Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn M DENGAN CHF DAN BRPN


DI KAMAR 9B BANGSAL EDELWEIS
RS HARAPAN MAGELANG

STASE : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (DALAM)

Oleh Kelompok:
Dwi Istutik 21.0604.0015
Islamiyah 21.0604.0020
Rafika Rahmawati 21.0604.0037
Dhian Dwi Hartini 21.0604.0063
Eva Aprilia San 21.0604.0066
Ilham Prasetyawan Suhada 21.0604.0074

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
A. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan
atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
B. Anatomi dan Fisiologi Jantung
a. Anatomi jantung
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran melalui
seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah ke jantung.
kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas
dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya diatas, dan
puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-
kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-paru dan
dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan

kedudukan jantung dalam perbandingan terhadap sternum,iga-iga, dan tulang rawan


konstal.

Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :

1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang samma dengan


perikardium viseral.
2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam
menentukan kekuatan kontraksi.
3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.
Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui bilik
jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup semilunar.
Gambar. Katup jantung

1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini


memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel saat
diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup
atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup biskuspidalis. Katup
triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup mitral memiliki 2 buah dauh katup
dan terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri
2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonaris disebut
katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi ventikel kiri dan aorta disebut
katup semilunar aorta. Adanya katup ini memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel
dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel
Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga kanan dan
kiri dipisahkan oleh septum.

b. Fisiologi jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk
yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua atrium,
yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan
kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu
kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan
satu periode diastole ( saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai
dengan depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan
keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti systole ventrikel sehingga
ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri.
Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi.
Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup atrioventrikuler kanan
dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta
dan pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke
arteri. Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah
ke atrium dan siklus kembali.
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama satu menit.
Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit dan stroke volume.
Isi sekuncup ditentukan oleh :
1. Beban awal (pre-load)
a. Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung memanjang
atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah jumlah darah yang
berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
b. Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah dari
pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang beredar serta
tonus otot.
c. Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium
d. Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium)
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
peregangan ini makin panjang.
e. Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin besar
pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah jantung. pada
keadaan preload terjadi pengisian besar pula volume darah yang masuk
dalam ventrikel.
f. Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam keadaan
tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm, kekuatan kontraksi
berkurang sehingga akan menurunkan isi sekuncup
2. Daya kontraksi
a. Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
b. Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi
jantung.
3. Beban akhir
a. After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel
selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel melalui katup
semilunar aorta.
b. Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya akibat
hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir.
c. Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan mengakibatkan
penurunan isi sekuncup.
d. Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml sehingga
curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup tetapi
dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.
e. Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan saat
tidur curah jantung akan menurun.
C. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani,
2016).
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1. Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus paten
2. Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3. Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, gagal


jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :

a. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan
penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun .
b. Aterosklerosis koroner Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium
menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang
abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) Meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya
infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial
maupun aritmia ventrikel
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis
aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
D. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1. Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau
“gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2. Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3. Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4. Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6. Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas, sianosis,
kulit pucat atau dingin dan lembab.
8. Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
1. Edema ekstremitas bawah
2. Distensi vena leher dan escites
3. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena dihepar.
4. Anorexia dan mual
5. Kelemahan
E. Klasifikasi gagal jantung
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA),
sebagai berikut:

Kelas 1 Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan
dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan

Kelas 2 Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi


aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.

Kelas 3 Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa nyaman ketika


beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.

Kelas 4 Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak
nyaman : gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat
istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan
aktifitas fisik apapun

Sumber : (Aspani, 2016).


F. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ pemompa,
sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen
pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami
payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua
respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital
normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas
neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal
jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup
yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada
setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang
mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol).
Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan.
Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan .

G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung
kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1. Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama
EKG)
2. Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3. Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal
terapi diuretik
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
j. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid
sebagai pencetus gagal jantung
I. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik,
angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor
blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian
laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring,
perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-
obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
1. Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2. Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama :
1. Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2. Lelah, pusing
3. Nyeri dada
4. Edema ektremitas bawah
5. Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6. Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-
gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk,
dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu
pasien
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah
pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi,
DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum
oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga
alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pengkajian data
1. Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,
pucat.
3. Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4. Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5. Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6. Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7. Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8. Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan Darah Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b. Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau
takikkardi)
c. Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien :
respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d. Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
3. Head to toe examination :
a. Kepala : bentuk , kesimetrisan
b. Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c. Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d. Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e. Muka; ekspresi, pucat
f. Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g. Dada: gerakan dada, deformitas
h. Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i. Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan
j. Pemeriksaan khusus jantung :
1. inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal : ICS ke5)
2. Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel
3. Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa Kanan atas : SIC
II Linea Para Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para
Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra Kiri
bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
4. auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular,
yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan
systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)

4. Pemeriksaan penunjang

a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema


atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung


dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram

c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap


lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin
meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien


terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler


2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis: nyeri saat bernafas)
3. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload / perubahan afterload /
perubahan kontraktilitas
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Mis: Iskemia)
5. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh


perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan
SIKI adalah :

Diagnosa . Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan

Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)


pertukaran gas
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi irama,
b.d perubahan keperawatan diharapkan
kedalaman dan upaya
membran pertukaran gas meningkat.
nafas
alveolus-kapiler Kriterian hasil : (Pertukaran
2. Monitor pola nafas
gas L.01003)
3. Monitor kemampuan
1.Dipsnea menurun 2.bunyi
batuk efektif
nafas tambahan menurun
4. Monitor nilai AGD
3.pola nafas membaik
5. Monitor saturasi oksigen
4.PCO2 dan O2 membaik 6. Auskultasi bunyi nafas
7. Dokumentasikan hasil
pemantauan
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
9. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
1.10 Kolaborasi
penggunaan oksigen saat
aktifitas dan/atau tidur
Pola nafas tidak Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor pola nafas
hambatan upaya keperawatan diharapkan
(frekuensi, kedalaman,
nafas (mis: pola nafas membaik.
usaha nafas)
nyeri saat Kriteria hasil :
2. Monitor bunyi nafas
bernafas) (pola nafas L.01004) tambahan (mis: gagling,
1. Frekuensi nafas dalam mengi, Wheezing, ronkhi)
rentang normal 3. Monitor sputum (jumlah,
2. Tidak ada pengguanaan warna, aroma)
otot bantu pernafasan 4. Posisikan semi fowler atau
3. Pasien tidak fowler
menunjukkan tanda dipsnea 5. Ajarkan teknik batuk
efektif
6. Kolaborasi pemberian
bronkodilato, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu.

Penurunan Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)


curah jantung
setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda/gejala
b.d perubahan
keperawatan diharapkan primer penurunan curah
preload/
curah jantung meningkat. jantung
perubahan
2. Identifikasi tanda/gejala
afterload/ Kriteria hasil : (curah
sekunder penurunan curah
perubahan jantung L.02008)
jantung
kontraktilitas
1.Tanda vital dalam rentang 3. Monitor intake dan output
normal cairan
4. Monitor keluhan nyeri
2.Kekuatan nadi perifer
dada
meningkat
5. Berikan terapi terapi
3. Tidak ada edema relaksasi untuk
mengurangi strees, jika
perlu
6. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
7. Anjurkan berakitifitas
fisik secara bertahap
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

Nyeri akut b.d Tujuan : (Manajemen nyeri I.08238)


agen pencedera
setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis
keperawatan diharapkan karakteristik nyeri, durasi,
tingkat nyeri menurun. frekuensi, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : Tingkat
3. Identifikasi faktor yang
nyeri (L.08066)
memperberat dan
1. Pasien mengatakan nyeri memperingan nyeri
berkurang dari skala 7 4. Berikan terapi non
menjadi 2 farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.Pasien menunjukkan
5. Kontrol lingkungan yang
ekspresi wajah tenang
memperberat rasa nyeri
3.Pasien dapat beristirahat (mis: suhu ruangan,
dengan nyaman pencahayaan,kebisingan)
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Intoleransi Tujuan : (Manajemen energi I.050178)


aktifitas b.d
setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kelelahan fisik
kelemahan
keperawatan diharapkan dan emosional
toleransi aktifitas 2. Monitor pola dan jam
meningkat.
Kriteria hasil : Toleransi tidur
aktivitas (L.05047) 3. Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
1. kemampuan melakukan
stimulus (mis: cahaya,
aktifitas sehari-hari
suara, kunjungan)
meningkat 2.Pasien Mampu
4. Berikan aktifitas distraksi
berpindah dengan atau
yang menenangkan
tanpa bantuan 3.Pasien
5. Anjurkan tirah baring
mangatakan dipsnea saat
6. Anjurkan melakukan
dan/atau setelah aktifitas
aktifitas secara bertahap
menurun
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai


setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah


kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas tinggi
gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering dan
produktif (Hidayat, 2009 dalam Dewi & Erawati, 2016).
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran pernapasan melalui
hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Riyadi, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai penyebaran
bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer, 2003 dalam Dewi & Erawati, 2016).

2. Etiologi
Etiologi terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa faktor.
Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:
a. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza, dan
Klebsiela mycoplasma pneumonia.
b. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
c. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
d. Protozoa : penumokistis katini
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin).
(Riyadi, 2011 dalam Dewi & Erawati, 2016)
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain :
a. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
b. Kekurangan nutrisi
c. Tidak mendapat asi yang cukup
d. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.
b. Demam (39 ⁰C – 40 ⁰C) kadang- kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
c. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk, yang
dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
e. Kadang - kadang disertai muntah dan diare.
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan
ateletaksis absorbs
i. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : nyeri pleuritik, nafas dangkal
dan mendengkur, takipnea (nafas cepat)
j. Gerakan dada tidak simetris.
k. Diaforesis
l. Anoreksia
m. Malaise
n. Batuk kental, produktif. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat.
(Wijyaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus
ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produktif ronchi
positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradanan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi Merah (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit, dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit
di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis diabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produkif, ronchi positif dan
mual.
(Wijayaningsih, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

5. Pathways
Virus, bakteri, jamur
(penyebab)

Invasi saluran nafas atas


Kuman berlebih Kuman terbawa ke Infeksi saluran nafas
di bronkus saluran cerna bawah

Proses peradangan Infeksi saluran cerna Dilatasi Peradangan


Pembuluh
Akumulasi sekret Peningkatan flora darah Peningkatan
di bronkus normal di usus suhu tubuh
Eksudat masuk
Peristaltik usus Alveoli Hipertermi
Ketidakefektifan Mukus di
bersihan jalan Bronkus Malabsorpsi
Gangguan difusi
nafas Gas Suplai O2
Frekuensi BAB >3x/hari dalam darah

Bau mulut Gangguan Hipoksia


tak sedap pertukaran
Kekurangan
volume cairan
gas Fatique
Anoreksia
Intoleransi
Intake aktivitas

Ketidakefektifan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

(Nurarif & Kusuma, 2015)

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
c. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2.
e. LED meningkat.
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
g. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sistoplasmik.
(Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah
1. Pasien diposisikan semi fowler 45⁰ untuk inspirasi maksimal.
2. Pemberian oksigen 1-5 lpm.
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodilator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai
pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak ada
komplikasi lain.
6. Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioterapi dada

8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut:
a. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan sekret akibat
berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini
menyebabkan obstruksi bronkus intrinsic.
b. Emfisema
Adalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endocarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.

f. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah, 2012 dalam Dewi & Erawati, 2016).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Umur : Bonkopnemonia merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus
yang sering menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun dan pada lansia
> 65 tahun.
2) Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita
bronkopneumonia
3) Tempat tinggal : penyakit ini di temukan pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurangnya ventilasi pada rumah.
b. Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, flu dan badanya panas
(peningkatan suhu tubuh)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pilek, sianosis dan
lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan kurang pengetahuan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas riwayat
penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan panjang yang di
sertai degan wheezing pada pneumonia
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain (yang
tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri, virus, dan
jamur
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan kimia
dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi dan
melalui percikan mukus.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh, batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood / B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak mengalami
pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya
tidak di temukan.
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif wajah
klien tampak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder / B4)
Tidak ada gangguan elminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena awal
terjadinya syok.
6) Pencernaan / Gastrointestinal (Bowel / B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone / B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
h. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas, distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembaban kulit, tanda-
tanda perdarahan eksternal dan internal

4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan
responnya terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
c. Intoleransi aktivitas (D.0056)

3. Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

NO SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan Setelah dilakukan 1. Observasi respirasi
jalan nafas tindakan keperawatan rate dan heart rate
tidak
selama 3x24 jam 2. Latih nafas dalam
efektif
(D.0001) diharapkan bersihan dengan cara tiup
jalan nafas meningkat balon
dengan kriteria hasil : 3. Motivasi pasien
1. RR dalam batas banyak minum
normal (30- 4. Edukasi
40x/menit) 5. keluarga untuk
2. HR dalam batas melatih nafas dalam
normal (90- 6. Kelola pemberian
120x/menit) nebulizer
3. Tidak terdapat
penggunaan otot-
otot tambahan
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
NO SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan Setelah dilakukan (Pemantauan Respirasi
pertukaran tindakan keperawatan I.01014)
gas
selama 3x24 jam
(D.0003) 10. Monitor frekuensi
diharapkan gangguan
irama, kedalaman dan
pertukaran gas terarasi
upaya nafas
dengan kriteria hasil :
11. Monitor pola nafas
Kriterian hasil :
12. Monitor kemampuan
1. Dipsnea menurun
batuk efektif
2. bunyi nafas
13. Monitor nilai AGD
tambahan menurun
14. Monitor saturasi
3. pola nafas
oksigen
membaik
15. Auskultasi bunyi
4. PCO2 dan O2
nafas
membaik
16. Dokumentasikan hasil
pemantauan
17. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
18. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
19. Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktifitas dan/atau
tidur

c. Intoleransi aktivitas (D.0056)


NO SDKI SLKI SIKI
1 Intoleransi Setelah dilakukan 7. Manajemen energy
aktivitas tindakan keperawatan 8. Identifikasi gangguan
(D.0056) selama 3x24 jam fungsi tubuh yang
diharapkan toleransi mengakibatkan
aktivitas meningkat kelelahan
dengan kriteria hasil : 9. Monitor pola jam
5. Kemudahan dalam tidur
melakukan 10. Monitor kelelahan
aktivitas fisik da emosional
meningkat (5) 11. Anjurkan tirah baring
6. Kekuatan otot 12. Anjurkan melakukan
bagian atas dan aktivitas secara
bawah meningkat bertahap
(5) 13. Sediadakan
7. Keluhan lelah lingkungan nyaman
menurun (5) dan rendah stimulus
8. Dispnea saat 14. Lakukan latihan
aktivitas menurun rentang gerak pasif
(5) atau aktif
15. Berikan aktivitas
ditraksi yang
menenangkan
16. Fasilitasu duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berjalan
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam.
Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima. Missouri:
Mosby Elsevier
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: MediAction Publishing
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan keperawatan ada anak. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, Dewi & Meira Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Kelompok Dalam


Semester / Tingkat : 2/I
Tempat Praktek : Kamar 9A Bangsal Edelweis RS Harapan Magelang
Tanggal Pengkajian : Senin, 14 Febuari 2022 jam 14:30
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : Tn M
2. Umur : TTL 29 Oktober 1960/ 61 tahun
3. Alamat : Jagoan 3 RT 5 RW 8 Jurang Ombo UtaraMagelang.
4. Pekerjaan : Pensiunan
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk RS : Minggu, 13 Febuari 2022 jam 10:30
7. Nomor Rekam Medis : 180572
8. Diagnosa Medis : CHF dengan BRPN
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum
a) Alasan masuk rumah sakit: klien datang ke igd RS Harapan
dengan keluhan sesek nafas ngos-ngosan, batuk, kedua kaki
bengkak, perut membesar, kembung dan badan terasa panas..
b) Tekanan darah : 155/80 mmhg
c) Nadi : 99 kali/menit
d) Suhu : 40,8 0c
e) Respirasi : 28 kali/menit
f) Spo2 : 99%
b. Riwayat masa lalu ( penyakit, kecelakaan dll): riwayat panas dan nafas
sesek sudah 5 hari yang lalu.
c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1 Paracetamol 3X500mg Obat beli


diapotik

d. Kemampuan mengontrol kesehatan


a) Yang dilakukan bila sakit : periksa ke praktek dokter terdekat.
b) Pola hidup ( konsumsi alcohol/ olah raga): tidak mengkonsumsi
alcohol dan hanya melakukan jalan-jalan pagi.
e. Faktor social ekonomi( penghasilan/ asuransi kesehatan,dll): memakai
asuransi BPJS Kelas 1.
f. Pengobatan sekarang
No Nama Dosis Kandungan Manfaat
obat

1 Futrol 15 Futrolit infus digunakan Memenuhi kebutuhan


it TPM untuk memenuhi karbohidrat, cairan,
infus kebutuhan karbohidrat, dan elektrolit pada
cairan, dan elektrolit sebelum, selama, dan
pada sebelum, selama, sesudah operasi.
dan sesudah operasi.
Mengatasi kondisi
Infus ini termasuk
dimana sejumlah
dalam golongan obat
cairan dan sodium
keras yang harus
tubuh hilang dalam
menggunakan resep
jumlah yang
dokter. Futrolit infus
seimbang (dehidrasi
mengandung natrim,
isotonik) dan
kalium, kalsium,
kehilangan cairan
magnesium, natrium
yang berada di luar
klorin, dan asetat
sel (cairan
ekstraseluler).

2 Ceftri 2x1 Antibiotic golongan Mengobati infeksi


axone gram sefalosporin generasi bakteri
injeks ketiga
i

3 Furos 3x1 Mengandung diuretic Mengeluarkan


emide ampul kelebihan cairan
injeks lewat urine
i
4 Parac Kalau Paracetamol 1gr Menurunkan panas
etamo perlu
l infus

5 Metil 2x62, Mengandung Metil Meredakan


predni 5mg prednisolone. peradangan
solon
injeks
i

6 Nebul 3x1 Meprovent Sebagai


ezer mengandung bronkhospasmepada
Mepr ipratropium bromide penyakit paru-paru
oven dan salbutamol
dan
pulmi
cot

g. Riwayat imunisasi
Tidak ada riwayat imunisasi.
Jenis imunisasi Ke 1 Ke 2 Ke 3

BCG Umur
Oleh
Komplikasi

Hepatitis B Umur Umur Umur


Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi

DPT Umur Umur Umur


Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi

Polio Umur Umur Umur


Oleh Oleh Oleh
Komplikasi Komplikasi Komplikasi

Cmpak Umur
Oleh
Komplikasi

Imunisasi lain Jelaskan


yang pernah
dijalankan

2. NUTRITION
a. A ( Antropometri) meliputi BB,TB,LK,LD,LILA,IMT:
1) BB biasanya 60 kgDan BB sekarang 60 kg
2) Lingkar perut : tidak terkaji
3) Lingkar kepala : tidak terkaji
4) Lingkar dada: tidak terkaji
5) Lingkat lengan atas : tidak terkaji
6) TB: 160 cm
7) IMT : 60/ 155cmx155cm=60kg/1,6x1,6m= 60/2,56= 23,43 ( normal)
b. B( Biochemical) meliputi data labolatorium yang abnormal:
SGOT :86,2 u/l
SGPT: 48,7 u/l
c. C( Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut,turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
Rambut hitam beruban, lurus, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
d. D ( Diet) meliputi nafsu jenis frekuensi makan yang diberikan selama
dirumah sakit:
Makan 3 kali sehari di rumah sakit dengan porsi sedang jenis bubur, lauk,
sayur buah. : nafsu makan bagus, 3 kali sehari sesuai dengan jadwal rs
porsi hanya sedikit berkurang.bubur lauk dan sayur serta buah.
e. E( Energi) meliputi kemampuan klien dalam beraktivitas selama di RS :
Klien hanya tertiduran di tempat tidur, jarang bergerak dikarenakan sesak
nafas dan kaki bengkak.
f. F( Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi( kemampuan menelan,
mengunyah dll):
proses menelan dan mengunyah tidak mengalami kelainan.
a. Penilaian statsu gizi: pola asupan makanan selama di RS baik tidak ada
penurunan dalam asupan makanan.
g. Pola asupan cairan: minum makan dan infus.
h. Cairan masuk:
Hari 1:
Cairan masuk=oral+enteral+parenteral+ air metabolisme(5ccxBB)
Total masuk infus dalam 24 jam =500 cc, minum = 400cc, injeksi= 14cc
Total cairan masuk= 500+400+14+ (5ccx60)=914+300= 1214cc
Hari ke 2
Total cairan masuk= 600cc+ 1000cc+ 300=1900cc
Hari ketiga
Total cairan masuk= 500cc+ 1000cc+ 300=1800cc
i. Cairan keluar:
Hari 1
Cairan keluar=BAB+urin+NGT+muntah+drain+IWL( 15ccxBB/24)
Total urine = 610cc, iwl= 900tinja= -
Total cairan keluar= 610+ ( 15ccx60)=610+ 900=1510cc
Hari ke dua
Total cairan keluar= 1100cc+ 900= 2000cc
Hari ketiga
Total cairan keluar= 1050cc+ 900= 1950cc
j. Penilaian status cairan ( balance cairan):
Hari pertama
Masuk=1214cc
Keluar= 1510ccBalance cairan = 1214-1510= - 296cc
Hari kedua
Balance cairan = 1900-2000= -100cc
Hari ketiga
Keluar= 1800-1950= - 150cc
k. Pemeriksaan:
a) Abdomen inspeksi : simetris, kondisi dinding perut dalam batas normal
perut membesar.
b) Auskultasi: peristaltic usus 20x/menit
c) Palpasi : tidak terasa nyeri pada palpasi
d) Perkusi ukuran lien normal, ada cairan, bunyiredup,
3. ELIMINATION
a. Sistem urinary
1) Pola pengeluaran urine( frekuensi,jumlah,ketidaknyamanan): bak
siang hari kurang lebih 5 kali malam 1 kali dengan jumlah kurang
lebih 120 ml. tidak ada gangguan dalam proses eliminasi.
2) Riwayat kelainan kandung kemih: tidak ada
3) Pola urine ( jumlah, warna,kekentalan,bau): 5 kali siang hari untuk
malam 1 kali, warna kekuningan jernih bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada retensi maupun
distensi
b. Sistem gastroentestinal
1) Pola eliminasi : bab setiap hari 1 kali konsistensi lembek, warna
kuning feses.
2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi: tidak mengalami
konstipasi.
c. Sistem integument
1) Kulit(integritas kulit/ hidrasi/ turgor/ warna/ suhu): akral hangat,
turgor kulit kemerahan kulit terasa hangat.
4. ACTIVITY/ REST
a. Istirahat/ tidur
1) Jam tidur: selama di rs banyak tidur, siang kira-kira 2 jam untuk
malam kira-kira 8 jam
2) Insomnia: Klien mengatakan sulit untuk memulai tidur dan sering
terjaga dimalam hari karena sesak nafas.
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: berdoa sebelum tidur.
b. Aktivitas
1) Pekerjaaan: pensiunan
2) Kebiasaan olah raga: jarang berolah raga.
3) ADL
a) Makan: makan dibantuan keluarga.
b) Toileting: dengan bantuan keluarga dan perawat terpasang DC.
c) Kebersihan: terjaga kebersihannya
d) Berpakaian: dalam berpakaian klien dibantu perawat ataupun
keluarganya.
4) Kekuatan otot: kekuatan otot klien mengalami kelemahan.dengan nilai
kekuatan otot 4.
5) ROM: pasif/aktif: Pasif
6) Resiko untuk cidera: resiko terjadinya cidera.
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung: ada
2) Edema ekstremitas: odema pada kedua kaki
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring 155/80mmhg.
b) Duduk : tidak terkaji
4) Tekanan vena jugularis:-
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat.
b) Palpasi: ictus cordis teraba atau tidak: teraba
c) Perkusi : terdengar bunyi Pekak
d) Auskultasi : irama jantung ireguler
d. Pulmonary respons
1) Penyakit system nafas: ada ( brpn)
2) Penggunaan o2: memakai o2
3) Kemampuan bernafas : ada keluhan sesak nafas.bunyi nafas Wheezing.
4) Gangguan pernafasan(batuk, suara nafas, sputum,dll):ada batuk
berdahak.
5) Pemeriksaan paru-paru:
a) Inspeksi: dada simetris
b) Palpasi: tidak teraba masa di dada
c) Perkusi: redup
d) Auskultasi: irama pernafasan cepat dan dangkal bunyi nafas
Wheezing
5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi/ kognisi
a) Tingkat pendidikan : sarjana
b) Kurang pengetahuan : mengerti tentang hipertensi yang dideritanya,
rutin kntrol di dokter terdekat.
c) Pengetahuan tentang penyakit : mengerti tentang hipertensi yang
dideritanya.
d) Orientasi ( waktu,tempat orang): mengetahui tempat dan waktu dengan
tepat.
b. Sensasi/persepsi
a) Riwayat penyakit jantung : ya
b) Sakit kepala : tidak
c) Penggunaan alat bantu : tidak memakai alat bantu dengar dan
penglihatan memakai kaca mata.
d) Penginderaan : tidak mengalami perubahan dalam penginderaan
c. Comunication
a) Bahasa yang digunakan : indonesia dan jawa
b) Kesulitan berkomunikasi : tidak mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi.
6. SELF PERCEPTION
a. Self concept/ self esteem
a) Perasaan cemas/ takut : tidak mengalami kecemasan
b) Perasaan putus asa/ kehilangan : tidak mengalami putus asa
c) Keinginan untuk menciderai : tidak ada keinginan untuk menciderai
diri sendiri maupun orang lain
d) Adanya luka/ cacat : tidak ada luka atau cacat.
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
a) Status hubungan : menikah
b) Orang terdekat : anak dan istri
c) Perubahan konflik/peran : tidak ada
d) Perubahan gaya hidup : tidak ada
e) Interaksi dengan orang lain : mudah berinteraksi dengan perawat
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
a) Masalah/ disfungsi seksual : tidak pernah mengalami disfungsi sexual
b) Periode menstruasi :
c) Metode KB yang digunakan : tidak
9. COPING/ STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
a) Rasa sedih/ cemas/ takut : klien merasa tenang karena sudah berada di
rumah sakit dan merasa tenang karena ada perawat dan dokter yang
merawatnya.
b) Kemampuan untuk mengatasi : berdoa
c) Perilaku yang menampakan cemas : tidak ada
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
a) Kegiatan keagamaan yang di ikuti : mengikuti solat berjamaah dan
pengajian.
b) Kemampuan untuk berpartisipasi ; mudah beradaptasi dengan perawat
c) Kegiatan kebudayaan : tidak mengikuti kegiatan kebudayaan
d) Kemampuan memecahkan masalah : dengan bantuan anak-dan
istrinya.
11. SAFETY/ PROTECTION
a. Alergi
a) Penyakit autoimun : tidak ada
b) Tanda infeksi : tidak ada
c) Gangguan thermoregulasi : riwayat panas 5 hari dirumah
d) Gangguan/ resiko ( komplikasi immobilisasi, jatuh aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipiglikeia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap): sesak nafas
12. COMFORT
a. Kenyaman/ nyeri
a) Provokes ( yang menimbulkan nyeri) :
b) Quality( bagaimana kualitasnya):
c) Regio( dimana letaknya) :
d) Scale( berapa skalanya) :
e) Time ( waktu):
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidur sering terganggu
c. Gejala yang menyertai :
13. GROWTH / DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : masa lansia
b. DDST ( Form di lampirkan) : tidak ada
c. Terapi bermain (SAB dilampirkan) :tidak ada
C. DATA LABORATORIUM
Tanggal& Jenis Hasil Harga normal Satuan Inter
jam pemeriksaan pemeriksaan preta
si

