DI SUSUN OLEH :
Kelompok VII
Muhammad Riandi
Eliza Rahmi
Ruhul Chairani
Zul Habibi
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Maimun Tharida, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kami panjatkan kepangkuan
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan. Adapun makalah ini berjudul
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini serta telah
memberikan support dan bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan, disebabkan karena kami
mempunyai keterbatasan dalam hal ilmu dan pengetahuan. Untuk itu kami
masa mendatang. Semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
progresif, samar (insidious) dan ireversibel yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan striktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
fitrasi glomerulus (LFG). Ginjal berfungsi sebagai organ eksresi zat-zat tubuh
dan endokrin.
berbagai macam penyakit yang merusak masa nefron ginjal sampai pada titik
Gagal gijal kronik secara progresif kehilangan fungsi ginjal nefronnya satu
serikat pada tahun 2002 sebanyak 34.500 penderita, tahun 2007 80.000
penderita, dan tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang
Rumah Sakit Seluruh Indonesia jumlah yang menderita penyakit gagal ginjal
kronik sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Lukman et al., 2013). Data
Dinkes Jawa tengah (2008) bahwa angka kejadian kasus gagal ginjal di Jawa
Tengah yang paling tinggi adalah Kota Surakarta dengan 1497 kasus (25.22
1
%) dan di posisi kedua adalah Kabupaten Sukoharjo yaitu 742 kasus (12.50
%).
psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa
2
(usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
(KEMENKES, 2014).
gejala lain, memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan
merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit dengan
perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
(WHO,2016).
perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai
Society, 2016).
3
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
kronik
4
g. Mampu mengevaluasi pada pasien gagal ginjal kronik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit
Project for Quality Palliative Care (2013) merupakan tujuan akhir dari
6
Perawatan paliatif yang efektif membutuhkan pengkajian yang akurat
berpusat pada pasien dan diberikan oleh multi profesional yang bekerjasama
A. Pengertian
adalah istilah yang sudah lama dipakai yang menggambarkan suatu gambaran
klinik sebagai akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada dewasa ini sudah
dipahami bahwa retensi urea di dalam darah bukanlah penyebab utama gejala
gagal ginjal bahkan binatang percobaan yang diberi banyak urea secara
darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di dalam tubuh. Sampah
7
dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin). Air seni
kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam kandung kemih, maka akan
timbul rangsangan untuk buang air kecil. Jumlah urin yang dikeluarkan setiap
hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal juga berperan untuk mempertahankan
volume dan tekanan darah, mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi
sel darah merah, dan menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan
vitamin D.
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
B. Etiologi
sitemik)
8
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
7. Nefropati toksik
C. Patofisiologi
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal),
2. Insufisiensi ginjal;
beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
9
3. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4. Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
D. Manifestasi Klinik
1. Kardiovaskuler
2) Edema periorbital
b. Dermatologi
3) Pruritus
4) Ekimosis
c. Pulmoner
10
1) Krekels
3) Nafas dangkal
4) Pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal
e. Neurologi
4) Disorientasi
5) Kejang
7) Perubahan perilaku
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah :
11
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin
c. Pemeriksaan EKG
d. Pemeriksaan USG
e. Pemeriksaan Radiologi
abdomen
F. Penatalaksanaan
12
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal.
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemi
1) Stadium I
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan
pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada
stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk
memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
2) Stadium II
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat
fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan
perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk
mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
3) Stadium III
13
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut
pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum.
Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati
masalah ini.
4) Stadium IV
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai
pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan
membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat
pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum
secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam
dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga
atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
5) Stadium V
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis
atau pencangkokan ginjal
1) Kelola rasa sakit dan kondisi lain yang berhubungan dengan Gagal Ginjal
14
3) Membantu apa yang diharapkan pasien selama penyakit, tim paliatif dapat
terapi tambahan, termasuk pijat, terapi bicara, dan teknik relaksasi, untuk
gejala lain dan stres pada saat yang sama mereka menerima perawatan
paliatif
15
5) Perawatan paliatif disediakan oleh tim dokter, perawat, dan spesialis lain
c. Peran Keluarga
lain.
d. Peran Perawat
16
berupa diskusi bersama dalam memecahkan masalah, pemberian
Dukungan emosi pada pasien dapat berupa sikap empati dan perhatian
17
kepada pasien gagal ginjal kronis. Empati menuntut adanya kepekaan
10) mendorong pasien agar tetap aktif dalam berkegiatan (seperti olahraga dan
pasien serta sifat asertif dari perawat dalam mendengarkan masalah pasien
percaya (BHSP)
12) Membangun hubungan yang erat yang bisa dijadikan tempat mencurahkan
14) Perawat juga harus mampu untuk membangun perspektif positif pada
15) Perawat harus mampu memahami nilai - nilai spiritual / agama yang
18
menenangkan dirinya sendiri dengan berprasangka baik terhadap apa yang
dideritanya
sesama penderita gagal ginjal agar peserta terapi, termasuk pasien, dapat
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat
5. Makanan/Cairan
20
6. Neurosensori
koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Dyspnea (+) Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema
pulmonal
9. Keamanan
petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM
terbatas
10. Seksualitas
21
B. Diagnosa Keperawatan
5. Intoleransi aktivitas
C. Intervensi
22
dari kebutuhan Kriteria hasil : berat 3. Kaji factor yang berperan
tubuh badan stabil, tidak merubah masukan nutrisi :
ditemukan edema, mual, anoreksia
albumin dalam batas 4. Berikan makanan sedikit
normal. tapi sering, sajikan makanan
kesukaan kecuali kontra
indikasi
5. Lakukan perawatan mulut,
berikan penyegar mulut
6. Timbang BB tiap hari
7. Konsul ahli gizi untuk
mengatur diet
8. Berikan diet ↑ kalori, ↓
protein, hindari sumber gula
pekat
9. Batasi K, Na, dan Phospat
10. Berikan obat sesuai indikasi
: sediaan besi; Kalsium;
Vitamin D dan B kompleks;
Antiemetik
3. Resiko tinggi Hasil yang 1. Ukur intake & output
terjadi diharapkan : klien cairan, hitung IWL yang
kekurangan menunjukkan akurat
volume cairan keseimbangan intake 2. Berikan cairan sesuai
& output, turgor indikasi
kulit baik, membrane 3. Awasi tekanan darah,
mukosa lembab, nadi perubahan frekuansi
perifer teraba, BB jantung, perhatikan tanda-
dan TTV dalam tanda dehidrasi
batas normal, 4. Kontrol suhu lingkungan
elektrolit dalam 5. Awasi hasil Lab : elektrolit
batas normal Na
D. Implementasi
23
E. Evaluasi
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50
mL/min. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual.
B. Saran
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, S. R., Anitsal, I. & Anitsal, M. M. (2013). Social media’s key success
factors : an analysis of customer reactions. Business Studies Journal,
5(1), 43–57.
Margaret, O., & Sanchia, A. (2016). Palliative Care Nursing: Aguide to Practice
Second Edition. New York: CRC Press
Matzo, M., & Sherman, D. M. (2015). Palliative Care Nursing: Quality Care to
the End of Live (Four Edition). New York: Springer Publishing
Company, LLC
Sjamsuhidajat dan De Jong Wim (ed). (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.
27