Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA NY “B” DENGAN KASUS “CHF” DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH HAJJAH ANDI DEPU POLEWALI MANDAR

HUSNUL YAQIN S.Kep

N.21.005

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

(.........................................) (.........................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA GENERASI POLEWALI MANDAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena Berkat
Rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga dapat melaksanakan praktek klinik stase Keperawatan
Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Hajjah Andi Depu Polewali Mandar dan dapat
menyelesaikan laporan ini di tepat pada waktunya.

Tujuan penyusunan laporan ini untuk memberikan gambaran hasil pengkajian


Asuhan/Resume Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Hajjah Andi
Depu Polewali Mandar. Dalam rangka memenuhi salah satu tugas praktek stase Keperawatan
Gawat Darurat Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Generasi
Polewali Mandar.

Penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan
motivasi berbagai pihak, baik secara material, maupun spiritual sehingga proses dalam stase
Gawat Darurat sampai pengumpulan laporan di ruangan ICU Rumah Sakit Umum Derah
Hajjah Andi Depu Polewali Mandar dapat terselesaikan.

Kami sangat menyadari, laporan yang kami berikan dalam bentuk serba kekurangan
dan kelemahan baik isi maupun tehnik penulisan. Untuk ini kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan agar kami lebih beik kedepannya, sehingga dapat menerapkan sistem
management dengan baik.

Pada akhirnya, kami mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
Mahasiswa Keperawatan Program Studi Profesi Ners, institusi terkait dilingkungan Rumah
Sakit Umum Daerah Hajjah Andi Depu Polewali Mandar. Khususnya diruang ICU, institusi
pendidikan Stikes Bina Generasi Polewali Mandar Program Profesi Ners dimasa depan,
pembaca dan pada umumnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan
datang.

Polewali, Juni 2022

Husnul Yaqin,S.Kep
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
2. Etiologi
3. Tanda Dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Pathway
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Primer
2. Pengkajian Sekunder
3. Diagnosa Keperawatan Utama
4. Intervensi Dan Rasional

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
seseorang dapat mengalami kejadian kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan
sampai kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian gawat darurat, antara lain
kecelakaan, tindakan anarkis yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan
bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat darurat
yang tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama pada korban/pasien dapat dilakukan
secara optimal.
Gawat Darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan
medis segera, apabila tidak di lakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi Gawat
Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat
darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan
pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut
(Kemenkes, 2009).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area dalam Rumah Sakit yang dirancang dan
di gunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang
membutuhkan perawatan akut atau mendesak (QueenslandHealthED, 2012). Unit ini
memiliki tujuan utama yaitu untuk menerima, melakukan triage, menstabilisasi, dan
memberikan pelayanan kesehatan akut umtuk pasien, termasuk pasien yang membutuhkan
resusitasi dan pasien dengan tingkat kegawatan tertentu (Australian Collegefor Emergency
Medicine, 2014).
Instalasi gawat darurat juga menyediakan pelayanan untuk korban kecelakaan dan
situasi bencana. Terdapat beberapa tipe pasien khusus yang biasanya ditemui di IGD yang
mungkin membutuhkan pemeriksaan dan tindakan yang khusus antara lain pasien dengan
trauma mayor, pasien lansia, anak-anak dan remaja, pasien dengan gangguan jiwa, pasien
deng an penyakit infeksius, dan pasien yang terpapar bahan kimia, biologi atau kontaminasi
radiologi (Australian College for Emergency Medicine, 2014).
Ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan yang khusus untuk semua pasien
yang mengalami sakit kritis, baik karena penyakit dengan infeksi berat atau pasien yang
mengalami operasi dengan resiko yang besar, dimana pasien yang dirawat di icu memiliki
criteria tertentu. Salah satunya adalah pasien gagal nafas, Pasien dengan gagal nafas harus
dilakukan pemasangan pipa nafas dan ventilator. Jika pasien mampu mempertahankan
pernafasan dengan adekuat maka proses weaning bisa dimulai agar pasien bisa segera
dilakukan pelepasan selang endotracheal dan pasien bisa bernafas secara spontan tanpa
bantuan alat. Weaning dapat diartikan sebagai usaha untuk melepaskan penderita dari
ketergantungan ventilasi mekanik yang dilakukan secara bertahap. Dengan kata lain
weaning berarti pengurangan bantuan hingga penghentian pemberian terapi oksigen
ventilasi mekanik karena kebutuhan ventilasi pasien terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa
weaning merupakan rangkaian proses pelepasan pasien dari bantuan ventilasi mekanik dan
berlangsung secara bertahap yang titik puncaknya adalah proses ekstubasi / pelepasan jalan
napas buatan dari tubuh pasien.
Congestive Heart Failure adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompa
darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain,
diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan (Horrison,2014). Pada kondisi gagal jantung kongestif adanya
peningkatan tekanan vaskuler pulmonal akibat gagal jantung kiri menyebabkan overload
tekanan tekanan serta gagal jantung kanan (Aaronson & ward, 2013).CHF adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF akan
meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan.
CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lainnya. CHF juga dapat menjadi kondisi
akut dan berkembang secara tiba-tiba.
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestive merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden
dan prevelensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar 5-10% pertahun pada
gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat.
Menurut WHO, mencatat 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat gangguan
kardiovaskuler. Lebih dari 75% penderita kardiovaskuler terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah, dan 80% kematian kardiovaskuler disebabkan oleh
serangan jantung dan stroke. Sedangkan di Asia Tenggara menunjukkan Indonesia termasuk
kelompok dengan jumlah kejadian tertinggi yaitu 371 per 100.000 orang lebih tinggi di
bandingkan Timur Leste sebanyak 347 per 100.000 orang.
Dengan semakin banyaknya kasus Congestive Heart Failure maka penting bagi kita
sebagai perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas penulis ingin melakukan Asuhan
Keperawatan pada klien Ny. B Dengan Congestive Heart Failure Di Ruang ICU RSUD
Hajjah. Andi Depu Polewali Mandar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pelayanan gawat darurat adalah untuk mencegah kematian dan cacat
pada penderita gawat darurat hingga dapat hidup dan sehat dan berfungsi
kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah:
a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai.
c. Penanggulangan korban bencana, Penolong harus mengetahui
penyebab kematian agar dapat mencegah kematian.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan
oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh
gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo
Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika janng tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

2. Etiologi
Secara Umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani, 2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload)
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,
gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan dan penyakit
miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Infark miokardium menyebabkan pengurangan kontraktilitas,
menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya
kembang ruang jantung.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya
aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load).

e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.

3. Tanda Dan Gejala


a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.

2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal


paroksismal (PND).

3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat


berubah menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).

5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.

6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)


7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala- gejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan

b. Gagal Jantung Kanan


Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi
kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena jugularis dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan

4. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung.
Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan
jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya
tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal. Sebagai respon terhadap
gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu meningkatnya aktivitas
adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan
hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai
untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal
pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal.
Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung
pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
c. Ekokardiografi
6) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan
ditanyakan bersama EKG)
7) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
8) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan
dalampembuluh darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal terapi diuretic.
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi.
Pathway.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Identitas
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab


Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea.
2) Lelah, pusing.
3) Nyeri dada.
4) Edema ektremitas bawah.
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen.
6) Urine menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea,
ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain
yang mengganggu pasien.

d. Riwayat penyakit dahulu


Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.

e. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.

f. Pengkajian Data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,
pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang.
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

2. Pengkajian Sekunder

a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah
• Nilai normalnya :Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
• Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
• Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardiatau
takikkardi)
c) Pernafasan
• Nilai normalnya : Frekuensi : 16-60 x/menit
• Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat /
aktivitas
d) Suhu Badan
• Metabolisme menurun
• Suhu menurun

3) Head to toe examination :


a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
(1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal : ICS ke5)
(2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel
(3) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
• Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra Kanan
bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
• Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
• Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
(4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
• BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi isimetris
dari bilik pada permulaan systole
• BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan
arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira
pada permulaan diastole.
• (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)

4) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung
dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram.
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap
lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin
meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.

3. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :
a. Gangguan Pertukaran Gas
Defenisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler.
Penyebab : Perubahan membrane alveolus-Kapiler

Batasan Karakteristik :
• Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif :PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan.
• Kriteria minor :
1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur
2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola
nafas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun.
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

b. Pola Nafas Tidak Efektif


Defenisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas)

Batasan Karakteristik
• Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi
memanjang, pola nafas abnormal.
• Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun,
ekskrusi dada berubah.
Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax

c. Penurunan Curah Jantung


Defenisi : Ketidak adekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh.
Penyebab : Perubahan preload, perubahan afterload dan/ atau perubahan
kontraktilitas

Batasan Karakteristik
• Kriteria mayor
1) Subjektif : Lelah
2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure
(CVP) meningkat/,menurun.

• Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary
artery wedge pressure (PAWP) menurun
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

d. Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambatberintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)

Batasan karakteristik
• Kriteria mayor :
1) Sujektif : Mengeluh nyeri
2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur
• Kriteria Minor
1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.
Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis

e. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab : kelemahan

Batasan karakteristik :
• Kriteria mayor :
1) Subjektif : Mengeluh lelah
2) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
• Kriteria minor :
1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas, merasa lemah

2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,


gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas,
gambaran EKG menunjukkan iskemia,sianosis
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif

f. Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi

Batasan karakteristik :
• Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.
2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
• Kriteria minor :
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak
berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar,
kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait : Penyakit Akut.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan
SIKI adalah :
Tabel : 2.2 intervensi keperawatan

Dx. keperawatan NOC NIC

1.Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi)


pertukaran gas Setelah dilakukan - Monitor frekuensi irama, kedalaman
b.d perubahan tindakan dan upaya nafas
membran keperawatan - Monitor pola nafas
alveolus-kapiler diharapkan - Monitor kemampuan batuk efektif
pertukaran gas - Monitor nilai AGD
meningkat. - Monitor saturasi oksigen
- Auskultasi bunyi nafas
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Kriterian hasil
- Jelaskan tujuan dan
: (Pertukaran
prosedur pemantauan
gas L.01003)
- Informasikan hasil pemantauan, jika
1.Dipsnea menurun
perlu
2.bunyi nafas
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
tambahan menurun
aktifitas dan/atau tidur
3.pola nafas
membaik
4. PCO2 dan
O2 membaik

2. Pola nafas Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)


tidak efektif b.d Setelah dilakukan - Monitor pola nafas(frekuensi,
hambatan upaya tindakan kedalaman, usaha nafas)
nafas. keperawatan - Monitor bunyi nafas tambahan (mis:
diharapkan pola gagling, mengi, Wheezing, ronkhi)
nafas membaik. - Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Kriteria hasil : - Posisikan semi fowler atau fowler
(pola nafas L.01004) - Ajarkan teknik batuk efektif
1. Frekuensi nafas Kolaborasi pemberian bronkodilato,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu
dalam rentang
normal
2. Tidak ada
pengguanaan
otot bantu
pernafasan
Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea.
3. Penurunan Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)
curah jantung setelah dilakukan - Identifikasi tanda/gejala
b.d perubahan tindakan primer penurunan curah jantung
preload / keperawatan - Identifikasi tanda/gejala
perubahan diharapkan curah sekunder penurunan curah
afterload / jantung meningkat. jantung
perubahan - Monitor intake dan output cairan
kontraktilitas Kriteria hasil - Monitor keluhan nyeri dada
:(curah - Berikan terapi terapi relaksasi
jantung untuk mengurangi strees, jika
1.Tanda vital perlu
dalam rentang - Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
normal toleransi
2.Kekuatan nadi - Anjurkan berakitifitas fisik secara
perifer meningkat bertahap
3. Tidak ada edema - Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu

4. Nyeri akut b.d Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)


gen penedera dilakukan - Identifikasi lokasi, karakteristik
fisiologis (Mis: tindakan nyeri, durasi, frekuensi, intensitas
Iskemia) keperawatan nyeri
diharapkan - Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri - Identifikasi faktor yang
menurun. memperberat dan memperingan
nyeri
Kriteria hasil - Berikan terapi non farmakologis
: Tingkat untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri - Kontrol lingkungan yang
(L.08066) memperberat rasa nyeri (mis: suhu
1. Pasien mengatakan ruangan, pencahayaan,kebisingan)
nyeri berkurang dari - Anjurkan memonitor nyeri secara
skala 7 menjadi 2 mandiri
2.Pasien - Ajarkan teknik non farmakologis
menunjukkan untuk mengurangi nyeri
ekspresi wajah tenang - Kolaborasi pemberian analgetik,
3.Pasien dapat jika perlu
beristirahat dengan
nyaman
5. Intoleransi Tujuan : (Manajemen energi I.050178)
aktifitas b.d setelah dilakukan - Monitor kelelahan fisik dan
kelemahan tindakan emosional
keperawatan - Monitor pola dan jam tidur
diharapkan - Sediakan lingkungan yang nyaman
toleransi aktifitas dan rendah stimulus (mis: cahaya,
meningkat. suara, kunjungan)
- Berikan aktifitas distraksi yang
Kriteria hasil : menenangkan
Toleransi - Anjurkan tirah baring
aktivitas - Anjurkan melakukan aktifitas secara
(L.05047) bertahap
1. kemampuan - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
melakukan aktifitas cara meningkatkan asupan makanan
sehari-hari
meningkat 2.Pasien
Mampu berpindah
dengan atau tanpa
bantuan 3.Pasien
mangatakan dipsnea
saat dan/atau
setelah aktifitas
Menurun.

6. Ansietas b.d Tujuan : (Terapi reduksi I.09314)


kurang terpapar setelah dilakukan - Identifikasi saat tingkat
informasi tindakan ansietas berubah
keperawatan - Pahami situasi yang
diharapkan tingkat membuat ansietas
ansietas menurun. - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang teang
Kriterian hasil : dan meyakinkan
(Tingkat ansietas - Informasikan secara faktual
L.09093) mengenai diagnosis, pengobatan,
1.Pasien dan prognosis
mengatakan telah - Anjurkan keluarga untuk
memahami tetap menemani pasien, jika perlu
penyakitnya - Anjurkan mengungkapkan
2.Pasien tampak perasaan dan persepsi.
tenang
3.Pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman.

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang


dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry,
2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni
subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan


keperawatan, yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi.

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian.

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pendahuluan

Gagal jantung adalah sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan pada
struktur atau fungsi jantung yang mengakibatkan jantung tidak dapat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Gagal jantung ditandai dengan
manifestasi klinik berupa kongesti sirkulasi, sesak, fatigue dan kelemahan. Gagal
jantung masih merupakan masalah utama dalam negara industri (Kasper et al ., 2004).
Baru-baru ini didapatkan bahwa Congestive Heart Failure terkait dengan penurunan
kardiak output dan vasokonstriksi perifer yang berlebihan (Haji dan Mohaved, 2000).
Gagal jantung sering diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi miokard atau
diakibatkan karena abnormalitas dari otot jantung seperti pada kasus kardiomiopati
atau viral karditis (Kasper et al ., 20014).

Gagal jantung karena disfungsi miokard mengakibatkan kegagalan sirkulasi


untuk mensuplai kebutuhan metabolisme jaringan. Hal ini biasanya diikuti kerusakan
miokard bila mekanisme kompensasi gagal. Penyebab kerusakan pada miokard antara
lain infark miokard, stress kardiovaskular (hipertensi, penyakit katub), toksin
(konsumsi alkohol), infeksi atau pada beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya
(Crawford, 2012). Penyebab lain adalah arteroskerosis pada koroner, congenital,
kelainan katub, hipertensi atau pada kondisi jantung normal dan terjadi peningkatan
beban melebihi kapasitas, seperti pada krisis hipertensi, ruptur katub aorta dan pada
endokarditis dengan masif emboli pada paru. Dapat pula terjadi dengan fungsi sistolik
yang normal, biasanya pada kondisi kronik, misal mitral stenosis tanpa disertai
kelainan miokard (Kasper et al ., 2014).

Insiden dan prevalensi gagal jantung cenderung meningkat, hal ini juga disertai
dengan peningkatan mortalitas (Saunders, 2010). Di Amerika Serikat 1 juta pasien
rawat inap akibat gagal jantung, dan memberikan kontribusi 50.000 kematian tiap
tahunnya (Kasper et al ., 2014) dan angka kunjungan ke rumah sakit sebanyak 6,5 juta
akibat gagal jantung (Hunt et al., 2015) Dari tahun 1990- 1999 didapatkan
peningkatan rawat inap karena gagal jantung dari 810 ribu menjadi lebih dari 1 juta
dengan diagnosis primer, dan dari 2,4 juta menjadi 3,6 juta yang didiagnosis gagal
jantung primer atau sekunder. Tahun 2001 didapatkan angka kematian sebesar 53 ribu
dengan gagal jantung sebagai penyebab primer. Didapatkan pula kecenderungan
peningkatan insiden gagal jantung pada usia tua, hipertensi, dislipidemia, dan
diabetes. Insiden gagal jantung pada usia < 45 tahun 1/1000, meningkat menjadi
10/1000 pada usia > 65 tahun, dan menjadi 30/1000 (3%) pada usia >85. Didapatkan
peningkatan secara eksponenstial sesuai dengan peningkatan usia, 0,1 % range antara
50-55 tahun dan menjadi 10% pada usia >80 tahun. Di Amerika didapatkan prevalensi
sebesar 4,8 juta, dan sekitar 75% dengan usia > 65 tahun. Insiden dan prevalensi gagal
jantung didapatkan lebih tinggi pada wanita, didapatkan perbandingan ½, hal ini
diperkirakan karena angka harapan hidup pada wanita lebih lama (Saunders, 2010).

Walaupun dengan terapi yang adequate namun angka kematian akibat Gagal
jantung cenderung tetap (Hunt et al ., 2015). Prognosis pasien gagal jantung buruk
walaupun dengan terapi yang adequate . Data yang diperoleh sekitar 35% pasien pria
bertahan hidup setelah onset akut gagal jantung dan 50% pada wanita. Secara umum
didapatkan data mortalitas pada klas IV (adanya symptom saat istirahat) sekitar 30-
70%, klas III (adanya symptom dengan aktiviitas ringan) 10-20%, klas II (adanya
symptom saat aktivitas sedang 5-10%. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada pasien
lebih tua, laki-laki, penurunan fraksi ejeksi dan adanya penyakit koroner. Biaya yang
dikeluarkan untuk terapi gagal jantung di Amerika antara 15-40 trilyun US$
(Saunders, 2000). Gagal jantung sebenarnya bukan istilah yang tepat, karena hal ini
memiliki beberapa interpretasi dan menggambarkan beberapa kondisi klinik yang
berbeda. Gagal jantung kanan atau kiri memiliki karakteristik yang berbeda namun
seringkali muncul secara bersamaan (Warrell et al ., 2013).

Gagal jantung merupakan sindroma klinik yang komplek yang diakibatkan oleh
adanya kelainan struktur atau fungsional yang mengakibatkan ventrikel tidak dapat
memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Tanda cardinal dari gagal jantung adalah dyspnea dan fatigue yang menyebabkan
keterbatasan aktivitas, serta retensi cairan yang dapat menyebabkan odema paru atau
odema peripheral. Kedua gangguan ini mengakibatkan penurunan kapasitas
fungsional dan penurunan kualitas hidup individu, namun keduanya tidak harus
didapatkan secara bersamaan. Pada beberapa pasien hanya didapatkan intoleransi
dalam olahraga namun tidak didapatkan gejala retensi cairan. Gejala gagal jantung
dapat diakibatkan karena adanya kelainan pada pericardium, myocardium,
endokardium atau pada pembuluh darah besar, namun sebagian besar pasien
didapatkan gejala karena adanya impairment pada miokard ventrikel kiri. Gagal
jantung terkait dengan abnormalitas pada ventrikel kiri dengan range mulai dari
ukuran ventrikel kiri normal dengan fraksi ejeksi yang normal dengan disertai
vasodilatasi yang berat atau menurun. Pada kebanyakan pasien didapatkan kelainan
pada sistolik dan diastolic disamping adanya gangguan pada fraksi ejeksi. Pasien
dengan fraksi ejeksi yang normal memerlukan terapi yang berbeda dengan yang
mengalami penurunan fraksi ejeksi, walaupun hal ini masih kontroversial. Penyebab
Gagal jantung yang lain adalah arterosclerosis koroner, hipertensi atau kardiomiopati,
kelainan katub, dan segala kelainan pada jantung (Hunt et al. , 2015)

Klasifikasi terbaru adalah berdasarkan pola disfungsi ventrikel, yaitu adanya


gangguan pada sistolik, diastolic atau pada keduanya, dan klasifikasi ini terbukti
efektif. Patofisiologi gagal jantung akibat kelainan pada ventrikel sangat komplek.
Gejala klinis yang dapat dikategorikan sebagai gagal jantung adalah dimulai dengan
penurunan effective cardiovascular functional reserve , adanya gejala saat istirahat
atau dengan sedikit aktivitas, dan perubahan karakteristik patofisiolagi pada system
organ, antara lain biokimia, hormonal, metabolik atau perubahan fungsi. Jadi dengan
kata lain gagal jantung merupakan sindrome yang ditandai dengan penurunan fungsi
ventrikel kiri karena suatu proses patofisiologi tertentu yang menimbulkan gejala dan
keterbatasan aktivitas.

Terdapat dua mekanisme yang menyebabkan pengurangan pada cadiac output


dan kegagalan jantung yaitu disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik. Penyebab
tersering dari disfungsi sistolik adalah penyakit jantung iskemik, idiopatik
kardiomyopathy, hipertensi, dan penyakit katup jantung. Disfungsi diastolik dapat
terjadi pada 40-50% pasien dengan kegagalan jantung, lebih sering terjadi pada
wanita, dan frekuensi akan semakin meningkat seiring dengan penambahan usia.
Disfungsi diastolik dapat terjadi pada beberapa kondisi yang menyebabkan disfungsi
sistolik. Penyebab tersering dari disfungsi sistolik ini adalah hipertensi, penyakit
jantung iskemik, hipertropik kardiomiopati, dan restriktif kardiomiopati (Figueroa dan
Peters, 2016)

Sedangkan tanda yang biasanya akan tampak pada pasien dengan congestive
gagal jantung adalah letak apek jantung yang terletak lebih lateral (akibat pembesaran
dari jantung), adanya gallop rhytm. Suara murmur mengindikasikan adanya penyakit
pada katup jantung, misalkan regurgitasi aorta, atau mitral stenosis. Kegagalan pada
jantung kiri memberikan tanda berupa takipnea, rales atau crackles yang mana
mengindikasikan telah terjadinya edema pulmonary, perkusi yang redup pada area
paru dan penurunan suara nafas terutama pada basal paru mengindikasikan telah
terjadinya efusi pleura, dan terjadinya sianosis akibat penurunan difusi oksigen pada
kapiler pulmonary (Medical Criteria, 2015)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Ny.B dengan gagal jantung (Congestive heart failure)
memberikan pengalaman yang nyata untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis
pada aplikasinya. Penulis menemukan kesenjangan teori dan praktik di lapangan yang
merupakan satu keunikan klien dalam merespon gangguan terhadap kesehatan. Pada bab
ini penulis menyimpulkan proses asuhan keperawatan sebagai berikut:

1. Pengkajian
Data – data yang didapatkan selama pengkajian yaitu klien mengeluh sesak
napas respirasi 32x/menit, napas klien cepat, terpasang oksigen nasalcanul 4liter/menit,
terdapat suara napas tambahan ronchi sesak dirasakan klien.Sesak berkurang jika klien
tidak beraktivitas. Klien mengatakan bengkak pada kedua tungkainya, klien mengalami
mual dan tidak nafsu makan, ketika dirawat di rumah sakit makan habis 1/4 porsi, activity
daily living klien dibantu karena kondisi lemah, kekuatan otot ekstremitas 4 | 4.

2. Diagnosis Keperawatan
Setelah melalui analisa data, maka penulis mendapatkan diagnosa keperawatan pada
Ny.B sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan membrane alveolus- kapiler
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Perubahan kontraktilitas miokardial.
d. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh penulis sesuai dengan kondisi,
kemampuan, sarana dan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yang difokuskan
pada menurunkan atau menghilangkan tingkat sesak, pengawasan tanda-tanda vital,
pengawasan nutrisi, dan pengawasan aktifitas. Penetapan tujuan dan rencana tindakan
didasarkan pada teori dengan mempertimbangkan kondisi klien.

4. Implementasi
Pelaksanaan pada Ny.B sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan
melibatkan keluarga klien sehingga termonitor selama 24 jam. Semua perencanaan yang
berhubungan dengan klien dapat diimplementasikan.

5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir tanggal 09 Juni 2022 masalah yang muncul pada Ny.B
yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial
kondisi klien sesak menurun respirasi 24x/menit. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan gangguan aliran balik vena, kondisi edema menurun pada ekstremitas bawah,
turgor kulit kembali < 2 detik. Bersihan jalan napas tidak efektif, kondisi klien sesak dan
batuk menurun. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan kondisi klien sesak
saat aktivitas menurun, keluhan lelah berkurang kekuatan otot 5 | 5. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual kondisi klien nutrisi terpenuhi
porsi makan habis 1 porsi. Masalah kesehatan pada Ny.B teratasi semua pada hari ketiga,
hal ini dikarenakan klien sangat kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang
diberikan.
B. SARAN
Dari pengalaman selama melakukan asuhan keperawatan di ruang ICU di RSUD
Hajjah Andi Depu Polewali Mandar Penulis mengajukan saran yang kiranya dapat
bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan, diantaranya kepada:

1. Bagi Rumah Sakit


Staf rumah sakit harus memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih baik dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan klien
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya dan khususnya pada pasien Congestive Heart Failure (CHF).

2. Bagi Institusi Pendidikan


Institusi harus meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas
dengan mengasah kemampuan mahasiswanya sehingga dapat menghasilkan perawat
yang profesional, terampil, inovatif, dan bermutu dalam memberi asuhan keperawatan
secara komprehensif berdasarkan ilmu, kiat, dan kode etik keperawatan.

3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam menyerap semua materi selama
perkuliahan, meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan dalam setiap tindakan
keperawatan sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan
baik dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amin H.N & Hardhi K . (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC edisi Revisi Jilid 1, Yogyakarta, Med Action
Publishing.

Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak masyarakat cegah dan


kendalikan kanker

Dipublikasikandari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementeriankesehatan-ajak-
masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari 2017
Irianto K.(2015). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. Bandung :
Alfabeta CV

Pudiastuti Ratna D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas : Teori dan


Aplikasi .

Yogyakarta: Nuhamedika.

Donsu Jenita D. , Bondan P., Sutejo . Rosa D. & Dewi Sari C. ( 2018).
Panduan Penulisan

Tugas Akhir Dalam Bentuk Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Poltekes


Kemenkes

Yogyakarta.

Juall,Lynda,Carpenito. (20013).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Herdman, T.Heather . (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014:

alih bahasa, Sumarwati M , Subekti N.B ; Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai