Anda di halaman 1dari 11

RESUME

KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH:

ENDAH SRI HARYANTI

19.0603.0052

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2020
A. 10 T DALAM PEMERIKSAAN ANC
1. Catat hasil setiap kali melakukan timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Perlu diketahui bahwa menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan ibu
hamil menjadi salah satu pemeriksaan yang dilakukan dalam pertemuan pertama saat
antenatal. Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu hamil
secara konsisten. 

Dokter pun akan bertugas untuk mencatat hasil setiap kali menimbang berat
badan serta mengukur tinggi badan selama masa kehamilan. Hasil pengukuran
nantinya akan digunakan oleh dokter untuk menjadi sebuah acuan apabila terjadi
masalah selama hamil seperti kehamilan dengan obesitas atau mengalami bengkak
saat kehamilan kembar. 

Sebagai bekal pengetahuan perlu diketahui bahwa seorang ibu hamil memiliki
pertambahan berat badan sekitar 0,5 kg setiap bulannya di trimester pertama. Lalu,
berat ibu hamil di trimester kedua dan ketiga bertambah lagi hingga 0,5 kg setiap
minggunya.

Kemudian di akhir kehamilan, ibu hamil akan mengalami pertambahan berat


badan sekitar 20 hingga 90 kg dari berat badan sebelum hamil. Kondisi pertambahan
berat badan ini dianggap normal dan idealnya harus terjadi, sehingga bisa dinyatakan
sehat serta berkembang sesuai tahapan. 

2. Memeriksa tekanan darah secara rutinn

Saat antenatal care berlangsung, maka dokter kandungan juga melakukan


pemeriksaan tekanan darah atau tensi. Pemeriksaan ini termasuk wajib seperti
pengukuran berat badan dan tinggi badan sebelumnya. 

Tekanan darah yang normal berada di angka 110/80 hingga 140/90 mmHg. Perlu
diwaspadai ketika hasil tekanan darah menunjukkan angka lebih dari 140/90 mmHg
karena ibu hamil lebih rentan berisiko mengalami gangguan kehamilan. 

Beberapa dampak buruk akibat kondisi ini yaitu dapat menyebabkan


preeklampsia dan eklampsia. Kedua permasalahan yang bisa terjadi selama masa
kehamilan dapat mengancam kehamilan karena tekanan darah tinggi (hipertensi).
Kalau kondisinya sudah begini, sebaiknya perlu rutin berkonsultasi dengan dokter
agar mendapatkan solusi yang tepat. 
3. Melakukan pengukuran tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilanr.com

Menentukan usia kehamilan bisa dilakukan dengan memeriksa dan mengukur


tinggi fundus uteri. Perlu diketahui bahwa tinggi puncak rahim dalam sentimeter (cm)
akan disesuaikan dengan usia kehamilan. 

Ukuran puncak rahim bisa dikatakan normal apabila sesuai dengan tabel ukuran
fundus uteri, namun ada toleransi perbedaan ukuran sekitar 1-2 cm. Bila saat
pengukuran rahim diketahui terjadi perbedaan lebih kecil sekitar 2 cm dari usia
kehamilan, maka ini bisa menjadi tanda bahwa ada kemungkinan pertumbuhan janjn
mengalami gangguan. 

4. Melakukan skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
(TT)

Pix Kesehatan selama masa kehamilan memang perlu diperhatikan agar pertumbuhan
dan perkembangan janin tetap sehat. Sebelum melakukan imunisasi tetanus toksoid,
Maka perlu menjalani proses skrining untuk mengetahui dosis serta status imunisasi
tetanus toksoid yang telah diperoleh sebelumnya. 

Selain itu, ibu hamil perlu mengetahui juga bahwa imunisasi tetanus toksoid akan
semakin efektif ketika dilakukan minimal 2 kali dengan jarak antar imunisasi berkisar
4 minggu. 

Vaksin TT (Tetanus Toksoid) dilakukan sebanyak 5 kali dengan selang waktu yang
berbeda-beda, seperti: 

a. TT1 : dilakukan pada saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada saat kehamilan

b. TT2 : dilakukan 4 minggu setelah TT1

c. TT3 : dilakukan 6 bulan setelah TT2

d. TT4 : dilakukan 1 tahun setelah TT3

e. TT5 : dilakukan 1 tahun setelah TT4

5. Pemberian tablet zat besi untuk rutin dikonsumsiStevepb

Kebutuhan zat besi selama masa kehamilan memang diperlukan agar


pertumbuhan dan perkembangan si Kecil bisa semakin optimal. Untuk itu, dokter pun
akan memberikan resep berupa tablet zat besi agar bisa dikonsumsi setiap hari oleh
ibu hamil.  Secara umum, zat besi yang diberikan oleh dokter biasanya berjumlah
minimal 90 tablet dan maksimal dikonsumsi satu tablet saja setiap harinya selama
hamil. 
6. Pengukuran status gizi untuk mencegah dampak buruk pada kelahiran bayi

Fre Pengukuran status gizi selama masa kehamilan perlu dilakukan sejak ini agar
dapat mendetekai adanya kekurangan gizi. Untuk meminimalisir dampak buruk ke
depannya, maka akan melakukan pengukuran status gizi. 

Pengukuran status gizi ini dapat mengurangi kemungkinan bayi terlahir dengan
berat badan yang rendah dari angka normal. Cara pengukuran status gizi ini dilakukan
dengan mengukur lingkar lengan atas serta jarak pangkal bahu ke ujung siku
menggunakan alat bernama pita ukur. 

Demi meningkatkan gizi selama masa kehamilan, sebaiknya tetap mengonsumsi


berbagai asupan makanan dan minuman yang menyehatkan tubuh.

7. Tes laboratorium dapat meminimalisir segala kemungkinan terhadap penyakit 

Pix Selama pemeriksaan antenatal, dokter umumnya akan mengambil sampel dari
tubuh ibu hamil untuk keperluan tes laboratorium melalui tes rutin maupun khusus.
Tes laboratorium ini tentu bermanfaat karena dapat mencangkup beberapa
pemeriksaan seperti:

a. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus

b. Pemeriksaan kadad hemoglobin

c. Pemeriksaan dengan tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya

d. Pemeriksaan dengan tes rapid untuk malaria

Berbagai pemeriksaan ini tentu dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil serta
janin di dalam kandungan agar semakin terjaga. 

8. Melakukan pemeriksaan terhadap presentasi janin dan denyut jantung janin

Pemeriksaan denyut jantung biasanya dapat terjadi saat usia kehamilan telah
memasuki minggu ke-16. Pemeriksaan ini sangat penting karena bisa
memberitahukan kondisi terkini dari bayi saat masih di dalam perut. 

Beberapa manfaat yang bisa diketahui usai melakukan pemeriksaan ini yaitu
dapat memantau, mendeteksi dan menghindari faktor risiko kematian prenatal saat
hamil. Biasanya ini dapat terjadi karena disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
cacat bawaan, hipoksia hingga infeksi. 

9. Tatalaksana kasus selama menjalani antenatal care

Fre Setiap ibu hamil itu berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai
selama menjalani masa-masa kehamilan. Untuk itu, jika suatu ketika hasil tes
menunjukkan ada berbagai risiko tinggi yang dapat terjadi pada janin di dalam
kandungan, maka pihak rumah sakit akan menawarkan untuk segera mendapatkan
tatalaksana kasus.

Melalui fasilitas kesehatan yang selalu memberikan yang terbaik. Semoga ini bisa
terus memotivasi Mama selama menjalani masa-masa kehamilan hingga proses
persalinan ke depannya. 

10. Temu wicara selama antenatal care perlu digunakan dengan baik

Temu wicara atau konseling setiap kali mendapatkan kesempatan untuk


kunjungan antenatal care perlu dilakukan dengan baik. Ibu hamil berhak
berkonsultasi mengenai apa saja kepada pihak dokter termasuk segala keluhan yang
terjadi selama masa kehamilan. 

Saat melakukan temu wicara, ibu hamil seringkali bertanya mengenai pencegahan
komplikasi kehamilan, masalah kesehatan bahkan mengenai perencanaan persalinan
yang diinginkan oleh ibu hamil agar tetap merasa nyaman. 

Layanan temu wicara ini  juga diperlukan untuk menyepakati rencana-rencana


kelahiran, rujukan bila diperlukan, bimbingan pengasuhan bayi saat sudah terlahir dan
pemakaian KB pasca persalinan.

B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS SELAMA MASA KEHAMILAN ( 3 TRI MESTER )


1. Trimester Pertama
Pada trimester pertama, akan terlihat perubahan yang amat kecil pada tubuh,
meskipun janin yang dikandung tumbuh dan berubah amat cepat. Selama periode ini,
hanya terjadi sedikit kenaikan berat badan tidak melibihi 2,25 kg selama 13 mg, perut
akan berubah karena pembesaran Rahim 7,6 cm di bawah pusar. Janin belum
bergerak dimasa ini.
Penyesuaian diri dengan aktivitas dan perubahan fisik juga dirasa dapat
mempengaruhi sisi psikologis bumil. Morning sickness yang diikuti dengan gejala
muntah dan mual diawal kehamilan membuat suasana hati bumil berubah, akibatnya
bumil jadi lebih sensitif.

2. Trimester Kedua
Pada trimester kedua , mulai terjadi perubahan pada tubuh. Pada akhir trimester
kedua, Rahim akan membesar sekira 7,6 cm diatas pusar. Pertambahan berat badan
rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai
aktif bergerak pada periode ini.
Pada periode ini ibu hamil akan membutuhkan lebih banyak atensi dari
lingkungan dan membutuhkan perhatian lebih dari suami, merasa bergantung pada
pasangan yang menyebabkan dorongan seksual meningkat dan sering
mempertanyakan kehadiran pasangan. Melakukan nhal hal yang menyenangkan
bersama pasangan serta memanjakan diri dan meningkatkan penampilan menjadi
solusi untuk ibu hamil pada trimester kedua.
3. Trimester Ketiga
Pada trimester ketiga, akan mengalami banyak perubahan fisik karena bayi
bertumbuh pesat. Menjelang persalinan, Rahim membesar 16,5 – 20,3 cm diatas
pusar. Bobot bayi bertambah pesat ,meskipun berat badan badan ibu stabil. Total
berat badan ibu hamil antara 11,25 -15,75 kg.
Trimester ketiga lebih fokus kepada perubahan fisik yang semakin terlihat. Lalu,
mulai adanya keterbatasan fisik dan aktivitas yang dialami oleh ibu hamil sehingga
membuatnya tak nyaman saat berada di lingkungan sekitar. Bumil juga akan
merasakan kecemasan-kecemasan mengenai cara melahirkan, kondisi fisik bayi
nantinya saat lahir, rasa takut sakit yang dialami oleh para ibu yang melahirkan, serta
kekhawatiran kelancaran saat melahirkan.
Hal yang dilakukan pada ibu hamil memasuki kandungan ini adalah dengan
memperbanyak edukasi mengenai proses melahirkan serta mencari tahu apa yang
harus disiapkan menjelang kelahiran dan memperbanyak relaksasi
C. ASKEP KEHAMILAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien : Identitas berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
agama,suku/bangsa, alamat dan status.b)
b. Keluhan Utama: Klien mengatakan mual-mual dan muntahc)
c. Riwayat Menstruasi: meliputi menarche usia, siklus, lamanya,banyaknya,
HPHT, perkiraan persalinan, FlourAlbus.d)
d. Riwayat obstetri yang lalu: meliputi kehamilan keberapa, umurkehamilan,
penyulit kehamilan, jenis persalinan, penolong, jeniskelamin anak dan masa
nifas.
e. Riwayat kontrasepsi: Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya
pemakaian dankeluhan yang dirasakan selama memakai alat kontrasepsi.
f. Riwayat Penyakit Keluarga: Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan wanita dan
pasangannya,pendidikan, status perkawinan, latar belakang budaya dan etnik,
sertastatus sosioekonomi, ditetapkan dalam riwayat social.Riwayat keluarga
memberikan informasi tentang dekat pasien,termasuk orang tua, saudara
kandung dan anak-anak.
2. Pemeriksaan ANC
Data yang diikumpulkan tanggal pemeriksaan, TFU, letak anak,DJJ, oedema, reflex
tungkai, TD, BB, keluhan UK (minggu) dan terapiyang didapat.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) Kepala
2) Mata
3) Leher
4) Kardiovaskuler
5) Pencernaan/abdomen
6) Ekstremitas
7) Sistem persyarafan
8) Genito urinaria
9) Pemeriksaan janin
10) Tinggi badan
11) Berat badan sebelum hamil- Berat badan sekarang
12) Lila
13) Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil pemeriksaan laboratorium selama hamil khususnyahematokrik
(menggambarkan anemia).
2) Waktu masuk ruang bersalin ulangi lagi pemeriksaan Ht,Urinalis untuk
protein, glukosa dan keton. Contoh darah perludiambil untuk crossmatching
untuk persiapan bila adatransfusi.
3) Pengkajian khusus fetal
a) DJJ, air ketuban dan penyusupan kepala janin.
b) DJJ : hasil periksa setiap 30 menit atau lebih sering jika adatanda-tanda
gawat janin.
c) Warna dan adanya air ketuban : penilaian air ketuban setiapkali
melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna airketuban jika selaput
ketuban pecah.
d) Molase atau Penyusupan tulang kepala janin. Penyusupanadalah
indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayidapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang)panggul ibu

