Anda di halaman 1dari 10

RESUME PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIV

DI POLI ANAK RSUP PROF. DR R.D. KANDOU

Anggota Kelompok 3
Hanna Priskilla Tumangken
Jeane Indriani Tantu
Cherlyn Regina Bawole Rompis
Offrielia Senduk
Aldi Kiyoi Anderson Reba
Dewi Juwita Tendean
Dwi Cahyani Sudarman
Chelsi Tumiwang
Gabriela Inri Kopalit
Fadli Hamza
Githa Maasawet
KONSEP DASAR

1. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.

2. Etiologi / Faktor Risiko


HIV disebabkan oleh virus yang dapat membentuk DNA dari RNA virus. Sebab mempunyai
enzim transkriptase reverse. Enzim tersebut yang akan menggunakan RNA virus untuk tempat
membentuk DNA sehingga berinteraksi di dalam kromosom inang kemudian menjadi dasar
untuk replikasi HIV atau dapat juga dikatakan mempunyai kemampuan untuk mengikuti atau
menyerupai genetik diri dalam genetik sel-sel yang ditumpanginya sehingga melalui proses ini
HIV dapat mematikan sel-sel T4. HIV dikenal sebagai kelompok retrovirus. Retrovirus
ditularkan oleh darah melalui kontak intim seksual dan mempunyai afinitas yang kuat terhadap
limfosit T. Penyebab dari HIV/AIDS adalah golongan virus retro yang bisa disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase:
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1–2 minggu dengan gejala flu.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1–15 atau lebih setahun dengan gejala tidak ada
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan demam, keringat malam hari, berat badan
menurun, diare, neuropati, lemah, ras, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS, lamanya bervariasi antara 1–5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi
neurologis.

HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular HIV lebih
tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Selain itu,
risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor berikut:
 Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, melalui dubur (anus), atau
dengan berganti-ganti pasangan
 Menderita infeksi menular seksual (IMS), misalnya sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan
vaginosis bakterialis, karena sebagian besar IMS menyebabkan luka terbuka di kelamin
penderita
 Menggunakan NAPZA suntik, karena umumnya pelaku narkoba akan saling berbagi jarum
suntik
 Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang tidak
steril atau tidak dilakukan oleh tenaga profesional
Bekerja sebagai petugas kesehatan, karena berisiko mengalami cedera akibat tidak sengaja
tertusuk jarum suntik.

3. Tanda dan Gejala


Banyak orang dengan HIV tidak tahu kalau mereka terinfeksi. Hal ini karena gejala dan tanda-
tanda HIV/AIDS pada tahap awal sering kali tidak menimbulkan gejala berat, baik pada wanita
maupun pria. Infeksi HIV hingga menjadi AIDS terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase pertama: infeksi HIV akut
Fase pertama umumnya muncul setelah 1-4 minggu infeksi HIV terjadi. Pada fase awal ini,
penderita HIV akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
 Sariawan
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Radang tenggorokan
 Hilang nafsu makan
 Nyeri otot
 Ruam
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Berkeringat

Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan tubuh
sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.
2. Fase kedua: fase laten HIV
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan
dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang berkembang biak dan
menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.
Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis
sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
3. Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan
kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di
bawah normal.
Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering demam,
mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
4. Patofisiologi / Pathway

5. Komplikasi
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
 Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
 Pneumonia
 Toksoplasmosis
 Meningitis
 Tuberkulosis (TB)
 Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic infeksi HIV dapat dilakukan secara virologis (mendeteksi ntigen
DNA atau RNA) dan serologis (mendeteksi antiodi HIV) pada specimen darah, yang
dilakukan dengan menggunakan radi test HIV. Pemeriksaan diagnostic tersebut dilakukan
secara serial degan menggunakan tiga reagen HIV yang berbeda dalam hal preparasi
antigen, prinsip tes, dan jenis antigen, yang memenuhi kriteria sensitivitas dan spesifisitas.
Hasil pemeriksaan dinyatakan reaktif jika hasil tes dengan reagen 1 (A1), reagen 2 (A2), dan
reagen 3 (A3) ketiganya positif (Strategi 3). Pemilihan jenis reagen yang digunakan
berdasarkan sensitivitas dan speisfisitas, merujuk pada standar pelayanan alboratorium
kesehatan pemeriksa HIV dan injeksi oportunistik
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi HIV adalah dengan pemberian obat antiretroviral (ARV). Hingga
saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV. ARV yang digunakan bertujuan
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV.
Pemberian terapi ARV dapat menekan viral load hingga kadar yang tidak terdeteksi (virus
tersupresi). Supresi virus dapat meningkatkan fungsi imun dan kualitas hidup secara
keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
dan non-AIDS, serta memperpanjang kesintasan pasien. Selain itu, terapi ARV dapat
mengurangi risiko penularan HIV.[2,6,7]
Terapi ARV harus diberikan kepada semua pasien dengan infeksi HIV tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4.

Regimen Terapi Antiretroviral


Inisiasi terapi ARV yang cepat akan meningkatkan prognosis pasien. ARV perlu
diusahakan untuk dikonsumsi dalam hari yang sama dengan diagnosis.
Terapi ARV diberikan dalam regimen kombinasi dengan 3 lini berjenjang. Regimen lini
pertama digunakan pada pasien yang baru didiagnosis infeksi HIV dan belum pernah
mendapatkan ARV sebelumnya (naif ARV). Regimen lini kedua digunakan jika terjadi
kegagalan terapi dengan lini pertama. Regimen lini ketiga digunakan jika terjadi kegagalan
terapi dengan lini kedua.[7]
Regimen lini pertama untuk anak usia 3-10 tahun adalah zidovudin atau tenofovir
ditambah lamivudin dan efavirenz. Jika kombinasi tersebut dikontraindikasikan atau tidak
tersedia, maka dapat digunakan alternatif abacavir ditambah lamivudin dan nevirapine atau
efavirenz. Alternatif lain adalah zidovudin ditambah lamivudin dan efavirenz atau nevirapine.
Regimen ARV lini pertama untuk anak usia <3 tahun adalah abacavir atau zidovudin
ditambahkan lamivudin dan lopinavir/ritonavir. Jika kombinasi tersebut
dikontraindikasikan/tidak tersedia, maka dapat digunakan alternatif abacavir atau zidovudin
ditambahkan lamivudin adan nevirapine.
Regimen Terapi Antiretroviral Lini Kedua
Pada anak, kegagalan terapi ARV lini pertama dengan regimen yang mengandung abacavir
atau kombinasi tenofovir dan lamivudin, diganti dengan lini kedua yaitu zidovudin ditambah
lamivudin. Sedangkan kegagalan terapi ARV lini pertama dengan regimen yang mengandung
zidovudin dan lamivudin, diganti dengan lini kedua yaitu abacavir atau tenofovir ditambah
lamivudin atau emtricitabine.
Regimen Terapi ARV Lini Ketiga
Regimen ARV lini ketiga untuk anak dan dewasa adalah darunavir/ritonavir ditambah
dengan dolutregravir. Regimen ini dapat ditambahakan pula 1 atau 2 obat dari golongan
Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) seperti zidovudin.

Profilaksis Tuberkulosis
Selain profilaksis cotrimoxazole, pasien terinfeksi HIV yang tidak terbukti TB aktif, harus
diberikan profilaksis isoniazid (INH) selama 6 bulan. Terapi profilaksis INH harus diberikan
kepada pasien tanpa melihat derajat imunosupresi, status pengobatan ARV, ataupun status
kehamilan.
Anak terinfeksi HIV yang memiliki gejala gagal tumbuh, demam, batuk lama, atau riwayat
kontak TB, harus dievaluasi ke arah TB atau kemungkinan penyebab lainnya. Apabila tidak
terbukti TB, profilaksis INH selama 6 bulan dapat diberikan berapapun usia anak.
PENGKAJIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
DI POLI ANAK RSUP PROF DR. R.D KANDOU MANADO

I. IDENTITAS ANAK
Pengkajian dilakukan tanggal: 03-04-2023
Nama Anak : T.C.A.E
TTL : Langowan, 13-08-2012
Umur & Jenis Kelamin : 10 Tahun 7 Bulan/Laki-laki
Anak ke : 3 (Tiga)

II. IDENTITAS ORANGTUA


Nama Orangtua (Ibu) : Ny. M.T
Usia : 47 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Langowan Kec. Minahasa

III.ANAMNESA
a. Keluhan Utama : (Hemiplegia di ekstremitas kiri mulai berangsur-
angsur membaik)
b. Masalah Tumbang : Tidak ada masalah dalam tumbuh-kembang anak
sampai usia 10 tahun.
c. BP : 111/88 mmHg
P : 125x/min
RR : 25x/min
T : 36,70C

IV.PENGKAJIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a. Pertumbuhan
Berat Badan (BB) : 24 Kg
Tinggi Badan (TB) : 125,5 Cm
Lingkar Kepala (LK) : 52 Cm
Status Gizi (BB/TB) : …..s/d…..SD
BMI anak = 15,24 kg/m2
Persentil = 20,3%

b. Perkembangan (Lampirkan form hasil pengkajian)


Laporan pengkajian perkembangan disesuaikan dengan usia anak berdasarkan
perkembangan motorik kasar, halus, personal sosial dan bahasa.

V. ALASAN PENGKAJIAN
No. Jenis Pengkajian Alasan Dikaji
1. Pertumbuhan Tujuan dilakukan pengukuran tersebut
Berat Badan dan Tinggi Badan untuk mengetahui status gizi anak
apakah termasuk pada kategori
normal, gemuk, kurus atau kurus
sekali.
Lingkar Kepala Untuk mengetahui lingkar kepala
anak apakah normal atau diluar batas
normal/tidak sesuai dengan usia
perkembangan anak.
2. Perkembangan Disesuaikan dengan usia anak, untuk
Kuesioner Pra-Skrining mengetahui perkembangan anak
Perkembangan untuk anak usia … apakah sesuai dengan usia atau
bulan. ditemukan penyimpangan dai aspek
(Dapat memilih kuesioner yang motoric kasar, halus, sosialisasi dan
akan digunakan KPSP dan Denver) kemandirian dan bahasa.

VI.INTERVENSI
No. Hasil Pengkajian Intervensi
1. Pertumbuhan Anjurkan orangtua: Mempertahankan
a. Hasil pemeriksaan status gizi pemberian nutrisi kepada anak,
anak Healthy Weight. istirahat yang cukup dan olahraga
secara teratur jika memungkinkan
b. Hasil pemeriksaan lingkar (kembali lagi lihat kondisi
kepala anak …(anak berusia 10 kesehatan/fisik anak).
tahun)
2. Perkembangan Anjurkan orangtua …………….
a. KPSP Interpretasi hasil …(tidak
masuk pengkajian, anak berusia
10 tahun)…
b. Denver Interpretasi hasil …
(tidak masuk pengkajian, anak
berusia 10 tahun)…

VII. DESKRIPSI SINGKAT PENGALAMAN WAKTU MELAKUKAN PENGKAJIAN


Pada saat melakukan pengkajian pasien tampak tenang dan lebih banyak diam namun
pasien dapat bekerjasama dengan baik dengan perawat. Pasien datang bersama ibunya
untuk check-up. Tampak ibu pasien tidak mengetahui dengan pasti ataupun
menyembunyikan penyakit apa yang diderita anaknya, yang diketahui bahwa anaknya
mengalami kelumpuhan pada wajah dan ekstremitas sebelah kiri yang dialami sejak bulan
November 2022.
ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Implementas Evaluasi


Keperawata Kriteria i
n Hasil
Risiko tinggi Pasien akan 1. Monitor 1. Untuk 1. Memonitor S: -
infeksi b/d bebas infeksi tanda- pengobat tanda-tanda
Imunosupresi oportunistik tanda an dini. infeksi O: pasien
, malnutrisi dan infeksi 2. Mencega baru. mengerti
dan pola komplikasiny baru. h pasien 2. Menggunak dengan
hidup yang a dengan 2. Gunakan terpapar an teknik pendidikan
beresiko d.d: kriteria hasil: teknik oleh aseptik kesehatan
DS: Tidak ada aseptik kuman pada setiap yang telah
- tanda-tanda pada patogen Tindakan diberikan
infeksi baru, setiap yang invasif.
DO: - lab tidak ada Tindakan diperole Cuci tangan A: Tujuan
infeksi invasif. h dari sebelum tercapai
oportunis, Cuci rumah memberika
TTV dalam tangan sakit. n tindakan. P: Hentikan
batas normal, sebelum 3. Mencega 3. Menganjur intervensi
tidak ada memberi hnya kan pasien
luka atau kan bertamb metode
eksudat Tindakan ahnya mencegah
. infeksi. terpapar
3. Anjurkan 4. Meyakin terhadap
pasien kan lingkungan
metode diagnosi yang
mencega s akurat patogen.
h dan 4. Mengumpu
terpapar pengobat lkan
terhadap an. spesimen
lingkung 5. Mempert untuk tes
an yang ahankan lab sesuai
pathogen kadar order.
. darah 5. Mengatur
4. Kumpulk yang pemberian
an terapeuti anti-infeksi
spesimen k. sesuai
untuk tes order.
lab
sesuai
order.
5. Atur
pemberia
n anti-
infeksi
sesuai
order.

Anda mungkin juga menyukai