Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis


HIV/AIDS Dengan Candidiasis

A. Konsep Dasar HIV/AIDS

1. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan

AIDS. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau

retrovirus. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang

tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel

mamalia, termasuk manusia dan menimbulkan kelainan patologi secara

lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-

masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing

subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup

tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di

seluruh dunia adalah grup HIV-1.

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup

dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan

jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya

keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat

virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal

dengan infeksi oportunistik.


Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah

sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya

sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang

dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T

berjumlah 200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.

AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang

merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.

2. Etiologi HIV/AIDS

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang

disebut HIV, dari kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia

Virus (HTL-III).

3. Patofisiologi HIV/AIDS

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS

diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar

50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5

tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat

AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu

singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama.

Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel
darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke

dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan

pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang

baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan

menghancurkannya

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein

yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah

sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih

manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4

biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong

berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem

kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik),yang

kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme

asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong,

sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya

terhadap infeksi dan kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T

penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang

yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada

beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun

sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV

kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam

darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak


mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus

di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap

penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain

terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+

yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang

beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS,

jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai

200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B

(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan

produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk

melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak

banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada

AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus

menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam

mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh, dibutuhkan waktu selama

3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut

“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti

berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa

titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)

Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang

lengkap (merupakan sindrom atau kumpulan gejala). Perjalanan penyakit


infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26

bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.

4. Stadium Klinis HIV/AIDS

Manifestasi klinis HIV/AIDS berdasarkan Stadiumnya menurut

WHO 2006 meliputi:

a. Fase klinik 1 : Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar

atau pembuluh limfe) menetap dan menyeluruh.

b. Fase klinik 2 : Penurunan BB (<10%) tanpa sebab, infeksi saluran

pernafasan atas (sinusitis,tonsillitis,otitis media dan pharyngitis)

berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang dan

infeksi jamur pada kuku.

c. Fase klinik 3 : Penurunan BB(>10%) tanpa sebab, diare kronik

tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap (intermitten atau tetap 1

bulan), kandidiasis oral menetap, TB pulmonal, Pneumonia, meningitis,

bakterimea, gangguan inflamasi berat pada pelvic dan gingivitis.

d. Fase klinik 4 : Gejala menjadi kurus (HIV wasting Sindrom),

pneumocytis pneumonia, pneumonia bakteri berulang, infeksi herpes

simplek kronik, oesophageal candidiasis, TBC ekstra pulmonal,

Cytomegalovirus, toksoplasmosis, meningitis dan lymphoma.


5. Konsep Penularan HIV/AIDS

Konsep penularan HIV/AIDS adalah konsep E.S.S.E, yaitu:

1. Exit : Ada jalan keluar virus dari tubuh penderita HIV/AIDS

(luka, cairan kelamin, Asi).

2. Sufficient : Jumlah virus yang keluar harus cukup untuk mampu

menginfeksi manusia yang lain.

3. Survival : Kemampuan virus untuk bertahan hidup sampai dapat

menginfeksi orang lain.

4. Entry : Ada jalan masuk kedalam tubuh yang akan di infeksi.

6. Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan HIV/AIDS menggunakan istilah ABCDE, yaitu:

1. Abstinance : Tidak melakukan hubungan seksual yang

tidak aman atau seks pra nikah.

2. Befaitful : Saling setia dengan satu pasangan atau tidak

berganti-ganti pasangan.

3. Condom : Menggunakan Kondom jika berprilaku seks resiko

tinggi HIV/AIDS.

4. Don’t Inject : Tidak menggunakan jarum suntik secara

bergantian atau alat-alat yang tidak steril.

5. Education : Pendidikan atau pemberian informasi yang benar

tentang HIV/AIDS.
B. Tinjauan teoritis Kandidiasis

1. Pengertian Kandidiasis

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau sub akut

yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh Candida

albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru,

kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau

meningitis.

Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,

khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti

pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis,

pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang.

Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam

kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-

penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan

suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. Pada

rongga mulut kandida albicans merupakan spesies yang paling sering

menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai

penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus.

Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti

rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa

bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia.

Dari beberapa pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kandidiasis merupakan infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh jamur


candida albicans akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dan dapat

terjadi pada mulut, vagina, kuku bahkan pada paru-paru.

2. Etiologi Kandidiasis

Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis

ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak

berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida

ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai

daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam

pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya

belum sempurna.

Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar

kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa

saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau

bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.

3. Klasifikasi Kandidiasis

a. Thrush

Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih

kekuning-kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat

dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan

yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut

berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni
atau hifa. Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada

keadaan dimana terbentuk ulserasi, invasi kandida lebih dalam sampai

ke lapisan basal.

Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang

bervariasi yaitu lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus,

seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan

permukaan merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih

dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi, pallatum lunak,

lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan

terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.

b. Kronis hiperplastik kandidiasis

Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah

dan bibir, berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas

dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang

menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut

juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak

dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.

Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga diagnosa harus

ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi

miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut,

sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang.

Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.


c. Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”.

Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan

akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari

infeksi Candida.

4. Manifestasi Klinis Kandidiasis

Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan

sekitar mulut dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas

tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah.

Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut dapat

berdarah.

Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan

kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa

(dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin

muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.

Candida pada mulut juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada

faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka

panjang).

5. Patofisiologi

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau

kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida


albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai

saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau

perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan

daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan

menyerang jaringan.

Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering

ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang

pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri

yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena

penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan

penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang

menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome

(AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan

mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan

penggunaan antibiotic yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan

tubuh atau antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang

dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh,

berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu

sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau

moniliasis.
6. WOC
Virus HIV

Melalui hubungan
Masuk kedalam seksual, ASI, Jarum
tubuh manusia suntik yang tidak
steril.

HIV berikatan dengan


limfosit T, Monosit dan HIV berdifusi dengan
Makrofag CD4

Integrasi DNA RNA virus dirubah Inti virus masuk


virus menjadi DNA kedalam Sitoplasma

Tunas Virus Virion HIV baru Infeksi sel T


terbentuk lain Tanpa ARV

IO Aktifkan flora Rentan Sistem kekebalan AIDS


(Candidiasis) normal infeksi tubuh terus menurun

Peningkatan
Aktifkan flora Aktifkan flora Reaksi hormon
normal di normal di mulut peradangan prostaglandin,
Vagina bradikinin &
histamin
Kandidiasis
Kandidiasis Oral
Vaginalis
Meningkatkan
suhu tubuh
Timbul bercak
Inflamasi pada putih di mulut
Vagina
Hipertermi

Nyeri pada Menggumpal menutup


Rasa terbakar
mulut permukaan lidah
pada daerah
vagina

Nafsu makan Menghambat impuls


menurun saraf pengecap
Nyeri

Nutrisi kurang Tidak dapat mengcap


dari kebutuhan rasa
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab

mukosa.

b.Endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan

dengan pemberian flukonazol.

c. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab

atau kumur.

d.Diagnosa pasti dengan biopsy.

8. Penatalaksanaan

Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada

klien. Selain itu, pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah

pemakaian Nistatin drop.

Yang terpenting dalam hal ini adalah pemulihan nutrisi klien karena

dengan nutrisi yang baik maka daya tahan tubuh juga akan berangsur-

angsur membaik. Selain obat-obatan biasanya diberikan juga multivitamin

dan mineral.

9. Komplikasi

Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus,

usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati

dan otak.
C. Konsep Asuhan Keperawatan penyakit Kandidiasis

1. Pengkajian

a. Data Perawatan

Pada pengkajian hal-hal yang perlu di kaji meliputi: Identitas

pasien dan identitas penanggung jawab pasien (Nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status marital,

alamat dan tanggal masuk RS), Alasan dirawat (Keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan

riwayat alergi terhadap obat), Kebutuhan dasar pasien (bernafas, nutrisi,

eleminasi, tidur gerak dan keseimbangan tubuh, kebutuhan berpakaian,

temperatur tubuh dan sirkulasi, personal hygiene, rasa aman dan

nyaman, berkomunikasi, kebutuhan spiritual, kebutuhan bekerja,

bermain dan berekreasi, kebutuhan belajar), Data pemeriksaan fisik (

keadaan umum dan hasil pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai

ujung kaki), Pemeriksaan penunjang, terapi medis, Dari data yang

sudah terkumpul baru kita analisa sehingga di dapatkan data subyektif

dan obyektif, dari DO dan DS dirumuskan masalah, kemudian dari

rumusan masalah dibuatlah diagnose keperawatannya.

Dari tinjauan teoritis penyakit Kandidiasis diatas misalnya di

dapatkan data sebagai berikut :

1) Data Subyektif : Klien mengatakan merasa nyeri seperti rasa

terbakar pada mulut, tidak dapat mengecap rasa, tubuh terasa panas

dan lemas .
2) Data Obyektif : Klien tampak kesakitan, terdapat bercak putih pada
mukosa mulut atau vagina, suhu tubuh 390C dan tekanan darah
90/70 mmHg.

b. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien

1) Aktivitas/istrahat

a. Gejala: Keletihan atau kelemahan terus menerus sepanjang hari

dan nyeri.

b. Tanda: Gelisah, perubahan status mental.

