Disusun Oleh:
Fanny Fitriana
(PO.62.20.1.19.408)
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PINEAL GLAND TUMOR
1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intrakranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patalogi
anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul
gejala tekanan tinggi intraknial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat
menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. (Brunner, suddarth, 2010)
Klasifikasi tumor otak yaitu :
Tumor yang berasal dari lapisam otak (meningioma dural)
Tumor yang berkembang didalam / pada syaraf kranial
Tumor yang berasal didalam jaringan otak
Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh mana saja
B. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1) Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas
2) Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
3) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
5) Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso- ethyl-
urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6) Trauma Kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
C. Fatofisologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya
dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar
terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam
jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan
oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial
timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan
intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab
hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil
sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat.
Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
Pathway Tumor otak
Muntah Nause K
Penekanan
syaraf-syaraf Kompresi Peningkatan Hemiasi
Iskemia unkus
nyeri diskus TD
jaringan otak
optimus
R
c
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Sakit kepala
Hipertensi Penurunan O2
Edema sistemik di otak
papil Kompresi
medula
oblongata dan
pons (pusat
Nyeri akut napas)
Penurunan
Penurunan kesadaran
Perubahan persepsi perfusi jaringan
sensori
Hambatan
Risiko kerusakan mobilisasi fisik perfusi jaringan
integritas kulit cerebral
2. Berdasarkan lokasi
a. Tumor intradural
1) Ekstramedular
a) Cleurofibroma
b) Meningioma
2) Intramedular
a) Apendymoma
b) Astrocytoma
c) Oligodendroglioma
d) Hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal,
tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan pada saraf
optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
TIK, namun sulit menggunakan tanda ini untuk mendiagnosis tanda ini. Menyertai
papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks.
Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak) yaitu :
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-
tanda papil edema akibat lokasi tumor berada pada lobus oksipital yang juga dapat
mengakibatkan kejang-kejang.
2. Perubahan bicara, misalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
8. Perubahan pada kepribadian dan intelektual akibat tumor dijumpai pada lobus frontal.
Gangguan kepribadian yang terjadi yaitu mulai gangguan yang ringan sampai psikosa,
sedangkan gangguan intelektual berupa hilangnya daya ingat, affect long tidak tepat.
3. Lobus temporal
- Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan
aura atau halusinasi
- Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
- Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
- Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
- Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
7. Tumor Hipotalamus
- Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
- Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
- Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai
dengan papil udem
- Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
A. Pengkajian
1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll.
2. Riwayat kesehatan :
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri kepala
Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor
otak.
Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil
keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur
pembedahan, adanya perubahan peran
3. Pemeriksaan fisik :
Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori,
afek tidak sesuai, berdesis
Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
Jantung : bradikardi, hipertensi
Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler
Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Pineal Gland Tumor (Tumor Otak) didapatkan diagnose keperawatan yang
sering muncul adalah:
1) Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuscular (hilangnya control terhadap otot
pernafasan.
2) Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK
3) Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP
4) Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan
kesadaran, sulit konsentrasi
5) Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK,
nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
6) Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur
D. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskular (hilangnya kontrol terhadap otot
pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan
nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria Hasil : Tanda-tanda dalam rentang normal
Intervensi :
Bebaskan jalan nafas
Pantau vital sign
Monitor pola nafas, bunyi nafas
Pantau AGD
Monitor penururnan gas darah
Kolaborasi O2
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepala b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan,
membungkuk
Tujuan : Rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil : Pasien tampak rileks
Intervensi :
• pantau skala nyeri
• Berikan kompres dimana pada area yang sakit
• Monitor tanda vital
• Beri posisi yang nyaman
• Lakukan Massage
• Observasi tanda nyeri non verbal
• Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
• Catat adanya pengaruh nyeri
• Kompres dingin pada daerah kepala
• Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan:
kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil : Pasien dalam kondisi aman tidak ada memar
Intervensi :
• Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
• Pantau tingkat kesadaran
• Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
• Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
• Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan
kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Kriteria Hasil : pasien mampu mengakomodasikan sedikit demi sedikit
ide/perintah
Intervensi :
• kaji rentang perhatian
• Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum
mengalami trauma dengan respon klien sekarang
• Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf
sebanyak mungkin
• Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
• Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
• Dengarkan pasien dengan penuh perhatian semua hal yan
diungkapkan pasien/keluarga
• Instruksikan untuk melakukan rileksasi
• Hindari meninggalkan pasien sendiri
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK,
nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Pupil seimbang dan reaktif
Intervensi :
• Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu,
yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial
peningkatan TIK
• Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai
standart
• Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
• Pantau tekanan darah
• Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman
pnglihatan dan penglihatan kabur
• Pantau suhu lingkungan
• Pantau intake, output, turgor
• Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
• Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak
sesuai
• Tinggikan kepala 15-45 derajat
Baughman, D.C. & Hackley, J.C. (2014). Keperawatan medikal bedah: buku saku untuk
Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta.
Guyton & Hall, (2015). Buku ajar fisiologi kedokteran, ed.11. EGC: Jakarta.
Muttaqin, A., (2014). Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
kardiovaskuler dan hematologi. Penerbit Salemba Medika: Jakarta.\
Sjamsuhidrajat (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC.
Marc, Wrobel, 2011. Pokok – pokok Anestesia. Jakarta : EGC
Doenges, M E dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
Dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.Jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP PPNI.Jakarta
Nurarif, A & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda Nic, Noc dalam berbagai kasus Ed. Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.