KELOMPOK 2 :
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya-lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Tak lupa pula penulis ucapkan
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,karena beliaulah yang telah
menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Pendidikan Kesehatan pada
Masalah Kasus Kritis berbagai System : Upaya – Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan
Tersier pada System Kardiovaskuler (CHF)”, dan kami sangat berharap semoga dengan
adanya makalah ini kami dapat memberikan sedikit gambaran dan memperluas wawasan.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini,baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua
pihak demi sempurnanya makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................................3
1.3 Manfaat.................................................................................................................................4
BAB II : ISI...............................................................................................................................5
2.9 Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Pasien Kritis
CHF......................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan
berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu
sendiri. CHF (Congestive Heart Failure) adalah penyakit kronis yang menimbulkan beban
yang signifikan bagi klien dan keluarga maupun bila dirawat di rumah sakit karena
kondisinya yang kompleks (Braunwald. et.al. , 2005). CHF merupakan penyakit yang
paling sering memerlukan pengobatan ulang di rumah sakit, dan pentingnya pengobatan
rawat jalan harus dilakukan secara optimal. (Miftah, 2004 dalam Scribd 2010).
Dari data di 5 rumah sakit besar di pulau Jawa dan Bali yang ikut dalam pendataan ini
didapatkan bahwa usia gagal jantung lebih muda, pasien datang lebih parah dan
terlambat, lama rawat rata rata 7 hari, dan angka kematian di rumah sakit 6,7%. Gagal
jantung merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden
dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun
pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung
berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan pengobatan
ulang di rumah sakit, dan pentingnya pengobatan rawat jalan harus dilakukan secara
optimal. (Miftah, 2004 dalam Scribd 2010).
Perawat ditantang untuk memberikan asuhan pada pasien dengan CHF yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat saat ini. Pendidikan pasien yang berfokus pada self-
management diakui sebagai hal yang sangat penting. Perawat memegang peran kunci
dalam penyelenggaraan pendidikan pasien. Pada pasien dengan Congestive Hearth
Failure (CHF) yang memiliki berbagai permasalahan fisik maupun psikologis yang
membutuhkan bantuan perawatan dalam mengatasinya khususnya dalam hal memberikan
1
pendidikan kesehatan. Seorang perawat spesialis mempunyai tuntutan mampu menjadi
konsultan keperawatan untuk mendampingi pasien dan keluarga dalam menyelesaikan
permasalahan fisik maupun psikologis pasien dengan CHF (Paul & Sara, 2008).
Perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk
terapi yang ditentukan, baik diet, latihan fisik, pengobatan, atau menepati janji pertemuan
dengan dokter sangat diperlukan (Stenley, 2006). Kondisi seperti ini perlu adanya
pengetahuan tentang gagal jantung baik bagi keluarga maupun bagi pasien.Pasien sering
kembali ke klinik atau rumah sakit diakibatkan adanya kekambuhan episode gagal
jantung yang diakibatkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Kebanyakan
kekambuhan gagal jantung terjadi karena pasien tidak memenuhi terapi yang dianjurkan,
misalnya tidak mampu melaksanakan terapi pengobatan dengan tepat, melanggar
pembatasan diet, tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan, dan tidak dapat mengenali gejala kekambuhan (Smeltzer dan Bare,2002).
Self management merupakan kemampuan pasien CHF dalam mengelola dirinya, ini dapat
ditingkatkan dengan edukasi dari perawat, pasien CHF harus mempunyai pengetahuan
tentang penyakit yang dialaminya, bagaimana cara pencegahan timbulnya gejala dan apa
yang bisa dilakukan pasien CHF jika gejala muncul, dengan Self management yang baik
maka pasien CHF akan mempunyai motivasi dalam penanganan penyakitnya. Elemen inti
dari panduan managemen CHF adalah monitoring secara teratur oleh klinisi,
pengontrolan faktor pencetus, edukasi dan kerjasama antara klinisi dan pasien (Strayer &
Caple, 2011)
Pada tahap perawatan pasien CHF setelah pulang dari rumah sakit perlu adanya
modifikasi gaya hidup meliputi penurunan berat badan, pembatasan asupan garam, diet
kolesterol dan lemak jenuh, olahraga, pembatasan konsumsi alkohol dan kopi, relaksasi
untuk redakan stress dan menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu penderita penyakit
2
jantung juga harus mempunyai pengetahuan dan sikap dalam menstabilkan kondisi
jantung sehingga dapat menyesuaikan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehidupan
sehari- hari.
1.2 Tujuan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : Untuk memenuhi tugas
Keperawatan Gerontik, serta dapat memahami dan memberi pengetahuan pada
mahasiswa mengenai “Pendidikan Kesehatan pada Masalah Kasus Kritis berbagai
System : Upaya – Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada System
Kardiovaskuler (CHF)”.
3
1.3 Manfaat.
Adapun manfaat dari pembuatan makalah adalah Makalah ini sekiranya dapat dijadikan
sebagai sumber pengetahuan serta dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai
“Pendidikan Kesehatan pada Masalah Kasus Kritis berbagai System : Upaya – Upaya
Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada System Kardiovaskuler (CHF)”.
4
BAB II
ISI
CHF (congestive Heart Failure) atau gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan
tanda dan gejala), ditandai dengan sesak nafas (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung ( Marulam M, 2014).
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan kanan. Gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Kasron, 2012).
Gagal jantung kongestive atau congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke utbuh
tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013).
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang penderita memiliki
tampilan berupa : gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
melakukan aktivitas disertai tidak kelelahan), tanda retensi cairan (kongesti paru atau
edema dipergelangan kaki): adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi
jantung saat istirahat ( Sswanto, 2015).
a. Klasifikasi I.
1) Gejala.
Asimptomatik.
5
Kegiatan sehari-hari tidak terbatas.
2) Prognosa : baik.
b. Klasifikasi II.
1) Gejala.
2) Prognosa : baik.
c. Klasifikasi III.
1) Gejala.
2) Prognosa : baik.
d. Klasifikasi IV
1) Gejala.
2) Prognosa : buruk.
Menurut Black & Hawks (2014) penyebab CHF terbagi menjadi dua, yaitu : faktor
intrinsik yang diakibatkan oleh penyakit Arteri Koroner (PAK). PAK mengurangi aliran
darah melalui arteri sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke miokardium.
Penyebab lain yang cukup sering adalah infark miokardium. Penyebab lainnya adalah
penyakit katup, kardiomiopati, dan distritmia. Sedangkan, pada faktor ekstrinsik
disebabkan oleh peningkatan afterload (misalnya hipertensi), peningkatan volume
6
sekuncup jantung dan hypovolemia atau peningkatan preload, dan peningkatan
kebutuhan tubuh (kegagalan keluaran yang tinggi, misalnya tiritoksitosis, kematian).
Proses perjalanan penyakit menurut Black dan Hawks (2014) dan LeMone (2012), yaitu
Jantung yang mengalami kegagalan, pada waktu istirahat pun memompa semaksimal
mungkin sehingga kehilangan cadangan jantung. Jantung yang lemah memiliki
kemampuan jantung yang terbatas untuk berespon terhadap kebutuhan tubuh terhadap
peningkatan keluaran dalam keadaan stress. Jika curah jantung tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, mekanisme kompensasi diaktifkan, termsuk respon
neurohormonal. Respon kompensatorik terhadap penurunan curah jantung adalah dilatasi
ventrikel, peningkatan stimulasi sistem saraf simpatif dan aktifasi sistem
reninangiotensin. Perubahan jantung juga didukung dengan adanya peningkatkan volume
darah melalui retensi air dan natrium oleh ginjal, karena kadar aldosteron dan
katekolamin dalam plasma meningkat. Mekanisme kompensasi yang sudah tidak lagi
efektif tentu saja menyebabkan terjadinya penambahan beban pada jantung yang sudah
bekerja sangat kuat. Hipertrofi miokardium menjadi rusak karena keperluan oksigen pada
massa otot yang membesar menjadi meningkat. Jantung melebar melampaui batas
ketegangan kontraksi secara wajar. Penambahan volume darah berakibat bendungan yang
nyata yang selanjutnya menekan jantung. Akhirnya curah jantung menjadi menurun.
a. Dispnea.
b. Ortopnea.
d. Asites.
e. Pitingedema.
7
Dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari yang
mungkin muncul tiba-tiba dan menyebabkan pendderita terbangun ( Udjianti, 2011).
Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagal jantung tersebut akan menimbulkan
masalah keperawatan dan menggangu kebutuhan dasar manusia salah satu diantaranya
adalah tidur seperti adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau
aktivitas, letargi dan gangguan tidur.
a. Foto rontgen dada, dilakukan untuk mendeteksi adanya pembesaran ukuran jantung
atau adanya penumpukan cairan di dalam paruparu, yang umumnya terjadi pada
pasien gagal jantung. Pemeriksaan rontgen dada dapat menunjukkan pembesaran
jantung, bayangan dapat menunjukkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan
pembuluh darah yang menunjukkan peningkatan tekanan pulmonalis.
c. Pemeriksaan darah, dilakukan untuk mendeteksi jenis protein yang kadarnya akan
meningkat bila terjadi gagal jantung, serta untuk mendeteksi penyakit yang dapat
menjadi penyebab gagal jantung.
e. Pemeriksaan juga dlengkapi dengan analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas
(ABG), tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi organ jantung pasien serta
gejalanya yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen serta karbon dioksida
atau keseimbangan pH dalam darah pasien.
Menurut Black dan Hawks (2014), penatalaksanaan medis untuk CHF yaitu: mengurangi
beban miokardial, dengan pemberian diuretik, menempatkan klien pada posisi semi
8
fowler untuk mengurangi dispnea, mengurangi retensi cairan, retensi cairan dan natrium,
pemberian obat inotropik, pemberian oksigen, pemberian inhibitor ACE, dan mengurangi
stress.
Menurut Black dan Hawks (2014), komplikasi gagal jantung dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Gagal jantung ventrikel kiri dapat berdampak nyata pada paru akibat, bendungan
progresif darah dalam sirkulasi paru. Terjadinya penebalan dinding alveoli akibat
penimbunan cairan, menyebabkan cairan yang berlimpah masuk kedalam rongga
alveoli sehingga dapat terjadi edema paru. Lalu dapat berdampak pada ginjal akibat
pengurangan curah jantung dan volume darah arteri berakibat perubahan aliran darah
ginjal.
b. Gagal jantung ventrikel kanan akan dibebani oleh peningkatan tahanan dalam
sirkulasi paru, dilatasi jantung mengenai ventrikel dan atrium kanan. Jika terjadi
penurunan fungsi ventrikel kanan, akan menyebabkan edema perifer dan kongesti
vena pada organ.
2.9 Upaya Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier pada Pasien Kritis CHF.
a. Pencegahan Primer.
Pencegahan primer adalah upaya yang ditunujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, seperti usianya sudah tua (>45), orang yang punya riwayat
hipertensi dan factor resiko lainnya. Tujuan pencegahan primer adalah unruk
membatasi timbulnya penyakit dengan mengendalikan penyebab spesifik dan factor
risiko tersebut, ada beberapa contoh pencegahan primer CHF antara lain:
1. Menjaga pola makan dan jenis makanan agar tidak terlalu gemuk.
3. Tidak merokok.
b. Pencegahan Sekunder.
9
Pencegahan Sekunder adalah upaya Mencegah dan menghambat timbulnya penyakit
dengan tindakan Deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal. Pencegahan
Sekunder bertujuan untuk mengurangi konsekuensi yang lebih serius dari penyakit
melalui diagnose dini. Ini mencangkup langkah langkah yang tersedia bagi individu
untuk mendeteksi dini dan intervensi yang efektif. Yang termasuk dalam mencegah
skunder adalah penyempurnaan dan Intensifikasi pengobatan lanjutan agar penyakit
tidak bertambah parah, pencegahan terhadap komplikasi maupun cacat setelah
sembuh dan pengurangan beban non medis (sosial) pada seorang penderita sehingga
termotivasi untuk meneruskan pengobatan dan perawatan diri. Contoh pencegahan
Sekunder dalam mengendalikan chf adalah dengan melakukan skrinning untuk
tekanan darah tinggi di usia pertengahan, karena hipertensi merupakan salah satu
faktor terkena CHF.
c. Pencegahan Tersier.
1. Fase I adalah upaya yang segera dilakukan di saat pasien masih dalam masa
Perawatan, tujuan utama Fase ini adalah mengurangi atau menghilangkan efek
buruk akibat tirah Baring lama, melakukan Edukasi dini serta agar pasien mampu
melakukan aktivitas harian nya secara mandiri dan aman.
2. Fase II dilakukan segera, Setelah pasien keluar dari rumah sakit, merupakan
program intervensi untuk mengembalikan fungsi pasien seoptimal mungkin,
segera mengontrol faktor resiko, Edukasi dan konseling tambahan mengenai gaya
hidup sehat.
3. Fase III dan IV merupakan Fase pemeliharaan, di mana diharapkan pasien tersebut
telah mampu melakukan program Rehabilitas secara mandiri, aman dan
10
mempertahankan pola hidup sehat untuk selamanya, dibantu atau bersama sama
keluarga dan masyarakat sekitarnya (Radi dkk, 2009).
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
CHF (Congestive Heart Failure) atau gagal jantung adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai dengan sesak nafas (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Selain itu CHF
bisa juga didefinisikan dengan kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke utbuh tidak cukup untuk memenuhi
keperluan-keperluan tubuh. CHF menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya
Dispnea, Ortopnea, Pernapasan Chyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
(PND), Asites, Pitingedema dan Berat badan meningkat. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari yang mungkin muncul tiba-tiba dan
menyebabkan penderita terbangun. Untuk mencegah penyakit ini, ada upaya-upaya
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Dimana upaya pencegahan primer seperti
Menjaga pola makan dan jenis makanan agar tidak terlalu gemuk, Hindari minuman
yang mengandung alcohol, Tidak merokok dan Melakukan aktifitas jasmani secara
teratur. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan Deteksi dini dan memberikan
pengobatan sejak awal. Sedangkan untuk pencegahan tersier adalah dengan
melakukan pengobatan terapi dan rehabilitasi, selain itu juga meningkatkan
kenyamanan pada pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawata. Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Indikator Diagnosis. Edisi : 1.
Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi
: 1. Jakarta : DPP PPNI.
Wahyuningsih, H.P., & Kusmiyati, T (2017). Anatomi Fisiologi. Edisi : 1. Jakarta : Pusdik
SDM Kesehatan.
Rahmatiana, F.,& Clara, H (2019). Nursing Proccess Congestive Heart Failure (CHF)
Oxygenation. 2019.
https://etd.umy.ac.id/id/eprint/16208/2/Bab%201.pdf
13