Disusun Oleh:
I GUSTI NGURAH KARDISAPUTRA
070116B027
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui
dan melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
d. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
e. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
f. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
g. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
h. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
i. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
b. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah infeksi oleh HIV. Virus ini diketahui sebagai
Human T Cell Lymphatropic Virus (HTLV) atau The Lymphadenophaty
Associated Virus (LAV) yang ditemukan oleh Luc Montaigner (1983) dan
Robert gallo (1984). Tetapi pada tahun 1985 kedua virus tersebut dinyatakan
sama oleh Committee Taxonomy International dan disebut HIV (Human
Imunodeficiency Virus).
Tahun 1994 diketahui ada 2 jenis virus yang menyebabkan AIDS :
1. HIV 1 : penyebarannya lebih luas hampir di seluruh dunia yaitu jenis
Retovirus
2. HIV 2 : di Afrika Barat, Portugal lebih mirip dengan Monkey Virus
merupakan suatu virus lentivirus.
Target sel HIV berupa : Sel limfosit T4 yang merupakan target
utama, sedangkan target yang lain seperti : Sel monosit, makrofag,
folikular dendritik, sel retina, serviks, langerhans, sel otak, endotel sel
cerna.
Masa Inkubasi HIV :Sulit diketahui, rata-rata 5 bulan hingga 5 sampai 10
tahun.
c. PATOFISIOLOGI
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi
genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap yang
dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk
peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen stuktural yang
utama. Tombol (knob) yang menonjool lewat dinding virus terdiri atas protein
gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan
dengan sel-sel CD4-positif adalah gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4+ mencangkup monosit, makrofag dam limfosit T4 helper
(yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV). Limfosit
T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel di atas.
Sesudah terikat dengan membrane sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan
dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan
menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas ganda). DNA ini akan
disatukan ke dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian
terjadi infeksi yang permanent.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini, sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh
antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus
seperti sitomegalovirus (CMV; Cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes
simplex, dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi
dikatifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4
akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam
plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten
dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini
menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari
sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh untuk menginfeksi pelbagai
jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul CD4+
atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Replikasi virus akan
berlangsung terus menerus sepanjang perjalanan infeksi HIV. Ketika sistem
imun tersti,ulasi, replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke
dalam plasma darah yang menyebabakan infeksi berikunya pada sel-sel CD4+
yang lain.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status
kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak
sedang vberperang dengan infeksi virus lain, reproduksi HIV berjalan dengan
lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat apabila
penderitanya sedang menghadapi infeksi virus lain atau kalau sistem imunnya
terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan
oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.
Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang
penting yaitu : mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibody, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi
limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Jika fungsi
limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak meinmbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit
yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan
sistem imun dinamakan infeksi oportunistik.
d. Pathways
Status Imun
e. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala mayor
a. Penurunan BB 10%
b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c. Diare kronis
d. Tuberkulosis
2. Gejala minor
a. Koordinasi orofaringeal
b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c. Kelemahan tubuh
d. Berkeringat malam
e. Hilang nafsu makan
f. Infeksi kulit generalisata
g. Limfodenopati
h. Herpes zoster
i. Infeksi herpes simplek kronis
j. Pneumonia
k. Sarkoma kaposi
Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis
I Asimptomatic, aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
II Simptomatic, aktivitas normal
a. BB menurun < 10%
b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti: dermatitis, pruigo,ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang
rekuren dan kheilitis angularis
c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
a. BB > 10%
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
f. TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
c. Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
f. Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i. Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j. Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k. Mikobakteriasis atipikal diseminata
l. Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi
5. Diet
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
a. Diet AIDS I
diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran
menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan
berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai
dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada
kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde
dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial
energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin
dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat
ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
b. Diet AIDS II
diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap
akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang
setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan.
Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zatgizinya, diberikan
makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan
utama.
c. Diet AIDS III
diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau
kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan
lunak atau biasa diberikandalam porsi kecil dan sering. Diet ini
tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan
makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat
badan, maka dianjurkan pemberian makanan sondesebagai makanan
tambahan atau makanan utama.
Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
a. Menghentikan replikasi HIV
b. Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik
c. Memperbaiki kualitas hidup
d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
g. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 1999 ) antara
lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
h. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Tes Antibodi HIV
Kalau seseorang terinfeksi oleh virus HIV, system imunnya akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
umumnya terbentuk dalam waktu 3-12 minggu setelah terkena infeksi,
kendati pembentukan antibody ini dapat memerlukan waktu sampai
hingga 14 bulan; kenyataan ini menjelaskan mengapa seseorang dapat
terinfeksi tetapi pada mulanya tidak memperlihatkan hasil tes yang positif.
Sayangnya, antibody untuk HIV tidak efektif dan tidak dapat
menghentikan perkembangan infeksi HIV. Kemampuan untuk mendeteksi
antibody HIV dalam darah telah memungkinkan pemeriksaan skrinning
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic pada pasien-pasien
terinfeksi HIV. Pada tahun 1985, Food And Drug Administration atau FDA
mengeluarkan lisensi untuk uji kadar antibody HIV bagi semua
pendonoran darah dan plasma.
Ada tiga buah tes untuk memastikan adanya antibody terhadap HIV
dan membantu mendiagnosis infeksi HIV. Tes enzyme-linked
immunosorbent assay atau ELISA mengidentifikasikan antibody yang
secara spesifik ditujukan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan
diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan bahwa seseorang
pernah terkena atau terinfeksi oleh virus HIV. Orang yang darahnya
mengandung antibody untuk HIV disebut sebagai orang yang seropositif.
Pemeriksaan western blot assay merupakan tes lainnya yang dapat
mengenali antibody HIV dan digunakan untuk memastikan seropositivitas
seperti yang teridentifikasi lewat prosedur ELISA. Indirect
immunofluorescence assay atau IFA kini sedang digunakan oleh sebagian
dokter sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositivitas. Tes lainnya, radioimmunoprecipitation assay atau RIPA,
lebih mendeteksi protein HIV ketimbang antibody.
2) Pelacakan HIV
a. Antigen p24; positif untuk protein virus yang bebas
b. Reaksi rantai polymerase atau PCR:polymerase chain reaction;
mendeteksi DNA atau RNA virus HIV
c. Kultur sel mononuclear darah perifer untuk HIV-1; positif kalau dua
kali uji kadar/ assay secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat
d. Kultur sel kualitatif; mengukur muatan virus dalam sel
e. Kultur plasma kuantitatif; mengukur muatan virus lewat virus bebas
yang infeksius dalam plasma
f. Mikroglobulin B2; protein meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit
g. Neopterin serum; kadar meningkat dengan berlanjutnya penyakit.
3) Status imun
a. Sel-sel CD4+; menurun
b. Rasio CD4:CD8; menurun
c. Hitung sel darah putih; normal hingga menurun
d. Kadar immunoglobulin; meningkat
e. Tes fungsi sel CD4+; sel-sel T4 mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen
f. Reaksi sensitivitas pada tes kulit; menurun hingga tidak
terdapat
g. Darah tepi (Hb, leukosit, monosit, trombosit, limfosit);
leucopenia, limfopenia, trombositopenia, displasia sumsum
tulang.
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
2) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
3) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
4) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
5) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.
6) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
7) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
8) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
9) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
10) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
2. Dianosa Keperawatan
a) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
A. Kesimpulan
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Intervensi dan Rasional
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
criteria hasil
1 Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda- 1. Untuk pengobatan
infeksi infeksi oportunistik tanda infeksi baru. dini
berhubungan dan komplikasinya 2. gunakan teknik 2. Mencegah pasien
dengan dengan kriteria tak aseptik pada setiap terpapar oleh kuman
imunosupresi, ada tanda-tanda tindakan invasif. Cuci patogen yang
malnutrisi dan infeksi baru, lab tangan sebelum diperoleh di rumah
pola hidup yang tidak ada infeksi meberikan tindakan. sakit.
beresiko. oportunis, tanda 3. Anjurkan pasien 3. Mencegah
vital dalam batas metoda mencegah bertambahnya
normal, tidak ada terpapar terhadap infeksi
luka atau eksudat. lingkungan yang 4. Meyakinkan
patogen. diagnosis akurat dan
4. Kumpulkan pengobatan
spesimen untuk tes 5. Mempertahankan
lab sesuai order. kadar darah yang
5. Atur pemberian terapeutik
antiinfeksi sesuai
order
2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim atau orang penting informasikan ini
pasien) kesehatan lainnya metode 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
berhubungan memperhatikan mencegah transmisi
dengan infeksi universal HIV dan kuman
HIV, adanya precautions dengan patogen lainnya.
infeksi kriteriaa kontak 2. Gunakan darah
nonopportunisitik pasien dan tim dan cairan tubuh
yang dapat kesehatan tidak precaution bial
ditransmisikan. terpapar HIV, tidak merawat pasien.
terinfeksi patogen Gunakan masker bila
lain seperti TBC. perlu.