Disusun oleh :
MARNI
CI Lahan CI Akademik
........................................................ ………………………………………….
A. Pengertian HIV
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih CD4, memperbanyak
diri di dalam sel tersebut, dan mengakibatkan kematian sel CD4. Akibatnya,
kadar CD4 dalam tubuh terus menurun, menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan tidak dapat melawan penyakit. HIV dapat memasuki tubuh
melalui kulit atau selaput lendir yang rusak, serta melalui pembuluh darah. AIDS
adalah sindrom yang terjadi akibat penurunan sistem imun tubuh yang
B. Etiologi
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-
yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flulikes
illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
C. Manifestasi Klinis
Pada suatu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, telah disusun suatu defmisi
klinik AIDS untuk digunakan oleh negara-negara yang tidak mempunyai fasilitas
1. AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan
satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui
a. Gejala mayor :
b. Gejala minor :
Candidiasis oro-faring
Limfadenopati umum
2. AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua
gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti
a. Gejala mayor :
Limfadenopati umum
Candidiasis oro-faring
Batuk persisten
Dermatitis umum
D. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70%
dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang
menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam
jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam
disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang
sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-
sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3
tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit
CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan
sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel
virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela”
(window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap
positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri :
2012.
E. WOC HIV
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
Menginfeksi limfosit
Terjadi perubahan pada structural sel diatas akibat transkipsi RNA virus + DNA sel sehingga t
1. Tidak melakukan hubungan seksual sesuai dengan orang yang diketahui atau dicurigai
menderita AIDS.
2. Tidak melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan
3. Tidak menggunakan obat-obat intravena (IV)
4. Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang diketahui menggunakan
obat-obat injeksi.
5. Tidak menggunakan inhalan nirit karena sangat berkaitan dengan sarkoma kaposi.
6. Hindari hubungan seks melalui anus.
7. Lindungan diri dan pasangan anda selama hubungan seksual dengan menggunakan
kondom, hindari kontak oral-genital dan bercium dengan mulut terbuka, dan hindari
kontak dengan cairan tubuh (semen, darah).
G. Penularan HIV
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
masalah- masalahnya
2. Aspek Sosial.
diperhatikan
mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007) Dukungan sosial terutama dalam konteks
hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali
merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. House (2006) membedakan
d. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap pasien dengan HIV
e. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan
f. Dukungan Instrumental
g. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.
b. Penatalaksaan Medis
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah
Istiqomah : 2009) :
nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Didanosin
Ribavirin
Diedoxycytidine
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
AIDS.
1. Diet
relaksasi.
menelan.
jaringan otot).
Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
diberikan.
fungsi kekebalan.
makanan selingan.
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
bening).
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS
1. Diet AIDS
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas
tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran
menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan
dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien,
dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan
dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan
sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin
dan vitamin C, bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa
2. Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut
teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam.
kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada
pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa,
diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin
dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih
terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde
d. Kacang – kacang
I. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
b. Neurologik
(HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social.Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. Infark serebral kornea sifilis
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
f. Sensorik
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi
a. Serologis
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasiltes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
Tes blot western
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
Kadar Ig
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
Tes PHS
b. Neurologis
c. Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
Biopsis
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
2. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.Kurang dari 1%
penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan
persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita
bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka
ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan. Dengan demikian, darah
dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian
Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan
untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin
pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan
infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah
sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil
positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-
RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun
disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di
3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak
Pemeriksaan Diagnostik
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Keluarga
Tanda-tanda vital
Rambut
Kardiovaskular
Mata
Otot
Lidah
GIT
Membran mukosa
Neurologis
Vitalitas
Aktifitas Istirahat
Gejala subyektif
sulit tidur.
Psikososial
Status Mental
delusi.
Neurologis
Muskuloskletal
Kardiovaskuler
Pernafasan
Integument
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
keperawatan berikitnya.
E. Evaluasi
I. Data demografi
1. Identitas
a. Identitas pasien
Tanggal wawancara : 24 oktober 2023
Nama klien : Ny. R
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : kristen protestan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
b. Identitas penangung jawab
Latar belakang pendidikan : SMA
Alamat : 26 tahun
Suku/bangsa : serui/ Indonesia
Status : Saudara
No Telp/HP :-
Alamat : kotaraja
c. Tanggal masuk RS : 23 oktober 2023
No RM : 23.10.56
Diagnosa medis : HIV AIDS
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Lemas
b. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
c. Riwayat Kesehatan Sekarang: pasien datang dengan keluhan lemas kurang
lebih 1 bulan dan hanya tiduran saja di rumah, pusing, mual, BAB cair.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : pasien mengatakan perna di rawat di RS
dengan penyakit yang sama
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti Diabetes
Melitus dan Hipertensi. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit menular seperti TBC dan HIV
3. Data psikologi
Pasien melihat penyakitnya sebagai cobaan Tuhan, merasa harga diri stabil,
mengenali identitas diri dengan baik, berperan sebagai ibu rumah tangga,
berharap sembuh, dan memiliki hubungan sosial yang baik, dibuktikan oleh
dukungan keluarganya.
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi makan dan minum : pasien mengatakan makan 2x sehari
dan hanya makan 2 hingga 3 sendok , dan minum saat setelah makan saja
b. Pola eliminasi : pasien mengatakan BAB 3 kali seminggu konsistensi
cair, BAK 4-6 kali sehari warna kuning jernih
c. Pola kebersihan
Mandi : pasien mengatakan mandi 1 kali hari
Gosok gigi : pasien mengatakan gosok gigi 2 kali sehari
Keramas : pasien mengatakan keramas saat mandi saja
d. Pola aktifitas dan latihan
Makan dan minum : di bantu sebagian
Mandi : di bantu orang lain
Berpakaian : di bantu orang lain
e. Pola istirahat/tidur : pasien mengatakan sulit tidur saat malam dan sering
terbangun
f. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan Menggunakan
Tembakau (merokok) : pasien mengatakan tidak merokok
Alkohol : pasien mengatakan tidak meminum alkoho
II. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : 4-5-6
1. Tanda-tanda Vital
TD : 85/55 mmHg
Suhu : 36,9 ℃
Nadi : 97 x/m
RR : 23 x/m
SpO : 98 %
Antropometri
Tinggi badan : 145
BB saat ini : 45
IMT : 45 = 21,25
1,45 x 1,45
2. Pemeriksaan integumen
Inspeksi
Integumen : tidak ada edema, terdapat bekas luka pada kedua tangan dan kaki
Palpasi
Kondisi kulit : kulit tampak kusam, terdapat ruam
CRT : kembali > 2 detik
3. Pemeriksaan kepala
Inspeksi
Bentuk kepala : normal
Rambut : rambut tampak pendek
Massa : Tidak terdapat massa pada seluruh bagian kepala.
Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan pada kepala
4. Pemeriksaan mata
Inspeksi
Mata : simetris kiri dan kanan
Bola mata : normal
Sklera : putih
Konjungtiva : berwarna merah muda
Palpasi
Mata : tidak teraba nyeri tekan di sekitar mata
5. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris,tidak terdapat nyeri tekan pada
hidung pasien, tidak ter dapat produksi secret berlebih
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua sinus
6. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : Daun telinga tampak simetris,kondisi lubang telinga tidak
terdapat luka, massa dan tidak terdapat produksi serumen
berlebih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tragus
7. Pemeriksaan mulut
Inspeksi
Bibir : tampak kering, tidak terdapat luka
Gigi : cukup bersih
Gusi : tidak terdapat perdarahan maupun stoma
. Lidah : tampak bersih, tidak terdapat stoma.
Uvula : tepat berada ditengah,tidak ada kemerahan.
Tonsil : T1, tidak terjadi pembengkakan pada tonsil
8. Pemeriksaan leher
Inspeksi : Warna kulit tersebar merata, tidak terdapat pembengkakan
pada kelenjar, dan tidak terdapat luka
Palpasi :
Kelenjar tiroid : tidak teraba massa pada kelenjar tiroid.
Vena jugularis : tidak teraba distensi vena jugularis.
Trakea : tidak terdapat retraksi trakea.
Kelenjar limfe :Tidak terdapat pembekakan pada kelenjar limfe
9. Pemeriksaan thorak
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada normal, tidak terdapat
luka maupun massa.
Palpasi : Pergerakan dada simetris
Perkusi :
Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan pada paru.
10. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis di ICS 5 midclavicul
line sinistra
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS 5 midclav icula line
sinistra.
Perkusi : terdengar pekak pada batas ICS 3-5 midclavicula line
sinistra
11. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : persebaran warna kulit merata, tidak terdapat luka, tidak
terdapat acites dan massa.
Auskultasi : peristaltic usus 12x/m
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdengar timpani pada daerah lapang perut
12. Ekstermitas atas : tangan kanan dan kiri bisa di gerakkan secara
bebas, tidak ada edema, terdapat bekas luka di kedua tangan dan tangan
kanan terpasang infusan NaCL, kuku pada jari tangan terlihat panjang
V. Analisa Data
No Data Fokus Promblem Etiologi
1. DS : Intoleransi Penurunan curah
Pasien mengatakan lemas dan aktivitas jantung/kardiak
pusing out put
DO : Penurunan
- Pasien tampak lemas dan pucat suplay 02 ke
-. TTV: jaringan
TD : 85/55 mmHg
Suhu : 36,9 ℃ Metabolisme
Nadi : 97 x/m menurun
RR : 23 x/m
SpO : 98 %
Energi
jaringanmenurun
Intoleransi
aktifitas
2 DS : ketidak selerah makan
- pasien datang dengan keluhan seimbangan berkurang
lemas kurang lebih 1 bulan dan nutrisi kurang
hanya tiduran saja di rumah, dari kebutuhan berat badan
pusing, mual, BAB cair. tubuh menurun
- makan 2x sehari dan hanya makan
2 hingga 3 sendok , dan minum
asupan makan
saat setelah makan saja
kurang dari
kebutuhan tubuh
DO :
- pasien tampak lemas
ketidak
- pasien tampak cemas
seimbangan
- Porsi makan tidak di habiskan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
3 DS: pasien mengatakan sulit tidur saat Gangguan pola Proses
malam dan sering terbangun tidur perjalana
penyakit
DO:
- Pasien tampak lemas Cemas
-. TTV:
Gangguan pola
TD : 85/55 mmHg
tidur
Suhu : 36,9 ℃
Nadi : 97 x/m
RR : 23 x/m
SpO : 98 %
VI. Diagnosa
Disusun sesuai prioritas dan urgensinya.
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan
Diagnosis
Waktu Implementasi Evaluasi Perawat
Keperawatan
Defisit nutrisi jumat, 27 Oktober 1. Memonitor S: pasien
2023 asupan mengatakan
09.00-09.30 WIT makanan napsu makan
Respon : makan ½ menurun
porsi O: pasien
2. Memonitor tampak kurus
Berat badan A: masalah
Respon : BB belum teratasi
3. Mengajarkan P: Intervensi
diit makan dilanjutkan
yang di 1,2,3
programkan
Respon :
Pasien paham