Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

” Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS”


disusun untuk memenuhi tugas KMB II

Dosen : Kunaryanti, S.Kep,Ns,M.K.M

DISUSUN OLEH :

1. Bayu Setiawan (19002)


2. Miftahul Jannah ( 19022)
3. Putri Wulandari (19029)
4. Risma Damalia safitri (19033)
5. Ukhti Nur Isnaini (19038)

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI SRAGEN


2020
A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti
didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai
gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu
sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan
mudah masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat
lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya. Orang
yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama kelamaan
sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tahapan itulah penderita disebut sudah terkena
AIDS.
B. Penyebab HIV/AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen,
dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah
bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan
enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke
dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap
kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut
diturunkan. Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan
AIDS dapat bervariasi antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang
yang terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-
10 tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara mendapatkan HIV dan
diagnosis AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi
antiretroviral (ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah
virus bereplikasi dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang
yang terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load').
C. Tanda Gejala HIV/AIDS
Gejala AIDS meliputi:
1. Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
2. Berkeringat di malam hari.
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
4. Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.
5. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
6. Diare kronis.
7. Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
8. Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
9. Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
10. Mudah marah dan depresi.
11. Ruam atau bintik di kulit.
12. Sesak napas.
13. Tubuh selalu terasa lemah.
D. Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS
Pemeriksaan penunjangnya berupa pemeriksaan baseline, antigen P24, sel CD4, dan
viral load.
1. Pemeriksaan Baseline
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mempelajari kondisi penderita yang baru saja
terdeteksi mengidap HIV dan melihat apakah memiliki koinfeksi dari beberapa
infeksi berikut:
 Tuberkulosis
 Hepatitis (terutama B dan C)
 Infeksi menular seksual lainnya (gonorea, klamidia, sifilis)
 Pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit –
hitung jenis leukosit, eritrosit, laju endap darah)
 Fungsi Hati (SGOT/SGPT)
 Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin, BUN)
 Urinalisis
 Profil Lipid
Pemeriksaan-pemeriksaan di atas juga bertujuan sebagai pemeriksaan
penyaring untuk menilai apakah penderita dapat segera memulai terapi ARV,
karena kondisi-kondisi yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut, dapat
dipengaruhi oleh pemberian ARV.
2. Antigen P24
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya lebih spesifik karena mendeteksi infeksi
HIV melalui protein pembungkus HIV, dapat terdeteksi lebih cepat yakni 1-3
minggu setelah infeksi awal, sehingga membantu efektivitas deteksi dini HIV.
3. Sel CD4
Pemeriksaan dilakukan umumnya dilakukan pada penderita yang telah terbukti
positif terinfeksi HIV, untuk mendapatkan gambaran imunitas seseorang, melalui
jumlah sel CD4, juga bermanfaat sebagai kontrol keberhasilan pengobatan ARV
(Antiretroviral). Nilai normal berkisar antara 500-1500 sel/mm3.
Dokter perlu memperhatikan jumlah sel CD4 karena bila di bawah 200 sel/mm3
mengarah kepada kondisi imunokompromais, salah satu tanda fase acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
4. Viral Load
Pemeriksaan viral load dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah virus HIV
dalam darah. Nilai hasil pemeriksaan viral load akan menjadi penanda tingkatan
virulensi penderita. Pemeriksaan ini menjadi indikator dan sebagai target dalam
terapi antiretroviral (ARV). Diharapkan setelah menjalani ARV, nilai viral load
dapat turun hingga tidak terdeteksi. Hal ini menandakan konsumsi ARV berhasil
menekan aktivitas HIV dan virulensi menjadi tergolong rendah.
E. Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan
AIDS, antara lain:

1. Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim
vaginal maupun anal.
2. Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
3. Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
4. Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan
dari ibu ke janin.
5. Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa
mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari
dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

F. Komplikasi HIV/AIDS
Infeksi HIV membuat sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan
terserang infeksi berbagai penyakit, antara lain:
1. Tuberculosis (TB).
TB adalah infeksi paru-paru yang sering menyerang penderita HIV, bahkan
menjadi penyebab utama kematian pada penderita AIDS.
2. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah infeksi parasit yang dapat memicu kejang bila menyebar
ke otak.
3. Cytomegalovirus.
Cytomegalovirus adalah infeksi yang disebabkan oleh salah satu kelompok virus
herpes. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan,
dan paru-paru.
4. Candidiasis.
Candidiasis adalah infeksi jamur Candida yang menyebabkan ruam pada sejumlah
area tubuh. Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang hidup di sistem pencernaan.
5. Meningitis kriptokokus.
Meningitis kriptokokus adalah peradangan pada selaput otak dan tulang belakang
yang disebabkan oleh jamur.
6. Wasting syndrome.
Wasting syndrome merupakan kondisi ketika penderita AIDS kehilangan 10%
berat badan. Kondisi ini umumnya disertai diare serta demam kronis.
7. HIV-associated nephropathy (HIVAN).
HIVAN adalah peradangan pada saringan di ginjal. Kondisi ini menyebabkan
gangguan untuk membuang limbah sisa metabolisme dari tubuh.
8. Gangguan neurologis.
Meski AIDS tidak menginfeksi sel saraf, akan tetapi penderita AIDS dapat
mengalami sejumlah kondisi seperti depresi, mudah marah, bahkan sulit berjalan.
Salah satu gangguan saraf yang paling sering menimpa penderita AIDS adalah
demensia.
Selain sejumlah penyakit di atas, ada beberapa jenis kanker yang dapat menyerang
penderita HIV, di antaranya adalah sarkoma kaposi dan limfoma. Sarkoma kaposi
adalah kanker yang bisa muncul di sepanjang pembuluh darah atau saluran getah
bening. Sedangkan limfoma merupakan kanker kelenjar getah bening.
G. Penatalaksanaan Medis HIV/AIDS
Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan
memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun
semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. 
Terapi Antiretroviral (ARV)
Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis
golongan ARV yang rutin digunakan:
1. NRTI (nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors) dan NNRTI
(non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors): berfungsi sebagai penghambat
kinerja enzim reverse transcriptase (enzim yang membantu HIV untuk
berkembang dan aktif dalam tubuh pejamu)
2. PI (protease inhibitors), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV
3. INSTI (integrase strand transfer inhibitors), mencegah DNA HIV masuk ke dalam
nukleus
Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi
HIV.
Efek Samping ARV, selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan
evaluasi untuk memantau respon tubuh terhadap pengobatan, baik efek yang
dirasakan secara fisik maupun psikologis. Efek yang sering dirasakan pada awal
penggunaan ARV berupa mual, urtika, limbung/kehilangan keseimbangan, lemas,
pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat timbul pada masa awal penggunaan
ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil dalam darah.
H. Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Dahulu :

Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang


positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang
tidak terlindung, seks anal, homoseksual, penggunaan kondom yang tidak
konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan
kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik
yang bergantian, riwayat menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap
penyakit defesiensi imun.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang:

Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas


biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat
miksi, diare intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram abdominal,
tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral,
nyeri retrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat
sesuatu, konsentrasi menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran,
kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada
ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis,
nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat
malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan,
merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seksual.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS,


keluarga pengguna obat- obatan terlarang.

b. Pengkajian Fisik

a. Aktivitas dan istirahat :


Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti
perubahan pada tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.

b. Sirkulasi :

Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer,


pucat/sianosis, kapillary refill time meningkat.

c. Integritas ego :

Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah,


postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji
atau banyak janji.

d. Eliminasi :

Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen, lesi/abses


rektal/perianal, feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat,
perubahan jumlah, warna, dan karakteristik urine.

e. Makanan/cairan :

Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus,


menurunnya lemak subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga
mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi,
adanya gigi yang tanggal; edema.

f. Higiene

Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.

g. Neurosensori

Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia,
lupa, konsentrasi buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon melambat.

Ide paranoid, ansietas berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.


Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.

Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase,


kejang Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan :

Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya


berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.

i. Pernapasan :

Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius,


batuk (mulai sedang sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning
(pada pneumonia yang menghasilkan sputum).

j. Keamanan :

Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis,


perubahan warna, ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.

Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.

Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh


(leher, ketiak, paha) Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada
gaya berjalan.

k. Seksualitas :

Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia

l. Interaksi sosial

Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak


terorganisasi, perobahan penyusunan tujuan.

2. Diagnosa

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


nafsu makan menurun
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan
responimun , kerusakan kulit.

3. Intervensi

NO. DIAGNOSA NOC NIC


1. Bersihan a. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
jalan nafas Ventilation trachealsuctioning.
tidak efektif b. Respiratory status : 2. Berikan O2
berhubungan Airway patency 3. Anjurkan pasien untuk
dengan c. Aspiration Control istirahat dan napas dalam
adanya secret kriteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk
yang a. Mendemonstrasikan memaksimalkanVentilasi
mengental b. batuk efektif dan 5. Keluarkan sekret dengan
c. suara nafas yang batuk atau suction
bersih,tidak ada sianosis 6. Auskultasi suara nafas,
dan dyspneu catat adanya suara tambahan
d. Menunjukkan jalan 7. Monitor status
nafas yang paten hemodinamik
e.Mampu 8. Berikan pelembab udara
mengidentifikasikan dan Kassa basah NaCl Lembab
mencegah faktor yang 9. Atur intake untuk cairan
penyebab. mengoptimalkan
f. Saturasi O2 dalam keseimbangan.
g. batas normal 10. Monitor respirasi dan
status O2
11. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
2. Gangguan a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi
pemenuhan Adequacy of nutrient makanan
nutrisi b. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan ahli
kurang dari food and Fluid Intake gizi untuk menentukan
kebutuhan c. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi
berhubungan Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien
dengan nafsu a. Albumin serum 3. Yakinkan diet yang
makan b. Pre albumin serum dimakan mengandung tinggi
menurun. c. Hematokrit serat untuk mencegah
d. Hemoglobin konstipasi
e. Total iron binding 4. Monitor adanya
f. capacity penurunan BB dan gula darah
g. Jumlah limfosit 5. Monitor turgor kulit
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat
nutrisi

3. Risiko tinggi a. Immune Status Infection Control (Kontrol


terhadap b. Knowledge : Infection infeksi)
infeksi control
berhubungan c. Risk control 1 Bersihkan lingkungan
dengan Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien lain
faktor a. Klien bebas dari tanda 2 Pertahankan teknik
:Penurunan dan gejala infeksi isolasi
responimun , b. Mendeskripsikan 3 Batasi pengunjung bila
kerusakan proses penularan perlu
kulit penyakit, factor yang 4 Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk mencuci
penularan serta tangan saat berkunjung dan
penatalaksanaannya, setelah berkunjung
c. Menunjukkan meninggalkan pasien
kemampuan untuk 5 Gunakan sabun
mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
infeksi tangan
d. Jumlah leukosit dalam 6 Cuci tangan setiap
batas normal sebelum dan sesudah
e. Menunjukkan perilaku tindakan kperawtan
hidup sehat 7 Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8 Tingktkan intake nutrisi
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)

1 Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal
2 Monitor hitung
granulosit, WBC
3 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4 Batasi pengunjung
5 Pertahankan teknik
isolasi k/p
6 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
7 Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
8 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
9 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
10 Dorong masukan cairan
11 Dorong istirahat
12 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
13 Ajarkan cara menghindari
infeksi
14 Laporkan kecurigaan
infeksi
I. Daftar Pustaka
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf
https://www.alodokter.com/hiv-aids/gejala
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-
infeksi/hiv/diagnosis#:~:text=Pemeriksaan%20penunjang%20untuk%20HIV
%20berupa,sel%20CD4%2C%20dan%20viral%20load.&text=Pemeriksaan%20yang
%20dilakukan%20untuk%20mempelajari,Hepatitis%20(terutama%20B%20dan
%20C)
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/penatalaksanaan
http://mariatul280794.blogspot.com/2016/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html?m=1

Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta

Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart,
Edisi 8, Jakarta, EGC

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

"

Anda mungkin juga menyukai