untuk menyesuaikan diri dengan status HIV.
Layanan ini dapat ditempat layanan klinik PDP dan dimasyarakat.Konselor atau kelompok
ODHA akan membantu klien baik dengan hasil positif maupun negatif untuk bergabung dengan
kelompok .kelompok ini dapat diikuti oleh pasangan dan keluarga.
Setelah diagnosis ditegakkan dengan HIV positif maka klien dirujuk dengan pertimbangan
akan kebutuhan rawatan dan dukungan.kesempatan ini digunakan klien dan klinisi untuk menyusun
rencana dan jadwal pertemuan konseling selanjutnya dimana membutuhkan tindakan medic lebih
lanjut ,seperti terapi profilaksis atau akses ke ART.
5.Layanan psikiatrik
Banyak pengguna Zat psikoaktif saat menerima hasil positif testing HIV ,meskipun sudah
dipersiapkan terlebih dahulu,klien dapat mengalami goncangan yang berat ,seperti
depresi ,panik,kecemasan yang hebat agresif bahkan bunuh diri,Bila terjadi hal demikian maka perlu
dirujuk ke fasilitas layanan psikiatri.
6.Rujukan
Pelayanan PDP bekerja dengan membangun hubungan antara masyarakat dan rujukan yang
sesuai dengan kebutuhannya serta memastikan rujukan dari masyarakat ke pusat PDP.
KESELAMATAN PASIEN
BAB VI
KESELAMATAN KERJA