2) Sirkulasi

a. Tanda: Tekanan darah rendah dan suhu 390C.

3) Integritas ego

a. Gejala: Ansietas, Stress yang berhubungan dengan penyakit.

b. Tanda: Berbagai manifestasi prilaku.

4) Eleminasi

a. Gejala: Penurunan berkemih dan BAB.

5) Makanan dan cairan

a. Gejala: Kehilangan nafsu makan, Mual/muntah, penurunan berat

badan yang signifikan.

b. Tanda: Penurunan berat badan yang cepat.


2. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Nyeri Proses Infeksi Candida
1. Klien mengeluh nyeri Albicans
seperti rasa terbakar.

DO :
1. Klien tampak gelisah.
2. Pemeriksaan nadi
didapatkan tachycardi.

2 DS : Hipertermi Proses Infeksi Candida


1. Klien mengeluh Albicans
badannya panas.

DO:
1. Suhu tubuhnya 390C.

3 DS : Kekurangan Tidak nafsu makan


1. Klien mengatakan Nutrisi (anoreksia)
tubuhnya lemas.
2. Klien mengatakan
tidak dapat mengecap
rasa dan tidak nafsu
makan.

DO :
1. Jumlah kencing dan
BAB nya menurun.
2. Mukosa bibir kering.
3. Berat badan menurun.
3. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan oleh Candida Albicans.

b) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.

c) Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

4. Rencana Asuhan Keperawatan

Rasional
NO Dx. Kep Tujuan Intervensi

1 Nyeri Setelah dilakukan 1.Kaji skala nyeri. 1.Untuk

berhubungan Asuhan Keperawatan mengetahui

dengan proses selama 1x24 jam, tingkat nyeri.

peradangan diharapkan nyeri 2.Ajarkan teknik 2.Untuk

oleh Candida pasien berkurang. relaksasi nafas mengurangi

Albicans. Dengan criteria hasil: dalam dan teknik atau

1.Pasien tidak distraksi nyeri. mengalihkan

menguluh nyeri 3.Kolaborasi dengan rasa nyeri.

seperti rasa terbakar tim medis lainnya 3.Untuk ketepatan

lagi. terkait pemberian dosis obat dan

2.Pasien tidak tampak obat-obatan dan diet yang di

gelisah lagi. diet. berikan ke pada

4.Observasi tanda- pasien.

tanda vital. 4.Untuk

mengetahui
keadaan umum

dari pasien.

2 Hipertermi Setelah dilakukan 1.Observasi tanda- 1.Untuk

berhubungan Asuhan Keperawatan tanda vital. mengetahui

dengan proses selama 1x24 jam, keadaan umum

peradangan. diharapkan 2.Kompres hangat. pasien.

hipertermi dapat 2.Untuk

teratasi. Dengan menurunkan

kriteria hasil: suhu tubuh

1.Pasien tidak secara perlahan.


3.Kolaborasi dengan
menguluh panas 3.Untuk ketepatan
dokter terkait
lagi. dosis dan
pemberian
2.Suhu tubuh menjadi pengobatan.
Antiperitik.
di bawah 390C.

3 Nutrisi Kurang Setelah dilakukan 1.Tanyakan makanan 1.Untuk

dari kebutuhan Asuhan Keperawatan kesukaan pasien. memancing

tubuh selama 2x24 jam, 2.Kolaborasi dengan nafsu makan

berhubungan diharapkan nutrisionist. pasien.

dengan kebutuhan nutrisi 3.Kolaborasi dengan 2.Untuk

anoreksia. pasien terpenuhi. tim Medis terkait Ketepatan diet.

Dengan kriteria hasil: pemberian terapi 3.Untuk ketepatan

1.Pasien tidak lemas intravena. terapi.


lagi.

2.Mukosa bibir pasien

tidak kering lagi.

3.Berat badan pasien

bertambah.

5. Implementasi

Melaksanakan atau mengerjakan apa yang sudah di rumuskan

dalam intervensi kepada pasien.

6. Evaluasi

1. Nyeri teratasi atau tidak.

2. Hipertermi teratasi atau tidak.

3. Kubutuhan nutrisi terpenuhi atau tidak.


DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin & Kusuma Hardhi, 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogyakarta :

Mediaction

Masjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

FKUI.

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta : EGC.

Sutan, S.A., 2009. Oral Candidiasis Diagnosis dan Penatalaksanaan. Fakultas

Kedokteran Gigi USU. Makalah Ilmiah.

Suyono Sunarno., 2013. Kandidiasis Mukosa.. Fakultas Kedokteran Airlangga.

S2.Tesis.

Tarini NMA, murdiastuti, Ibrahim F., 2008. Karakteristik Pasien HIV/AIDS

dengan Kandidiasis Orofaringeal di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai