Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini, sebagai salah satu tulisan
pada Program Studi Keperawatan Profesi Ners Stikes Bina Generasi Polewali Mandar.
Tulisan ini berjudul “Congestive Heart Failure”. Dalam penyelesaian tulisan ini,penulis mendapat
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu member
arahan dalam penulisan ini. Penulis menyadari bahawa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaantulisan ini. Semoga tulisan ini dapat berguna bagi kita semua.
Wantania, 2016).
dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat
7
8
jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga
8
9
katung jantung.
9
10
darah searah melalui bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup
diastole ventrikel
kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak
dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga kanan dan kiri
b. Fisiologi jantung
dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode
11
12
tonus otot.
miokardium.
12
13
2) Daya kontraksi
3) Beban akhir
13
14
semilunar aorta.
beban akhir.
tubuh.
akan menurun.
3. Etiologi
a. Disfungsi miokard
overload).
14
15
aorta
3) Disaritmia
overload)
keadaan seperti :
menurun .
15
16
b. Aterosklerosis koroner
16
17
e. Faktor sistemik
4. Manifestasi Klinik
a. Gagal Jantung Kiri
17
18
dimalam hari)
dan lembab.
5) Kelemahan
19
18
19
6. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi
19
20
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada
keadaan normal.
20
21
21
22
7. Patway
Bagan 2.1 Patway gagal jantung
22
23
8. Pemeriksaan Penunjang
berikut :
atrial.
terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
23
24
9. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi :
24
25
resiko.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
diagnosa medik.
b. Keluhan utama
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
25
26
6) Urine menurun
mengganggu pasien.
f. Pengkajian data
saat beraktifitas.
26
27
penyakit paru.
muntah.
kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
Nilai normalnya :
27
28
b) Nadi
atau takikkardi)
c) Pernapasan
istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan
tidak, kesimetrisan
kosta kanan
kanan.
28
29
4) Pemeriksaan penunjang
diagnosa CHF
29
30
ekokardiogram
2. Diagnosa Keperawatan
kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
tambahan
30
31
Kriteria minor :
menurun.
ventilasi adekuat
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
31
32
perubahan kontraktilitas
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Lelah
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
bulan.
32
33
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
e. Hipervolemia (D.0022)
dan/atau intraseluler.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
dyspnea (PND)
33
34
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : -
Kriteria minor :
intermiten)
34
35
sehari-hari
Penyebab : kelemahan
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
istirahat
Kriteria minor :
h. Ansietas (D.0080)
35
36
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
Kriteria minor :
tidak berdaya
metabolisme.
Batasan karakteristik :
Kriteria mayaor :
1) Subjektif : -
rentang ideal
36
37
Kriteria minor :
dan/atau ligamen)
integritas jaringan
37
38
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang
klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI
39
39
39
39
Kriterian hasil : hipovolemia, hipokalemia,
(keseimbangan hiponatremia)
ciran L. 03020) 5.4 Batasi asupan cairan dan garam
1.Tererbebas 5.5 Anjurkan melapor haluaran urin
dari edema <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
2.Haluaran urin 5.6 Ajarkan cara membatasi cairan
meningkat 5.7 Kolaborasi pemberian diuretik
3. Mampu
mengontrol asupan
cairan
40
40
41
41
41
42
4. Implementasi Keperawatan
Muryanti, 2017)
5. Evaluasi Keperawatan
(Padila, 2012).
42
43
perencanaan.
43
43
BAB I
PENDAHULUAN
44
43
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah system cardiovaskuler.
Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah. Dimana
organ yang memiliki peranan penting dalam hal iniadalah jantung yang juga merupakan
organ besar dalam tubuh. Fungsi
utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan caramengembang
dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanyarangsangan yang berasal dari susunan
saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain, jantung juga dapat mengalami kelainan
ataupun disfungsi.Sehingga munculah penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam
duakelompok, yaitu penyakit jantung didapat dan penyakit jantung bawaan.Penyakit jantung
bawaan adalah kelainan struktural jantung yangkemungkinan terjadi sejak dalam kandungan
dan beberapa waktu setelah bayidilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang tergolong
penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).VSD adalah kelainan
jantung bawaan dimana terdapat lubang(defect / inkontinuitas) pada septum ventrikel yang
terjadi karena kegagalanfusi septum interventrikel pada masa janin. VSD merupakan kelainan
jantung congenital tersering dengan prevalensi 20-25% dari seluruh
prevalensi jantung kongenital. Septum ventrikel terbagi menjadi 2 bagian, yaitu parsmembran
acea (bagian membran) dan pars muscularis (bagianotot).Sedangkan septum muscularis
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu inlet,trabecular, dan outlet (infundibulum). VSD yang terletak
di pars membrane sering kali meluas kebagian muscular sehingga sebagian besar ahli
menyebut VSD ini dengan istilah VSD perimembranous (PM). VSD PM merupakan jenis
tersering (70%), selanjutnya trabecular (5-20%), infundibular, dan inlet. Kejadian VSD di
Amerika Serikat dan di dunia sebanding, kira-kirasatu samapai dua kasus perseribu bayi yang
lahir. Riset menunjukkan
bahwa prevalensi VSD di Amerika Serikat meningkat selama tiga puluh tahun
2 terakhir. Sebuah peningkatan ganda terjadi pada prevalensi VSD yang dilaporkan oleh
Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 1968-1980. The Baltimore-
Washington Infant Study (BWIS) juga melaporkan sebuah peningkatan ganda pada VSD dari
tahun 1981-1989.Riset BWIS melaporkan bahwa peningkatan ini terjadi karena makin
sensitifnya deteksi penyakit ini oleh echocardiography. Di Indonesia, khususnya di Rumah
SakitJantung Harapan Kita di Jakarta, tipe perimembranus adalah yang terbanyak
ditemukan(60%), kedua adalah subarterial (37%), dan yang terjarang adalah tipemuskuler
(3%). VSD sering ditemukan pada kelainan-kelainan kongenitallainnya, seperti Sindrom
45
43
Down.Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD adalahRubella atau infeksi
virus lainnya pada ibu hamil, gizi ibu hamil yang buruk,ibu yang alkoholik, usia ibu diatas 40
tahun, dan ibu penderita diabetes.Pencegahan VSD dapat dilakukan pada awal masa
kehamilan terutama
tiga bulan pertama dimana terjadi pembentukan organ tubuh antara lain jantung,sebaiknya ibu
tidak mengkonsumsi jamu berbahaya dan obat obat yang
dijual bebas di pasaran, menghindari minuman beralkohol, dan memperbanyakasupan
makanan bergisi terutama yang mengandung protein dan zat besi juga asam folat tinggi.
Pencegahan infeksi pada masa hamil dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi MMR
seperti di RSUD Makassar untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama
hamil yang merupakan faktor resiko terjadinya VSD.Penyakit kelainan jantung bawaan dapat
di diagnosa sejak masakehamilan yakni memasuki usia kehamilan 16 hingga 20 minggu
dengan pemeriksaan USG kandungan. Semakin dini diagnose dapat di ketahui makaharapan
untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Oleh karena itusebagai perawat harus
berusaha memberikan nasehat terutama pada ibu yangsedang hamil untuk dapat menghindari
hal - hal yang dapat
menimbulkan penyakit VSD, sehingga turut membantu menurunkan prevalensi kejadianVSD
di Indonesia pada khususnya, dan juga perawat harus menerapkan asuhan keperawatan secara
tepat kepada pasien dengan VSD.
1.2 TUJUAN
46
43
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Ventrikel septum defek (VSD) merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan, yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, dapat
hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa
janin dalam kandungan, sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun
sebaliknya. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
Defek Septum Ventrikel (VSD, Ventricular Septal Defect) adalah suatu lubang pada
septum ventrikel yaitu suatu dinding yang memisahkan jantung bagian bawah (memisahkan
ventrikel kiri dan ventrikel kanan). Ventricular septal defect (VSD) merupakan suatu kelainan
dimana terdapat adanya lubang atau “defect” pada didinding pemisah antara ventrikel kiri
dan kanan. Darah kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung
memompa sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kaya oksigen dipompa
jantung ke paru.
47
43
Ini berarti kerja jantung tidak efisien Kadangkala VSD dapat menutup sendiri. Jika VSD
besar biasanya selalu harus dioperasi..VSD ini tergolong Penyakit Jantung bawaan (PJB) non
sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah. VSD ini memiliki sifat khusus, yaitu: shunt
pada daerah ventrikel; aliran darah pada arteri pulmonalis lebih banyak; tidak ada sianosis.
Defek septum ventrikel biasa sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomali
gabungan. Lubang biasanya tunggal dan terletak pada bagian membranosa septum. Gangguan
fungsional lebih tergantung pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada
lokasi defek.
2.2 ETILOGI
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup sempurna. Kelainan
ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma.
VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali merupakan suatu
kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala
dan seringkali menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang
lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan
bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
2.2.1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
2.2.2 Gizi ibu hamil yang buruk
2.2.3. Ibu yang alkoholik
2.2.4. Usia ibu diatas 40 tahun
2.2.5. Ibu menderita diabetes.
Bergantung pada besarnya pirau kiri ke kanan. Makin besar pirau makin berkurang
darah yang melalui katup aorta dan makin banyak volume darah jaringan intratorakal.
Berkurangnya darah pada system sirkulasi menyebabkan pertumbuhan badan terlambat,
48
43
volume darah pada system sirkulasi menyebabkan infeksi saluran nafas yang berulang. Pada
VSD kecil anak dapat tumbuh sempurna tanpa keluhan, sedangkan pada VSD besar dapat
terjadi gagal jantung yang dini yang memerlukan pengobatan medis intensif.
Diameter VSD kecil yaitu 1-5mm. besaranya defek bukan satu-satunya factor yang
mrnentukan besarnya aliran darah. Pertumbuhan badan normal walaupun terdapat
kecenderungan timbulnya infeksi saluran nafas. Toleransi latihan normal, hanya pada latihan
yang lama dan lebih intensif lebih cepat lelah dibandingkan dengan teman sebayaya.
Biasanya asimptomatik. Tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung normal,
kadang ditemukan bising peristaltik yang menjalar ke seluruh tubuh perikardium dan berakhir
pada waktu distolik karena terjadi penutupan VSD. Menutup secata spontan pada waktu umur
3 tahun. Tidak diperlukan kateterisasi jantung.
Seringnya gejala terjadi simptom pada masa bayi, Sesek nafas pada waktu aktivitas
terutama waktu minum, memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering tidak
mampu menghabiskan minuman dan makanannnya. Kadang-kadang penderita mengeluh
lekas lelah., sering mendapat infeksi pada paru sehingga sering menderita batuk.. Defek 5 –
10 mm. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu. Mudah menderita infeksi
biasanya memerlukan waktu lama untuk sembuh paru tetapi umumnya responsif terhadap
pengobatan. Takipnue, retraksi, serta bentuk dada normal.
Sering timbul gejala pada masa neonates. Dispnea meningkat setelah terjadi peningkatan
pirau kiri ke kanan dalam minggu pertama setelah lahir. Pada minggu ke 2 atau 3 simptom
49
43
mulai timbul akan tetapi gagal jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering
didahului infeksi saluran nafas bagian bawah. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat,
kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan. Sering
menyebabkan gagal jantung pada umur antara 1-3 bulan, penderita menderita infeksi paru
dan radang paru. Kenaikan berat badan lambat. Anak kelihatan sedikit sianosis. Gangguan
tumbuh kembang.
Secara umum, gejala yang ditunjukkan dari klien VSD antara lain :
2.3.3.1 Pasien dengan VSD kecil umumnya tidak mempunyai gejala atau keluhan; dengan
tumbuh-kembang normal. Pasien dengan VSD sedang-besar akan mengalami
hambatan tumbuh-kembang, infeksi paru yang berulang, CHF, dan intoleransi
terhadap kegiatan fisik. Adanya PVOD akan menyebabkan gejala sianosis dan
menurunnya aktivitas anak dengan nyata.
2.3.3.2 Terdapat murmur sistolik derajat 2 sampai 5/6 yang terdengar maksimal di LLSB
(tanda karakteristik). Thrill sistolik dapat terlihat pada LLSB. Adanya rumble
diastolik di daerah apeks merupakan indikasi adanya L à R melalui defek. Bunyi
jantung S2 dapat terpisah (split), dan intensitas P2 meningkat jika sudah terjadi
hipertensi pulmonal.
a) Penutupan spontan terjadi pada 30-40% keseluruhan kasus VSD, tersering pada jenis
VSD trabekular kecil. Dan umumnya terjadi pada tahun pertama kehidupan. Defek
besar cenderung mengecil sesuai pertambahan umur. VSD inlet dan infundibulum
tidak akan mengecil atau menutup. Gagal jantung terjadi pada bayi dengan VSD besar
setelah berumur 6-8 minggu (setelah tahanan vaskuler paru menurun). PVOD dapat
bermanifes pada bayi usia 6-12 bulan akan tetapi tidak mengalami R à L shunt
sebelum memasuki dekade kedua umurnya.
b) Sesak nafas
c) Bayi sulit menyusui
d) Keringat yang berlebihan
e) Berat badan yang tidak bertambah
f) Asimptomatik pada VSD kecil
g) Takipneu, ISPA berulang
50
43
2.4 PATOFISIOLOGI
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui defek pada
septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat darah mengalir dengan
deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan
didorong masuk ke arteri pulmonalis. Semakin besar defek, semakin banyak darah masuk ke
arteri pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan
menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini masih reversibel
(belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis arteri-arteri kecil paru), tetapi
kemudian pembuluh darah paru menjadi sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan
yang permanen. Bila tahanan pada a.pulmonalis sudah tinggi dan permanen, tekanan pada
ventrikel kanan juga jadi tinggi dan permanen.
VSD ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir
langsung antar ventrikel biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0
cm. Kira – kira 20% dari defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya
menutup secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek ini memiliki
defek sedang dan menunjukkan gejalanya pada masa kanak – kanak. Defek ini sering terjadi
bersamaan dengan defek jantung lain. Perubahan fisiologi yang terjadi sebagai berikut : 1.
Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui
defek tersebut ke ventrikei kanan. 2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru,
yang akhirnya dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskular pulmonar. 3.
Jika tahanan pulmonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat menyebabkan pirau
terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri menyebabkan
sianosis ( sindrom eisenmenger).
51
43
VSD
Hipertropi pulmonal
52
43
Intoleransi aktivitas
53
43
2) Auskultasi :
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak keras,
“split” sempit pada sela iga II kiri dekat sternum. Bunyi jantung I biasanya sulit
dipisahkan dari bising holosistolitik yang kemudian segera terdengar, bising bersifat
kasar, digolongkan dalam bising kebocoran.
b) Pemeriksaan Penunjang
b. Elektrokardiorafi
Pada VSD kecil gambaran EKGnya normal.
c. Radiologi
Pada VSD kecil gambaran radiologi thorax menunjukkan besar jantung normal
dengan/tanpa corakan pembuluh darah berlebih.
3 VSD sedang
c) Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan , tetapi kiri lebih
meningkat
b. Radiologi : terdapat pembesaran jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol,
peningkatan vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus.
4 VSD besar
d) Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi :
Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat bercucuran. Ujung-ujung
jadi hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
54
43
sela intercostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung
yang hiperdinamik.
2. Palpasi :
impuls jantung hiperdinamik kuat, terutama yang timbul dari ventrikel kiri. Karena
defek besar, maka tekanan arteria pulmonalis tinggi, akibatnya penutupan katup
pulmonal jelas teraba pada sela iga III kiri dekat sternum. Teraba getaran bising pada
dinding dada. Pada defek sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan
di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kanan. Anak dengan VSD besar
disertai gagal jantung mempunyai tanda terabanya tepi hati tumpul di bawah lengkung
iga kanan.
3. Auskultasi :
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan sering diikuti ‘click’ sebagai
akibat terbukanya katup pulmonal dengankekuatan pada pangkal arteria pulmonalis
yang melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela iga II kiri.
Kateterisasi jantung dilakukan pada kasus DSV sedang atau besar untuk menilai
besarnya pirau (flow ratio) yaitu perbandingna antara sirkulasi sistemik. Operasi harus
dilakukan bila ratio tersebut sama dengan atau lebih besar dari 2.
2.6 KOMPLIKASI
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
55
43
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Penggunaan oksigen.
Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita gagal jantung dengan
udem paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari kanan ke kiri yang mendasari dengan
hipoksemia kronik.(3) Diberikan oksigen 30-50% dengan kelembaban tinggi supaya jalan
nafas tidak kering dan memudahkan sekresi saluran nafas keluar.2 Namun, oksigen tidak
mempunyai peran pada pengobatan gagal jantung kronik.
a. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
b. Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70-80% (2/3) dari
kebutuhan.
Sebelum ada agen diuretik kuat, pembatasan diet natrium memainkan peran penting
dalam penatalaksanaan gagal jantung. Makanan rendah garam hampir selalu tidak sedap,
56
43
lebih baik untuk mempertahankan diet adekuat dengan menambah dosis diuretik jika
diperlukan. Sebaiknya tidak menyarankan untuk membatasi konsumsi air kecuali pada
gagal jantung yang parah.
c. Diet makanan berkalori tinggi
Bayi yang sedang menderita gagal jantung kongestif banyak kekurangan kalori karena
kebutuhan metabolisme bertambah dan pemasukan kalori berkurang. Oleh karena itu,
perlu menambah kalori harian. Sebaiknya memakai makanan berkalori tinggi, bukan
makanan dengan volume yang besar karena anak ini ususnya terganggu. Juga sebaiknya
makanannya dalam bentuk yang agak cair untuk membantu ginjal mempertahankan
natrium dan keseimbangan cairan yang cukup.
d. Pemantauan hemodinamik yang ketat.
Pengamatan dan pencatatan secara teratur terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan
darah, berat badan, hepar, desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis,
kesadaran dan keseimbangan asam basa.
e. Hilangkan faktor yang memperberat (misalnya demam, anemia, infeksi) jika ada.
Peningkatan temperatur, seperti yang terjadi saat seorang menderita demam, akan sangat
meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali dari frekuensi denyut
normal. Penyebab pengaruh ini kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas
membran otot ion yang menghasilkan peningkatan perangsangan sendiri. Anemia dapat
memperburuk gagal jantung, jika Hb < 7 gr % berikan transfusi PRC. Antibiotika sering
diberikan sebagai upaya pencegahan terhadap miokarditis/ endokarditis, mengingat
tingginya frekuensi ISPA (Bronkopneumoni) akibat udem paru pada bayi/ anak yg
mengalami gagal jantung kiri.12 Pemberian antibiotika tersebut boleh dihentikan jika
udem paru sudah teratasi. Selain itu, antibiotika profilaksis tersebut juga diberikan jika
akan dilakukan tindakan-tindakan khusus misalnya mencabut gigi dan operasi. Jika
seorang anak dengan gagal jantung atau kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka
tiga hari sebelumnya diberikan antibiotika profilaksis dan boleh dihentikan tiga hari
setelah operasi.
f. Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai malnutrisi,
Memberikan gambaran perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk gagal jantung bila
diberikan makanan pipa yang terus-menerus.
Karena penyebab gagal jantung begitu bervariasi pada anak, maka sukar untuk membuat
generalisasi mengenai penatalaksanaan medikamentosa. Walaupun demikian, dipegang
57
43
beberapa prinsip umum. Secara farmakologis, pengobatan adalah pendekatan tiga tingkat,
yaitu:
1. Memperbaiki kinerja pompa jantung
2. Mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan
3. Mengurangi beban kerja
Pendekatan pertama adalah memperbaiki kinerja pompa dengan menggunakan digitalis, jika
gagal jantung tetap tidak terkendali maka digunakan diuretik (pegurangan prabeban) untuk
mengendalikan retensi garam dan air yang berlebihan. Jika kedua cara tersebut tidak efektif,
biasanya dicoba pengurangan beban kerja jantung dengan vasodilator sistemik
(pengurangan beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih lanjut
memperbaiki kinerja pompa jantung dapat dicoba dengan agen simpatomimetik atau agen
inotropik positif lain. Jika tidak ada dari cara-cara tersebut yang efektif, mungkin diperlukan
transplantasi jantung. Untuk menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti dan
berulangkali terhadap denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar,
desakan vena sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis, dan kesadaran.
a. Farmakologi
1) Vasopresor atau vasodilator adalah obat-obat yang dipakai untuk anak dengan
defek septum ventrikular dan gagal jantung kronik berat.
58
43
Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian dan bahasan Ventricular Septal Defect (VSD) dapat
disimpulkan bahwa penyakit jantung bawaaan tidak berhubungan dengan status pendidikan
orangtua. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara tingkat pedidikan orangtua,
pengetahuan orangtua dengan upaya pencarian bantuan, pengambilan keputusan dalam
melaksanakan tindakan medic yang diambil dokter, pengetahuan orangtua mengenai
pemberian gizi, dan pelaksanaan imunisasi pada anak dengan PBJ.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian tentang hubungan antara BPJ
pada anak dengan status pendidikan orang tua belumbanyak dilakukan. Penelitian ini masih
terfokus pada seberapa besar pengetahuan orangtua terhadap PBJ yang diderita anak.
59
43
60
43
ASUHAN KEPERAWATAN
2.9 PENGKAJIAN
A. Biodata Pasien
Nama : An. A
No. Medrek : 13035690
Usia : 3 bulan 12 hari
Tanggal lahir : 26 Agustus 2019
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Jln. Andi Latanratu polewali
Agama : Islam
Suku : Mandar
Tanggal masuk RS : 30 November 2019
Tanggal pengkajian : 9 Desember 2019
61
43
susu, dan BB dan TB yang tidak mengalami peningkatan signifikan sejak klien
dilahirkan.
E. Riwayat kesehatan masa lalu : Sejak 2 minggu SMRS klien mengalami sesak napas
tanpa demam, dibawa berobat ke dokter anak di diagnose infeksi pada paru.
Pemeriksaan lanjutan mengatakan bahwa klien mengalami kebocoran jantung. Dan
satu hari SMRS klien mengalami sesak yang dirasakan semakin berat, keluhan tidak
disertai mengi, mengorok, kebiruan sekitar mulut, ujung jari. Bengkak disertai
muntah, mencret, mata kemerahan, kejang, dan penurunan kesadaran. BAK tidak ada
keluhan.
F. Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit jantung dalam keluarga ada,
yakni paman klien, riwayat batuk dari ayah klien, sedangkan nenek klien mengalami
Diabetes Melitus sejak lama
G. Riwayat Kehamilan : Klien mengaku jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan pada saat hamil. Pada usia kehamilan 1-5 bulan klien hanya kontrol 1 kali,
baru kontrol rutin pada saat usia kehamilan 6 bulan. Selama hamil klien sering
mengkonsumsi Redoxon.
H. Genogram :
Keterangan :
= Perempua
= Laki laki
I. Antropometri
Tinggi Badan lahir : 59 cm Tinggi Badan sekarang : 60 cm
62
43
63
43
P. Terapi
- O2 lembab 1 liter/m/nasal canule
- Pasang NGT
- Ampicilin Sulbaktam 4x200 mg IV
- Gentamicin 1x30 mg IV
- Captopril pulvus 3x2 mg per sonde
- Furosemid pulvus 2x2 mg per sonde
- Parasetamol syrup 2x ½ cth apabila terjadi demam
64
43
Q. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan (kardiopulmonal) berhubungan dengan gangguan
transport oksigen ditandai dengan klien mengeluh sesak napas (RR meningkat),
retraksi intercostae, retrasksi epigastrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan memasukkan atau mencerna makanan ditandai dengan
kurangnya nafsu makan, tidak ada peningkatan BB dan TB yang signifikan
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi
klien ditandai dengan orang tua terlihat bingung dan meminta perawat untuk
menjelaskan mengenai kondisi klien
4. Resiko tinggi jatuh
65
43
- Nafsu makan
66
43
DS : - malas menyusu
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kurang informasi
Kecemasan
- Skor humpty
67
43
68
43
2.11 INTERVENSI
69
43
70
43
71
43
6. Ciptakan
lingkungan
10. Indikasi
yang
penumpukan
menyenang
cairan
kan untuk
makan
(misalnya :
penggunaan
tempat
makan
dengan
aksen lucu
dan
pemberian
makanan
yang
interaktif)
7. Monitor
turgor kulit
8. Monitor
mual
muntah
9. Berikan
informasi
kepada
keluarga
mengenai
pentingnya
memberi
makan tepat
waktu, cara
penyimpan
72
43
an dan
pemberian
makan yang
baik
10. Catat
adanya
edema
3. Kecemasan Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk
orang tua tindakan pendekatan menumbuhkan
berhubungan keperawatan yang kepercayaan
dengan selama 2x24 jam, menenangk orang tua klien
kurangnya klien dapat an kepada terhadap
informasi mengontrol orang tua perawat
mengenai kecemasan yang klien 2. Untuk
kondisi klien dirasakannya 2. Dorong mengetahui
ditandai dengan dengan kriteria agar orang kondisi orang
orang tua hasil sbb: tua klien tua klien dan
terlihat bingung dapat mengidentifika
- Postur tubuh,
dan meminta mengungka si intervensi
ekspresi
perawat untuk pkan apa yang tepat
wajah, bahasa
menjelaskan yang 3. Meningkatkan
tubuh, dan
mengenai dirasakanny rasa aman dan
tingkat
kondisi klien a nyaman
aktivitas
3. Dengarkan 4. Mengetahui
menunjukkan
apa yang sejauh mana
berkurangnya
diungkapka kecemasan
kecemasan
n oleh yang dirasakan
- TTV dalam
orang tua oleh klien
batas normal
klien 5. Mengenali hal
- Klien
dengan hal apa saja
mengatakan
penuh yang dapat
bahwa dirinya
perhatian membuat orang
memahami
73
43
74
43
7. Ajarkan
tekhnik
relaksasi
seperti tarik
nafas dalam
8. Berikan
dorongan
positif
kepada
orang tua
klien dan
keluarga
4. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Mencegah klien
jatuh tindakan lingkungan terjatuh
keperawatan yang aman
selama 1x24 jam bagi klien
resiko jatuh dengan
terkontrol, klien memberitah
tidak mengalami ukan orang 2. Indikasi adanya
injuri, dengan tua klien resiko jatuh,
kriteria hasil : untuk tidak meningkatkan
memposisik kewaspadaan
- Klien
an klien petugas
terbebas dari
terlalu kesehatan dan
resiko
pinggir keluarga
cedera
dengan 3. Lingkungan
- Orang tua
penyangga yang terang
klien
bed terbuka meminimalkan
mampu
75
43
76
43
77
43
78
43
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi klien
4. Memberikan
informasi
kepada orang
tua klien
tentang
kebutuhan
nutrisi dan
bagaimana cara
memenuhinya
5. Memberikan
klien makanan
sesuai jumlah
kebutuhan yang
sudah
ditetapkan yaitu
8 x 65 cc
6. Menciptakan
lingkungan
yang
menyenangkan
untuk makan
(misalnya :
penggunaan
tempat makan
dengan aksen
lucu dan
pemberian
makanan yang
79
43
interaktif)
7. Memonitor
turgor kulit
8. Memonitor
mual muntah
9. Memberikan
informasi
kepada keluarga
mengenai
pentingnya
memberi makan
tepat waktu,
cara
penyimpanan
dan pemberian
makan yang
baik
10. Mencatat
adanya edema
3. Kecemasan orang tua 1. Melakukan S = orang tua
berhubungan dengan kurangnya pendekatan tampak antusias
informasi mengenai kondisi klien yang mendengarkan
ditandai dengan orang tua terlihat menenangkan penjelasan dari
bingung dan meminta perawat kepada orang perawat, mengatakan
untuk menjelaskan mengenai tua klien sudah cukup
kondisi klien 2. Mendorong mengerti
agar orang tua
O = bingung (-)
klien dapat
mengungkapkan A = masalah teratasi
apa yang
P = pertahankan
dirasakannya
intervensi
3. Mendengarkan
80
43
apa yang
diungkapkan
oleh orang tua
klien dengan
penuh perhatian
4. Mengidentifikas
i skala
kecemasan yang
dirasakan oleh
orang tua klien
5. Membantu
orang tua klien
mengenali
situasi yang
dapat
menimbulkan
kecemasan
6. Memberikan
penjelasan
kepada orang
tua klien secara
tepat dan rinci
mengenai
kondisi klien,
prognosis
penyakit dan
tindakan yang
diberikan
7. Memberikan
dorongan positif
kepada orang
tua klien dan
81
43
keluarga
4. Resiko tinggi jatuh 1. Menciptakan S = orang tua
lingkungan menyatakan paham
yang aman bagi mengenai penjelsan
klien dengan perawat ttg resiko
memberitahuka jatuh
n orang tua
O = patuh
klien untuk
penggunaan gelang
tidak
kuning
memposisikan
klien terlalu A = masalah teratasi
pinggir dengan sebagian
penyangga bed
P = lanjutkan
terbuka
intervensi
2. Menggunakan
gelang kuning
sebagai idebtitas
resiko jatuh
3. Memberikan
penerangan
lingkungan
yang cukup
4. Menganjurkan
keluarga untuk
selalu
menemani klien
5. Menjelaskan
kepada orang
tua bahwa klien
beresiko jatuh
6. Menjauhkan
klien dari benda
82
43
berbahaya
83
43
84
43
85