Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERSPEKTIF KEPERAWATAN DAN KONSEP PERAWATAN PALIATIF

KELOMPOK 2:

1. Junaidi Dolang (17061134)


2. Arya Geraldy Bawole (17061060)
3. Eunike G. Kelanit (17061142)
4. Findahsari K.P Suhartono (17061033)
5. Martha Stanye. Djago (17061054)
6. Atris Bessi

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
tuntunannya hingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Banyak hal yang akan
disampaikan kepada pembaca mengenai “Perspektif Keperawatan dan Konsep Perawatan Paliatif”
yang dapat ditemukan oleh pembaca didalam makalah kami ini.

Kami juga menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah karena tidak ada
manusia yang sempurna kecuali Tuhan.

Demikian kami ucapkan terima kasih atas waktu para pembaca yang telah membaca makalah kami
ini.

Manado, 14 September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG................................................................................................................. 4
TUJUAN ..................................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
Pengertian Paliatif Care ............................................................................................................... 6
Tujuan perawatan Paliatif............................................................................................................ 7
Prinsip perawatan paliatif ............................................................................................................ 7
Masalah Keperawatan pada pasien paliatif ................................................................................. 8
Peran Fungsi Perawat pada Keperawatan Paliatif ..................................................................... 10
Patofisiologi kanker................................................................................................................... 10
BAB III ......................................................................................................................................... 14
PENUTUP..................................................................................................................................... 14
Kesimpulan................................................................................................................................ 14
Saran .......................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas


hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial,
emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat,
baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif
dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan
pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka
(Canadian Cancer Society, 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang,
diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan
perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka
(Matzo & Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang
sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan
kualitas hidup (WHO,2016).

B. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia
keperawatan. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif keperawatan dan konsep
keperawatan paliatif.
b) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pengertian Perawatan Paliatif
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan dari Perawatan Paliatif
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip dari Perawatan Paliatif
4. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui apa saja masalah Keperawatan
pada pasien paliatif
5. Mahasiswa dapat mengetahui Peran fungsi Perawat pada Keperawatan Paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paliatif Care

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2014)
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016
Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan
rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual (kemenkes RI Nomor 812, 2007)
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut,
masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paiatif harus diberikan kepada
penderita itu. Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Perawatan Paliatif tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi
juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu,
namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang
terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, sosial, dan spiritual. Maka timbullah Perawatan Paliatif yang
mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis,
psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.

B. Tujuan perawatan Paliatif

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif


berpijak pada pola dasar berikut ini:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan paliatif
adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien akan meninggal,
yang terpenting adalah sebelum meninggal pasien sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

C. Prinsip perawatan paliatif

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga
pasien, Dukungan untuk care giver, Paliatif care merupakan akses yang competent dan
compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

D. Masalah Keperawatan pada pasien paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima
perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah
hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013).
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri (Anonim, 2017). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang
terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi
dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif
dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
2. Masalah Psikologis
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat
pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga
(Misgiyanto & Susilawati, 2014)
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati
yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan
olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member
tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
3. Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi
hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga
maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998 ).
Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Kelliat, 2006 ).
4. Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien
paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan
dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan
diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari
dirinya (Hamid, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan
psikososial (Keliat dkk, 2011).

E. Peran Fungsi Perawat pada Keperawatan Paliatif

Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat harus
menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan pasien
dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan.
Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi
penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai
pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai
kode etik keperawatan (Combs, et al.,2014). Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus
dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan
keperawatan yang profesional.
Menurut American Nurse Associatiuon Scope And Standart Practice dalam
(Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu berkomuniasi dengan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut berperan serta
dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam membuat rencana yang
berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan pelayanan,
mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang lainnya.