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b/d lingkungan yang tidak familier, nyeri, atau kurang
pengetahuan tentang proses persalinan
b. Nyeri akut b/d agen cedera
5. Intervensi

Diagnose keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Ansietas berhubungan dengan Noc: Anxiety Reduction (penurunan
lingkungan yang tidak familier,  Anxiety Level kecemasan)
nyeri, atau kurang pengetahuan  Social Axiety level  Gunakan pendekatan yang
tentang proses persalinan Kriteria Hasil: menenangkan
 Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan gejala pasien
cemas  Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
mengungkapkan serta selama prosedur
menunujukan teknik untuk  Pahami prefektif pasien
mengontrol cemas terhadap situasi stres
 Vital sign dalam mengontrol  Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan dan
 Postur tubuh, expresi wajah mengurangi takut
dan tingkat aktifitas  Lakukan Back/ Neck rub
menunjukan berkurangnya  Dengarkan dengan penuh
kecemasan perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketkutan dan persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaxasi

Relaxation Therapy
 Jelaskan alasan untuk
mengenal relaxasi dan
manfaat, batas dan jenis
relaksasi yang tersedia
 Menciptakan lingkungan
yang tenang, dengan
cahaya redup dan suhu
sentyaman mungkin
Nyeri akut berhubungan dengan Noc: Pain Management
agen cedera  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
 Pain control, secara komprehensif
 Comfort level termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi,
 Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab nyeri, faktor presipitasi
mampu menggunakan tehnik  Observasi reaksi nonverbal
nonfarmakologi untuk dari ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari  Gunakan teknik komunikasi
bantuan) terapeutik untuk
 Melaporkan bahwa nyeri mengetahui pengalaman
berkurang dengan nyeri pasien
menggunakan manajemen  Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon
 Mampu mengenali nyeri nyeri
(skala, intensitas, frekuensi  Evaluasi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri) masa lampau
 Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi bersama pasien
setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
 Tanda vital dalam rentang tentang ketidakefektifan
norma kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

Anda mungkin juga menyukai