Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA

DI WISMA KENANGA

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
LISTIYANI AZRIYAH
11194691910040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA DAN ASMA DI PSTW BUDI


SEJAHTERA WISMA KENANGA

Tanggal

Disusun oleh :
LISTIYANI AZRIYAH
11194691910040

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PROSES MENUA DAN ASMA DI PSTW BUDI
SEJAHTERA WISMA KENANGA

Tanggal

Disusun oleh :
LISTIYANI AZRIYAH
11194691910040

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. J DI PSTW BUDI SEJAHTERA
WISMA KENANGA

Tanggal

Disusun oleh :
LISTIYANI AZRIYAH
11194691910040

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. J DI PSTW BUDI SEJAHTERA
WISMA KENANGA

Tanggal

Disusun oleh :
LISTIYANI AZRIYAH
11194691910040

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep dasar proses menua


a. Definisi
Menua merupakan proses yang terjadi terus menerus secara
alamiah (Ratmini dan Arifin, 2011). Tahap dewasa merupakan tahapan
dalam mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tubuh
akan mulai menyusut dan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-
lahan (Siti, Mia, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012).
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Martono dan Pranaka, 2011).

b. Teori Proses Menua


Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu
diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang
akan membelah akan terlihat sedikit.Pada beberapa sistem, seperti
sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuktumbuh dan
memperbaiki diri (Azizah, 2011)

b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan
adanya perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan
tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur
yang berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak
kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990).Hal ini dapat
lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal
(Azizah, 2011).
c) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung
zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri
tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink
tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari
rigid,serta terjadi kesalahan genetik(Tortora dan Anaggnostakos,
1990). Membransel tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol
proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di
dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang
sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensidari kesalahan genetik adalah
adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan
jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah,
2011).

d) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya seldarah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.Mutasi
yang berulang atau perubahanprotein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggapsel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai se lasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri
daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga
sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah, 2011).
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all.,(1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004), pengurangan“intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormonyang
merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormonpertumbuhan
2. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrityyang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa
pada lanjut usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).

b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identitypada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah,
2011).
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
c. Perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual (Azizah, 2011).
1. Perubahan Fisik
a) Sistem Indra Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b) Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastiskering dan berkerut.Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.(c)Sistem
MuskuloskeletalPerubahan sistem muskuloskeletal pada lansia
antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan
elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
c) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilagountuk regenerasi berkurang dan
degenerasiyang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
d) Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis
lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
e) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
f) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.2)Sistem
Kardiovaskuler dan RespirasiPerubahan sistem kardiovaskuler dan
respirasi mencakup :
g) Sistem kardiovaskuler
1) Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa
nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
2) Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringanikat
paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang.
3) Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada
sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata :
a) Kehilangan gigi,
b) Indra pengecap menurun,
c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
4) Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya
lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
5) Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi
dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
6) Sistem reproduksiPerubahan sistem reproduksi lansia ditandai
dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
2. perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak,
tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya

2. Konsep Dasar Penyakit


a. Definisi
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan
akibat penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan
dapat hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi
pernafasan diantara dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun
reversible (Nurarif & Kusuma, 2015).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada
paru, karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang
bersifat reversible, peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan
respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan hiperresponsivitas,
obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan oleh spasme/ kontraksi
otot polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar
bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2014).
b. Etiologi
Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah
sebagai berikut :
1) Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen
yang sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
2) Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus
respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
3) Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok,
bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
4) Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat
penyakit asma.
5) Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan
menimbulkan asma bronkiale

