Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF CARE PADA PASIEN

DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

DI SUSUN OLEH :

Kelompok VII
Muhammad Riandi
Eliza Rahmi
Ruhul Chairani
Zul Habibi

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Maimun Tharida, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulisan

makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepangkuan

Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam

kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan. Adapun makalah ini berjudul

”Asuhan Keperawatan paliatif care Pada Pasien Gagal Ginjal”.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, kami banyak mendapat

bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami

menyampaikan ungkapan terima kasih kepada kawan-kawan yang telah banyak

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini serta telah

memberikan support dan bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat

diselesaikan.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, disebabkan karena kami

mempunyai keterbatasan dalam hal ilmu dan pengetahuan. Untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di

masa mendatang. Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami

semua maupun pembaca, Amin Yarabbal A’lamin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Konsep Paliatif Care.....................................................................6
2. Konsep Gagal Ginjal Kronik........................................................7
A. Pengertian............................................................................................7
B. Etiologi...............................................................................................8
C. Patofisiologi........................................................................................9
D. Manifestasi Klinis..............................................................................10
E. Pemeriksaan penunjang.....................................................................11
F. Penatalaksanaan.................................................................................12
G. Komplikasi.........................................................................................13
H. Tingkatan Stadium Gagal Ginjal.......................................................13
3. Konsep Perawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.................14

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian...........................................................................................20
B. Diagnosa.............................................................................................22
C. Intervensi ...........................................................................................22
D. Implementasi......................................................................................23
E. Evaluasi...............................................................................................24

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi nefron ginjal yang lambat,

progresif, samar (insidious) dan ireversibel yang terjadi lebih dari 3 bulan,

berupa kelainan striktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju

fitrasi glomerulus (LFG). Ginjal berfungsi sebagai organ eksresi zat-zat tubuh

dan endokrin.

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang terjadi setelah

berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik

keduanya tidak mampu untuk menjalankan fungsi regulatorik dan

ekstetoriknya untuk mempertahankan homeostatis (Lukman et al., 2013).

Gagal gijal kronik secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu

persatu yang secara bertahap menurunkan keseluruhan fungsi ginjal

(Sjamsuhidajat & Jong, 2011).

Setiap tahun penderita penyakit gagal ginjal meningkat, di Amerika

serikat pada tahun 2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 80.000

penderita, dan tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang

menderita penyakit ginjal. Sedangkan di Indonesia menurut Perhimpunan

Rumah Sakit Seluruh Indonesia jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal

kronik sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Lukman et al., 2013). Data

Dinkes Jawa tengah (2008) bahwa angka kejadian kasus gagal ginjal di Jawa

Tengah yang paling tinggi adalah Kota Surakarta dengan 1497 kasus (25.22

1
%) dan di posisi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12.50

%).

Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan

perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem

perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara

meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan

psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan

terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif

ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis

sampai dengan akhir hayat pasien

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan

penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,

dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial

atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).

Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam

perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%,

kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes

4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011

terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan

perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif

berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa

2
(usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi

tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar

330.000 orang, diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan

bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu

3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV

sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan

883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%

(KEMENKES, 2014).

Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam

mengelola komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan

gejala lain, memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan

merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit dengan

perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat

disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup

(WHO,2016).

Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan

psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan

perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai

pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit,

bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin

untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer

Society, 2016).

3
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa

kebutuhan pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala

fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial

dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai

perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual

merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang

tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk

memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan

kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian

penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual

adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan paliatif care

pada pasien dengan gagal ginjal kronik

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan konsep gagal ginjal kronik

b. Mampu menjelaskan perawatan paliatif care dengan gagal ginjal

kronik

c. Mampu menyusun pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik

d. Mampu menyusun diagnosa pada pasien gagal ginjal kronik

e. Mampu menyusun intervensi pada pasien gagal ginjal kronik

f. Mampu menyusun implementasi pada pasien gagal ginjal kronik

4
g. Mampu mengevaluasi pada pasien gagal ginjal kronik

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep paliatif care

Perawatan paliatif menurut WHO (2012) adalah “pendekatan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan

keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan

penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan

penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit

dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.

Perawatan paliatif yang didefinisikan oleh the National Consensus

Project for Quality Palliative Care (2013) merupakan tujuan akhir dari

perawatan paliatif yaitu mencegah dan mengurangi penderitaan serta

memberikan bantuan untuk memperoleh kualitas kehidupan terbaik bagi

pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatikan stadium penyakit atau

kebutuhan terapi lainnya. Perawatan paliatif merupakan gabungan dari sebuah

filosofi perawatan dan pengorganisasian sistem yang sangat terstruktur dalam

memberikan pelayanan. Perawatan paliatif memperluas model pengobatan

penyakit tradisional kedalam tujuan peningkatan kualitas hidup pasien dan

keluarga, mengoptimalkan fungsi, membantu membuat keputusan, dan

menyiapkan kesempatan pengembangan pribadi. Dengan demikian,

perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan perawatan yang 9 9

memperpanjang atau mempertahankan kehidupan atau sebagai fokus

pelayanan (Campbell, 2013).

6
Perawatan paliatif yang efektif membutuhkan pengkajian yang akurat

untuk memenuhi kebutuhan personal pasien seperti kebutuhan emosional,

fisik dan perencanaan yang tepat. Kebutuhan pasien LLI memerlukan

pertimbangan dengan beberapa faktor seperti sifat dan tingkat kebutuhan,

kesehatan dan dukungan pasien tersebut, kekuatan dan sumber individu

misalnya, dukungan sosial dan keterampilan mengatasi masalah (Palliative

Care Curriculum for Undergraduates (PPC4U), 2016). Perawatan paliatif ini

berpusat pada pasien dan diberikan oleh multi profesional yang bekerjasama

dengan pasien dan keluarganya (Effendy, 2014).

2. Konsep Gagal Ginjal Kronik

A. Pengertian

Gagal Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal

yang hampir selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam. Uremia

adalah istilah yang sudah lama dipakai yang menggambarkan suatu gambaran

klinik sebagai akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada dewasa ini sudah

dipahami bahwa retensi urea di dalam darah bukanlah penyebab utama gejala

gagal ginjal bahkan binatang percobaan yang diberi banyak urea secara

intravena, tidak menunjukkan gejala-gejala uremia.

Meskipun ukurannya kecil, organ ginjal bersifat sangat vital. Ginjal

berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan

komposisi cairan di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk membersihkan

darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di dalam tubuh. Sampah

7
dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin). Air seni

diproduksi terus menerus di ginjal, lalu dialirkan melalui saluran kemih ke

kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam kandung kemih, maka akan

timbul rangsangan untuk buang air kecil. Jumlah urin yang dikeluarkan setiap

hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal juga berperan untuk mempertahankan

volume dan tekanan darah, mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi

sel darah merah, dan menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan

vitamin D.

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50

mL/min. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif

dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia

(Smeltzer & Bare, 2012).

B. Etiologi

Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)

3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)

4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis

sitemik)

8
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal)

6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)

7. Nefropati toksik

8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

C. Patofisiologi

Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.

Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular

Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :

1. Penurunan cadangan ginjal;

Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal),

tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat

mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan

mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan

CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi

2. Insufisiensi ginjal;

Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron

yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya

beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah

karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan

respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat

insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari

GFR, sehingga perlu pengobatan medis

9
3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.

Penyakit gagal ginjal stadium akhir;

4. Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit

nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut

dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak

seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau

penggantian ginjal (Corwin, 2008).

D. Manifestasi Klinik

1. Kardiovaskuler

a. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis,

1) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)

2) Edema periorbital

3) Friction rub pericardial

4) Pembesaran vena leher

b. Dermatologi

1) Warna kulit abu-abu mengkilat

2) Kulit kering bersisik

3) Pruritus

4) Ekimosis

5) Kuku tipis dan rapuh

6) Rambut tipis dan kasar

c. Pulmoner

10
1) Krekels

2) Sputum kental dan liat

3) Nafas dangkal

4) Pernafasan kussmaul

d. Gastrointestinal

1) Anoreksia, mual, muntah, cegukan

2) Nafas berbau ammonia

3) Ulserasi dan perdarahan mulut

4) Konstipasi dan diare

5) Perdarahan saluran cerna

e. Neurologi

1) Tidak mampu konsentrasi

2) Kelemahan dan keletihan

3) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran

4) Disorientasi

5) Kejang

6) Rasa panas pada telapak kaki

7) Perubahan perilaku

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Laboratorium darah :

11
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,

trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan

immunoglobulin)

b. Pemeriksaan Urin

Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,

SDM, keton, SDP, TKK/CCT

c. Pemeriksaan EKG

Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,

aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)

d. Pemeriksaan USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan

parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,

kandung kemih serta prostate

e. Pemeriksaan Radiologi

Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,

Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,

pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos

abdomen

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :

1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.

2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium

hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi

12
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti

epoetin alfa bila terjadi anemia.

3. Dialisis

4. Transplantasi ginjal.

G. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :

1. Hiperkalemia

2. Perikarditis

3. Hipertensi

4. Anemi

5. Penyakit tulang (Smeltzer & Bare, 2012)

H. Tingkatan stadium Gagal Ginjal

1) Stadium I
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan
pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada
stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk
memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
2) Stadium II
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat
fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan
perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk
mengurangi resiko masalah kesehatan lain.

3) Stadium III

13
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut
pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum.
Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati
masalah ini.

4) Stadium IV
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai
pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan
membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat
pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam
dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga
atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.

5) Stadium V
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis
atau pencangkokan ginjal

3. Konsep Perawatan Paliatif Care Pada Gagal Ginjal Kronik

a. perawatan paliatif gagal ginjal kronik

1) Kelola rasa sakit dan kondisi lain yang berhubungan dengan Gagal Ginjal

Kronis, Perawatan paliatif diberikan bersamaan dengan perawatan kuratif

2) Membantu komunikasi dengan dokter lain evaluasi opsi perawatan,Membantu

membuat keputusan penting tentang pilihan perawatan termasuk dialisis dan

transplantasi ginjal. Tim perawatan paliatif akan bekerja berdampingan dengan

nephrologist atau tim transplantasi untuk mendukung pasien

14
3) Membantu apa yang diharapkan pasien selama penyakit, tim paliatif dapat

memahami kondisi dan perawatan pasien dan membangun komunikasi

4) Tim paliatif dapat membantu mengatasi kekhawatiran, stres, atau depresi,

pasien memiliki masalah emosional, spiritual dan praktis. Perawatan paliatif

memberikan dukungan emosional bagi pasien dan keluarga, dapat memberikan

terapi tambahan, termasuk pijat, terapi bicara, dan teknik relaksasi, untuk

meredakan stres emosional dan spiritual

b. Kondisi Pasien Gagal Ginjal Kronik Memerlukan Keperawatan Paliatif

1) Penderita gagal ginjal kronik harus melakukan terapi hemodialisa untuk

memperpanjang usia harapan hidup

2) pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan

terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual, mengurangi rasa sakit,

gejala lain dan stres pada saat yang sama mereka menerima perawatan

untuk menyembuhkan penyakit mereka.

3) Kurang kesadaran pasien dan keluarga untuk memanfaatkan perawatan

paliatif

4) Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan kualitas hidup

bagi pasien dan keluarga

15
5) Perawatan paliatif disediakan oleh tim dokter, perawat, dan spesialis lain

yang bekerja sama untuk memberikan dukungan

c. Peran Keluarga

1) Keluarga sebagai sistem pendukung utama untuk membantu seseorang

meningkatkan harga dirinya, harga diri dibentuk melalui perlakuan yang

diterima individu dari orang lingkungannya, seperti dimanja dan

diperhatikan orangtua dan orang lain.

2) Harga diri bukan merupakan faktor yang bersifat bawaan, melainkan

faktor yang dapat dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengalaman

individu (Risnawita, 2016).

3) Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu dukungan emosional

yang melibatkan ekspresi cinta, kepercayaan dan perhatian pada orang

lain.

4) Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan pemberian perhatian,

bersikap empati, memberikan dorongan, memberikan saran, memberikan

pengetahuan dan lainya yang mampu meningkatkan psikologis pasien

d. Peran Perawat

1) Memberikan asuhan keperawatan paliatif yang bersifat komprehensif dan

holistik yang meliputi bio-psiko-spiritual.

2) Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga, dukungan dapat

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu. yaitu

16
berupa diskusi bersama dalam memecahkan masalah, pemberian

keamanan dan peningkatan harga diri pasien.

3) Perawat memiliki waktu interaksi terlama dengan pasien di institusi

kesehatan, khususnya dalam menjelaskan dan menginformasikan kepada

pasien dan keluarga tentang penyakit ginjal tahap akhir, pilihan

penanganan dan komplikasi potensial yang penting untuk meningkatkan

harga diri pasien

4) Memberikan rencana pengobatan selanjutnya yang dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien.

