Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)


& ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

Disusun Oleh:
I GUSTI NGURAH KARDISAPUTRA
070116B027

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang


menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara
cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum
ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini
belum bisa dicegah dengan vaksin.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
dengan AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H
= Human (manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V =
Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel
kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah
terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS
Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum
akhirnya mengidap AIDS. Namun penyakit yang paling sering ditemukan
pada penderita AIDS adalah sejenis radang paru-paru yang langka, yang
dikenal dengan nama pneumocystis carinii pneumonia (PCP), dan sejenis
kanker kulit yang langka yaitu kaposis sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini
baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap
AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara
fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka
telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini
termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular
dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode atau masa dari
saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai
timbulnya penyakit.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui
dan melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
d. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
e. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
f. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
g. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
h. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
i. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

a. PENGERTIAN HIV & AIDS


Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang
termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan
menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV
menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya
penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa
kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan
menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam
proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu
HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1
yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan
di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau
retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan
menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia
(Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan
sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan
pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada
enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk
manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri
dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi
berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat
mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam
sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada
seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
AIDS adalah singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Virus HIV ini akan
menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel CD4 yang
berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia. Virus
HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk mereplikasi
lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh manusia tidak
dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan rentan terhadap
berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami AIDS apabila
sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi
HIV pada tahap lanjut

b. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah infeksi oleh HIV. Virus ini diketahui sebagai
Human T Cell Lymphatropic Virus (HTLV) atau The Lymphadenophaty
Associated Virus (LAV) yang ditemukan oleh Luc Montaigner (1983) dan
Robert gallo (1984). Tetapi pada tahun 1985 kedua virus tersebut dinyatakan
sama oleh Committee Taxonomy International dan disebut HIV (Human
Imunodeficiency Virus).
Tahun 1994 diketahui ada 2 jenis virus yang menyebabkan AIDS :
1. HIV 1 : penyebarannya lebih luas hampir di seluruh dunia yaitu jenis
Retovirus
2. HIV 2 : di Afrika Barat, Portugal lebih mirip dengan Monkey Virus
merupakan suatu virus lentivirus.
Target sel HIV berupa : Sel limfosit T4 yang merupakan target
utama, sedangkan target yang lain seperti : Sel monosit, makrofag,
folikular dendritik, sel retina, serviks, langerhans, sel otak, endotel sel
cerna.
Masa Inkubasi HIV :Sulit diketahui, rata-rata 5 bulan hingga 5 sampai 10
tahun.

c. PATOFISIOLOGI
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi
genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap yang
dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk
peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen stuktural yang
utama. Tombol (knob) yang menonjool lewat dinding virus terdiri atas protein
gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan
dengan sel-sel CD4-positif adalah gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4+ mencangkup monosit, makrofag dam limfosit T4 helper
(yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV). Limfosit
T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel di atas.
Sesudah terikat dengan membrane sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan
dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper. Dengan
menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan
melakukan pemrograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas ganda). DNA ini akan
disatukan ke dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian
terjadi infeksi yang permanent.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini, sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh
antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus
seperti sitomegalovirus (CMV; Cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes
simplex, dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi
dikatifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4
akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam
plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persisten
dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini
menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari
sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh untuk menginfeksi pelbagai
jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul CD4+
atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Replikasi virus akan
berlangsung terus menerus sepanjang perjalanan infeksi HIV. Ketika sistem
imun tersti,ulasi, replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke
dalam plasma darah yang menyebabakan infeksi berikunya pada sel-sel CD4+
yang lain.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status
kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak
sedang vberperang dengan infeksi virus lain, reproduksi HIV berjalan dengan
lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat apabila
penderitanya sedang menghadapi infeksi virus lain atau kalau sistem imunnya
terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan
oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.
Dalam respons imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang
penting yaitu : mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibody, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi
limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Jika fungsi
limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak meinmbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit
yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan
sistem imun dinamakan infeksi oportunistik.
d. Pathways

Hub. Seks Kontak langsung Ibu Hamil


VOA darah jarum suntik HIV (+)
Vaginal, Oral, Anal

Pencegahan + Perawatan HIV Penolakan


Masyarakat

Kurang Informasi Menyerang sel-sel


Limfosit T4 HDR Gangguan Isolasi
Sosial
Monosit, Makrofag, Retina
Kurang Pengetahuan Serviks, Lengerhans, Otak

Status Imun

Inf Akut, Inf Kronis Asimtomatis PEL Penyakit Lain


Demam, Batuk Imun Hiperaktivitas
Keringat malam, Sel limfosit B
Mual, muntah
Neurologis Inf Sekunder
Kanker

Mielopati Inf Virus Sarkoma


kaposi
Neuropati Inf Parasit
Limfoma
Peny SSP Mikrobekterm

Perubahan Nutrisi Hiperplasia


< kebutuhan tubuh
Demensia Pada Usus Nyeri
kompleks

Resti tertular penyakit lain/ Diare


Resti Infeksi Perubahan
Proses pikir

e. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala mayor
a. Penurunan BB 10%
b. Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c. Diare kronis
d. Tuberkulosis
2. Gejala minor
a. Koordinasi orofaringeal
b. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c. Kelemahan tubuh
d. Berkeringat malam
e. Hilang nafsu makan
f. Infeksi kulit generalisata
g. Limfodenopati
h. Herpes zoster
i. Infeksi herpes simplek kronis
j. Pneumonia
k. Sarkoma kaposi
Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis
I Asimptomatic, aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati generalisata
II Simptomatic, aktivitas normal
a. BB menurun < 10%
b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti: dermatitis, pruigo,ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang
rekuren dan kheilitis angularis
c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
a. BB > 10%
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Kandidiasi orofaringeal
e. Oral hairy leukoplakia
f. TB Paru dalam tahun terakhir
g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%
a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC
b. Pneumonia pneumocytis carinii
c. Toksoplasmosis otak
d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis virus sitomegalo
f. Kriptokokosis extra pulmonal
g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati multifokal progresif
i. Mikosis disminata seperti histoplasmosis
j. Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru
k. Mikobakteriasis atipikal diseminata
l. Septisemia salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma kaposi

f. PENATALAKSANAAN MEDIS & KEPERAWATAN


Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya
yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1 Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imundengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksivirus pada
prosesnya. Obat-obat ini
adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapatmenggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

5. Diet
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
a. Diet AIDS I
diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,
sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran
menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan
berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai
dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada
kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam
bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde
dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial
energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin
dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat
ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
b. Diet AIDS II
diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap
akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang
setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan.
Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zatgizinya, diberikan
makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan
utama.
c. Diet AIDS III
diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau
kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan
lunak atau biasa diberikandalam porsi kecil dan sering. Diet ini
tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan
makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat
badan, maka dianjurkan pemberian makanan sondesebagai makanan
tambahan atau makanan utama.
Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
a. Menghentikan replikasi HIV
b. Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik
c. Memperbaiki kualitas hidup
d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan
masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.

g. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 1999 ) antara
lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
h. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Tes Antibodi HIV
Kalau seseorang terinfeksi oleh virus HIV, system imunnya akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
umumnya terbentuk dalam waktu 3-12 minggu setelah terkena infeksi,
kendati pembentukan antibody ini dapat memerlukan waktu sampai
hingga 14 bulan; kenyataan ini menjelaskan mengapa seseorang dapat
terinfeksi tetapi pada mulanya tidak memperlihatkan hasil tes yang positif.
Sayangnya, antibody untuk HIV tidak efektif dan tidak dapat
menghentikan perkembangan infeksi HIV. Kemampuan untuk mendeteksi
antibody HIV dalam darah telah memungkinkan pemeriksaan skrinning
produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic pada pasien-pasien
terinfeksi HIV. Pada tahun 1985, Food And Drug Administration atau FDA
mengeluarkan lisensi untuk uji kadar antibody HIV bagi semua
pendonoran darah dan plasma.
Ada tiga buah tes untuk memastikan adanya antibody terhadap HIV
dan membantu mendiagnosis infeksi HIV. Tes enzyme-linked
immunosorbent assay atau ELISA mengidentifikasikan antibody yang
secara spesifik ditujukan kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan
diagnosis penyakit AIDS tetapi lebih menunjukkan bahwa seseorang
pernah terkena atau terinfeksi oleh virus HIV. Orang yang darahnya
mengandung antibody untuk HIV disebut sebagai orang yang seropositif.
Pemeriksaan western blot assay merupakan tes lainnya yang dapat
mengenali antibody HIV dan digunakan untuk memastikan seropositivitas
seperti yang teridentifikasi lewat prosedur ELISA. Indirect
immunofluorescence assay atau IFA kini sedang digunakan oleh sebagian
dokter sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan
seropositivitas. Tes lainnya, radioimmunoprecipitation assay atau RIPA,
lebih mendeteksi protein HIV ketimbang antibody.

2) Pelacakan HIV
a. Antigen p24; positif untuk protein virus yang bebas
b. Reaksi rantai polymerase atau PCR:polymerase chain reaction;
mendeteksi DNA atau RNA virus HIV
c. Kultur sel mononuclear darah perifer untuk HIV-1; positif kalau dua
kali uji kadar/ assay secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat
d. Kultur sel kualitatif; mengukur muatan virus dalam sel
e. Kultur plasma kuantitatif; mengukur muatan virus lewat virus bebas
yang infeksius dalam plasma
f. Mikroglobulin B2; protein meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit
g. Neopterin serum; kadar meningkat dengan berlanjutnya penyakit.

3) Status imun
a. Sel-sel CD4+; menurun
b. Rasio CD4:CD8; menurun
c. Hitung sel darah putih; normal hingga menurun
d. Kadar immunoglobulin; meningkat
e. Tes fungsi sel CD4+; sel-sel T4 mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen
f. Reaksi sensitivitas pada tes kulit; menurun hingga tidak
terdapat
g. Darah tepi (Hb, leukosit, monosit, trombosit, limfosit);
leucopenia, limfopenia, trombositopenia, displasia sumsum
tulang.

4) Pemeriksan terhadap infeksi oportunistik dan keganasan


Diperiksa sesuai dengan jenis penyakitnya, Misalnya kandidiasis, TB paru,
Lab rutin, Radiologis, USG, CT Scan, Bronkoskopi, dll.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
2) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
3) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
4) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
5) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.
6) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
7) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
8) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
9) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
10) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Dianosa Keperawatan
a) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.

b) Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,


adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c) Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
e) Diare berhubungan dengan infeksi GI
f) Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang


disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal
di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat
berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam
beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan
kesenjangan teori.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah


berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat perbaikan
kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.
2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan


pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu dosen
berikan sangat membantu untuk perbaikan laporan pendahuluan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4


buku II. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Intervensi dan Rasional

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
criteria hasil
1 Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda- 1. Untuk pengobatan
infeksi infeksi oportunistik tanda infeksi baru. dini
berhubungan dan komplikasinya 2. gunakan teknik 2. Mencegah pasien
dengan dengan kriteria tak aseptik pada setiap terpapar oleh kuman
imunosupresi, ada tanda-tanda tindakan invasif. Cuci patogen yang
malnutrisi dan infeksi baru, lab tangan sebelum diperoleh di rumah
pola hidup yang tidak ada infeksi meberikan tindakan. sakit.
beresiko. oportunis, tanda 3. Anjurkan pasien 3. Mencegah
vital dalam batas metoda mencegah bertambahnya
normal, tidak ada terpapar terhadap infeksi
luka atau eksudat. lingkungan yang 4. Meyakinkan
patogen. diagnosis akurat dan
4. Kumpulkan pengobatan
spesimen untuk tes 5. Mempertahankan
lab sesuai order. kadar darah yang
5. Atur pemberian terapeutik
antiinfeksi sesuai
order

2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien 1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim atau orang penting informasikan ini
pasien) kesehatan lainnya metode 2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
berhubungan memperhatikan mencegah transmisi
dengan infeksi universal HIV dan kuman
HIV, adanya precautions dengan patogen lainnya.
infeksi kriteriaa kontak 2. Gunakan darah
nonopportunisitik pasien dan tim dan cairan tubuh
yang dapat kesehatan tidak precaution bial
ditransmisikan. terpapar HIV, tidak merawat pasien.
terinfeksi patogen Gunakan masker bila
lain seperti TBC. perlu.

3 Intolerans Pasien 1. Monitor respon 1. Respon bervariasi dari hari ke hari


aktivitas berpartisipasi dalam fisiologis terhadap 2. Mengurangi kebutuhan energy
berhubungan kegiatan, dengan aktivitas 3. Ekstra istirahat perlu jika karena
dengan kriteria bebas 2. Berikan bantuan meningkatkan kebutuhan metabolik
kelemahan, dyspnea dan perawatan yang
pertukaran takikardi selama pasien sendiri tidak
oksigen, aktivitas. mampu
malnutrisi, 3. Jadwalkan
kelelahan. perawatan pasien
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.
4 Perubahan nutrisi Pasien mempunyai 1. Monitor 1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari intake kalori dan kemampuan tenggorokan dan mulut
kebutuhan tubuh protein yang mengunyah dan 2. Menentukan data dasar
berhubungan adekuat untuk menelan. 3. Mengurangi muntah
dengan intake memenuhi 2. Monitor BB, 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
yang kurang, kebutuhan intake dan ouput keinginan pasien
meningkatnya metaboliknya 3. Atur antiemetik
kebutuhan dengan kriteria sesuai order
metabolic, dan mual dan muntah 4. Rencanakan diet
menurunnya dikontrol, pasien dengan pasien dan
absorbsi zat gizi. makan TKTP, orang penting
serum albumin dan lainnya.
protein dalam batas
n ormal, BB
mendekati seperti
sebelum sakit.
5 Diare Pasien merasa 1. Kaji konsistensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam feses
berhubungan nyaman dan dan frekuensi feses 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
dengan infeksi GI mengnontrol diare, dan adanya darah. 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,
komplikasi minimal 2. Auskultasi bunyi emperburuk perforasi pada intestinal
dengan kriteria usus 4. Untuk menghilangkan distensi
perut lunak, tidak 3. Atur agen
tegang, feses lunak antimotilitas dan
dan warna normal, psilium (Metamucil)
kram perut hilang, sesuai order
4. Berikan ointment
A dan D, vaselin atau
zinc oside
6 Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping 1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja
koping keluarga penting lain keluarga terhadap secara konstruktif dengan keluarga.
berhubungan mempertahankan sakit pasein dan 2. Mereka tak menyadari bahwa mereka
dengan cemas suport sistem dan perawatannya berbicara secara bebas
tentang keadaan adaptasi terhadap 2. Biarkan keluarga 3. Menghilangkankecemasan tentang transmisi
yang orang perubahan akan mengungkapkana melalui kontak sederhana.
dicintai. kebutuhannya perasaan secara verbal
dengan kriteria 3. Ajarkan kepada
pasien dan keluarga keluaraga tentang
berinteraksi dengan penyakit dan
cara yang transmisinya.
konstruktif

Anda mungkin juga menyukai