c. Patofisiologi
Asma merupakan suatu gangguan saluran pernafasan ang terjadi karena
penyempitan bronkus. Faktor penyebab terjadinya asma yaitu allergen
atau alergi yang menyebabkan saluran pernafasan memberikan respon
pertahan yaitu penyempitan sehingga udara tidak sampai ke alveolus
dan akhirnya klien mengeleuh sesak dan muncul lah dignosa gangguan
pola nafas dan gangguan pertukaran gas. Adapun faktor penyebab
lainya seperti infeksi saluran pernafasan, iritasi yang terjadi karena reflex
gastroesopagus yang mengakibatkan asam lambung naik ke saluran
pernafasan sehingga terjadinya nyeri, respon fisikologis yang bisa
memicu stress dan akhirnya saluran pernafasan mudah terjadi
infalamasi. Dari berbagai faktor penyebab bisa menyebabkan
penguluaran secret yang berlebih dalam bentuk pertahanan tubuh
terhadap sesuatu yang terjadi, dari pengeluaran secret berlebih ini laha
dapat menumbulkan masalah keperawatan ketidakbersihan jalan nafasa.
Dari penyempitan sehta pengeluaran secret berakhibat pernafasan klien
terganggu bahkan menyebabkan klien sesak sehingga klien harus
membatasi aktivitas dari permasalahn tersebut maka muculah dignosa
intoleransi aktivitas. (Wijaya & Putri 2013; Nurarif & Kusuma,2015)

PATHWAY

Faktor Pencetus
Alergi Infeksi bakteri Fsikologis Refluks Gastro

Asam lambung naik


Sekresi secret didalam Edema Pada Spasme otot
kesaluran pernafasan
lumen bronkiolus dinding brokus polos bronkus

Iritasi saluran
Penumpukan secret di
pernafasan
saluran pernafasan

Nyeri
Ketidak Bersihan Jalan
Diameter bronkiolus mengecil
nafas
atau berkontriksi

Intoleransi aktivitas Dispnea atau sesak Pola Nafas Tidak


efektif

keletihan O2 tidak masuk ke


aleveolus

Gangguan pertukaran
Gas

Sumber : Wijaya & Putri 2013; Nurarif & Kusuma,2015)


d. Manifestasi Klinis
Menurut Putri & Sumarno, 2013 manifestasi klinik untuk asma bronkial
adalah sesak nafas mendadak disertai inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi
(wheezing), batuk yang disertai serangan sesak nafas yang kumat-
kumatan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaan diagnostik
pada pasein asma bronchial yaitu :
1) Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil yang
meningkat menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat >
250/mm3.
2) Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai dengan
adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar (wijaya & putri,
2013)
3) Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE
hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
f. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial
yaitu :
1) Pengobatan Farmakologi
a) Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x
semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.
b) Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari.
Pemberian steroid dalam jangka yang lama harus diawasi
dengan ketat.
d) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin
merupakan obat pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
e) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer
ditentukan dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat
yang dipakai yaitu Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400
μg/ dosis), Ventolin ( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400
μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).
f) Pemberian O2
2) Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno
(2013) dapat dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk
efektif
a) Batuk Effektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk
dengan benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga
tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan secret secara
maksimal.. Tujuan membantu membersihkan jalan nafas.,
Indikasi :Produksi sputum yang berlebih , Pasien dengan batuk
yang tidak efektif.
b) Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan
ekspansi paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan
meningkatkan ekspansi paru
c) Menghindari Faktor Pencetus
d) Fisioterapy Dada
g. Pengkajian Fokus Keperawatan Pada Lansia
1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya &
Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
a) Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
b) Informasi dan diagnosa medik yang penting
c) Data riwayat kesehatan
d) Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan
sianosi pada ujung jari.
e) Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak
bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada
dan pada jalan nafas
2) Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f) Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga yang mengalami asma
2) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
g) Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,
kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang
paru, nadi apikal.
h) Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.
i) pola gordon
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik
tangga.
a) Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring,
penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot
interkosta)
b) Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi,
suara tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
c) Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm

d) Pola istirahat tidur


Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan kuantitas jam tidur
e) Pola nutrisi – metabolic
a) Berapa kali makan sehari
b) Makanan kesukaan
c) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
d) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
f) Pola eliminasi
a) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
b) Nyeri
c) Kuantitas
g) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
h) Pola konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Harga diri
f) Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
j) Pola peran hubungan
a) Hubungan dengan anggota keluarga
b) Dukungan keluarga
c) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
k) Pola nilai dan kepercayaan
a) Persepsi keyakinan
b) Tindakan berdasarkan keyakinan
2) Diagnosa Keperawatan Gerontik
a) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d secret
b) Intoleransi aktivitas b.d keletihan
c) Gangguan perturan gas b,d ketidak cukupan gas pada paru
d) Ketidakefektifan pola napa b.d penyempitan bronkus
e) Keletihan b.d penyakit asma
f) Nyeri akut b.d agens cidera biologis
3) Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Intervensi
Kolaborasi Kriteria Hasil

Bersihan Jalan Nafas tidak NOC: NIC:


efektif berhubungan dengan: a) Respiratory Manajemen Jalan Nafas
- Infeksi, disfungsi status :  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
neuromuskular, hiperplasia Ventilation suctioning.
dinding bronkus, alergi jalan b) Respiratory  Berikan O2 ……l/mnt, metode………
nafas, asma, trauma status : Airway  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
- Obstruksi jalan nafas : patency dalam
spasme jalan nafas, sekresi c) Aspiration  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
tertahan, banyaknya mukus, Control ventilasi
adanya jalan nafas buatan, Setelah dilakukan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
sekresi bronkus, adanya tindakan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
eksudat di alveolus, adanya keperawatan selama suction
benda asing di jalan nafas. …………..pasien  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
DS: menunjukkan tambahan
keefektifan jalan  Berikan bronkodilator :
- Dispneu
nafas dibuktikan - ………………………
DO:
dengan kriteria hasil : - ……………………….
- Penurunan suara nafas
 Mendemonstrasika - ………………………
- Orthopneu
- Cyanosis n batuk efektif dan  Monitor status hemodinamik
- Kelainan suara nafas (rales, suara nafas yang  Berikan pelembab udara Kassa basah
wheezing) bersih, tidak ada NaCl Lembab
- Kesulitan berbicara sianosis dan  Berikan antibiotik :
- Batuk, tidak efekotif atau dyspneu (mampu …………………….
tidak ada mengeluarkan …………………….
- Produksi sputum sputum, bernafas  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Gelisah dengan mudah, keseimbangan.
- Perubahan frekuensi dan tidak ada pursed  Monitor respirasi dan status O2
irama nafas lips)  Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
 Menunjukkan jalan mengencerkan sekret
nafas yang paten
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
(klien tidak merasa
tentang penggunaan peralatan : O2,
tercekik, irama
Suction, Inhalasi.
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
 Mampu
mengidentifikasika
n dan mencegah
faktor yang
penyebab.
 Saturasi O2 dalam
batas normal
 Foto thorak dalam
batas normal
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Manajemen Jalan Nafas
è ketidakseimbangan perfusi Gas exchange  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi  Keseimbangan ventilasi
è perubahan membran kapiler- asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
alveolar Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DS:  Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
è sakit kepala ketika bangun ventilation suction
è Dyspnoe  Vital Sign Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya
è Gangguan penglihatan Setelah dilakukan suara tambahan
DO: tindakan  Berikan bronkodilator ;
è Penurunan CO2 keperawatan selama -………………….
è Takikardi …. Gangguan -………………….
è Hiperkapnia pertukaran pasien
 Barikan pelembab udara
è Keletihan teratasi dengan
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
è Iritabilitas kriteria hasi:
keseimbangan.
è Hypoxia  Mendemonstrasika
n peningkatan  Monitor respirasi dan status O2
è kebingungan
è sianosis ventilasi dan  Catat pergerakan dada,amati
è warna kulit abnormal (pucat, oksigenasi yang kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
kehitaman) adekuat retraksi otot supraclavicular dan intercostal
è Hipoksemia  Memelihara  Monitor suara nafas, seperti dengkur
è hiperkarbia kebersihan paru  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
è AGD abnormal paru dan bebas kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
è pH arteri abnormal dari tanda tanda biot
èfrekuensi dan kedalaman distress  Auskultasi suara nafas, catat area
nafas abnormal pernafasan penurunan / tidak adanya ventilasi dan
 Mendemonstrasika suara tambahan
n batuk efektif dan  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
suara nafas yang mental
bersih, tidak ada  Observasi sianosis khususnya membran
sianosis dan mukosa
dyspneu (mampu  Jelaskan pada pasien dan keluarga
mengeluarkan tentang persiapan tindakan dan tujuan
sputum, mampu penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
bernafas dengan Inhalasi)
mudah, tidak ada  Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
pursed lips) dan denyut jantung
 Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
 AGD dalam batas
normal
 Status neurologis
dalam batas
normal
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs Terapi Aktivitas
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas  Observasi adanya pembatasan klien
imobilisasi  Konservasi dalam melakukan aktivitas
 Kelemahan menyeluruh eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan
 Ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan kelelahan
suplei oksigen dengan tindakan  Monitor nutrisi dan sumber energi yang
kebutuhan keperawatan selama adekuat
Gaya hidup yang …. Pasien  Monitor pasien akan adanya kelelahan
bertoleransi terhadap fisik dan emosi secara berlebihan
dipertahankan. aktivitas dengan  Monitor respon kardivaskuler terhadap
DS: Kriteria Hasil : aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
 Melaporkan secara verbal  Berpartisipasi diaporesis, pucat, perubahan
adanya kelelahan atau dalam aktivitas hemodinamik)
kelemahan. fisik tanpa disertai  Monitor pola tidur dan lamanya
 Adanya dyspneu atau peningkatan tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saat tekanan darah,  Kolaborasikan dengan Tenaga
beraktivitas. nadi dan RR Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
DO :  Mampu progran terapi yang tepat.
melakukan  Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Respon abnormal dari aktivitas sehari aktivitas yang mampu dilakukan
tekanan darah atau nadi hari (ADLs)  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
terhadap aktifitas secara mandiri yang sesuai dengan kemampuan fisik,
 Perubahan ECG : aritmia,  Keseimbangan psikologi dan sosial
iskemia aktivitas dan  Bantu untuk mengidentifikasi dan
istirahat mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:


berhubungan dengan : a)Respiratory status : Manajemen Jalan Nafas
- Hiperventilasi Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Penurunan energi/kelelahan Respiratory status : ventilasi
- Perusakan/pelemahan Airway patency  Pasang mayo bila perlu
muskulo-skeletal Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kelelahan otot pernafasan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Hipoventilasi sindrom Setelah dilakukan suction
- Nyeri tindakan  Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Kecemasan keperawatan selama suara tambahan
- Disfungsi Neuromuskuler ………..pasien  Berikan bronkodilator :
- Obesitas menunjukkan -…………………..
- Injuri tulang belakang keefektifan pola …………………….
nafas, dibuktikan  Berikan pelembab udara Kassa basah
DS: dengan kriteria hasil: NaCl Lembab
- Dyspnea Mendemonstrasika
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Nafas pendek n batuk efektif dan
keseimbangan.
DO: suara nafas yang
 Monitor respirasi dan status O2
- Penurunan tekanan bersih, tidak ada
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
inspirasi/ekspirasi sianosis dan
Pertahankan jalan nafas yang paten
- Penurunan pertukaran udara dyspneu (mampu
Observasi adanya tanda tanda
per menit mengeluarkan
hipoventilasi
- Menggunakan otot sputum, mampu
Monitor adanya kecemasan pasien
pernafasan tambahan bernafas dg
terhadap oksigenasi
- Orthopnea mudah, tidakada
Monitor vital sign
- Pernafasan pursed-lip pursed lips)
Informasikan pada pasien dan keluarga
- Tahap ekspirasi berlangsung Menunjukkan jalan
tentang tehnik relaksasi untuk
sangat lama nafas yang paten
memperbaiki pola nafas.
- Penurunan kapasitas vital (klien tidak merasa
Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt tercekik, irama
Monitor pola nafas
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)
Keletihan NOC NIC

 Gangguan konsentrasi  Endurance Energy management


 Gangguan libido  Contrentation
- observasi adanya pembatasan klien
 Penurunan performa  Energy
dalam melakukan aktivitas
 Kurang minat terhadap contervation
 Nutrional sttus : - dorong anak untuk mengungkapkan
sekitar perasaan terhadap
 Mengantuk energi
keterbatasan
 Peningkatan keluhan fisik
 Peningkatan kebutuhan Kriteria hasil : - kaji adanya faktor yang menyebabkan
istirahat kelelahan
 Memverbalisasika - monitor nutrisi dan sumber energi yang
 Introspeksi
n peningkata adekuat
 Kurang energi energi dan
 Letargi, lesu - monitor pasien akan adanya kelelahan
merasa lebih baik fisik dan emosi secara berlebihan
 Persepsi membutuhkan  Menjelaskan
energi tambahan untuk - monitor respon kardiovaskuler terhadap
penggunaan aktivitas
menyelesaikan tugas rutin energi untuk
 Mengatakan kurang energi - monitor pola tidur dan lamanya
mengatasi tidur/istirahat pasien
yang luar biasa kelelahan
 Mengatakan kurang energi - dukung pasien dan keluarga untuk
 Kecemasan
yang tidak kunjung reda mengungkapkan perasaan,berhubungan
menurun
 Mengatakan perasaan lelah dengan perubahan hidup yang sebabkan
 Glukosa darah
 Merasa bersalah karena adekuat keletihan
tidak dapat menjalankan  Kwalitas hidup - bantu aktivitas sehari hari sesuai dengan
tanggung jawab meningkat kebutuhan
 Mengatakan tidak mampu  Istrahat cukup - tingkatkan tirah baring dan pembatasan
mempertahankan aktivitas  Mempertahankan aktivitas(tingkatkan periode istirahat )
fisik pada tingkat yang kemampuan untuk - konsultasi dengan ahli gizi untuk
biasannya berkonsentrasi meningkatkan asupan makanan yang
 Mengatakan tidak mampu berenergi tinggi
mempertahankan rutinitas
yang biasannya
Behavior management
 Mengatakan tidak mampu
memulihkan energi, setelah Activity terapy
tidur sekalipun Energy management
Faktor yang berhubungan
Nutrition management
 Psikologis
- Ansietas, depresi
- Mengatakan gaya hidup
membosankan, stres
 Fisiologis
- Anemia, status penyakit
- Peningkatan kelemahan
fisik
- Malnutrisi, kondisi fisik
buruk
- Kehamilan, deprivasi tidur
 Lingkungan
- Kelembapan , suhu,
cahaya, kebisingan
 Situasional
- Peristiwa hidup negatif
- Pekerjaan
Nyeri Akut b.d Cedera Biologi NOC I NIC I :

Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri

Kriteria Hasil : Aktivitas

1. Mengetahui faktor 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


penyebab nyeri menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
kualitas, keparahan nyeri dan faktor
2. Mengetahui
pencetus nyeri.
permulaan terjadinya
nyeri 2. Observasi ketidaknyamanan non verbal.

3. Menggunakan 3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal


tindakan relaksasi, guide imajeri, terapi musik,
pencegahan distraksi.

4. Melaporkan gejala 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat


mempengaruhi respon pasien terhadap
5. Melaporkan
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan,
kontrol nyeri
cahaya, kegaduhan.
Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil : 5. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai
indikasi
1. Melaporkan nyeri
berkurang atau hilang

2. Frekuensi nyeri NIC II :


berkurang
Manajemen Analgetik
3. Lamanya nyeri
Aktivitas
berlangsung
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
4. Ekspresi wajah
dan tingkat nyeri sebelum mengobati
saat nyeri
pasien.
5. Posisi tubuh
2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan
melindungi
frekuensi pemberian analgetik.

3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-


Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.

4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara


pemberian dan dosisnya secara tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan
setelah pemberian analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Martono, H & Pranaka, K. (2011). Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan lansia). Edisi
ke-4, Jakarta: balai penerbit FKUI
Wijaya, A. S., & Putri, Y. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Putri, H. & Soemarno, S. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk
Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi Volume
13 Nomor 1, (online), (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-
3896-soemarno.pdf , diakses tanggal 13 Oktober 2019).
Ratmini NK, Arifin. (2011). Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup
lansia. Jurnal Ilmu Gizi 2: 139-45
Siti MR, Mia FE, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. (2012). Mengenal lanjut usia
dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai