Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PADA KASUS PNEUMONI

Oleh :

SALWA APRILIA
094 STYJ 21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah,
2017).
Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara
transplasenta, perinatal, atau pasca lahir (Nelson, 2016).
B. Etiologi
1. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus
Influenza dan staphilococcus aureus.
2. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus,
Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
3. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza,
Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella,
Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii.
4. Kimiawi
Aspirasi hidrokarbon alifatik (Rudolph, 2017).
C. Manifestasi klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39 - 40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-
kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan
fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping
hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah
auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan
pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau
sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada
perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah, 2017).
D. Patofisiologi
Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus
masuk ke dalam paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet).
Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium
kongesti : kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat
eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan lobulus yang terkena
menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil,
eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung
sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat dan
warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi
oleh fibrin,  Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis
pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongestif, (4) Stadium resolusi eksudat
berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami
nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin di reabsorbsi dan menghilang. Secara
patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam
hal lokalisasi sebagai bercak – bercak dengan distribusi yang tidak teratur.
Dengan pengobatan antibiotik urutan stadium khas ini tidak terlihat
(Prof.DR.Iskandar Wahidiyat, 2015)
E. Pemeriksaan penunjang
1. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris
terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat
dibiak dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat albuminuria ringan
karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin. Analisis gas darah arteri
dapat menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
(Ngastiyah, 2017)
F. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi,
tetapi berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu
maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi.
Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan
kloramfenikol 50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai
anak bebas panas selama 4 – 5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya
memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang
digunakan ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan
3:1 ditambah larutan KCl 10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang
diperlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.
Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis
metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan
perhitungan kekurangan basa sebanyak – 5 mEq. Pneumonia yang tidak berat,
tidak perlu dirawat di rumah sakit. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
UI:1985).
G. Komplikasi
1. Gangguan pertukaran gas
2. Obstruksi jalan napas
3. Gagal pernapasan pleura effusion (bactery pneumonia)
H. Pathway

Hipertermia

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Identitas Klien
Nama,umur, tempat tgl lahir, Jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal/jam masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medic, no MR.
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, Jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,
hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien sesak
b. Riwayat  Penyakit sekarang, tanyakan
1) Apakah masih ada batuk, berapa lama
2) Apakah masih ada panas badan
3) Apakah nyeri dada kalau batuk
4) Apakah ada riak kalau batuk
c. Riwayat kesehatan yang lalu, tanyakan :
1) Frekuensi ISPA
2) Riwayat Alergi
3) Imunisasi
d. Riwayat Keluarga, tannyakan:
1) Apakah ada keluarga yang menderita batuk
2) Apakah ada keluarga yang  menderita alergi
3) Apakah ada keluarga yang menderita TBC
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : CM
c. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah :-
2) Nadi : normal
3) Suhu : meningkat
4) Pernapasan : meningkat
d. Pemeriksaan persistem
1) Sistem pernapasan
a) Hidung  : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus,
pernapasan cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada
epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b) Leher    : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada tumor.
c) Dada    : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan
ukuran antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada
tidak simetris.
d) Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang
paru
e) Clubbing finger   : tidak ada.
2) Sistem Kardiovaskuler
a) Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis
kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi.
b) Suara jantung    : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
c) Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
d) Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
3) Sistem pencernaan
Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.
Peristaltik          : -
4) Sistem indra
a) Mata
- Kelopak mata   : Tidak edema
- Bulu mata        : Menyebar
- Alis                  : Menyebar
- Mata                 : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada
b) Hidung
- Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik,
tidak ada trauma di hidung, mimisan tidak ada
- Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman
c) Telinga
- Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan, serumen
tidak ada.
- Fungsi pendengaran normal (jika klien di panggil maka
ia akan menoleh ke arah suara tersebut).
5) Sistem Saraf
a) Fungsi Serebral
Orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan tidak
b) Fungsi motorik
- Massa otot : lemah
- Tonus otot : menurun
- Kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak
c) Fungsi sensorik
Suhu, gerakan, posisi dan diskriminasi tidak dapat
diiidentifikasi.
d) Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
e) Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
f) Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.
g) Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau
mama
h) Personal sosial : tepuk tangan
6) Sistem Muskuloskeletal
a) Kepala
Bentuk               : Normal
Gerakan              : tidak diidentifikasi
b) Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
c) Pelvis
Klien belum jalan,.
d) Lutut
Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik (aktif)
e) Kaki
Tidak bergerak.
f) Tangan
Tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
7) Sistem Integument
Kulit : kulit pucat,temperatur hangat.
Kuku : warna merah muda,permukan datar.
8) Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
Ekskresi urine berlebihan : tidak ada
Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada
Keringat berlebihan : tidak ada
Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada.
9) Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada, edema anasarka tidak ada,
moon face tidak ada
10) Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
11) Sistem Immune
a) Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.
b) Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu
c) Bicara
- Ekspresive : klien menangis jika merasakan sakit
- Reseptive : tidak diidentifikasi
4. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Terbentuknya Bersihan jalan
1. Dispnea eksudat dalam nafas tidak
DO : alveoli efektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun Produksi sputum
4. Frekuensi nafas meningkat
berubah
5. Pola nafas berubah
6. Sputum berlebih
7. Mengi, wheezing dan
atau ronkhi kering
2 DS : Peradangan Hipertermia
DO : alveolus
1. Suhu tubuh meningkat
2. Kulit merah
3. Takipnea Suhu tubuh
4. Kulit terasa hangat meningkat
SDKI Edisi 1, 2017
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi sputum
meningkat
2. Hipertermia berhubungan dengan peradangan alveolus
C. Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Tanggal DX (SLKI Edisi 1 Cetakan II, 2019) (SIKI Edisi 1 Cetakan II 2018)
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas
keperawatan diharapkan jalan (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas kembali paten, dengan nafas)
kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
1. Dispnea menurun tambahan (mis. Gurgling,
2. Gelisah menurun mengi, wheezing, ronkhi
3. Sianosis menurun kering)
4. Frekuensi nafas membaik 3. Monitor sputum (jumlah,
5. Pola nafas membaik warna, aroma)
6. Sputum menurun 4. Pertahankan kepatenan jalan
7. Mengi, wheezing dan atau napas dengan head-tilt dan
ronkhi kering menurun chin- lift (jawthrust jika
curiga trauma servikal)
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari sesuai toleransi
jantung
7. Ajarkan teknik batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan diharapkan suhu hipertermia (mis. dehidrasi,
tubuh kembali normal, dengan terpapar lingkungan panas,
kriteria hasil : penggunaan inkubator)
1. Suhu tubuh menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun 3. Monitor komplikasi akibat
3. Takipnea menurun hipertermia
4. Suhu kulit menurun 4. Sediakan lingkungan yang
dingin
5. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
6. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
7. Berikan cairan oral
8. Anjurkan tirah baring
9. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan mlibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Menurut Craven dan Himle, evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang
tampil.
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, Wiley. 2014.  Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-
2017. United Kingdom: Blackwell.

Dochterman, J. M. & Bulecheck, G. N. 2004. Nursing Intervention Classification 
(NIC) fourth edition. Missouri: Mosby

Iskandar Mah-iditat. 1985. Ilmu Kesehatan Anak UI. Jakarta : EGC

Mansjoer, A et  al.  2002. Kapita  Selekta Kedokteran edisi 3.Jakarta : Media Aesc


ulapius

Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L. & Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes 
Classification (NOC) fourth edition. Missouri: Mosby

Ngastiyah. 2017. Perawatan an Anak Sakit. Jakarta : EGC

Rita & Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I. Jakarta : EGC

Roudelph,. 2016 . Buku Peditria Rubolph Edisi 2 volume 1. Jakarta : EGC

Smeltser, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah edisi 
8 volume 1. EGC : Jakarta.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sist
em pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai