Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluan (SAP) ini dengan judul ”Ikterik
pada Neonatus”.
Penulisan SAP ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan siklus
bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
Penulis menyadari SAP ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan SAP ini.
Penulis juga berharap semoga SAP ini dapat memberikan masukan dan informasi yang
Kelompok 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
IKTERIK PADA NEONATUS
A. LATAR BELAKANG
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah
5-7 mg/dl (Kosim, 2012).
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lainnya akibat adanya
penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting dari penyakit
hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu, dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin
darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonates ikterus masih
belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi
karena adanya peninggian kadar bilirubin indirek (unconjugated) dan atau kadar
bilirubin direk (conjugated) (Hasan dan Alatas, 2007).
Mengingat banyaknya efek dari ikterik di masa awal kehidupan bayi, maka ada
baiknya bila keluarga mengetahui tentang ikterik pada neonatus, penyebab, tanda dan
gejala, penanganan dan pencegahan yang harus dilakukan oleh ibu dan keluarga.
B. TUJUAN
neonatorum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
2. Sasaran/Target
3. Metoda
Ceramah
Tanya jawab
Leaflet
Infokus
7. Materi
Terlampir
8. Uraian Tugas
a. Penanggung jawab
b. Moderator
Membuka acara
Menyimpulkan penyuluhan
Menutup acara
e. Observer
9. Setting Tempat
pintu masuk
Keterangan:
= Moderator = Pembimbing
= Audiens = Penyaji
= Observer = Fasilitator
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1 Pembukaan
Moderator memberikan salam Menjawab salam 5 menit
Moderator memperkenalkan anggota Memperhatikan
penyuluhan dan pembimbing Mendengarkan dan
Moderator menjelaskan topik penyuluhan memperhatikan
Moderator menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
Moderator membuat kontrak waktu memperhatikan
pelaksanaan penyuluhan Mendengarkan dan
Moderator membuat kontrak bahasa memperhatikan
penyuluhan Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Pelaksanaan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat 20 menit
ikterik neonatus
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang pengertian ikterik Mendengarkan dan
memperhatikan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat
penyebab ikterik
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang penyebab ikterik Mendengarkan dan
memperhatikan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat
tanda dan gejala ikterik
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang tanda dan gejala Mendengarkan dan
ikterik memperhatikan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat
komplikasi ikterik
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang komplikasi Mendengarkan dan
ikterik memperhatikan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat
penanganan ikterik
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang penanganan Mendengarkan dan
ikterik memperhatikan
Penyaji menggali pengetahuan peserta tentang Mengemukakan pendapat
pencegahan ikterik
Penyaji memberi reinforcement positif Mendengarkan
Penyaji menjelaskan tentang penanganan Mendengarkan dan
ikterik memperhatikan
Moderator memberi kesempatan peserta untuk Mengemukakan pertanyaan
bertanya
Moderator memberikan reinforcement pada Mendengarkan
peserta yang mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan
3 Penutup
Moderator melakukan evaluasi Menjawab pertanyaan 5 menit
Moderator meyimpulkan hasil diskusi Bersama moderator
menyimpulkan materi
Moderator menyampaikan pesan untuk audien Memdengarkan dan
memperhatikan
Moderator mengucapkan salam Menjawab salam
Lampiran Materi
IKTERUS PADA NEONATORUM
A. Pengertian Ikterus
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah
5-7 mg/dl (Kosim, 2012).
Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lainnya akibat adanya
penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini merupakan tanda penting dari penyakit
hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu, dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin
darah melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonates ikterus masih
belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi
karena adanya peninggian kadar bilirubin indirek (unconjugated) dan atau kadar
bilirubin direk (conjugated) (Hasan dan Alatas, 2007).
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan
billirubin dalam tubuh atau akumulasi dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam,
yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, system billiary atau
system hematologi , gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa
karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis,
ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5
mg/dL . Ikterus (Jaundice) adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat
pewarnaan jaringan oleh bilirubin. (Ai Yeyeh, 2010:268).
B. Penyebab Ikterus
1. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
2. Ikterus Patologis
ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu
nilai yang disebut hiperbilirubinemia (Saifuddin, 2009). Menurut Kosim (2012)
ikterus patologis tidak mudah dibedakan dari ikterus fisiologis. Keadaan di bawah
ini merupakan petunjuk untuk tindak lanjutnya sebagai berikut :
a. Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam.
b. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan
fototerapi.
c. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg/dl pada neonates kurang bulan dan
12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan.
d. Peningkatan bilirubin total serum > 0,5 mg/dl/jam.
e. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu
yang tidak stabil.
f. Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada
bayi kurang bulan.
g. Ikterus yang disertai keadaan antara lain : BBLR, masa gestasi kurang dari 36
minggu, asfiksia, infeksi, dan hipoglikemia. Ikterus pada bayi baru lahir terdapat
pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang
bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala fisiologis atau
dapat merupakan hal yang patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rh dan
ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya (Saifuddin, 2009).
E. Penanganan Ikterus
1. Ikterus fisiologis:
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sejak dini sesuai kebutuhan bayi baru
lahir
Jemur bayi dibawah sinar matahari, bilirubin akan menyerap sinar dengan panjang
gelombang 450-460 nm. Caranya dengan menjemur bayi antara jam 07.00 s/d jam
09.00 bayi selama ½ jam dengan cara ¼ jam dalam keadaan telentang dan ¼ jam
dalam keadaan telungkup
Jaga bayi agar tetap hangat dan bersih
2. Ikterus patologis:
Bayi dengan ikterus patologis biasanya harus dirawat di RS dengan tindakan:
Pemberian fenobarbital yang yang dapat memperbesar konjugasi dan ekskresi
bilirubin. Pemberiannya akan membatasi perkembangan ikterus fisiologis pada bayi
baru lahir bila diberikan pada ibu dengan dosis 90 mg/24 jam sebelum persalinan
atau pada bayi saat lahir dengan dosis 10 mg/kg/24 jam. Meskipun demikian,
fenobarbital tidak secara rutin dianjurkan untuk mengobati icterus pada bayi
neonatus karena pengaruhnya pada metabolism bilirubin biasanya tidak terlihat
sebelum mencapai beberapa hari pemberian, efektivitas obat ini lebih kecil dari
pada fototerapi dalam menurunkan kadar bilirubin, dan dapat mempunyai
pengaruh sedatif yang tidak menguntungkan serta tidak menambah respon terhadap
fototerapi (Nelson, 2012).
Terapi sinar (Fototerapi)
Terapi sinar atau fototerapi dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai
kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi
bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah dan menjadi mudah larut dalam air
tanpa harus diubah dahulu oleh organ hati dan dapat dikeluarkan melalui urin
dan feses sehingga kadar bilirubin menurun (Dewi, 2010; Marmi dan
Rahardjo, 2012). Di samping itu pada terapi sinar ditemukan pula peninggian
konsentrasi bilirubin indirek dalam cairan empedu duodenum dan menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltik
usus meningkat dan bilirubin akan keluar bersama feses. Terapi sinar juga
berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga
menimbulkan risiko yang lebih fatal.
Bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin dan tranfusi
tukar pada kasus yang lebih berat.
F. Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan
dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika
terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera
diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan
membuka pakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
1 dan 2. Yogyakarta
Jakarta : YBPSP.
Staf Pengajar IKA FK-UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : INFOMEDIKA
2. EGC:Jakarta