Anda di halaman 1dari 15

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

TERAPI MUSIK

A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori : Mendengar Musik

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah 30 menit mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok Musik
diharapkan klien bisa merubah perilakunya dari yang maladaptif
menjadi adaptif.
2. Tujuan khusus
a) klien mampu mengenali musik yang didengar
b) klien mampu menikmati musik sampai selesai
c) klien mampu menceritakan perasaan setelah mendengarkan
musik
3. Tujuan hari ini
Klien mampu mengenali musik yang didengar, menikmati musik
sampai selsesai dan menceritakan perasaan setelah mendengarkan
musik.

C. LANDASAN TEORITIS
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan terapi modalitas
keperawatan untuk ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang
sama yang dipimpin dan diarahkan oleh terapis. Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
pancaindra (sensori) agar memberi respons yang adekuat. Maksudnya
adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran
sensoris. Tujuannya meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa timulus terhadap
penglihatan, pendengaran dan lain-lain seperti gambar, video, tarian, dan
nyanyian. Klien yang mempunyai indikasi adalah klien isolasi sosial,
menarik diri, harga diri rendah yang disertai kurang komunikasi verbal
(Keliat, 2005).
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011). Adapun
Christandy Andrean menyatakan bahwa musik memiliki tiga bagian
penting yaitu beat, ritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh, titme
mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni mempengaruhi roh. Musik klasik
ini memiliki irama dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada miring
(Surilena, 2008). Terapi musik terdiri dari dua hal yaitu aktif dan pasif.
Dengan pendekatan aktif maka pasien dapat turut serta aktif
berpartisipasi, misalnya pada saat mendengarkan musik mereka dapat
ikut serta bersenandung, menari, atau sekedar bertepuk tangan.
Sedangkan yang sifatnya pasif jika pasien hanya bertindak sebagai
pendengar saja, meski sebagai motorik mereka tampak pasif namun
sesungguhnya aktivitas mentalnya tetap bekerja (Kurniawan, 2011).
Untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi
aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena
merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok
klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
dilakukan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi tujuan terapeutik dan tujuan
rehabilitatif. Tujuan terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk
memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan,
meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa
percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif melipui meningkatkan
kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan sosila dan
pola penyelesaian masalah.
Fenomena yang sering terjadi menunjukkan bahwa pasien dengan
halusinasi mengalami gangguan persepsi sensori tentang suatu objek,
gambaran dan pikiranya sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan, pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

D. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria peserta
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh klien yang megalami
gangguan fungsi mental (jiwa), meliputi isolasi sosial, halusinasi,
resiko perilaku kekerasan dan lain-lain yang telah diseleksi dan
sedang dalam proses rehabilitasi dengan kriteria :
a. Klien menarik diri yang mulai melakukan sosialisasi interpersonal
b. Klien yang tenang dan kooperatif
c. Klien halusinasi pendengaran yang telah berespon sesuai dengan
stimulus
d. Klien yang mempunyai riwayat marah yang konstruktif
2. Proses seleksi
Proses seleksi klien dilakukan selama satu hari dengan cara
mengobservasi klien selama di ruangan. Berdasarkan kriteria tersebut
diatas ditetapkan 4 orang klien yang diikut sertakan dalam kegiatan
TAK.
Setelah ditetapkan, klien yang diikutsertakan diberi penjelasan
tentang rencana kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang
kemudian dilakukan kontrak dengan klien.
Klen yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang, adapun nama-nama
klien yang akan mengikuti yaitu :
1) Tn. D
2) Tn. Z
3) Tn. A
4) Tn. R
Cadangan :
1) Tn. A
2) Tn. B