5) Perawat juga memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit,

prognosis, serta perawatannya, sehingga penyakit ginjal tidak mengalami

progresifitas dan menyebabkan komplikasi dan kematian

6) Peran perawat secara khusus dalam mengembalikan harga diri pasien

diantaranya perawat dapat berperan sebagai educator bagi pasien dan

keluarga yaitu meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan kepada pasien hemodialisa

7) motivator yaitu memberikan motivasi kepada pasien gagal ginjal kronis

untuk teratur mengikuti terapi hemodialisa, serta peran sebagai

kolaborator dengan tenaga kesehatan lain

8) Dukungan psikososial yang dapat diberikan berupa dukungan emosi.

Dukungan emosi pada pasien dapat berupa sikap empati dan perhatian

17
kepada pasien gagal ginjal kronis. Empati menuntut adanya kepekaan

perawat terhadap perasaan dan kemampuan secara verbal untuk

menterjemahkan perilaku pasien gagal ginjal kronis.

9) Sedangkan perhatian perawat kepada pasien gagal ginjal kronis dapat

diberikan dengan sentuhan sehingga memberikan kesan bahwa perawat

memahami, mendukung, memberi kehangatan, perhatian dan pendekatan

10) mendorong pasien agar tetap aktif dalam berkegiatan (seperti olahraga dan

bekerja) dan membuat perencanaan terperinci mengenai rencana masa

depan, termasuk bidang pekerjaan yang akan didalami.

11) Komunikasi yang jujur dan baik mampu meningkatkan kepercayaan

pasien serta sifat asertif dari perawat dalam mendengarkan masalah pasien

sehingga membantu perawat dalam melakukan bina hubungan saling

percaya (BHSP)

12) Membangun hubungan yang erat yang bisa dijadikan tempat mencurahkan

perasaannya disaat - saat stres dan kehilangan semangat

13) Perawat harus belajar mengatasi ansietas, kemarahan, kesedihan dan

keceriaan, dalam membantu klien sepanjang rentang sehat sakit.

14) Perawat juga harus mampu untuk membangun perspektif positif pada

pasien PGK agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

15) Perawat harus mampu memahami nilai - nilai spiritual / agama yang

diimani oleh setiap individu, yang membuat seseorang itu mampu

18
menenangkan dirinya sendiri dengan berprasangka baik terhadap apa yang

dideritanya

16) Memberikan psikoedukasi mengenai arti kehidupan dan memandang

kematian sebagai suatu proses yang normal.

17) Mendiskusikan dengan pasien untuk melakukan terapi kelompok dengan

sesama penderita gagal ginjal agar peserta terapi, termasuk pasien, dapat

saling memberi dukungan, berbagi pengalaman, dan mendapat informasi

seputar penyakit gagal ginjal dari sesama anggota kelompok.

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Adapun pengkajian pada asuhan keperawatan paliatif care pada pasien

dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:

1. Aktifitas dan Istirahat

Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur. Kelemahan otot dan

tonus, penurunan ROM

2. Sirkulasi

Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada

Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub

3. Integritas Ego

Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan

Menolak, cemas, takut, marah, irritable

4. Eliminasi

Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat

warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung

5. Makanan/Cairan

Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi,

anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites

Penurunan otot, penurunan lemak subkutan

20
6. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan

Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan

berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,

koma

7. Nyeri/Kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki

Distraksi, gelisah

8. Pernafasan

Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal Nokturnal

Dyspnea (+) Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema

pulmonal

9. Keamanan

Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi),

petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM

terbatas

10. Seksualitas

Penurunan libido, amenore, infertilitas

11. Interaksi Sosial

Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya

21
B. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan paliatif care

pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan volume cairan

2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

3. Resiko tinggi terjadi kekurangan volume cairan

4. Resiko tinggi penurunan curah jantung

5. Intoleransi aktivitas

C. Intervensi

NO Diagnosa NOC NIC


1. Kelebihan Tujuan : pasien 1. Monitor denyut jantung,
volume cairan menunjukkan tekanan darah, CVP
pengeluaran urin 2. Catat intake & output
tepat seimbang cairan, termasuk cairan
dengan pemasukan. tersembunyi seperti aditif
Kriteria Hasil : antibiotic, ukur IWL
• Hasil laboratorium 3. Awasi BJ urin
mendekati normal 4. Batasi masukan cairan
• BB stabil 5. Monitor rehidasi cairan dan
• Tanda vital dalam berikan minuman bervariasi
batas normal 6. Timbang BB tiap hari
• Tidak ada edema dengan alat dan pakaian
yang sama
7. Kaji kulit,wajah, area
tergantung untuk edema.
Evaluasi derajat edema
(skala +1 sampai +4)
8. Auskultasi paru dan bunyi
jantung
9. Kaji tingkat kesadaran :
selidiki perubahan mental,
adanya gelisah
2. Resiko tinggi Tujuan: 1. Kaji status nutrisi
perubahan mempertahankan 2. Kaji/catat pola dan
nutrisi : kurang status nutrisi adekuat pemasukan diet

22
dari kebutuhan Kriteria hasil : berat 3. Kaji factor yang berperan
tubuh badan stabil, tidak merubah masukan nutrisi :
ditemukan edema, mual, anoreksia
albumin dalam batas 4. Berikan makanan sedikit
normal. tapi sering, sajikan makanan
kesukaan kecuali kontra
indikasi
5. Lakukan perawatan mulut,
berikan penyegar mulut
6. Timbang BB tiap hari
7. Konsul ahli gizi untuk
mengatur diet
8. Berikan diet ↑ kalori, ↓
protein, hindari sumber gula
pekat
9. Batasi K, Na, dan Phospat
10. Berikan obat sesuai indikasi
: sediaan besi; Kalsium;
Vitamin D dan B kompleks;
Antiemetik
3. Resiko tinggi Hasil yang 1. Ukur intake & output
terjadi diharapkan : klien cairan, hitung IWL yang
kekurangan menunjukkan akurat
volume cairan keseimbangan intake 2. Berikan cairan sesuai
& output, turgor indikasi
kulit baik, membrane 3. Awasi tekanan darah,
mukosa lembab, nadi perubahan frekuansi
perifer teraba, BB jantung, perhatikan tanda-
dan TTV dalam tanda dehidrasi
batas normal, 4. Kontrol suhu lingkungan
elektrolit dalam 5. Awasi hasil Lab : elektrolit
batas normal Na

D. Implementasi

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada pasien di sesuaikan

dengan prioritas masalah yang telah disusun yang paling pentingnya

pelaksanaan mengacu pada intervensi yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Dimana

implementasi diberikan dengan masalah yang diprioritaskan.

23
E. Evaluasi

Tahapan evaluasi menunjukkan pemajuan pasien terhadap

pencapaian hasil yang di inginkan dari pasien respon terhadap

ketidakefektifan rencana keperawatan mengevaluasi kemampuan pasien

kea rah pencapaian hasil.

Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemampuan

mengarah pada pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi

sebagai umpan balik dan bagian control. Proses keperawatan melalui

status pernyataan diagnostic pasien. Secara individual dinilai untuk

diselesaikan dilanjutkan atau memerlukan perbaikan (doengoes, 2000).

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan

penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan

cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50

mL/min. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif

dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan

penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,

dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial

atau spiritual.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi acuan dalam

meningkatkan kesehatan di masyarakat terutam bagi pasien dengan gagal

ginjal itu sendiri.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, S. R., Anitsal, I. & Anitsal, M. M. (2013). Social media’s key success
factors : an analysis of customer reactions. Business Studies Journal,
5(1), 43–57.

Corwin, E. (2008). Buku Saku Patofisiologi, Terjemahan oleh: Subekti, N B.,


2009, Jakarta: EGC

Ghufron, N. M., & Risnawita, R. (2016). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media

Lukman et al. (2013). Ilmu Bedah. Tangerang: KARISMA Publishing Group.

Margaret, O., & Sanchia, A. (2016). Palliative Care Nursing: Aguide to Practice
Second Edition. New York: CRC Press

Matzo, M., & Sherman, D. M. (2015). Palliative Care Nursing: Quality Care to
the End of Live (Four Edition). New York: Springer Publishing
Company, LLC

Romadhoni.(2013). Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan


Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Klien di
Ruang Intensive Care Unit (ICU). Mahasiswa PSIK UMY,Yogyakarta

Sjamsuhidajat dan De Jong Wim (ed). (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai