Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HIV AIDS

Viarencia Audrinaputri Liu


X MIPA 2
Pengertian HIV dan AIDS

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Acquired
immune deficiency syndrome atau AIDS adalah tahapan akhir dari penyakit infeksi Human
immunodeficiency virus (HIV). Sedangkan Human immunodeficiency virus atau HIV adalah virus yang
merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika semakin banyak
sel CD4 yang dihancurkan, maka daya tahan tubuh akan melemah sehingga rentan terhadap berbagai
penyakit.
Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi benar-benar hilang. Namun, tidak semua
pengidap HIV akan menjadi HIV/AIDS. Infeksi yang seharusnya tidak parah pada orang normal dapat
menjadi mematikan pada penderita AIDS. Hingga kini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan
HIV/AIDS.
Penyebab Penyakit AIDS

Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV.


Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi untuk melawan infeksi.
Virus HIV sendiri merusak sel darah putih yang disebut sel CD4. Virus juga membuat salinan
tubuhnya di dalam sel tersebut. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menurun dan menyebabkan
tubuh susah melawan infeksi. Jika penderita tidak mendapatkan pengobatan, HIV dapat menjadi
AIDS dalam waktu 10-15 tahun.
Penularan HIV terjadi saat cairan tubuh penderita (bisa darah, sperma, atau cairan vagina), masuk
ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara berikut:
1. Hubungan seks
2. Penggunaan jarum suntik
3. Transfusi darah
Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang
dikandungnya. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu
saat proses menyusui.
Gejala HIV dan AIDS

Gejala HIV dibagi berdasarkan tahap perkembangan penyakitnya, yaitu:

 Tahap 1: Infeksi HIV Akut


Tahap pertama HIV adalah tahap infeksi akut, yang terjadi pada beberapa bulan pertama setelah
seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Gejala pada tahap ini muncul 2–4 minggu setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya tidak
menyadari telah terinfeksi HIV, karena gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu,
serta dapat hilang dan kambuh kembali. Pada tahap ini, jumlah virus di dalam aliran darah cukup
tinggi sehingga penularan infeksi lebih mudah terjadi.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat dan dapat berlangsung hingga beberapa hari
hingga beberapa minggu. Gejalanya meliputi:
1. Demam hingga menggigil
2. Muncul ruam di kulit
3. Nyeri pada sendi dan otot
4. Pembengkakan kelenjar getah bening
5. Sakit kepala, Sakit perut, Sakit tenggorokan dan sariawan

 Tahap 2: Infeksi HIV Kronis (Masa Laten)


Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten bisa berlangsung
sampai beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV tetap aktif merusak daya tahan
tubuh, tetapi berkembang biak dalam jumlah yang lebih sedikit.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita bahkan tidak merasakan
gejala apa pun pada tahap ini. Namun, sebagian lainnya mengalami sejumlah gejala berikut:
1. Berat badan menurun
2. Berkeringat di malam hari
3. Batuk
4. Diare
5. Mual dan muntah
6. Herpes zoster
7. Pembengkakan kelenjar getah bening
8. Sakit kepala
 Tahap 3: AIDS
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani akan membuat HIV makin berkembang. Kondisi ini
membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan
tubuh sudah rusak parah sehingga penderita akan lebih mudah terserang infeksi lain.
Gejala AIDS meliputi:
1. Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya
2. Berkeringat di malam hari
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
4. Bintik ungu di kulit yang tidak bisa hilang
5. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
6. Diare kronis
7. Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina
8. Pembengkakan kelenjar getah bening, di ketiak, leher, dan selangkangan
9. Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi, lupa ingatan, dan kebingungan
10. Mudah memar atau berdarah
11. Tubuh terasa mudah lelah
12. Mudah marah dan depresi
13. Ruam atau bintik di kulit
14. Sesak napas
Diagnosis HIV dan AIDS

Diagnosis HIV dan AIDS


Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan
yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine
pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:
1. Tes antibodi
Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski
akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi
saat pemeriksaan.
2. Tes antigen
Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes
antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV. Jika
skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes
selanjutnya. Tujuannya untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap
infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat.
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di
laboratorium. Tes tersebut, antara lain:
1. Hitung sel CD4
CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada
dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di
bawah 200 sel per milimeter kubik darah.
2. Pemeriksaan viral load (HIV RNA)
Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri.
Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja
terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per
mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada
sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.
3. Tes resitensi (kekebalan)
Dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini
dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.
Pengobatan dan Pencegahan HIV AIDS

 Pengobatan
Hingga kini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS.
Tujuan pengobatan AIDS adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit dan mendukung
penderita agar dapat hidup normal. Penting untuk memulai pengobatan HIV sejak dini agar tidak
menjadi HIV AIDS. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat antiretroviral (ARV). Obat
tersebut melawan infeksi HIV dan memperlambat penyebaran virus di dalam tubuh.
Terdapat beberapa kelas obat ARV, seperti:
1. protease inhibitors
2. integrase inhibitors
3. nucleoside/nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs)
4. non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs)
5. chemokine co-receptor antagonists
6. entry inhibitors
Biasanya, pengobatan dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa macam obat. Jenis
dari kombinasi obat bervariasi, tergantung dari masing-masing penderita. Pengobatan AIDS harus
dilakukan seumur hidup.

 Pencegahan
Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara
lain:
1. Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim.
2. Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
3. Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
4. Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari
ibu ke janin.
5. Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
6. Jika menduga baru terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Tujuannya agar
mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari
dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.
Daftar Pusaka

 https://www.alodokter.com/hiv-aids/gejala
 https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-infeksi/aids
 https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids

Anda mungkin juga menyukai