13 Feb Antigen SARS- Negatif Negatif


2022jam CoV-2
10:57 WIB

13 Feb KIMIA
2022 jam SGOT 86,2 < 31 U/L
10:57WIB SGPT 48,7 <31 U/L
FAAL GINJAL
Ureum 13,5 20-40 Mg/dl
Creatinin 0,6 0,5-0,9 Mg/dl
IMUNO-
SEROLOGI
Tubex-TF Negatif <=2 negatif
3 Borderline
4-6 weak positif
6-10strong positif

13 Feb HEMATOLOGI
2022 jam HB 11,6 11,5-15,2 g/dl
10:57WIB Leukosit 6,41 3,5-10,0 10^3/
Trombosit 311 150-450 mm3
Hematokrit 41,8 37,0-45,0 10^3/
Eritrosit 4,81 4,00-5,40 mm3
MCV 82,0 77,0-91,0 %
MCH 26,9 24,0-30,0 10^6/
MCHC 32,8 32,0-36,0 mm3
RDW-CV 13,9 11,0-16,0 ℳm^3
RDW-SD 41,2 37,0-49,0 Pg
MPV 8,3 6,0-11,0 g/dl
PDW 10,4L 11,0-18,0 %
PCT 0,300 0,15-0,50 Fl
DIFFCOUNT ℳm^3
Limfisot% 19,9 0,0-100,0 dl
Monosit% 5,6 0,0-100,0 /
Neutrofil% 73,7 0,0-100,0
Eosinofi% 0,3 0,0-100,0 %
Basofl% 00,0-100,0 %
Neutrofil# 0,5 1,80-8,00 %
Limfisot# 17,01H 1,5-6,50 %
Monosit# 4,60 0,00-0,80 %
Eosinofi# 0,07 0,00-0,60 ribu/ul
Basofl# 0,12 0,00-0,20 ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

D. RADIOLOGI ( USG, RONTGEN)


EKG: Sinus Rhythm
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

ANALISA DATA

Nama inisial klien : Tn M


No RM : 180572
Diagnosa Medis : CHF dan Bronkhopneumonia
Bangsal : Kelas 1 kamar 9A bangsal Edelweis
No Tanggal dan DATA
jam
DATA SUBYEKTIF ( GEJALA) DATA OBYEKTIF( TANDA)
pengkajian

1 Senin, 14 1. Klien mengatakan keluhan Tekanan darah: 155/80 mmhg


Febuari sesek nafas ngos-ngosan
RR: 28 kali/menit
2022 jam ( dyspnea),
15:30 2. Klien mengatakan batuk,
3. Klien mengatakan perut
terasa kembung

2 Senin, 14 1. Klien mengatakan badan Klien bedrest


Febuari terasa lemah
Nadi: 99 kali/menit
2022 jam 2. Klien mengatakan jika
15:30 untuk beraktivitas nafas Kekuatan otot klien lemah
sesak dan ngos-
ADL masih dengan bantuan
ngosan( dyspnea)
perawat dan keluarga terutama
berpakaian dan toileting.

Kedua kaki bengkak, perut


membesar,

3 Senin, 14 Klien emngatakan kulit terasa Akral hangat,


Febuari hangat
Turgor kulit kemerahan
2022 jam
15:30 Suhu: 40,80c

Nadi : 99 kali/menit
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tanggal Symtom Etiologi Problem Prioritas
dan jam

1 Senin, 14 DS: hambatan upaya nafas Pola nafas tidak 1


Febuari ( kelemahan otot efektif
Klien mengatakan keluhan sesek nafas
2022 jam pernafasan)
ngos-ngosan ( dyspnea),
15:30
Klien mengatakan batuk,
Klien mengatakan perut terasa kembung
DO:
Tekanan darah: 155/80 mmhg

RR: 28 kali/menit

Bunyi nafas Wheezing.


2 Senin, 14 DS: Proses penyakit( brpn) Hipertermia 2
Febuari
Klien mengatakan kulit terasa hangat.
2022 jam
15:30 DO:

Akral hangat,

Turgor kulit kemerahan

Suhu: 40,80c

Nadi : 99 kali/menit

3 Senin, 14 DS: Kelelahan Intoleransi aktivitas 3


Febuari
1. Klien mengatakan hanya tiduran
2022 jam
ditempat tidur.
15:30
2. Klien mengatakan terasa mual jika
untuk bergerak.
3. Klien mengatakan lemas dan lelah.
DO:

Klien bedrest

Kekuatan otot klien lemah dengan ADL


dibantu keluarga dan perawat.
Kekuatan otot 4

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN


Nama inisial klien : Tn M
No RM : 180572
Diagnosa Medis : CHF dengan brpn
Bangsal : Kamar 9B bangsal Edelweis
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi Rasional
dan jam keperawatan

1 Senin, Pola nafas Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)


14 tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor pola nafas Mengetahui karakteristik
Febuari BD hambatan keperawatan diharapkan pola
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas klien.
2022 upaya nafas nafas membaik.
nafas) Mengetahui adanya bunyi
jam ( kelemahan Kriteria hasil :
2. Monitor bunyi nafas tambahan nafas klien.
15:30 otot (pola nafas L.01004) tambahan (mis: gagling,
pernafasan)
1. Frekuensi nafas dalam mengi, Wheezing, ronkhi) Mengetahui penyebab pola
rentang normal 3. Monitor sputum (jumlah, nafas tidak efektif.
2. Tidak ada pengguanaan warna, aroma) Mengurangi sesak nafas
otot bantu pernafasan 4. Posisikan semi fowler atau dan memberikan rasa
3. Pasien tidak menunjukkan fowler nyaman.
tanda dipsnea
5. Ajarkan teknik batuk efektif Mengeluarkan sputum
6. Kolaborasi pemberian Mengatasi terjadinya
bronkodilato, ekspetoran, penyempitan otot nafas
mukolitik, jika perlu. klien.
1.
2 Senin, Hipertermia Tujuan : setelah dilakukan Manajemen Hipertermia I. 15506
14 BD Proses tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab Mengetahui penyebab
Febuari penyakit( brpn diharapkan suhu tubuh
hipertermia. terjadinya panas pada klien.
2022 ) membaik Kriteria hasil :
jam 2. Monitor suhu tubuh Mengontrol suhu tubuh
Termoregulasi L.14134
15:30 3. Sediakan lingkungan yang klien.
1. Kulit memerah
dingin. Memberikan rasa nyaman.
2. Suhu tubuh membaik
4. Berikan cairan per oral
Mengurangi terjadinya
5. Berikan oksigen bila perlu dehidrasi.

Membantu menurunkan
panas pada tubuh klien.
6. Anjurkan tirah baring

7. Kolaborasi pemberian cairan Mempermudah


dan elektrolit termoregulasi.

Mencegah terjadinya
dehidrasi.

3 Senin, Intoleransi Tujuan : setelah dilakukan (Manajemen energi I.050178)


14 aktivitas B.D tindakan keperawatan
1. Monitor kelelahan fisik dan Untuk mengetahui factor
Febuari Kelelahan diharapkan toleransi aktivitas
emosional. penyebab kelelahan yang
2022 meningkat Kriteria hasil :
terjadi pada klien.
jam
toleransi aktivitas (L.05047) 2. Monitor pola dan jam tidur.
15:30
Untuk mengetahui
1. Pasien mampu
kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas
3. Sediakan lingkungan yang
istirahat tidur.
sehari-hari.
nyaman dan rendah stimulus
2. Pasien mampu
(mis: cahaya, suara,
berpindah tanpa
kunjungan).
bantuan.
4. Berikan aktifitas distraksi
Memberikan rasa nyaman .
3. pasien mengatakan
yang menenangkan.
keluhan lemah
berkurang
5. Anjurkan tirah baring.
Memberikan alternative
6. Anjurkan melakukan aktifitas
dalam mengatasi masalah
secara bertahap.
klien.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan. Mengatasi kelelahan
Melatih gerak otot secara
aktif.

Dengan adanya pemberian


gizi maka akan
Meningkatkan kekuatan
otot.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT IMPLEMENTASI
Nama inisial klien : Tn M
No RM : 180572
Diagnosa Medis : CHF denagn brpn
Bangsal : Kamar 9B bangsal Edelweis
Hari pertama
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
dan jam keperawatan

1 Senin, 14 Pola nafas 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, DS: tutik


Febuari tidak efektif kedalaman, usaha nafas)
Klien mengatakan keluhan sesek nafas
2022 jam BD hambatan 2. Memonitor bunyi nafas tambahan
ngos-ngosan ( dyspnea),batuk berdahak,
14:30. upaya nafas (mis: gagling, mengi, Wheezing,
perut terasa kembung.
( kelemahan ronkhi)
otot 3. Memposisikan semi fowler atau Klienmengatakan setelah posisi semi
pernafasan) fowler merasa nafas lebih longgar.
fowler DO:
4. Monitor sputum (jumlah, warna, RR: 28 kali/menit
aroma)
Bunyi nafas Wheezing.

2 Senin, Hipertermia 1. Mengidentifikasi penyebab DS: Islam


14Febuari BD Proses hipertermia.
Klien mengatakan kulit terasa hangat.
2022 jam penyakit( brpn
2. Memonitor suhu tubuh
14:30. ) DO:
3. Menyediakan lingkungan yang
Akral hangat,
dingin.

Turgor kulit kemerahan

Suhu: 40,80c

Nadi : 99 kali/menit
3 Senin, 14 Intoleransi 1. Memonitor kelelahan fisik dan DS: dian
Febuari aktivitas B.D emosional.
Klien mengatakan masih terasa lelah,
2022 jam Kelelahan 2. Memonitor pola dan jam tidur.
lemas. Serta sulit untuk memulai tidur.
14:30. 3. Menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap. Klien mengatakan akan melakukan
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli aktifitas secara bertahap sesuai arahan
gizi tentang cara meningkatkan perawat.
asupan makanan.
D0:

Klien kelihatan masih bedrest dan jarang


bergerak.

Hari Kedua
N Tanggal dan jam Diagnosa Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
o keperawatan

1 Selasa, 15 Febuari Pola nafas 1. Memonitor sputum (jumlah, DS: Rafika


2022 jam 16:30 tidak efektif warna, aroma) Klien mengatakan warna sputum putih
BD hambatan 2. Mengajarkan teknik batuk Klien mengatakan setelah batuk efektif
upaya nafas efektif nafas terasa longgar.
( kelemahan 3. Melakukan Kolaborasi Klien mengatakan setelah diberikan
otot pemberian bronkodilato, nebulizer nafas terasa longgar.
pernafasan) ekspetoran, mukolitik, dengan DO:
pemberian nebulezer RR: 24 kali/menit

2 Selasa, 15 Febuari Hipertermia 1. Memberikan cairan per oral DS: eva


2022 jam 16:30 BD Proses Klien mengatakan badan lebih nyaman
2. Memberikan oksigen bila perlu
penyakit( brpn DO:
) 3. Menganjurkan tirah baring Suhu : 37,20c

4. Melakukuan Kolaborasi
pemberian cairan dan elektrolit

3 Selasa,15Febuari Intoleransi 1. Menyediakan lingkungan yang DS: Ilham


2022 jam 16:30 aktivitas B.D nyaman dan rendah stimulus
1. Klien mengatakan lebih
Kelelahan (mis: cahaya, suara,
nyaman dan rileks.
kunjungan).
2. Klien mengatakan akan
2. Memberikan aktifitas distraksi
mengurangi aktifitasnya dan
yang menenangkan.
akan beraktivitas sesuai
3. Menganjurkan tirah baring
kemampuannya.
DO:

1. Klien kelihatan masih bedrest


dengan aktivitas terbatas.

Hari ketiga
No Tanggal Diagnosa Implementasi Respon ( DO dan DS) Praf
dan jam keperawatan

1 Rabu, Pola nafas Melakukan Kolaborasi pemberian DS: Tutik


16 tidak efektif bronkodilato, ekspetoran, mukolitik, dengan
Febuari BD hambatan pemberian nebulizer. Klien merasa nafas lebih nyaman
2022 upaya nafas
Klien mengatakan nafas terasa lebih
jam ( kelemahan
longgar.
16:00 otot
pernafasan) DO:

RR: 22 kali/ menit

2 Rabu, Hipertermia 1. Melakukuan Kolaborasi pemberian DS: Islam


16 BD Proses cairan dan elektrolit
Klien mengatakan panas badannya terasa
Febuari penyakit( brpn
berkurang.
2022 )
jam DO:
16:00
Suhu 36,80c

Turgor kulit elastis, warna merah muda

3 Rabu, Intoleransi 1. Menganjurkan melakukan aktifitas DS: Dian


16 aktivitas B.D secara bertahap.
1. Klien mengatakan akan beraktivitas
Febuari Kelelahan 2. Melakukan kolaborasi dengan ahli
secara bertahap dan sesuai
2022 gizi tentang cara meningkatkan
kemampuannya.
jam asupan makanan.
2. Klien mengatakan akan mengurangi
16:00
makan makanan yang mengandung
minyak dan garam.
DO:

1. Klien kelihatan faham akan apa


yang disampaikan perawat.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
Telp(0293)326945web:www.ummgl.ac.idemail:tatausahafikes@gmail.com

FORMAT EVALUASI
Nama inisial klien : Tn M
No RM : 180572
Diagnosa Medis : CHF dengan brpn
Bangsal : Kamar 9B bangsal Edelweis
Evaluasi hari pertama
No Tanggal Diagnosa Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam keperawatan

1 Senin, 14 Pola nafas tidak S: Rafika


Febuari efektif BD
Klien mengatakan keluhan sesek nafas ngos-ngosan ( dyspnea),batuk
2022 jam hambatan upaya berdahak, perut terasa kembung.
17:30 nafas ( kelemahan
Klienmengatakan setelah posisi semi fowler merasa nafas lebih longgar.
otot pernafasan)
O:
RR: 28 kali/menit

Bunyi nafas Wheezing.

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi dengan pemberian nebulezer

2 Senin, Hipertermia BD S: tutik


14Febuari Proses
Klien mengatakan kulit terasa hangat.
2022 jam penyakit( brpn)
17:30 O:

Akral hangat,

Turgor kulit kemerahan


Suhu: 40,80c

Nadi : 99 kali/menit

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi dengan pemberian cairan dan elektrolit.

2 Senin, Intoleransi aktivitas S: Eva


14Febuari B.D Kelelahan
1. Klien mengatakan masih terasa lelah, lemas.
2022 jam
2. Klien mengatakan akan melakukan aktifitas secara bertahap sesuai
17:30
arahan perawat.
O:

Klien kelihatan masih bedrest dan jarang bergerak.

A:

Masalah belumteratasi

P:

Lanjutkan intervensi dengan Memberikan aktifitas distraksi yang


menenangkan dan menganjurkan tirah baring.

Evaluasi hari ke 2
No Tanggal Diagnosa Evaluasi ( SOAP) Paraf
dan jam keperawatan

1 Selasa, 15 Pola nafas tidak S: ilham


Febuari efektif BD Klien mengatakan warna sputum putih
2022 jam hambatan upaya Klien mengatakan setelah batuk efektif nafas terasa longgar.
17:00 nafas ( kelemahan Klien mengatakan setelah diberikan nebulizer nafas terasa longgar.
otot pernafasan) O:
RR: 24 kali/menit

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi

2 Selasa, 15 Hipertermia BD S: Tutik


Febuari Proses Klien mengatakan badan lebih nyaman
2022 jam
17:00 penyakit( brpn) Klien mengatakan panas tubuhnya berkurang.
O:
Suhu : 37,20c

Kulit terasa panasnya berkurang,

P:

Masalah teratasi

A:

Pertahankan intervensi

2 Selasa, 15 Intoleransi aktivitas S: islam


Febuari B.D Kelelahan
1. Klien mengatakan lebih nyaman dan rileks.
2022 jam
2. Klien mengatakan akan mengurangi aktifitasnya dan akan
17:00
beraktivitas sesuai kemampuannya.
O:

1. Klien kelihatan masih bedrest dengan aktivitas terbatas.


A:

Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi selanjutnya.

Evaluasi hari ketiga


No Tanggal dan Diagnosa Evaluasi ( SOAP) Paraf
jam keperawatan

1 Rabu, 16 Pola nafas tidak S: Dian


Febuari efektif BD
Klien merasa nafas lebih nyaman
2022 jam hambatan upaya
17:30 nafas ( kelemahan Klien mengatakan nafas terasa lebih longgar.
otot pernafasan)
O:

RR: 22 kali/ menit

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi sampai dengan klien pulang.


2 Rabu, Hipertermia BD S: rafika
916Febuari Proses
Klien mengatakan panas badannya terasa berkurang.
2022 jam penyakit( brpn)
17:30 Klien mengatakan lebih nyaman

O:

Suhu 36,80c

Turgor kulit elastis, warna merah muda

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi sampai klien pulang

3 Rabu, 16 Intoleransi aktivitas S: eva


Febuari B.D Kelelahan
1. Klien mengatakan akan beraktivitas secara bertahap dan sesuai
2022 jam
kemampuannya.
17:30
2. Klien mengatakan akan mengurangi makan makanan yang
mengandung minyak dan garam.
O:

Klien kelihatan faham akan apa yang disampaikan perawat.

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi sampai klien pulang


ANALISA JURNAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUD SAWAHLUNTO

A. Judul Jurnal
Latihan batuk efektif pada pasien pneumonia di rsud sawahlunto

B. Kata Kunci
Frekuensi napas,Pneumonia,Latihan batuk efektif
C. Penulis Jurnal
Weni sartiwi,Vino Rika Nofia,Indah komala sari
D. Latar Belakang Masalah
Pneumonia merupakan peradangan dari parenkim paru,pada asinus berisi cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli
dan rongga interstisium.penyakit ini ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan
atau nafas sesak. Sesak napas yang tidak diatasi dengan cepat dapat mengakibatkan
gagal nafas dan bisa menyebabkan kematian.Oleh karena itu perlu penanganan secara
suportif yang salah satunya adalah latihan batuk efektif
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Batuk efektif terhadap Frekuensi nafas
pasien pneumonia
F. Metodologi penelitian
Penelitian dilaksanakan di ruangan rawat inap Paru RSUD Sawahlunto pada bulan
September 2019. Sasaran dalam kegiatan ini adalah pasien yang mengalami
pneumonia yang berjumlah 16 orang. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan
pretest dan posttest. Kegiatan pre test yaitu mengukur frekuensi napas dengan
menggunakan alat jam tangan. Pemberian penyuluhan dan cara melakukan latihan
batuk efektif sesuai dengan prosedur tindakan pada pasien yang mengalami
pneumonia untuk mengeluarkan dahak akibat adanya penumpukan secret. Kemudian
diakhiri dengan post test yaitu mengukur frekuensi nafas setelah diberikan latihan
batuk efektif

G. Hasil Penelitian
Hasil kegiatan pengabdian masyarakat sebelum dilakukan latihan batuk efektif
didapatkan 16 pasien pneumonia dengan frekuensi napas tinggi dimana frekuensi
napas tertinggi yaitu 30 x/menit dan frekuensi Napas terendah yaitu 26 x/ menit.
Setelah dilakukan latihan batuk efektif 16 pasien pneumonia didapatkan 5 orang yang
memiliki frekuensi napas tinggi (disebut takipnea) dan 11 pasien dengan frekuensi
napas normal. Hasil uji statistic didapatkan p value 0,000 yang berarti ada perbedaan
pemberian latihan batuk efektif terhadap frekuensi napas pasien pneumonia.

H. STRENGHT ( Kelebihan)
1. Latihan batuk efektif merupakan tekhnik yang mudah dan efektif untuk
mengeluarkan dahak .
2. Dari hasil observasi yang di lakukan, pasien dengan pneumonia mengalami gejala
seperti demam, batuk berdahak, serta sesak napas, Jadi Latihan batuk efektif
sangat amat dianjurkan untuk di lakukan pada pasien yang menderita Pneumonia.
I. WEAKNESS ( Kelemahan)
1. Setiap responden menunjukkan hasil frekuensi nafas yang berbeda-beda setelah
dilakukan latihan batuk efektif karena dipengaruhi oleh faktor jumlah sekret dan
faktor pasien dalam melakukan latihan batuk efektif dengan benar .
2. Tidak ada penjelasan tentang usia responden,pendidikan responden, lama
menderita Pneumonia

J. OPPORTUNITES ( Peluang)
a. Memberikan data dasar untuk penelitian lebih lanjut/sebagai sumber referensi
bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian dalam hal yang
sama.
b. Bagi Institusi Penelitian sebagai tambahan referensi dan wacana di lingkungan
pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya untuk
pengembangan teori dan praktik keperawatan komplementer.
c. Bagi RS tempat penelitian dapat diterapkan dan menjadi intervensi perawat
dalam upaya penatalaksanaan Pasien Pneumonia
K. THREADS ( Ancaman)
a. Pasien mungkin belum paham tentang manfaat Batuk efektif sehingga
mungkin akan menolak ketika akan dilakukan terapi.
Jurnal Abdimas Saintika e-ISSN : 2715-4424
I

p-ISSN :2746-797X
A
E

D T

Volume 3 Nomor 1 |
LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN PNEUMONIA
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DI RSUD SAWAHLUNTO
Weni Sartiwi1*, Vino Rika Nofia2, Indah Komala Sari3
Program Studi S1 Keperawatan, Stikes Syedza Saintika
*email : wenisartiwi16@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia merupakan peradangan dari parenkim paru, pada asinus berisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga
interstisium. Penyakit ini ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak.
Sesak napas yang tidak diatasi dengan cepat dapat mengakibatkan gagal nafas dan bisa
menyebabkan kematian. Oleh karena itu perlu penanganan secara suportif yang salah satunya
adalah latihan batuk efektif. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Rawat Inap RSUD Sawahlunto
bulan September 2019. Kegiatan diawali dengan pengukuran frekuensi napas, kemudian
dilakukan pemberian terapi latihan batuk efektif sehingga frekuensi napas dalam batas normal
dengan cara demontrasi, diakhiri dengan posttest yaitu mengukur frekuensi napas pasien
pneumonia. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat sebelum dilakukan latihan batuk
efektif didapatkan 16 orang pasien dengan pneumonia mengalami frekuensi napas yang tinggi
(lebih dari 25 kali/menit), kemudian setelah dilakukan penyuluhan dan demonstrasi latihan
batuk efektif terdapat 11 pasien pneumonia orang yang mengalami frekuensi napas dalam
batas normal yaitu 23-25 kali/menit, dan 5 orang lainnya frekuensi napas yang tinggi (lebih dari
25 kali/menit). Dapat disimpulkan adanya peningkatan frekuensi setelah diberikan latihan
batuk efektif. Diharapkan kegiatan pemberian latihan batuk efektif ini dapat diterapkan dan
dapat dijadikan sebagai intervensi oleh perawat tentang latihan batuk efektif pada pasien
pneumonia.

Kata Kunci: Frekuensi napas, Pneumonia, Latihan batuk efektif

ABSTRACT

Pneumonia is an inflammation of the lung parenchyma, the acini contains inflammatory fluid
with or without infiltration of the inflammatory cells into the alveoli wall and the interstitial
cavity. This disease is characterized by coughing with rapid breathing and / or shortness of
breath. Shortness of breath that is not resolved quickly can lead to respiratory failure and can
lead to death. Therefore it needs supportive handling, one of which is effective cough training.
The activity was carried out in the Sawahlunto Hospital inpatient room in September 2019. The
activity began with measuring the frequency of the breath, then providing effective
cough training therapy so that the respiratory rate was within normal limits by means of a
demonstration, ending with a posttest, namely measuring the respiratory rate of
pneumonia patients. The results of community service activities before effective cough training
were found that 16 patients with pneumonia experienced a high respiratory rate (more
than 25 times / minute), then after counseling and demonstrations of effective cough
training there were 11 pneumonia patients who experienced breathing frequencies within the
limit. normal, namely 23- 25 times / minute, and 5 other people with high respiratory rates
(more than 25 times / minute). It can be concluded that there is an increase in frequency
after being given effective cough exercises. It is hoped that the activity of providing effective
cough training can be applied and can be used as an intervention by nurses on effective cough
training in pneumonia patients Keywords: Respiratory rate, pneumonia, cough exercises are
effective
Jurnal Abdimas Saintika e-ISSN : 2715-4424
I

p-ISSN :2746-797X

A
E
D T

Volume 3 Nomor 1 |
PENDAHULUAN lutut tertekuk karena nyeri dada (Fida,
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Pneumonia yang merupakan 2014).
bentuk infeksi saluran nafas bawah akut Batuk efektif yang baik dan
di parenkim paru (Menkes, 2014). Di benar ini akan mempercepat
Indonesia, Hasil dari Riset Kesehatan pengeluaran dahak pada pasien
Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan penderita pneumonia. Batuk efektif
bahwa prevalensi pneumonia yang naik penting untuk menghilangkan gangguan
dari 1,6 persen menjadi 2 persen. Pada pernafasan akibat adanya penumpukan
tahun 2013, pneumonia ditemukan sekret. Sehingga penderita tidak lelah
dengan prevelensi 3,1% di Sumatera dalam mengeluarkan sekret. (Nugroho,
Barat. Di kota padang jumlah 2011).
kunjungan pengobatan pneumonia Adapun penelitian yang
mengalani kenaikan dari tahun 2008 dilakukan oleh Mahfudiyah (2016)
hingga 2013 dengan 5.878 kasus yang berjudul Penerapan Batuk Efektif
menjadi 8.970 pada tahun 2013. pada pasien Bronkopneumonia dengan
Sedangkan Tahun 2017, terus masalah keperawatan ketidakefektifan
meningkat menjadi 10.576 kasus ( bersihan jalan napas di ruang Melati
Suseno, 2017). Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya,
Penyakit saluran nafas menjadi didapatkan hasil setelah dilakukan
penyebab angka kematian dan Penerapan teknik batuk efektif pada
kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. pasien Bronkopneumonia dengan
(Putri, 2018). Sesak napas yang tidak masalah keperawatan Ketidakefektifan
diatasi dengan cepat dapat Bersihan Jalan Nafas sangat membantu
mengakibatkan gagal nafas. Apabila bersihan jalan nafas kembali efektif.
lebih dari 4 menit seseorang tidak Sedangkan, penelitian yang
mendapatkan oksigen maka akan dilakukan oleh Pranowo (2012) yang
berakibat pada kerusakan otak yang berjudul Pengaruh Latihan Batuk
tidak dapat diperbaiki dan bisa Efektif Terhadap Frekuensi Pernapasan
menyebabkan kematian. Tubuh Pasien TB Paru di Instalansi Rawat Inap
membutuhkan asupan oksigen yang Penyakit Dalam Rumah Sakit
konstan untuk menyokong pernapasan. Pelabuhan Palembang Tahun 2013,
(Gordon, 2010). Oleh karena itu yang membuktikan bahwa latihan batuk
dibutuhkan penanganan yang cepat efektif sangat efektif dalam pengeluaran
yaitu pengobatan terdiri atas antibiotik sputum dan membantu dalam
dan pengobatan suportif (Elorriaga et al, membersihkan secret pada jalan nafas
2016). Selain itu, juga dapat dilakukan serta mampu mengatasi sesak nafas
penanganan non-farmakologis seperti pada pasien dengan diagnosa medis TB
latihan Batuk efektif, fisioterapi dada, paru. Penelitian diatas sama-sama
atau teknik napas dalam (Muttaqin, membuktikan bahwa ada pengaruh
2008) batuk efektif terhadap pasien dengan
Pada penderita pneumonia, gangguan frekuensi pernapasan (sesak
biasanya ditemui gejala khas seperti napas).
demam, menggigil, berkeringat, batuk Dari data Rekam Medik RSUD
(baik non produktif atau produktif atau Sawahlunto didapatkan bahwa junlah
menghasilkan sputum berlendir, pasien pneumonia mengalami
purulen, atau bercak darah), sakit dada peningkatan dari tahun ke tahun,
karena pleuritis dan sesak. Gejala umum dimana tahun 2017 terdapat 336 orang
lainnya adalah pasien lebih suka dan tahun 2018 meningkat menjadi 480
berbaring pada sisi yang sakit dengan orang atau dengan rata-rata 40 orang per
Jurnal Abdimas Saintika e-ISSN : 2715-4424
I

p-ISSN :2746-797X

A
E
D T

Volume 3 Nomor 1 |
bulan. Pneumonia menduduki peringkat yang memiliki frekuensi napas tinggi
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
ke 3 dari sepuluh penyakit terbanyak (disebut takipnea) dan 11 pasien dengan
yang di rawat per tahun. Dari buku frekuensi napas normal. Hasil uji
Laporan ruangan rawat inap Paru statistic didapatkan p value 0,000 yang
RSUD Sawahlunto bulan Februari berarti ada perbedaan pemberian latihan
hingga April 2019 bahwa junlah pasien batuk efektif terhadap frekuensi napas
pneumonia sebanyak 63 orang. pasien pneumonia.
Berdasarkan hasil wawancara yang Dari hasil observasi yang di
dilakukan pada Bulan Febuari 2019 lakukan, pasien dengan pneumonia
terhadap 8 pasien pneumonia yang mengalami gejala seperti demam, batuk
dirawat di ruang rawat inap Paru Di berdahak, serta sesak napas. Sebelum
RSUD Sawahlunto didapatkan hasil dilakukan latihan batuk efektif,
bahwa sebagian besar mengeluh batuk responden mengalami sesak napas
dan sesak napas (Frekuensi napas > (Frekuensi napas antara 26 x/ menit
25x/Menit), serta belum bisa melakukan hingga 30 x/menit), hal ini disebabkan
latihan batuk efektif (RSUD oleh tumpukan sekret/sputum dijalan
Sawahlunto, 2019). napas. Namun, setelah dilakukan latihan
batuk efektif, didapatkan frekuensi
METODE napas responden hingga 22x/menit.
Kegiatan dilaksanakan di Menurut Fida (2014) gejala khas
ruangan rawat inap Paru RSUD penderita pneumonia meliputi demam,
Sawahlunto pada bulan September menggigil, berkeringat, batuk (baik non
2019. Sasaran dalam kegiatan ini adalah produktif atau produktif atau
pasien yang mengalami pneumonia menghasilkan sputum berlendir,
yang berjumlah 16 orang. Kegiatan purulen, atau bercak darah), sakit dada
pengabdian masyarakat ini dilakukan karena pleuritis dan sesak.
pretest dan posttest. Kegiatan pre test Pemeriksaan fisik didapatkan
yaitu mengukur frekuensi napas dengan retraksi atau penarikan dinding dada
menggunakan alat jam tangan. bagian bawah saat pernafasan, takipneu,
Pemberian penyuluhan dan cara kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
melakukan latihan batuk efektif sesuai perkusi redup sampai pekak
dengan prosedur tindakan pada pasien menggambarkan konsolidasi atau
yang mengalami pneumonia untuk terdapat cairan pleura, ronki, suara
mengeluarkan dahak akibat adanya pernafasan bronkial Gejala Pneumonia
penumpukan secret. Kemudian diakhiri dengan napas cepat, sesak. Sesak nafas
dengan post test yaitu mengukur ditandai dengan pola pernafasan yang
frekuensi nafas setelah diberikan latihan tidak teratur dan frekuensi pernafasan
batuk efektif. yang meningkat. Frekuensi
pernafasannya yaitu >24 kali/menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ditinjau dari jenis kelamin,
Hasil kegiatan pengabdian pasien yang menderita pneumonia
masyarakat sebelum dilakukan latihan banyak diderita oleh laki-laki, dimana
batuk efektif didaptkan 16 pasien dalam penelitian ini yang menjadi
pneumonia dengan frekuensi napas responden terdiri dari 10 laki-laki dan 6
tinggi dimana frekuensi napas tertinggi perempuan, hal ini disebabkan karena
yaitu 30 x/menit dan frekuensi Napas riwayat merokok, lingkungan tempat
terendah yaitu 26 x/ menit. Setelah tinggal, pola aktivitas diluar ruangan
dilakukan latihan batuk efektif 16 yang berbeda antara perempuan dan
pasien pneumonia didapatkan 5 orang laki-laki.
Jurnal Abdimas Saintika e-ISSN : 2715-4424
I

p-ISSN :2746-797X

A
E
D T

Volume 3 Nomor 1 |
Menurut Smeltzer & Bare membutuhkan waktu latihan batuk
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
(2013), Latihan batuk efektif efektif lebih banyak dibandingkan
merupakan aktivitas perawat untuk dengan pasien dengan sekret yang tidak
membersihkan sekresi pada jalan nafas. terlalu banyak. Bersihan jalan napas
Tujuan batuk efektif adalah terlihat dari frekuensi napas semakin
meningkatkan mobilisasi sekresi dan membaik menuju frekuensi normal.
mencegah resiko tinggi retensi sekret, Jadi, ada pengaruh batuk efektif
untuk membantu mengeluarkan dahak terhadap frekuensi napas pada pasien
yang melekat pada jalan nafas dan pneumonia di ruangan paru RSUD
menjaga paru-paru agar tetap bersih jika Sawahlunto tahun 2019.
dilakukan dengan benar.
Menurut Nugroho (2011) Batuk KESIMPULAN
efektif yang baik dan benar ini akan Frekuensi napas yang tinggi
mempercepat pengeluaran dahak pada pada pasien pneumonia dapat diatasi
pasien penderita pneumonia. Batuk dengan pemberian latihan batuk efektif.
efektif penting untuk menghilangkan Hasil kegiatan terlihat ada perubahan
gangguan pernafasan akibat adanya frekuensi napas pasien dimana semua
penumpukan sekret. Sehingga penderita pasien mampu melakukan teknik latihan
tidak lelah dalam mengeluarkan sekret. batuk efektif serta mampu
Untuk dewasa, kecepatan nafas kurang mendemonstrasikan gerakan latihan
dari 12 x / menit disebut bradipnea dan batuk efektif dengan baik dan benar
kecepatan nafas lebih dari 20 x / menit agar frekuensi napas berada pada batas
disebut takipnea. nomal. Diharapkan kegiatan pemberian
Latihan batuk efektif latihan batuk efektif ini dapat
berpengaruh terhadap frekuensi diterapkan dan dapat dijadikan sebagai
pernafasan, terutama pada pasien intervensi oleh perawat tentang latihan
Pneumonia semua responden batuk efektif pada pasien pneumonia.
menunjukkan penurunan frekuensi DAFTAR PUSTAKA
napas menuju normal. Sebelum
dilakukan latihan batuk efektif, semua Elorriaga, G.G. dan Del Rey-Pineda G.,
responden mengalami takipnea. Namun 2016, Basic Concepts on
setelah dilakukan batuk efektif CommunityAcquired Bacterial
didapatkan 69% responden memiliki
frekuensi normal dan sedangkan 31% Pneumonia in Pediatrics, Pediatric
masih mengalami takipnea. Namun, Infectious Diseases: Open Access,
setiap responden menunjukkan hasil Vol.1 No.1:3.
frekuensi napas yang berbeda-beda
setelah dilakukan latihan batuk efektif. Fida, 2014. Angka Kejadian Pneumonia
Faktor yang mempengaruhi hasil pada pasien Sepsis di ICU Semarang
tersebut yaitu faktor jumlah sekret dan RSUP DR.KARIADI Semarang :
faktor pasien dalam melakukan latihan
batuk efektif dengan benar. Universitas Diponegoro
Setiap pasien memiliki jumlah
sekret/sputum yang berbeda-beda. Hal Gordon, 2010. Gangguan Pernafasan
ini dipengaruhi oleh seberapa jauh Panduan Latihan Lengkap. Jakarta :
infeksi meluas atau seberapa parah Rajagrafindo Persada
menginfeksi dalam tubuh pasien.
Responden dengan jumlah Jennifer. 2005. Buku Ajar Patofisiologi.
sekret/sputum lebih banyak,
Ja
k
ar
ta
:
E
g
c
E

Melati Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya Diakses 25 Agustus 2019


http://digilib.unusa.ac.id/data_pustak a-14690.html

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika

Menkes. 2014. Permenkes Nomor 82

Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular.

Nugroho, 2011. Batuk Efektif dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas di Instansi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES
Rs. Baptis Kediri

Padila. (2013). Asuhan keperawatan penyaki dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Putri, Nurmalisah. 2018.Analisis Sistem Tatalaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit pada
kejadian pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusantahun 2018. Padang :Universitas
Andalas

Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas.

Jakarta.http://www.kesmas.kemkes.g
o.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98 f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf (19/05/2019)
Suseno Sutarjo, Untung. 2017. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/re sources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan- Informasi_Profil-Kesehatan- Indonesia-
2017.pdf?opwvc=1(19/05/2019)
Smeltzer& Bare, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai