Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR PERAWATAN GAWAT DARURAT

Oleh :

SALWA APRILIA
089 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Konsep Dasar Perawatan Gawat Darurat”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram, 03 April 2020

i
DAFTAR ISI

Halaman Cover
Lembar Pengesahan....................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Konsep Perawatan Gawat Darurat............................................................. 3
B. Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darurat................................................ 6
C. Efek Kondisi Kegawatdaruratan Terhadappasien Dan Keluarga.............. 7
D. Pengkajian Primer Dan Skunder................................................................ 8
E. Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat...................................... 10
F. Prinsip Etika Pada Keperawatan Gawat Darurat....................................... 12

BAB III PENUTUP......................................................................................... 14


A. Kesimpulan................................................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah
suatu situasi yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan,
kesejahteraan atau lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu
kegawatdaruratan apabila merupakan suatu insiden dan mendesak atau
mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun lingkungan; insiden
yang sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, kecacatan,
merusak kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang
memiliki probabilitas yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke
kehidupan, kesehatan, kesejahteraan ataupun lingkungan (Wikipedia 2015).
Kegawadaruratan medis adalah insiden cedera atau sakit yang akut dan
menimbulkan resiko langsung terhadap kehidupan atau kesehatan jangka
panjang seseorang (Caroline, 2013). Keadaan darurat tersebut memerlukan
bantuan orang lain yang idealnya memiliki kualisifikasi dalam melakukan
pertolongan, hal ini membutuhkan keterlibatan dari berbagai pelayanan
multilevel, baik dari pemberi pertolongan pertama, teknisi sampai kelayanan
kesehatan gawat darurat.
Kegawatdaruratan medis merupakan keadaan harus mendapat intervensi
segera. Dalam merespon kegawatdaruratan telah dibentuk emergency medikal
service (EMS) atau di sebut pula layanan kegawatdaruratan medis. Tujuan
utama dari layanan ini adalah memberikan pengobatan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan medis mendesak, dan tujuan menstabilkan kondisi
saat itu, dan menyediakan transpor efisien dan efektif bagi pasien menuju
layanan pengobatan definitif.
Layanan kegawatdaruratan medis di tiap-tiap negara dan daerah
menyediakan layanan yang beragam dengan metode yang beragam pula, hal
ini ditentukan oleh kebijakan pemerintah negara masing-masing dengan
metode pendekatan yang berbeda pula tergantung dari kondisi dari negara

1
tersebut. Secara umum, semua layanan kegawatdaruratn medis menyediakan
layanan bantuan hidup dasar.
Bantuan hidup dasar merupakan suatau tindakan medis yang dilakukan
pada pasien dengan sakit yang mengancam nyawa atau cidera sampai pasien
tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan penuh dirumah sakit. Pemberian
BHD bertujuan untuk menyediakan sirkulasi darah yang adekuat serta
pernapasan melalui pembebasan jalan napas (AHA 2010).
B. Tujuan
Untuk memahami dan menyamakan konsep mengenai
kegawatdaruratan agar dapat diketahui dan ditangani dengan cepat dan tepat
untuk menghindari perburukan keadaan bagi masyarakat awam umumnya
serta bagi tenaga kesehatan khususnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perawatan Gawat Darurat


Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan
yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis (Wijaya,
2010). Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah
yang tidak urgen. Yang kemudian filosofi tentang keperawatan gawat darurat
menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga
harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan (Wijaya, 2010)
1. Situasi  Gawat Darurat
Ada 4 tipe kondisi gawat darurat yaitu :
a. Gawat Darurat
Keadaan mengancam nyawa yang jika tidak segera ditolong
dapat meninggal atau cacat sehingga perlu ditangani dengan prioritas
pertama. Sehingga dalam keadaan ini tidak ada waktu tunggu. Yang
termasuk keadaan adalah pasien keracunan akut dengan penurunan
kesadaran, gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, gangguan
sirkulasi atau pemaparan pada mata yang dapat menyebabkan
kebutaan ini.
b. Gawat tidak Darurat
Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Keadaan ini termasuk prioritas ke dua dan setelah dilakukan
resusitasi segera konsulkan ke dokter spesialis untuk penanganan
selanjutnya. Yang termasuk pasien gawat tidak darurat adalah:
pasien kanker stadium lanjut yang mengalami keracunan akut.
c. Darurat tidak Gawat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien biasanya sadar tidak ada ganguan
pernapasan dan sirkulasi serta tidak memerlukan resusitasi dan dapat
langsung diberi terapi definitive. Pasien dapat dirawat di ruang rawat

3
inap atau jika keadaannya ringan dapat di pulangkan untuk
selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
d. Tidak Gawat tidak Darurat
Keadaan yang tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan
tindakan darurat. Gejala dan tanda klinis ringan atau
asimptomatis. Setelah mendapat terapi definitive penderita dapat
dipulangkan dan selanjutnya kontrol ke poliklinik rawat jalan.
2. Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Berpikir kritis dalam keperawatan menurut studi riset tahun
1997&1998 adalah komponen esensial dalam tanggung gugat profesional
dan asuhan keperawatan yang bermutu seperti : kreatifitas, fleksibelitas,
rasa ingin tahu, intuisi, pikiran terbuka.
3. Model Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
Terdapat 5 model berpikir yaitu : 
a. T : total recall (ingatan total)
b. H : habits (kebiasaan)
c. I : inquiry (penyelidikan)
d. N : new ideas and creativity (ide baru dan kreatifitas)
e. K : knowing how you think (mengetahui bagaimana anda berpikir)
4. Prinsip Gawat Darurat 
a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan
panik).
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun
saksi.
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah
yang mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan
hebat, keracunan).
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan
secara menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai
(kecuali jika ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan. 
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong. 

4
f. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan
jika hanya ada kondisi yang membahayakan. 
g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan
kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat. 
h. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama
selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai. 
5. Falsafah Keperawatan Kritis dan Kegawatdaruratan
a. Bidang cakupan keperawatan gawat darurat: pre hospital, in hospital,
post hospital.
b. Resusitasi pemulihan bentuk kesadaran seseorang yang tampak mati
akibat berhentinya fungsi jantung dan paru yang berorientasi pada
otak.
c. Pertolongan diberikan karena keadaan yang mengancam kehidupan.
d. Terapi kegawatan intensive: tindakan terbaik untuk klien sakit kritis
karena tidak segera di intervensi menimbulkan kerusakan organ yang
akhirnya meninggal.
e. Mati klinis: henti nafas, sirkulasi terganggu, henti jantung, otak tidak
berfungsi untuk sementara (reversibel). Resusitasi jantung paru
(RJP) tidak dilakukan bila: kematian wajar, stadium terminal
penyakit seperti kanker yang menyebar ke otak setelah 1/2-1 jam
RJP gagal dipastikan fungsi otak berjalan. 
f. Mati biologis: kematian tetap karena otak kerkurangan oksigen. mati
biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan yang mulai
dari neuron otak yang nekrosis setelah satu jam tanpa sirkulasi oleh
jantung, paru, hati, dan lain – lain. 
g. Mati klinis 4-6 menit, kemudian mati biologis. 
h. Fatwa IDI mati: jika fungsi pernafasan seperti jantung berhenti
secara pasti (irreversibel atau terbukti kematian batang otak.
6. Proses Keperawatan Gawat Darurat
a. Waktu yang terbatas
b. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera 
c. Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK, ICU) 

5
d. Informasi yang terbatas 
e. Peran dan sumber daya 
B. Peran Dan Fungsi Perawat Gawat Darura
Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan yang
ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba berada
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya/
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secara cepat dan tepat. (Oman, 2008)
1. Pra Rumah Sakit
a. Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian.
b. Melindungi diri sendiri.
c. Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan bahaya lebih lanjut.
d. Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran, tim SAR,
polisi, dll)
e. Lakukan pengkajian terhadap pasien.
f. Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang dibutuhkan
g. Pindahkan pasien jika diperlukan
h. Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan
2. Dalam Rumah Sakit
a. Peran perawat melakukan triase mengkaji dan menetapkan prioritas
dalam spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada
berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari ancaman
nyawa sampai kondisi kronis.Perawat yang melakukan triase adalah
perawat yang telah mempunyai kualifikasi spesialis keperawatan
gawat darurat dengan adanya kebijakan pimpinan rumah sakit.
b. Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-
individu dari semua umur dan berbagai kondisi.
c. mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas
d. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarganya
e. Memfasilitasi dukungan spiritual
f. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan
memberikan pelayanan secara multi displin

6
g. Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan
akan diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut,
h. Mendokumentasi pelayanan yang diberikan
C. Efek Kondisi Kegawatdaruratan Terhadap Pasien Dan Keluarga
1. Efek terhadap pasien
a. Efek Psikologis
1) Stres akibat kondisi penyakit
2) Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
3) Perasaan isolasi
4) Depresi
5) Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional
(Morton et al, 2011) (Hudak & Gallo, 1997)
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa
penelitian kualitatif pada pasien yang dirawat diruang ICU
menemukan bahwa pasien mengalami stres yang berhubungan
dengan 3 tema besar, yaitu:
1) Stres berkaitan dengan tubuh : menurunnya kontrol terhadap diri
sendiri, reaksi emosi berkaitan dengan prosedur tindakan, dan
loss of meaning (kehilangan makna hidup).
2) Stres berkaitan dengan ruangan ICU : situasi ang ada di ICU
seperti terpasang selang dimulut dan dihidung (OPA, NPA,
OGT, NGT), tempat tidur yang tidak nyaman, keterbatasan
gerak karena alat yang terpasang ditubuh, sulit tidur, tidak
mampu berkomunikasi, lampu yang terang dan hidup terus
menerus, kebisingan dari suara alat-alat yang ada diruang ICU,
tidak adanya privacy (laki-laki dan perempuan berada pada satu
ruangan yang sama).
3) Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain terutama
keluarga : terbatasnya waktu bersama dengan keluarga, tidak
mampu berkomunikasi
b. Efek non Psikologis
1) Ketidakberdayaan

7
2) Pukulan (perubahan) konsep diri
3) Perubahan citra diri
4) Perubahan pola hidup
5) Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial
pasien, kesejahteraan pasien dan keluarga)
6) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)
(Morton et al, 2011) (Suryani, 2012)
2. Efek terhadap keluarga
a. Efek psikologis
1) Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga),
prosedur penanganan
2) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien
(anggota keluarga)
3) Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
b. Efek non psikilogis
1) Perubahan struktur peran dalam keluarga
2) Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3) Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4) Masalah financial keluarga
5) Perubahan pola hidup keluarga (Hudak & Gallo, 1997) (Morton
et al, 2011)
D. Pengkajian Primer Dan Skunder
Pengkajian kegawatdaruratan menurut (Jhon A, Boswick, Ir, MD, 2018)
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada
obstruksi maka lakukan :
1) Chin lift / jaw trust
2) Suction / hisap
3) Guedel airway

8
4) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah:
1) Awake : A Respon
2) Bicara : V Respon
3) Nyeri : P Tidak ada
4) Respon : U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari
semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau
tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post
illnes, Last meal, dan Event/ Environment yang berhubungan dengan
kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat
pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.

9
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode
SAMPLE, yaitu sebagai berikut :
a. S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada
jejas pada thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat
inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi,
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, Dispnea, hemoptisis,
batuk dan emfisema subkutan, Penurunan tekanan darah
b. A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik
alergi obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
c. M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications
especially). Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang
sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi alergi.
Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
d. P : Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
e. L : Last meal (Time)
f. E : Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what
happened
E. Isu End Of Life Di Keperawatan Gawat Darurat
Dalam keperawatan dalam hal issue, etika, dan legal dibahas secara
bersamaan. Hal ini disebabkan oleh saling keterkaitannya mengenai issue,
etika, dan legal. Sebagai contoh mengenai issue legal yaitu penggunaan
Telenursing dalam sistem persyarafan. Telenursing akan berkaitan dengan isu
aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama
seperti “Telehealth” secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa
negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek “Telenursing” dilarang
( perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap
resindesi negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat
local ) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal

10
aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan
telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Menurut Martono, Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak
jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak
secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara
perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep
perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru
diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik
informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum
memadai. Meskipun demikian terdapat pula keuntungan dari Telenursing ini.
Menurut David Knighton, dkk. 2017 ada beberapa
keuntungan Telenursing adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat
mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek, ruang
gawat darurat, RS dan nursing home ).
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan
jangkauan pelayanan keperawatan tanpa batas geografis.
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di
RS.
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan
biaya dan meningkatkan pemanfaatan tehnologi.
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model
distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan. Telenursing dapat pula digunakan dalam
pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan
multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat
dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara
interaktif.

11
F. Prinsip Etika Pada Keperawatan Gawat Darurat
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,

12
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan (Kusnanto,
2014)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera
atau sakit akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan
nyawa atau mencegah atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien.
Pasien gawat darurat merupakan pasien yang memerlukan pertolongan
segera dengan tepat dan cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau
kecacatan.
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat
serta harus dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama
menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis, dokter), baik
didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap
saat dan menimpa siapa saja.
Sistem pengendalian gawat darurat terpadu adalah mekanisme yang
dirancang untuk memberikan pertolongan pada korban bencana atau gawat
darurat untuk mencegah kematian atau kerusakan organ sehingga
produktifitasnya dapat didipertahankan setara sebelum terjadinya bencana
atau peristiwa gawat darurat.
B. Saran
Kegawatdaruratan harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera
oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam,
perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.

14
DAFTAR PUSTAKA

David Knighton, dkk. 2017. Tindakan-tindakan Gawat Daurat. Jakarta,


Kedokteran : EGC

Friedman, et al. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik.
Edisi 5. Jakarta : EGC

Hudak & Gallo. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

Jhon A, Boswick, Ir, MD. 2018. Perawatan Gawat Darurat, Jakarta, Kedokteran :
EGC

Kusnanto, 2014. Pengantar Profsi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :


EGC

Margaretha, Caroline. 2013. Konsep Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada


tanggal 18 Januari 2018

Morton, et al. 2011. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8.


Volume 1. Jakarta : EGC

Oman, Kathleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta :


EGC
Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis [Converence
Paper]. Universitas Padjajaran

Wijaya,  S. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK

15

Anda mungkin juga menyukai