Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

STASE MATERNITAS

SITI SARAH
2014901110086

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi


1.1 Anatomi

1.1.1 Alat kelamin luar (genetalia eksterna)


a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang,
menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam.
Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons
veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar
sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi
lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio
minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil
(labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum,
dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama
(introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri
dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui
satu jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perineum.

1.1.2 Alat kelamin dalam (genetalia interna)


a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang
senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada
puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam
pelvis antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan,
ototnya disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis
dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  5
cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari:
1. Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2. Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(1)   Endometrium
(2)   Myometrium
(3)   Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba
(Tambayong, 2002).

2. Konsep Penyakit Hiperemesis Gravidarum


2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998). Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan
malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah


nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas
sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-
zionMD, Hal : 232).

Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadisecara berlebihan selama


kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)

2.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, frekuensi
kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
yang dikemukakan:
a. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resustensi yang
menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahan-perubahan ini serta adanya
alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
b. Faktor psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit
ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
c. Faktor endokrin yaitu hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan
lain-lain.

2.3 Tanda dan gejala


Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari 10 kali muntah.
Akan tetapi, apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai
hiperemesis gravidarum.Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya
gejala dibagi menjaditiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I ( Ringan )
1) Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita.
2) Ibu merasa lemah.
3) Nafsu makan tidak ada.
4) Berat badan menurun.
5) Merasa nyeri pada epigastrium.
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
7) Tekanan darah menurun.
8) Turgor kulit berkurang.
9) Mata cekung.

b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhu badan naik (dehidrasi).
6) Mata mulai ikteris
7) Berat badan turun dan mata cekung.
8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.
9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

c. Tingkat III ( Berat )


1) Keadaan umu lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma).
2) Dehidrasi berat.
3) Nadi kecil, cepat dan halus.
4) Suhu meningkat dan tensi turun.
5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensepalopati wernicke, dengan gejala nigtasmus, diplopia, dan
penurunan mental.
6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

2.4 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi dan imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan


lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik,
asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam darah. Muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik
yang toksit. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
2.5 Pathway

Sumber : Journal.www.nejm.org

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a. Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani, dan gangguan psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage,
kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan
pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
2.7 Prognosis
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat di tentukan sebagai berikut:
1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
2. Dieresis bertambah banyaknyansehingga benda keton semakin berkurang
3. Kesadaran penderita seamkin baik yang ditandai dengan kontak
bertambah meyakinkan
4. Keadaan ikterus semakin berkurang

Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada


tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

Pemeriksaan Diagnostik
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

2.8 Penanganan
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan
makana dalam jumlah kecil tapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Hindari makanan berminyak dan berbau lemak.
4) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas
ataupun terlalu dingin.
5) Usahakan defekasi teratur.

b. Terapi obat-batan
Apabila dengan cara diatas keluhan dengan cara diatas keluhan dan gejala
tidak berkurang diperlukan pengaobatan :
1) Tidak memberikan obat yang teratogen.
2) Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
3) Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
4) Anthistaminika seperti dramamin, avomin.
5) Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokloride atau
khlorpromasin.
6) Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap
dirumah sakit.

Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :


1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan
peredaran darah baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya
perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang-kadang isolasi
dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,
normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir.yakinkan
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah
atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukaosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar
kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan
seperti yang disebutkan diatas.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abotus terapiutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
irreversibel pada organ vital.

3. Rencana Asuhan Klien dengan PenyakitHiperemesis Gravidarum


3.1 Pengkajian
1) Istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali
per menit)
2) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi,
perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
3) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih. Urinalis;peningkatan konsistensi urine.
4) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa
mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor
kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
6) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh
dalam koma
7) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
8) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan,
perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap
hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
9) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih
dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya
aseton dalam urine.
3.2 Keluhan utama
Pasien mengatakan mual dan selalu muntah pada pagi hari. Mual dan
muntahsemakin berat bila membau makanan yang merangsang.

3.2.1 Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan terlambat haid
berapa minggu,terakir mendapat haid tanggal berapa, kapan mual dan
selalu muntah.
3.2.2 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit dahulu atau tidak.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Hiperemis tingkat satu pada inspeksi ditemukan keadaan umum
lemah, turgor kulit sedikit menurun, lidah kering, dan mata cekung.
Hiperemis tingklat dua ditemukan ibu tampak lebih lemah dan
aptis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor,
aceton dapat tercium dalam hawa pernafasan, badan kurus dan berat
badan munurun, kulit kering dan kadang - kadang ada icterus.
b. Palpasi
Dengan palpasi dapat mengetahui umur kehamilan dengan melihat
tinggi fundus uteri. Karena pada ibu hiperemis gravidarum biasanya
terjadi pada umur kehamilan satu sampai empat bulan, dimana
tinggi fundus uteri sekitar setengah simphisis pusat
c. Auskultasi
Untuk memantau sudah terdengar detak jantung janin atau belum
dan gerakan anak.
d. Pemeriksaan tanda - tanda vital
Pada sekitar hiperemis tingkat satu akan ditemukan nadi meningkat
sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik menurun, suhu normal.
e. Pengukuran berat badan
Pada ibu hamil dengan masalah hiperemis gravidarum pada
umumnya terjadi penurunan BB

3.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
yang berlebihan atau intake cairan kurang
3.3.1 Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan.

3.3.2 Batasan karakteristik


- Perubahan status mental
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan berat badan
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Membran mukosa kering
3.3.3 Faktor yang berhubungan
- Asupan cairan yang tidak adekuat yang ditandai dengan mual
dan selalu muntah
- Kehilangan volume cairan aktif

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan nausea dan volume yang menetap
3.3.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik

3.3.5 Batasan karakteristik


- Kurang minat pada makanan
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun

3.3.6 Faktor yang berhubungan


- Faktor biologis
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas


3.3.7 Definisi: ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin
atau harus dilakukan

3.3.8 Batasan Karakteristik


Subyektif:
Ketidaknyamanan atau dipsnea saat beraktivitas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Obyektif:
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai
respons terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

3.3.9 Faktor yang berhubungan


Tirah baring dan imobilitas
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang gerak

3.4 Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
yang berlebihan atau intake cairan kurang
3.4.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria); berdasarkan NOC
 Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar
berat jenis urine.
 Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
untuk pasien.
 Memiliki asupan cairan oral/ atau intravena yang adekuat.
 Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang
yang diharapkan.
3.4.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
 Pemantauan Elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit.
 Terapi Intravena (IV): memberikan dan memantau cairan obat
intravena.
 Manajemen Cairan: meningkatkan keseimbangana cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau
yang tidak diharapkan.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


3.4.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut:
 Tidak adekuat
 Sedikit adekuat
 Cukup adekuat
 Adekuat
 Sangat adekuat
3.4.4 Intervensi Keperawatan
 Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet
seimbang
 Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses
metabolik pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap
malnutrisi.
Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas
3.4.5 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien menunjukkan toleransi aktivitas
dengan kriteria hasil:
NOC:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari dengan beberapa bantuan
3.4.6 Intervensi keperawatan dan rasional:
NIC:
 Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi dan melakukan aktivitas
 Kaji penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri dan
pengobatan)
 Bantu pasien untuk mengubah posisi atau dalam melakukan
aktivitas
 Pantau respon oksigen pasien (misalnya denyut nadi dan
pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono Andry. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.

Hidayati Ratna. (2009).Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Jakarta : Salemba Medika.

Lowdermilk, Jensen Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Erlangga.

Mochtar, Rustam (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta. Salemba Medika.

Prawirohardjo Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Trisada Printer.

Tiran Denise. (2006). Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai