Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis progeksif dimana

tubuh tidak mampu untuk melakukan metabolisme lemak, protein dan

karbohidrat yang mengarah pada keadaan hiperglikemia (kadar gula darah

yang tinggi). Diabetes melitus yang sering disebut gula tinggi (Black &

Hawks, 2014).

Penanganan diabetes melitus tidak baik akan menimbulkan salah satu

komplikasi kronik DM yaitu ulkus diabetik (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,

Simadibarata K, & Setiati, 2006). Luka diabetik atau ulkus diabetic adalah

adanya kelainan pada saraf, pembuluh darah dan adanya infeksi yang

menimbulkan luka (Fady, 2015).

Menurut data World Health Organization (WHO, 2014) bahwa pada

tahun 2012 terdapat 1,5 juta penduduk terjadi kematian yang disebabkan

diabetes dengan prevanlensi sekitar 2,7%. Dari kejadian angka kematian

akibat DM di dunia, 70% terjadi kematian di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia. Pada tahun 2014, penderita DM menurut International

Diabes Federation (IDF, 2015).

Pada penyadang Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi pada

semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi

kronik dapat terjadi pada tingkatan pembuluh darah kecil (mikrovaskular)

berupa kelainan pada retina, glomerulus ginjal, saraf, dan pada otot jantung

1
2

(kardiomiopati). Pada pembuluh darah besar, manifestasi komplikasi kronik

Diabetes Mellitus dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung

(penyakit jantung coroner) dan pembuluh darah ferifer (tungkai bawah).

Komplikasi lain Diabetes Mellitus dapat berupa kerentanan berlebih terhadap

infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis

paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi

ulkus/gangren diabetes (Waspadji, 2007).

Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi Diabetes Mellitus yang

paling serius dan melumpuhkan. Ini adalah penyebab paling umum amputasi

kaki nontraumatik diseluruh dunia. Pasien diabetes dari 15 sampai 20 kali

lebih mungkin memerlukan amputasi, yang berarti bahwa 25%-90% dari

semua amputasi dikaitkan dengan diabetes. Amputasi kaki diabetik cenderung

akan seiring dengan kenaikan tingkat kematian dari waktu ke waktu. Angka

kejadian kematian bersama diyakini menjadi 13% -40% pada 1 tahun, 35%

-64% setelah 3 tahun, dan 39% -80% setelah 3 tahun (Yekta et al, 2011).

Pada tahun 2012, dikatakan prevanlensi angka kejadian diabetes

mellitus di dunia adalah sebnayak 371 juta jiwa (IDF, 2013). Dimana

proporsi kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia

yang menderita diabetes mellitus dan hanya 2 adalah 5% dari jumlah tersbut

menderita diabetes mellitus tipe 1 (CDC, 2012).

Reset Kesehatan Dasar Depkes tahun 2007 menunjukan bahwa

prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sebesar 5,7%. 1,5% pasien diabetes

mellitus yang sudah terdiagnosis sebelumnya dan 4,2% baru diketahui saat

penelitian. Pada tahun 2013 telah terjadi peningkatan prevalensi jumlah


3

penyandang diabetes mellitus sebesar 1% dalam rentang 6 tahun dari tahun

(Riskesdas, 2013). Di jawa timur sendiri angka kejadian pasien diabetes

mellitus sebanyak 95.504 orang (Mudjib, 2012).

Luka diabetik merupakan factor yang menyebabkan masalah biologis,

psikologis, social, spiritual, dan ekonomi sampai kematian karena sepsis.

Secara social, seseorang pasien luka diabetik akan dikucilkan oleh orang lain

karena pengaruh kotor dan bau yang ditimbulkan (Supriyaatin, Saryono, dan

Latifah, 2010).

Luka diabetik mudah berkembang menjadi infeksi akibat masuknya

kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang

strategis untuk pertumbuhan kuman (Sudoyo et. Al, 2011). Apabila luka

diabetic tidak ditangani dengan dengan tepat akan menimbulkan kecacatan

bahkan berunjung pada amputasi (Misnadiarly, 2010; Iqbal, 2008 dalam

Situmorang, 2009).

Penatalaksanaan luka yang tepat merupakan salah satu factor yang

mendukung pemyembuhan luka. Pendekatan baru untuk meningkatkan

penyembuhan luka baru-baru ini telah dikaji, termasuk penggunaan factor-

faktor pertumbuhan untuk mempercepat pemyembuhan (Morison, 2009).

Hasil pengamatan yang dilakukan adalah di rumah sakit Margono

Soekejo Purwokerto didapatkan bahwa manajemen perawatan luka terkait

dengan pengobatan luka diabetik masih beraneka ragam diantaranya

pengunaan Nacl, Metronidazole, sofratule, dan madu. Menyebutkan bahwa

madu dapat mempercepat proses pemyembuhan luka. Waktu pemyembuhan

luka yang dirawat dengan madu lebih cepat sekitar empat kali dari pada
4

waktu penyembuhan luka luka yang dirawat dengan obat lain. Mamfaat madu

untuk menyembuhkan luka karena madu memiliki kandungan yang dapat

menyembuhkan luka diabetes, sebagai contoh enzim katalase yang berfungsi

untuk antibakteria dan kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan

madu untuk menarik pus (nanah) di sekitar area luka yang di oles dengan

madu tersebut (Suranto, 2009).

Dibuktikan oleh hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Junarsih dan

Atik (2010) didapatkan hasil adanya efek penyembuhan luka dengan nilai

signifikan 0,008 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan terhadahap

penyembuhan luka dengan madu, Penelitian lain yang dilakukan oleh Zulfa

(2008) hasil penelitian menunjukan penurunan skor perkembangan proses

penyembuhan luka pada balutan madu (11 ,52%) lebih besar 6,67%

dibandingkan balutan normal salin-Povidone iodine (4,85%). Perawtan luka

dengan madu membuat responden tidak merasa nyeri, tidak terjadi

perlengketan serta perdarahan saat membuka balutan ketika dibersihkan,

sedangkan dengan normal salin-Povidone iodine, responden merasakan

sebaliknya.

Hasil penelitian Ansori (2014) menunjukan bahwa ada pengaruh

perawatan luka menggunakan madu terhadap kolonisasi bakteri

staphylococcus aureus pada luka diabetik pasien Diabetes Mellitus.

Perawatan luka diabetik dapat dilakukan dengan pemberian madu . Madu

mengandung antibakteri, antioksidan dan hidrogen peroksida yang turut

membunuh kuman merugikan.


5

Masalah keperawatan utama yang muncul pada klien ini adalah

gangguan integritas kulit dan bagi klien yang dirawat dirumah sakit mulai

dari awal masuk sampai pemberian health education pada saat klien pulang

atau keluar rumah sakit, diperlukan pengkajian keperawatan dan pengenalan

yang baik terhadap masalah yang terjadi pada klien agar diagnosa bias

ditegakkan dengan tepat sehingga dapat dilakukan intervensi dan

implementasi yang tepat untuk masalah keperawatan gangguan integritas

kulit. Oleh karena itu penting dilakukan asuhan keperawatan, dengan

mengontrol kadar gula, menjaga pola makan serta perawatan luka pada pasien

diabetes mellitus dengan komplikasi gangren agar tidak mengarah pada

amputasi. (Badawi % Hasan, 2009).

Beberapa penatalaksanaan pada pasien Diabetes Mellitus meliputi obat-

obat antaranya; Antidiabetik oral yang ditujukan untuk penanganan pasien

DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan

asupan energi dan karbohidrat serta olahraga. Insulin yang ditujukan untuk

pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik oral,

kombinasi insulin dan obat-obat lain bias sangat efektif. Pada pasien DM tipe

2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan. (Fatimah &

dkk, 2015).

Hingga saat ini, pencucian luka merupakan bagian yang sangat penting

dan dasar dari proses penyembuhan luka yang baik. Tujuan umum dari

pencucian luka adalah untuk menghilangkan atau bakteri atau jamur yang ada

pada luka, serta membersihkan dari sisa-sisa jaringan nekrotik yang

menempel pada lika. (Maryunani & Anik, 2015)


6

Saline 0,9% disebutkan sebagai satu-satunya cairan pembersihan yang

paling aman dan merupakan terapi pilihan untuk digunakan pada sebagian

besar luka. Untuk homecare, sebagian pengganti cairan Noermal Saline yang

dipasarkan, larutan saline (garam) ini dapat dibuat dengan menambahkan 2

sendok teh garam pada air masak / air matang. (Maryuni & Anik, 2015)

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulisan tertarik untuk

melakukan study kasus dengan “Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus pada

Ny. M dan Ny. N dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus pada Ny. M

dan Ny. N dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit Di Desa

Ujung Pulo Rayeuk Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis asuhan keperawatan pasien diabetic dengan masalah

gangguan integritas kulit.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien diabetes dengan gangguan

integritas kulit perawatan luka menggunakan madu Di Desa Ujung

Pulo Rayeuk Kecamatan Bakongan Timur Kabpaten Aceh Selatan.

b. Memaparkan hasil rumusan diagnosa pada pasien diabetes dengan

gangguan integritas kulit perawatan luka menggunakan madu.

c. Memaparkan hasil intervensi pada pasien diabetes dengan gangguan

integritas kulit perawatan luka menggunakan madu.


7

d. Memaparkan hasil implementasi pada pasien diabetes dengan

gangguan integritas kulit perawatan luka menggunakan madu.

e. Memaparkan hasil evaluasi pada pasien diabetes dengan gangguan

integritas kulit perawatan luka menggunakan madu.

f. Menganalisis salah satu intervensi dengan inovasi terbaru

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini, dapat digunakan untuk penulisan. Institusi

tempat penelitian, keluarga dan pasien, serta pengembangan ilmu

keperawatan.

1.4.1 Bagi Penulis

Mengaplikasikan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus dengan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit dalam

tatanan nyata terhadap klien serta mendapatkan pengalaman ilmiah

dalam menyusun asuhan keperawatan medical bedah.

1.4.2 Bagi instituti Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan meningkatkan

mutu layanan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan Asuhan Keperawatan pada Diabetes Mellitus.

1.4.3 Bagi Keluarga dan Pasien

Klien dapat mengatur pola makan, obat, dan aktivitas sehingga

Diabtes Mellitus dpat terkendali.


8

1.4.4 Bagi pengembangan Ilmu Keperawatan

Penulisan ini diharapakan dapat menambah informasi tentang

pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus dengan

Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit.

Anda mungkin juga menyukai