PENDAHULUA
1
3
sistem kekebalan tubuh semakin rusak. Untuk melihat keberhasilan terapi ARV,
maka CD4 perlu dipantau dan dievaluasi secara periodik, apakah ada peningkatan
dibandingkan sebelum pemberian ARV dengan cara memeriksa CD4 dilaboratorium.
Tes CD4 ini diusulkan setiap 3-6 bulan (Spiritia,2006).
Kepatuhan (adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana
dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melakukannya
(Kemenkes RI,2011).
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul pengaruh kepatuhan terapi antiretroviral terhadap jumlah CD4 pasien
HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi pengetahuan peneliti khususnya mengetahui
faktor-faktor kepatuhan terapi ARV. Selain itu, bagi peneliti lain dapat
dipergunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan faktor yang mempengaruhi kepatuhan ARV pada penderita
HIV/AIDS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
infeksi, atau selama periode laten. Adanya replikasi virus tersebut ditandai dengan
menurunnya jumlah CD4 sel T (Pantaleo dkk, 1993).
Tabel 1. Daftar paduan obat ARV untuk lini pertama ( Kemenkes RI,2011)
( efavirenz)
Pasien yang menjalani terapi ARV lini pertama dapat mengalami kondisi yang
disebut dengan gagal terapi. Gagal terapi merupakan kondisi dimana tidak terjadi
respon terapi ARV yang diharapkan setelah pasien memulai terapi minimal 6 bulan
dengan kepatuhan yang cukup tinggi. Pada kondisi gagal terapi , produksi virus akan
meningkat sehingga viral load juga bertambah ( Kemenkes RI,2011)
9
Menurut WHO terdapat dua kriteria gagal terapi, yaitu kegagalan klinis dan
kegagalan imunologis. Pada kegagalan klinis, infeksi opportunistik akan muncul pada
kelompok stadium 4 setelah minimal 6 bulan terapi ARV. Penyakit yang termasuk
dalam stadium klinis 3 ( TB paru, infeksi bakteri berat) dapat menjadi petunjuk
adanya kegagalan terapi. Sementara kegagalan imunologis adalah kegagalan dalam
mencapai atau mempertahankan jumlah CD4 yang tinggi walaupun jumlah virus (
viral load ) sudah tertekan ( Kemenkes RI, 2011).
Pada kasus gagal terapi maka pasien HIV direkomendasikan untuk mengganti
pengobatan sebelumnya dengan paduan obat lini kedua. Rekomendasi paduan lini
kedua yaitu 2 NRTI + boosted-PI. Boosted-PI merupakan golongan Protease
Inhibitor yang sudah ditambah (boost) dengan Ritonavir dan biasa ditulis dengan
simbol /r (LPV/r = Lopinavir/ritonavir) (Kemenkes RI,2011).
ketidakpatuhan adalah pasien HIV yang tidak berkunjung lagi ke fasilitas kesehatan
setelah 180 hari (± 6 bulan). Penelitian Bygrve Helen et al yang mengatakan bahwa
definisi paling umum tidak patuh terapi ARV adalah tidak berkunjung ke klinik
setidaknya dalam waktu 3 bulan. Kementrian Kesehatan RI dalam Petunjuk
Pencatatan dan Pelaporan Pasien HIV/AIDS mendefinisikan ketidakpatuhan terapi
sebagai pasien yang tidak datang lagi ke fasilitas kesehatan selama 3 bulan atau lebih.
16
17
dengan kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan yang
menganjurkan perubahan (Sarwono, 2009).
Variabel Perancu
Variabel Bebas
a. Usia Variabel Terikat
Kepatuhan Minum Obat b. Jenis kelamin CD4
ARV c. Faktor resiko
2.4.Definisi Operasional
Tabel 3. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala
1. Kepatuhan keterlibatan penuh pasien Sisa obat Pasien Nominal
dalam penyembuhan dirinya
baik melalui kepatuhan atas
intruksi yang diberikan untuk
terapi maupun dalam ketaatan
melaksanakan anjuran lain
dalam mendukung terapi
2. CD4 CD4 adalah bagian sel darah Laboratorium Nominal
putih yang mana sel ini
memegang peranan penting
dari sistem kekebalan tubuh
manusia.
3. Usia Usia adalah satuan yang meng Data Rekam Interval
ukur waktu keberadaan suatu Medik
benda atau makhluk baik yang
hidup maupun yang mati.
4. Jenis Kelamin Jenis Kelamin adalah perbedaan Data Rekam Nominal
bentuk sifat dan fungsi biologis Medik
laki-laki dan perempuan yang
menentukan perbedaan peran
mereka dalam menyelenggarakan
upaya meneruskan garis keturunan
5. Faktor Resiko Faktor Resiko adalah hal-hal atau Data Rekam Nominal
variable yang terkait dengan
peningkatan suatu resiko dalam
hal-hal penyakit tertentu.
20
2.6.Analisa Data
Data dianalisa secara deskriptif berupa
a. Gambaran karakteristik pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Bogor dan kesesuaian
terapi berdasarkan Permenkes No.87 Tahun 2014 Pedoman Pengobatan
Antiroviral.
Data yang terkumpul dari indikator penelitian dihitung berdasarkan jumlah angka
dari masing-masing sampel dan kemudian ditotalkan.
b. Analisa Data
Seluruh data yang telah didapat dianalisa secara deskriptif dengan bentuk
pemaparan dan analisis dalam bentuk persentase (%).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
22
Pada penelitian ini faktor usia tidak memiliki hubungan dengan kenaikan CD4.
Hal tersebut diperkirakan karena pada rentang usia dewasa awal. Aktivitas seksual
dalam keadaan yang meningkat usia subjek yaitu 26 tahun sampai 35 tahun (48%)
pada tiap kelompok sehingga diperkirakan tidak dapat mempresentasikan jumlah
pasien usia tua.
4.1.2. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini jenis kelamin pria lebih banyak mengidap HIV/AIDS
dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Indria Yogani di Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2014 subjek laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan.
Pada penelitian ini jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kenaikan CD4.
Tidak ada hubungannya antara jenis kelamin dengan kenaikan CD4 disebabkan
karena sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki. Selain itu, sebagian besar
penularan HIV/AIDS yang terjadi pada subjek perempuan 24 % adalah melalui
hubungan seksual sesama jenis atau tertularnya dari pasangan hidup dan biasanya
baru berobat pada stadium lanjut.
23
Pada penelitian yang dilakukan oleh Indria Yogani di Rumah Sakit dr. Cipto
Mangunkusumo tahun 2014 faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan CD4
pada pasien HIV yang mendapat Highly Active Antiretroviral Therapy dalam 6 bulan
pertama, jumlah rerata CD4 awal pasien sebelum pemberian terapi ARV adalah 105
sel/mm3, sementara pasien RSUD Kota Bogor lebih tinggi dibandingkan pasien yang
ada di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo yaitu rerata CD4 sebelum pemberian
terapi ARV adalah 128 sel/mm3.
Cluster of Differentiation Four (CD4) adalah bagian sel darah putih yang mana
sel ini memegang peranan penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah
mengidap HIV maka CD4 akan menurun, ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh
semakin rusak. Untuk melihat keberhasilan terapi ARV. Maka CD4 perlu dipantau
dan dievaluasi secara periodik, apakah ada peningkatan dibandingkan sebelum
pemberian ARV dengan cara memeriksa CD4 laboratorium. Tes CD4 ini diusulkan
setiap 3-6 bulan (Spiritia,2006).
Pada penderita HIV/AIDS sel darah putih akan dibunuh oleh virus HIV ketika
menggandakan diri dalam darah, maka semakin banyak CD4 yang dibunuh sehingga
jumlah sel tersebut akan mengalami penurunan. Dengan kadar sel CD4 yang semakin
sedikit, kemampuan dari sistem kekebalan tubuh akan berkurang dalam melindungi
tubuh dari berbagai infeksi penyakit (Johana, Imelda,2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eka Seba Marta pada tahun 2015
Gambaran Kadar CD4 Penderita HIV/AIDS sebelum dan sesudah pemberian ARV,
maka pemberian ARV sangat efektif untuk menambah kekebalan tubuh penderita
25
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang tidak memiliki sisa obat sama sekali
sebanyak 13 pasien dan yang memiliki sisa obat terbanyak yaitu 2 pasien. Jika dilihat
dari tabel dan gambar dibawah ini sisa obat pasien tidak berpengaruh dengan
kenaikan CD4 , dilihat dari tabel pada pasien no 11 kenaikan CD4 sangat tinggi
dibandingkan pasien yang lain, tetapi jika dilihat dari jumlah sisa obat pasien no 11
memiliki sisa obat sebesar 2 tablet dan pasien no 15 kenaikan jumlah CD4 sangat
kecil dan tidak memiliki sisa obat sama sekali (patuh).
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Kenaikan atau penurunan jumlah CD4 setelah 6 bulan pertama terapi ARV
dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat. Hasil penelitian tentang pengaruh
kepatuhan terapi ARV terhadap jumlah CD4 di RSUD Kota Bogor tahun 2017-2019
didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Dari 25 pasien hanya 2 orang (8%0 yang memiliki kadar CD4 yang normal
sebelum pemberian ARV yaitu kadar CD4 ≥ 350 mm3
2. Setelah 6 bulan pertama pemberian ARV, kadar CD4 meningkat hingga 100% di
RSUD Kota Bogor.
3. Tidak ada pengaruh kepatuhan menggunakan ARV dengan jumlah CD4 pada
pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor melainkan ada
pengaruh lain yang mempengaruhi kenaikan jumlah CD4.
5.2. Saran
Bagi petugas kesehatan untuk dapat memberikan edukasi atau konseling tentang
pentingnya mengkonsumsi ARV bagi pasien HIV/AIDS untuk mempertahankan
sistem kekebalan tubuh pasien HIV/AIDS dan pentingnya berperilaku yang baik serta
pelayanan konseling untuk memantau kepatuhan ARV terutama bagi pasien
HIV/AIDS dengan tingkat kepatuhan yang rendah. Dan bagi peneliti selanjutnya
sebagai acuan dan informasi dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chi BH, Yiannoutsos CT, Westfall AO, Newman JE, Zhou J, Cesar C, et al.
Universal Definition Of Loss to Follow-Up in HIV treatment Programs : A
Statistical Analysis of 111 Facilities in Africa, Asia and Latin America. Plos
Medicine. 2011 October; 8 (10): 1-12.
Dandekar, S., Sankaran, S. dan Glavan, T., 2008, HIV And The Mucosa: No Safe
Haven, Springer, Berlin
De Cock, K.M., Adjorlolo, G., Ekpini, E., Sibailly, T., Kouadio, J., Maran, M.,
Brattegaard, K., Vetter, K.M., Doorly, R. dan Gayle, H.D., 1993,
Epidemiology and transmission of HIV-2: Why there is no HIV-2 Pandemic,
JAMA 270 pgs 2083–2086.
Djoerban, Zubairi 2006 HIV/AIDS di Indonesia Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Edisi IV, Jakarta FK UI; 2006
Indria Yogani, Dkk. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan CD4
pada pasien HIV yang mendapat Highly Active Antiretroviral therapy dalam
6 bulan pertama.
28
29
Kemenkes RI, 2011, Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Aniretroviral pada
Orang Dewasa, Kemenkes RI, Jakarta
Kwong Leung YJ, Chih Cheng CS, Wang Kuo-Yang, Chang Chao-Sung, Makombe
SD, Schouten EJ, et al, 2007, True outcomes for patients on
AntireteroviralTherapi who are lost to follow up in Malawi, WHO, July,
85(7): 554-554
Mansur, H., Kaplan, J.E. dan Holmes, K.K., 2002, Guidelines for Preventing
Opportunistic Infection among HIV-Infected Persons-2002, Annals of Internal
Medicine Vol. 137 pgs 478
Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, 5th ed, PT Rineka Cipta,
Jakarta, p.1-16, 120-121.
Niven, neil, 2002. Psikologi kesehatan keperawatan pengantar untuk perawat dan
professional kesehatan lain, Jakarta.EGC.
Pantaleo, G., Graziosi, C., Demarest, J.F., Butini, L., Montroni, M., Fox, C.H.,
Orenstein, J.M., Kotler, D.P. dan Fauci, A.C., 1993, HIV Infection is Active
and Progressive In Lymphoid Tissue During The Clinically Latent Stage Of
Disease, Nature, pgs 355-362
UNAIDS. Global Report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013.
Geneva: Joint United Nations Programme on HIV/AIDS; 2013.
30
Yayasan Spiritia, 2007. Lembaga Informasi tentang tes CD4. Diperoleh dari :
Spiritia.or.id
Yayasan Spiritia, 2008. Lembaga Informasi tentang HIV/AIDS untuk orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Spiritia.or.id.
LAMPIRAN
31
32
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
12-16 Remaja 0 0
awal
17-25 Remaja 5 20
akhir
26-35 Dewasa 12 48
awal
36-45 Dewasa 4 16
akhir
46-55 Lansia 2 8
awal
56-65 Lansia 1 4
akhir
65 Manula 1 4
keatas ke atas
35
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
10 82 0
11 489 2
12 14 2
13 124 4
14 27 1
15 11 0
16 236 0
17 205 2
18 168 2
19 94 2
20 212 0
21 103 2
22 146 0
23 47 2
24 271 0
25 178 0
38
Lampiran 7
Variables Entered/Removedb
Variables Variable
Model Entered s Method
Removed
1 sisaobata . Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Coefficientsa
Unstandardized Standardize
Coefficients d
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
39