LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
1. Definisi Penyakit
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah
(Muttaqin, 2011).
2. Etiologi Penyakit
Menurut Muttaqin (2011), banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal kronik, akan tetapi, apapun sebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan
fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan
GGK bisa disebabkan dari ginjal dan diluar ginjal :
a. Penyakit dari ginjal
1) Kista di ginjal: polcystis kidney
2) Glomerulonefritis
2) Dyslipidemia
3) SLE
Universitas Faletehan | 2
4) Infeksi: TBC, paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklampsia
3. Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtrasi
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan rumus Kockroft –
Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
Universitas Faletehan | 3
c. Stadium III: Gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1) Kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2) Ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
3) Air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
4. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2008) manifestasi klinis gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
a. Sistem pernapasan (B1/ Breathing)
1) Krekels
2) Sputum kental dan liat
3) Napas dangkal
4) Pernapasan kusmaul
b. Sistem Kardiovaskuler (B2/ Blood)
1) Hipertensi
2) Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
3) Edema periorbital
4) Friction rub perikardial
5) Pembesaran vena leher
c. Sistem neurologi (B3/Brain)
1) Kelemahan dan keletihan
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
5) Kelemahan pada tungkai
6) Rasa panas pada telapak kaki
7) Perubahan perilaku
d. Sistem Perkemihan : Ditemukan oliguria sampai anuria
e. Sistem pencernaan
1) Napas berbau amonia
Universitas Faletehan | 4
2) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3) Anoreksia, mual dan muntah
4) Konstipasi dan diare
5) Perdarahan dari saluran GI
f. Sistem integument (B6 /Integumen)
1) Warna kulit abu-abu, mengkilat
2) Kulit kering, bersisik
3) Pruritus
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
g. Sistem muskuloskeletal (B6 /Bone)
1) Kram otot
2) Kekuatan otot hilang
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
h. Sistem resproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testikuler
5. Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,
keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan
bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25%
normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa
yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa menigkatkan
kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan
makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari
siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk
meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi
Universitas Faletehan | 5
pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang yang menyebabkan
penurunan fungsi renal (Muttaqin, 2011).
6. Komplikasi
Komplikasi gagal ginjal kronis yang perlu menjadi perhatian perawat dan memerlukan
pendekatan kolaboratif untuk perawatan meliputi :
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, metabolisme asidosis, katabolisme, dan asupan
yang berlebihan (diet, obat-obatan, cairan).
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade perikardial karena retensi produk limbah
uremic dan dialisis tidak memadai.
3. Hipertensi akibat retensi natrium dan air dan kerusakan sistem renin-angiotensin-
aldosteron system.
4. Anemia akibat penurunan produksi erythropoietin, penurunan RBC umur, perdarahan di
saluran pencernaan dari racun menjengkelkan dan pembentukan ulkus, dan kehilangan
darah selama hemoDialisis.
5. Penyakit tulang dan kalsifikasi metastatik dan vaskular karena retensi fosfor, kalsium
serum rendah tingkat, metabolisme vitamin D abnormal, dan tinggi tingkat aluminium.
7. Pemeriksaan Penunjang
Dalam Mutaqin (2011) disebutkan ada pengkajian diagnostik pada pasien dengan GGK
yaitu:
a. Laboratorium
1) Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom dan jumlah retikulosit yang
rendah.
2) Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 30 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang jika ureum lebih kecil dari kreatinin pada diet rendah
protein, dan tes klirens kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
Universitas Faletehan | 6
4) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya
diuresis.
5) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D
pada GGK.
6) Phosphate alkalin meninggi akibat gangguan metabolisme tulang , terutama isoenzim
fosfatase lindi tulang.
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
8) Peningkatan gula darah akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
9) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peningkatan
hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
10) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yang menurun, BE
yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-basa
organik pada gagal ginjal.
b. Radiologi
1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya
suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
2) Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu
misalnya usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
3) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal , anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan
prostat.
4) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskular,
parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5) EKG untuk melihat kemungkinan : hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
Universitas Faletehan | 7
8. Penatalaksanaan Medis
Terapi Pengganti Ginjal (TPG)/Replacement Renal Teraphy (RRT)
1) Dialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanankan proses
tersebut. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yand serius,
seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan membantu penyembuhan luka. Menurut
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Penyakit Dalam (2008) bahwa Dialisis
dapat diberikan pada pasien gagal ginjal dengan stadium 5 yaitu GFR < 15 dan jika ada
uremia.
Pemberian dialisis juga diklasifikasikan oleh Smeltzer (2008) menurut waktu
pemberiannya yaitu dialisis akut dan dialisis kronik.
a) Dialisis akut
Dialisis akut diperlukan bila kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat
(kalium serum > 6 mEq/L), kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner yang
mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis atau konfusi berat. Tindakan ini
juga digunakan untuk menghilangkan obat-obat tertentu atau toksin lain (keracunan
atau dosis obat yang berlebihan).
b) Dialisis kronis
Dialisis kronik dibutuhkan pada GGK (penyakit ginjal stadium terminal) dalam
keadaan sebagai berikut : terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia (ureum darah >
200 mg/L) yang mengenai seluruh sistem tubuh (mual, serta muntah, anoreksia berat,
peningkatan letargi, konfusi mental), kadar kalium serum meningkat (> 6 mEq/L),
muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan
cairan, dan penurunan status kesehatan yang umum. Disamping itu terdengarnya
pericardial friction rub melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk
dilakukan dialisis.
Universitas Faletehan | 8
a) Hemodialisis (HD)
Hemodialisis adalah sebuah terapi yang menghilangkan sampah dan cairan
berlebih dari darah. Selama hemodialisis, darah dipompa melalui selang lembut ke
mesin dialisis yang akan menuju fliter khusus yang disebut dialyzer (juga disebut
ginjal buatan). Saat darah difiltrasi, darah akan dikembalikan ke aliran darah. Untuk
dapat disambungkan dengan mesin dialisis, pasien harus mempunyai akses atau pintu
masuk ke aliran darah. Terapi ini biasanya dilakukan 3 kali seminggu. Tiap terapi
berlangsung selama 3-5 jam.
b) Peritoneal Dialisis
Dalam Updates Clinical Practice Guidelines for HemoDialisis Adequacy (2006)
pada peritoneal dialisis (PD), darah dibersihkan di dalam tubuh bukan di luar tubuh
pasien. Peritoneum bekerja sebagai filter alami. Cairan pembersih yang disebut
dialisat, dialirkan ke dalam abdomen melalui selang lembut yang dinamakan kateter
PD. Kateter dipasang melalui pembedahan minor. Sampah dan kelebihan cairan
keluar dari darah ke dalam cairan dialisar. Setelah bebera jam, pasien mengalirkan
cairan dialisat yang sudah digunakan dari abdomen dan mengisi ulang dengan cairan
pembersih yang baru untuk memulai proses kembali. Mengeluarkan cairan yang telah
digunakan dan mengisi cairan baru membutuhkan waktu setengah jam dan hal ini
disebut “exchange”. Peritoneal dialisis dapat dilakukan di rumah, saat bekerja, di
sekolah atau selama perjalanan. Peritoneal dialisis merupakan terapi rumahan.
Banyak pasien yang memilih terapi ini merasa diberi fleksibilitas.
2) Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien dengan
penyakit renal tahap akhir. Pasien memilih transplantasi ginjal dengan berbagai alasan,
seperti keinginan untuk menghindari dialisis atau untuk memperbaiki perasaan sejahtera
dan harapan hidup untuk hidup secara normal. Selain itu, biaya transplantasi ginjal yang
sukses dibandingkan dialisis adalah sepertiganya. Transplantasi ginjal melibatkan
menanamkan ginjal dari donor hidup yang sesuai dan cocok bagi pasien (mereka dengan
antigen ABO dan HLA yang cocok) akan lebih baik daripada transplan yang berasal dari
donor kadaver. Nefrektomi terhadap ginjal asli pasien dilakukan untuk transplantasi.
Universitas Faletehan | 9
Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka anterior sampai krista iliaka pasien. Ureter dari
ginjal transplan ditanamkan ke kandung kemih atau di anastomosikan ke ureter resipien.
Universitas Faletehan | 10
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawwatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
Universitas Faletehan | 11
16) Perkusi abdomen , Bladder: dullness atau timpani
17) Inspeksi genetalia
18) Inspeksi urin output: warna, jumlah, discharge, hematuria
19) Area CVA: nyeri atau tidak
20) Kaji edema ekstremitas
Terminasi
Universitas Faletehan | 12
10. Pathway
Infeksi Vaskuler (Hipertensi, DM) Zat Toksik
Obstruksi Saluran Kemih Vaskulerisasi Ginjal
GFR menurun
CKD
Universitas Faletehan | 13
11. Analisa Data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Data Subjektif : Infeksi, Vaskuler (Hipertensi, DM), Zat Hipervolemia
Mayor : Toksik, Obstruksi Saluran Kemih,
- Ortopnea Vaskulerisasi Ginjal
- Dispenea
- Paroxysmal GFR menurun
nocturnal dyspnea
(PND) CKD
- Distensi vena
Universitas Faletehan | 14
jugularis
- Terdengar suara
napas tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak
dari output
- Kongesti paru
Universitas Faletehan | 15
takikardia Hipertrofi ventrikel kiri
- Gambaran EKG
aritmia COP menurun
- Edema
- Distensi vena Penurunan Curah Jantung
jugularis
- CVP
meningkat/menurun
- Hepatomegali
- TD
meningkat/menurun
- Nadi perifer teraba
lemah
- CRT > 3 detik
- Oliguria
- Sianosis
- Terdengar suara
jantung S3 dan/atau
S4
- EF menurun
Minor :
- Murmur jantung
- BB bertambah
- PAWP menurun
- PVR, SVR
meningkat/menuru
- CI dan LVSWI, SVI
menurun
Universitas Faletehan | 16
Mayor : Vaskulerisasi Ginjal
- Dispenea
Minor : GFR menurun
- Penglihatan kabur
- Pusing CKD
Universitas Faletehan | 17
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan Protein/albumin dapat melewati
berkurang membran glomerulus
Minor : Anoreksia
- Bising usus Defisit Nutrisi
hiperaktif
- Otot pengunyah dan
menelan lemah
- Membran mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
Universitas Faletehan | 18
beraktivitas Sekresi eritropoietin menurun
- Merasa lemah
Produksi Hb Menurun
Data Objektif :
Mayor : Oksihemoglobin menurun
- Frekuensi jantung
meningkat > 20% Suplai O² ke jaringan menurun
dari kondisi istirahat
Minor : Intoleransi Aktivitas
- TD berubah > 20%
dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia
dan iskemia
- Sianosis
Universitas Faletehan | 19
Kulit kering dan pruritus
Universitas Faletehan | 20
Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI AKTIVITAS
Keperawatan (SLKI) (SIKI) (SIKI)
Hipervolemia b.d SLKI label : Status Cairan Manajemen Observasi
kelebihan asupan cairan Hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
Setelah diberikan askep selama 3x24
d.d 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
jam diharapkan status cairan
Data Subjektif : 3. Monitor status hemodinamik
membaik dengan kriteria hasil :
- Ortopnea, dispenea, 4. Monitor intake dan output cairan
paroxysmal 1. Kekuatan nadi meningkat 5. Monitor tanda hemokonsentrasi
nocturnal dyspnea 2. Urin output meningkat 6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
(PND) 3. Ortopnea, dispenea, paroxysmal plasma
Data Objektif nocturnal dyspnea (PND) 7. Monitor kecepatan infus secara ketat
- Edema menurun 8. Monitor efek samping diuretik
anasarka/perifer 4. Edema anasarka/perifer menurun Terapeutik
- BB meningkat dalam 5. BB menurun 1. Timbang BB setiap hari pada waktu yang sama
waktu singkat 6. Distensi vena jugularis menurun 2. Batasi asupan cairan dan garam
- JVP dan/atau CVP 7. Suara napas tambahan menurun 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40º
meningkat 8. Kongesti paru menurun Edukasi
- Refleks 9. Frekuensi nadi, TD, tekanan nadi 1. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
hepatojugular positif membaik mL/kg/jam dalam 6 jam
- Distensi vena 10. JVP dan CVP membaik 2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
jugularis 11. Kadar Hb dan Ht membaik dalam sehari
- Terdengar suara 12. Reflek hepatojugular, 3. Ajarkan cara mencatat dan mengukur asupan
napas tambahan hepatomegali, oliguria, dan
Universitas Faletehan | 21
- Hepatomegali intake cairan membaik dan haluaran cairan
- Kadar Hb/Ht turun 4. Ajarkan cara membatasi cairan
- Oliguria Kolaborasi
- Intake lebih banyak 1. Kolaborasi pemberian diuretik
dari output 2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
- Kongesti paru akibat diuretik
3. Kolaborasi pemberian continous renal
replacement therapy (CRRT), jika perlu
Penurunan Curah SLKI LABEL: Curah Jantung Perawatan Observasi:
Jantung b.d perubahan Jantung
Setelah dilakukan Asuhan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer dan
irama dan frekuensi
keperawatan gawat darurat selama sekunder penurunan curah jantung
jantung, perubahan
3x24jam curah jantung meningkat 2. Monitor TD, intake output cairan, BB, saturasi
kontraktilitas, perubahan
dengan kriteria hasil : oksigen, keluhan nyeri dada, EKG 12 lead
preload dan afteload d.d
3. Monitor aritmia, nilai laboratorium jantung dan
Data Subjektif : 1. Kekuatan nadi perifer meningkat
fungsi alat pacu jantung
- Palpitasi 2. Bradikardia, takikardia,
4. Periksa TD dan frekuensi nadi sebelum dan
- Lelah gambaran EKG aritmia
sesudah pemberian obat
- Dispnea 3. Lelah,edema,distensi bena
- PND jugularis, dipsnea, oliguria
- Ortopnea menurun
- Batuk 4. Suara jantung S3, S4, murmur
Data Objektif : jantung menurun Terapeutik
5. Hepatomegali menurun
Universitas Faletehan | 22
- Edema 6. TD, CRT membaik 1. Posisikan pasien semi fowler/fowler
- CRT >3 detik 2. Berikan diet jantung yang sesuai
- Sianosis 3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
- CVP menurun/ gaya hidup sehat
meningkat 4. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress, dukungan emosional dan spiritual serta
oksigen
Edukasi
Universitas Faletehan | 23
Data Subjektif: 3x24jam pertukaran gas meningkat 3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan
- Dispenea dengan kriteria hasil : pastikan fraksi yang diberikan cukup
- Penglihatan kabur 4. Monitor efektifitas terapi oksigen
1. Tingkat kesadaran meningkat
- Pusing 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
2. Dispnea menurun
Data Objektif: makan
3. Bunyi napas tambahan menurun
- PCO² 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. Pusing menurun
meningkat/menurun 7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
5. Penglihatan kabur menurun
- PO² menurun atelektasis
6. Diaforesis menurun
- Takikardia 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
7. Gelisah menurun
- pH arteri oksigen
8. Napas cuping hidung menurun
meningkat/menurun 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
9. PCO² membaik
- Bunyi napas pemasangan oksigen
10. PO² membaik
tambahan
11. Takikardia membaik Terapeutik
- Sianosis
12. pH arteri membaik
- Diaforesis 1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trake,
13. sianosis menurun
- Gelisah jika perlu
14. pola napas membaik
- Napas cuping hidup 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
15. warna kulit membaik
- Pola napas abnormal 3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Universitas Faletehan | 24
Edukasi
Kolaborasi
Universitas Faletehan | 25
berlebihan 6. Sariawan menurun 4. Berikan makanan tinggi serat.
- Diare 7. Rambut rontok menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
8. Diare menurun protein.
9. BB IMT membaik 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
10. Frekuensi dan nafsu makan 7. Hentikan pemberian makanan melalui
membaik nasogastrik, jika asupan oral dapat ditoleransi.
11. Bising usus membaik Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kaloru dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.
Universitas Faletehan | 26
- Mengeluh lelah 1. Frekuensi nadi meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
- Dispnea saat/setelah 2. Saturasi oksigen meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
aktivitas 3. Kemudahan dalam melakukan melakukan aktivitas
- Merasa tidak aktivitas sehari-hari Terapeutik
nyaman setelah meningkat
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
beraktivitas 4. Kecepatan berjalan meningkat
stimulus
- Merasa lemah 5. Jarak berjalan meningkat
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
Data Objektif: 6. Kekuatan tubuh bagian atas
aktif
- Frekuensi jantung dan bawah meningkat
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
meningkat > 20% 7. Toleransi dalam menaiki
4. Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika tidak dapat
dari kondisi istirahat tangga meningkat
berpindah atau berjalan
- TD berubah > 20% 8. Keluhan lelah menurun
dari kondisi istirahat 9. Dispnea saat dan setelah Edukasi
- Gambaran EKG beraktivitas menurun
1. Anjurkan tirah baring
menunjukan aritmia 10. Perasaan lemah menurun
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
dan iskemia 11. Aritmia saat dan setelah
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
- Sianosis aktivitas menurun
gejala kelelahan tidak berkurang
12. Sianosis menurun
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
13. Warna kulit, TD, frekuensi
kelelahan
napas membaik
14. Tidak ada EKG iskemia Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
Universitas Faletehan | 27
meningkatkan asupan makanan
Universitas Faletehan | 28
minimal 30 saat berada diluar rumah
6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Universitas Faletehan | 29
DAFTAR PUSTAKA
Loho, Iredem K. A., Rambert,Glady I.,Wowor, Mater F. (2016). Gambaran Kadar Ureum Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 non Dialisis. Jurnal e-Biomedik (eBm) Volume
4 Nomor 2.
http://ejournal.unsrat.ac.id
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. (2002). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
Burnner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
3 (Revisi). Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta
: DPP PPNI