STASE MATERNITAS
SITI SARAH
2014901110086
2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, frekuensi
kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
yang dikemukakan:
a. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi yang
menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini serta adanya
alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
b. Faktor psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit
ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
c. Faktor endokrin yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan
lain-lain.
b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhu badan naik (dehidrasi).
6) Mata mulai ikteris
7) Berat badan turun dan mata cekung.
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Sumber : Journal.www.nejm.org
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a. Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani, dan gangguan psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage,
kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan
pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
2.7 Prognosis
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
2. Dieresis bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin berkurang
3. Kesadaran penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak
bertambah meyakinkan
4. Keadaan ikterus semakin berkurang
Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
2.8 Penanganan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makana dalam jumlah kecil tapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
4) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas
ataupun terlalu dingin.
5) Usahakan defekasi teratur.
b. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan gejala
tidak berkurang diperlukan pengaobatan :
1) Tidak memberikan obat yang teratogen.
2) Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
3) Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
4) Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
5) Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin.
6) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
dirumah sakit.
3.4 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
yang berlebihan atau intake cairan kurang
3.4.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria); berdasarkan NOC
Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar
berat jenis urine.
Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
untuk pasien.
Memiliki asupan cairan oral/ atau intravena yang adekuat.
Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang
yang diharapkan.
3.4.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Pemantauan Elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit.
Terapi Intravena (IV): memberikan dan memantau cairan obat
intravena.
Manajemen Cairan: meningkatkan keseimbangana cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau
yang tidak diharapkan.
Tiran Denise. (2006). Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC.