DISUSUN OLEH :
NIM : 2014901004
2020
A. Pendahuluan
B. Definisi
C. Etiologi
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
flulikes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi)
D. Patofisiologi
Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan,
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran
baru yang harus diserang. Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh
dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap
HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu
penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun
apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut
fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi
HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan
ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012.)
E. Klasifikasi
1. Stadium I
2. Stadium II
3. Stadium III
Termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.
4. Stadium IV
AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala
mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
1. Gejala mayor :
2. Gejala minor :
d. Candidiasis oro-faring
e. Limfadenopati umum
AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan
dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui
seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
1. Gejala mayor :
a. Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal
2. Gejala minor :
a. Limfadenopati umum
b. Candidiasis oro-faring
d. Batuk persisten
e. Dermatitis umum
G. Pemeriksaan Fisik
1. Aktifitas Istirahat
2. Gejala subyektif
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari erulang
kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
3. Psikososial
4. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
5. Neurologis
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku
kuduk, kejang, paraf legia.
6. Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
7. Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
8. Pernafasan
Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk produktif/non
produktif, bendungan atau sesak pada dada.
9. Integument
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
a. Serologis
1) Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasiltes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
2) Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
3) Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
4) Sel T4 helper Indikator system imun (jumlah <200>
5) T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada
sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
6) P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV
) Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi
infeksi
7) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
8) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
9) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
2. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
3. Tes Lainnya
a. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut
atau adanya komplikasi lain
b. Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
d. Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan
paru-paru
f. Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian
Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum,
plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.
4. USG Abdomen
5. Rongen Thorak
I. Penatalaksanaan Umum
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan dari
lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:
1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah
Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman
Mycobacterium sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arief, 2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran
TB dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien
setelah infeksi primer. Adapun gejala TBC Milier berupa: febris, letargi,
keringat malam, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Febris
bedah.
Intervensi:
- Tanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan karakteristik dan buat
rentang intensitas pada skala 0-10
- Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
- Catat kemungkinan penyebab nyeri, patofisiologi dan psikologi
- Jadwal periode istirahat, berikan lingkungan yang nyaman
- Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
- Berikan kenyamanan. Misalnya: sering ubah posisi
d. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi dan
ancaman /perubahan status kesehatan .
Intervensi:
- Dorong klien untuk menggunakan pikiran dan perasaan
- Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara
- Pertahankan kontak sering dengan pasien bicara dengan menyentuh
pasien dengan tepat
- Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari
memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi
- Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur
- Tingkatkan rasa nyaman dan lingkungan tenang
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis
berhubungan dengan kurang terpajan /tidak mengenal informasi
Intervensi:
- Kaji kemampuan klien dan keluarga
- Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan karbohidrat
- Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien
- Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat
pulang
- Libatkan keluarga dalam pemberian informasi.
J. Asuhan Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas ( I.01011 )
efektif berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
spasme jalan nafas ( D.0001 ) diharapakan bersihan jalan napas Observasi
meningkat ( L.01001 ) dengan kriteria - Monitor pola napas
hasil :
- Monitor suara napas tambahan
1. Batuk efektif meningkat
- Monitor sputum ( jumlah, warna, bau )
2. Produksi sputum menurun
Terapeutik
3. Mengi menurun
- Posisikan semi fowler atau fowler
4. Wheezing menurun
- Lakukan fisioterapi dada
5. Dispnea menurun
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
6. Ortopnea menurun detik
7. Sulit bicara menurun - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
8. Sianosis menurun penghisapan
4 Ansietas berhubungan dengan Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I. 09314)
kurang terpapar informasi
(D.0080) Setelah dilakukan Tindakan 3x24 jam Observasi
maka Tingkat ansietas menurunt
dengan kriteria: - monitor tanda-tanda ansietas
2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan dalam Manajemen Nutrisi ( I. 03119 )
dengan ketidakmampuan waktu 3x24 jam diharapkan status
nutrisi membaik ( L. 03030 ) dengan Observasi
menelan makanan ( D. 0019 ) kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi alergi dan toleransi makana
meningkat n
2. Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
meningkat
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
3. Kekuatan otot menelan meningkat nutrien
4. Serum albumin meningkat - Identifikasi perlunya penggunaan
5. Verbalisasi keinginan untuk selang NGT
meningkatkan nutrisi meningkat - Monitor asupan makanan
6. Pengetahuan tentang pilihan - Monitor berat badan
makanan yang sehat meningkat
- Monitor hasil pemeriksaan laboratoriu
7. Pengetahuan tentang pilihan m
minuman yang sehat meningkat
Terapeutik
8. Pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang tepat - Lakukan oral hygiene sebelum makan, j
ika perlu
9. Penyiapan dan penyimpanan
makanan yang aman - Fasilitasi menentukan pedoman diet
10. Sikap terhadap makanan/minuman - Sajikan makanan secara menarik dan su
sesuai dengan tujuan kesehatan hu yang sesuai
11. Perasaan cepat kenyang menurun - Berikan makan tinggi serat untuk menc
egah konstipasi
12. Nyeri abdomen menurun
- Berikan makanan tinggi kalori tinggi
13. Sariawan menurun protein
14. Rambut rontok menurun - Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Diare menurun - Hentikan pemberian makan melalui sel
16. Berat badan indeks massa tubuh ang nasogastric jika asupan oral dapat d
( IMT ) membaik itoleransi