E. SETTING
KETERANGAN :
: Perawat
: Pasien

: Leader

: Coleader

: Observer




F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
Kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori : terapi musik
akan dilaksanaakan selama 1 hari, yaitu pada :
Hari, Tanggal : Jumat, 26 September 2014
Waktu : Pukul 10.00 10.30 WIB
Tempat : Ruang Elang
2. Tim terapis :
a. Leader : Rafni Nur Rahmatiani
Tugas :
1) Menyusun rencana TAK
2) Mengarahkan kelompok mencapai tujuan
3) Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim
terapi
4) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
5) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
6) Memotivasi anggota kelompok untuk mengemukakan
pendapat dan memberi umpan balik
7) Sebagai role model
8) Sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
b. Co Leader : Permai Nababan
Tugas : Membantu leader mengatur anggota kelompok
c. Fasilitator : Rizqy A, Waode, M.Irfan, Teresa
Tugas :
1) Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
dan memotivasi
2) Mempertahankan kehadiran anggota
d. Observer : Reviana dan Selpi
Tugas :
1) Mengobservasi respon klien
2) Mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dan
semua perubahan perilaku
3) Klien (jumlah anggota yang hadir, yang terlambat, daftar hadir,
yang memberi ide dan pendapat, topik diskusi, respon verbal
dan non verbal)
4) Memberi umpan balik pada kelompok
5) Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
6) Memprediksi respon anggota kelompok
3. Metoda dan media
Metoda
a. Dinamika kelompok
Metoda yang dilakukan dengan cara menyatukan klien dengan
berbagai masalah keperawatan yang klien alami ditempat yang
telah disediakan oleh panitia yang bertujuan untuk menimbulkan
dinamika kelompok.
b. Diskusi dan tanya jawab
Metoda diskusi dilakukan kepada masing-masing klien bertujuan
untuk menciptakan interaksi antar individu sehingga munculnya
sosialisasi.
c. Stimulus
Tugas terapis membantu anggota kelompok memahami masalah
untuk mencapai penyelesaian masalah.
Media
a. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang mengikuti TAK
b. Speaker
c. Laptop
d. Lembar evaluasi dan dokumentasi
e. Flipchart



G. PROSES PELAKSANAAN
1. Orientasi (10 menit)
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah udah saling mengenal satu sama lain
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan
musik
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
minta izin kepada terapis
Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tata tertib
1) Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2) Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai
3) Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi
4) Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAK berlangsung
5) Jika ingin mengajukan pertanyaan/menjawab pertanyaan,
peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh pemimpin
6) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan
7) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai
8) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun
TAK belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota
2. Kerja (15 menit)
a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri dimulia
dari terapis secara berurutan
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan
c. Terapis dan klien mamakai papan nama
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh
bertepuk tangan atau berjoget sesuai irama laggu. Setelah lagu
selesai klien akan diminta untuk menceritakan isi lagu dan
perasaan klien seteah medengar lagu
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk
tangan. Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis
mengobservasi respon klien terhadap musik
f. Secara bergiliran klien diminta menceritakan isi lagu dan
perasaannya sampai semua klien mendapat giliran
g. Terapis memberikan puian setiap kali klien selesai menceritakan
perasaannya dan mengajak klien lain untuk bertepuk tangan


3. Terminasi (5 menit)
a. Evaluasi respons subjektif klien
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Evaluasi respons objektif
Mengobservasi perilaku klien selama kegiatan yang dikaitkan
dengan tujuan
c. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang
disukai dan bermakn dalam kehidupannya
d. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekerja sama dalam
kelompok
Menyepakati kontrak yang akan datang meliputi hari/tanggal,
waktu dan tempat

H. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi dilakukan disaat TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris mendengar musik,
kemapuan klien diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respon terhadap
musik, memberi pendapat tentang musik yang didengar, dan perasaan
saat mendengar musik. Adapun TAK dikatakan berhasil jika mampu
melakukan 3 dari 4 indikator atau 75-100%, dan tidak berhasil jika 0-50%.
Formulir evaluasi adalah sebagai berikut :

TAK
STIMULASI SENSORIS MENDENGARKAN MUSIK
Aspek yang dinilai
Nama Klien
Tn. Tn. Tn Tn. Tn.
Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir

Memberi respon (ikut
bernyanyi/menari/joget/menggerakkan
tangan-kaki-dagu sesuai irama

Memberi pendapat tentang musik
yang didengar

Menjelaskan perasaan setelah
mendengar lagu



I. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan TAK, kami sadari masih banyak kesalahan dalam
pembuatan proposa ini, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
dari semua pihak dan kami mengucapkan terima kasih pada semua
pembimbing dan rekan-rekan yang sudah berpartisipasi dalam
pembuatan proposal dan pelaksanaan TAK.

J. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
timbre, bentuk dan gaya yang diorganisisr sedemikian rupa hingga
tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental
(Eka, 2011). Christandy Andrean menyatakan bahwa musik memiliki
tiga bagian penting yaitu beat, ritme dan harmoni. Beat
mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan harmoni
mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada
yang teratur, bukan nada-nada miring (Surilena, 2008).Terapi musik
terdiri dari dua hal yaitu aktif dan pasif, dengan pendekatan aktif
maka pasien dapat turut serta aktif berpartisipasi. Misalnya pada saat
mendengarkan musik mereka dapat ikut serta bersenandung, menari,
atau sekedar bertepuk tangan.sedangkan yang sifatnya pasif jika
pasien hanya bertindak sebagai pendengar saja, meski sebagai
motorik mereka tampak pasif, namun sesungguhnya aktivitas
mentalnya tetap bekerja (Kurniawan, 2011).
2. Manfaat Terapi Musik
a. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang
otak
Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh suara musik maupun
suara yang ditimbulkan sendiri. Memainkan musik dapat
membantu menciptakan keseimbangan dinamis antara belahan
kiri otak yang lebih logis dengan belahan otak kanan yanglebih
intuitif, suatu kerja sama diantara keduanya dianggap merupakan
landasan kreativitas.
b. Musik mempengaruhi pernapasan
Pernapasan berbentuk ritmis, dengan memperlambat tempo
musik atau dengar mendengarkan musik yang bunyinya lebih
panjang dan lebih lambat sehingga memungkinkan pikiran
menjadi tenang.

c. Musik mempengaruhi denyut jantung
Denyut jantung menanggapi variabel-variabel musik seperti
frekuensi, tempo dan volume.Semakin cepat musiknya semakin
cepat detak jantungnya. Semakin lambat musiknya, semakin
lambat detak jantungnya. Sama dengan laju pernapasan, detak
jantung yang lebih lambat menciptakan tingkat stress dan
ketegangan fisik yang lebih rendah, menenangkan pikiran, dan
membantu tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Musik
merupakan alat pacu alamiah.
d. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan
koordinasi tubuh
Melalui sistem saraf otonom, saraf pendengaran
menghubungkan telinga dengan semua otot dalam tubuh. Oleh
karena itu kekuatan, kelenturan dan ketegangan otot dipengaruhi
oleh bunyi dan getaran.
e. Musik dapat menaikan tingkat endofrin
Zat-zat kimiawi penyembuhan yang ditimbulkan oleh
kegembiraan dan kekayaan emosional dalam musik
memungkinkan tubuhmenciptakan zat anestetiknya sendiri dan
meningkatkan fungsi kekebalan.
f. Musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan
stress.
Para ahli anestesiologi (pembiusan) melaporkan bahwa kadar
hormon-hormon stress dalam darah menurun secara signifikan
pada orang-orang yang mendengarkan musik.

3. Cara kerja musik sebagai terapi
Mekanisme cara kerja musik sebagai alat terapi yakni
mempengaruhi semua organ sistem tubuh. Menurut teori Candace
Pert bahwa neuropeptida dan reseptor-reseptor biokimia yang
dikeluarkan oleh hypothalamus berhubungan erat dengan kejadian
emosi. Sifat riang/rileks mampu mengurangi kadar kortisol, epenefrin-
norepinefrin, dopa dan hormon pertumbuhan di dalam serum
(Nicholas & Humenick, 2002). Unsur-unsur musik yakni irama, nada
dan intensitasnya masuk ke kanalis auditorius telinga luar yang
disalurkan ke tulang-tulang pendengaran. Musik tersebut dihantarkan
sampai ke thalamus. Musik mampu mengaktifkan memori yang
tersimpan di limbic dan mempengaruhi sistem syraf otonom melalui
neurotransmitter yang akan mempegaruhi hypothalamus lalu ke
hipofisis.
Musik yang telah masuk ke kelenjar hypofisis mampu memberikan
tanggapan terhadap emosional memalui feedback negative ke
kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon epinefrin,
norepinefrin dan dopa yang di sebut hormon stress. Masalah mental
seperti stress berkurang, ketenangan dan menjadi rileks.


K. DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
EGC: Jakarta.
Surilena. 2008. Pengaruh Musik Klasik pada Kecerdasan Anak. EGC:
Jakarta.
Eka, Wahyu. 2011. Terapi Musik untuk Anak Balita. PT. Bumi Aksara :
Jakarta.
Format referensi elektronik,tersedia http://www.keperawatan.unsoed.ac.id
21 September 2014.
Format referensi elektronik,tersedia http://www.library.upnvj.ac.id 24
Setember 2014

Anda mungkin juga menyukai