Anggota Kelompok 3
Hanna Priskilla Tumangken
Jeane Indriani Tantu
Cherlyn Regina Bawole Rompis
Offrielia Senduk
Aldi Kiyoi Anderson Reba
Dewi Juwita Tendean
Dwi Cahyani Sudarman
Chelsi Tumiwang
Gabriela Inri Kopalit
Fadli Hamza
Githa Maasawet
KONSEP DASAR
1. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah
putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular HIV lebih
tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks lelaki. Selain itu,
risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor berikut:
Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom, melalui dubur (anus), atau
dengan berganti-ganti pasangan
Menderita infeksi menular seksual (IMS), misalnya sifilis, herpes, klamidia, gonore, dan
vaginosis bakterialis, karena sebagian besar IMS menyebabkan luka terbuka di kelamin
penderita
Menggunakan NAPZA suntik, karena umumnya pelaku narkoba akan saling berbagi jarum
suntik
Menerima suntikan, transfusi darah, transplantasi jaringan, dan prosedur medis yang tidak
steril atau tidak dilakukan oleh tenaga profesional
Bekerja sebagai petugas kesehatan, karena berisiko mengalami cedera akibat tidak sengaja
tertusuk jarum suntik.
Gejala dan tanda-tanda HIV/AIDS tersebut dapat muncul karena sistem kekebalan tubuh
sedang berupaya melawan virus. Gejala ini bisa bertahan selama 1-2 minggu atau bahkan lebih.
2. Fase kedua: fase laten HIV
Pada fase ini, penderita HIV/AIDS tidak menunjukkan tanda dan gejala yang khas, bahkan
dapat merasa sehat. Padahal secara diam-diam, virus HIV sedang berkembang biak dan
menyerang sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi.
Pada fase ini, tanda-tanda HIV/AIDS memang tidak terlihat, tapi penderita tetap bisa
menularkannya pada orang lain. Pada akhir fase kedua, sel darah putih berkurang secara drastis
sehingga gejala yang lebih parah pun mulai muncul.
3. Fase ketiga: AIDS
AIDS merupakan fase terberat dari infeksi HIV. Pada fase ini, tubuh hampir kehilangan
kemampuannya untuk melawan penyakit. Hal ini karena jumlah sel darah putih berada jauh di
bawah normal.
Tanda-tanda HIV AIDS pada tahap ini antara lain berat badan menurun drastis, sering demam,
mudah lelah, diare kronis, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
4. Patofisiologi / Pathway
5. Komplikasi
Karena pada fase AIDS sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah, maka penderita
HIV/AIDS akan sangat rentan terkena infeksi dan jenis kanker tertentu. Penyakit yang
biasanya terjadi pada penderita AIDS antara lain:
Infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
Pneumonia
Toksoplasmosis
Meningitis
Tuberkulosis (TB)
Kanker, seperti limfoma dan sarkoma kaposi
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic infeksi HIV dapat dilakukan secara virologis (mendeteksi ntigen
DNA atau RNA) dan serologis (mendeteksi antiodi HIV) pada specimen darah, yang
dilakukan dengan menggunakan radi test HIV. Pemeriksaan diagnostic tersebut dilakukan
secara serial degan menggunakan tiga reagen HIV yang berbeda dalam hal preparasi
antigen, prinsip tes, dan jenis antigen, yang memenuhi kriteria sensitivitas dan spesifisitas.
Hasil pemeriksaan dinyatakan reaktif jika hasil tes dengan reagen 1 (A1), reagen 2 (A2), dan
reagen 3 (A3) ketiganya positif (Strategi 3). Pemilihan jenis reagen yang digunakan
berdasarkan sensitivitas dan speisfisitas, merujuk pada standar pelayanan alboratorium
kesehatan pemeriksa HIV dan injeksi oportunistik
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan infeksi HIV adalah dengan pemberian obat antiretroviral (ARV). Hingga
saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV. ARV yang digunakan bertujuan
untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV.
Pemberian terapi ARV dapat menekan viral load hingga kadar yang tidak terdeteksi (virus
tersupresi). Supresi virus dapat meningkatkan fungsi imun dan kualitas hidup secara
keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
dan non-AIDS, serta memperpanjang kesintasan pasien. Selain itu, terapi ARV dapat
mengurangi risiko penularan HIV.[2,6,7]
Terapi ARV harus diberikan kepada semua pasien dengan infeksi HIV tanpa melihat
stadium klinis dan nilai CD4.
Profilaksis Tuberkulosis
Selain profilaksis cotrimoxazole, pasien terinfeksi HIV yang tidak terbukti TB aktif, harus
diberikan profilaksis isoniazid (INH) selama 6 bulan. Terapi profilaksis INH harus diberikan
kepada pasien tanpa melihat derajat imunosupresi, status pengobatan ARV, ataupun status
kehamilan.
Anak terinfeksi HIV yang memiliki gejala gagal tumbuh, demam, batuk lama, atau riwayat
kontak TB, harus dievaluasi ke arah TB atau kemungkinan penyebab lainnya. Apabila tidak
terbukti TB, profilaksis INH selama 6 bulan dapat diberikan berapapun usia anak.
PENGKAJIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
DI POLI ANAK RSUP PROF DR. R.D KANDOU MANADO
I. IDENTITAS ANAK
Pengkajian dilakukan tanggal: 03-04-2023
Nama Anak : T.C.A.E
TTL : Langowan, 13-08-2012
Umur & Jenis Kelamin : 10 Tahun 7 Bulan/Laki-laki
Anak ke : 3 (Tiga)
III.ANAMNESA
a. Keluhan Utama : (Hemiplegia di ekstremitas kiri mulai berangsur-
angsur membaik)
b. Masalah Tumbang : Tidak ada masalah dalam tumbuh-kembang anak
sampai usia 10 tahun.
c. BP : 111/88 mmHg
P : 125x/min
RR : 25x/min
T : 36,70C
V. ALASAN PENGKAJIAN
No. Jenis Pengkajian Alasan Dikaji
1. Pertumbuhan Tujuan dilakukan pengukuran tersebut
Berat Badan dan Tinggi Badan untuk mengetahui status gizi anak
apakah termasuk pada kategori
normal, gemuk, kurus atau kurus
sekali.
Lingkar Kepala Untuk mengetahui lingkar kepala
anak apakah normal atau diluar batas
normal/tidak sesuai dengan usia
perkembangan anak.
2. Perkembangan Disesuaikan dengan usia anak, untuk
Kuesioner Pra-Skrining mengetahui perkembangan anak
Perkembangan untuk anak usia … apakah sesuai dengan usia atau
bulan. ditemukan penyimpangan dai aspek
(Dapat memilih kuesioner yang motoric kasar, halus, sosialisasi dan
akan digunakan KPSP dan Denver) kemandirian dan bahasa.
VI.INTERVENSI
No. Hasil Pengkajian Intervensi
1. Pertumbuhan Anjurkan orangtua: Mempertahankan
a. Hasil pemeriksaan status gizi pemberian nutrisi kepada anak,
anak Healthy Weight. istirahat yang cukup dan olahraga
secara teratur jika memungkinkan
b. Hasil pemeriksaan lingkar (kembali lagi lihat kondisi
kepala anak …(anak berusia 10 kesehatan/fisik anak).
tahun)
2. Perkembangan Anjurkan orangtua …………….
a. KPSP Interpretasi hasil …(tidak
masuk pengkajian, anak berusia
10 tahun)…
b. Denver Interpretasi hasil …
(tidak masuk pengkajian, anak
berusia 10 tahun)…