F. Patofisiologi kanker

Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan


Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar
karsinogen sebenarnyatidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di
dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir
(ultimate). SitokromP450 suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik sering
mengubah karsinogen proximate menjadi intermediatedefisienelektron yang reaktif
(electrophils). Intermediate (zat perantara) yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-
pusat di DNA yang kaya elektron (necleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi
antara larsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan tahap
awal terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila mekanisme
mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami perubahan dapat
tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak secara klinis. Ko-karsinogen (promoter)
sendiri bukan karsinogen. Promoter berperan mempermudah pertumbuhan dan
perkembangan sel tumor dormant atau latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya
tumor dari fase awal tergantung pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan
tumor pada manusia periode laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.
Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui
mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karsinogenesis ini terjadi
melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap Insiasi
Tahap insiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat irreversible,
dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA dirusak oleh
zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu proses radiasi
normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada kromosomnya,
Kersakan DNA ini diturunkan pada anak –anak sel dan seterusnya. Tahap inisiasi
berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
2. Tahap Promosi
Pada proses floriferasi fase sel mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan
dan secara continue terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastatis dimana
penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan
keganasan.

Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi kompleks, tidak


hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks ekstraseluler,
membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang berpartisipasi.
Mkanisme metastasis merupakan indikasi bahwa host pertahanan mechanims
pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker.
Setelah itu terjadi lagi proses neoangiogenesis.
Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi
secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti pembentukan
jaringan baru setelah cidera. Akan tetapi, angiogenesis juga merupakan langkah
yang sangat penting dalam Carsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker (cancer)
sehingga terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis juga berkambang menjadi suatu yang bersifat patologis dn
berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi
patologi angiogenesis ini dikarakterisasi oleh pembentukan pembuluh darah baru
dan penghancuran sel normal yang ada disekitarnya. Berbeda dengan angiogenesis
fisiologis, patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun dan biasanya
berhubungan dengan beberapa gejala klinis. Angiogenesis patologi adalah
pembentukan pembuluh darah baru yang tidak normal dimana tubuh akan
kehilangan kontrol dalam mengatur keseimbangan sekresi angiogenik simulator
dan inhibitor. Sel kanker akan memproduksi angiogenesis growth factor yang
menyimpang dalam jumlah yang banyak dimana efeknya akan kuat sekali dalam
meniadakan efek angiogenesis inhibitor. Sebagai akibatnya adalah terjadinya
pembentukan pembuluh darah yang baru dengan sangat cepat dalam pola yang
tidak terkontrol
3. Tahap Prpgresif
Pada progresif ini gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA
mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Terjadi
aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna
menjadi pra-milignan dan malignan.
Fase metastasis meliputi beberapa tahap pemisahan, termasuk pemisahan sel
kanker dari sel induk, masuk dalam sirkulasi sistemik atau kelenjar limfe, sehingga
dapat menginvasi jaringan baru. Kemampuan invasi sel kanker ini dihubungkan
dengan banyaknya produksi protease pada sel kanker ini. Protease akan
mempengaruhi interaksi sel dan memfasilitasi pergerakan sel kanker malalui
matriks ekstraseluler. Tahap metastasis ini merupakan tahap paling kritis yang
menyebabkan gejala klinis dan bahkan kematian.
Terbentuknya sel kanker dan kemampuannya untuk “berjalan”, metastasis adalah
suatu proses yang sangat kompleks, yang melibatkan banyak gen didalamnya. Pada
perjalanannya, satu sel kanker harus melepaskan diri dari kelompoknya (primary
tumor) untuk mengadakan invasi kedaerah sekitarnya, berusaha menembus
pembuluh lymph atau secara langsung mencari pembuluh darah, berjuang melawan
proses pertahanan tubuh (hos immune defense), berhenti diorgan tujuannya dan
memulai berkembang biak di lingkungan barunya (second tumor).

Dengan kemampuan bermetastasis sel kanker untuk menembus jaringan normal, maka
tumor ganas primer dapat menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh tubuh. Metastasis
tumor ganas dapat melalui bermacam-macam, yaitu:

1. Infiltratif
Adalah menyebarkan ke jaringan sekitarnya, terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel
kanker menyebuk ke dalam jaringan sehat sekitarnya atau didalam ruang antara sel.
2. Limfogen
Yaitu sel-sel kanker yang masuk kedalam pembuluh limfe dan merupakan embolus
masuk ke dalam kelenjar getah bening regional dan melekat pada simpainya.
3. Hematogen
Yaitu lewat pembuluh darah. Masuknya sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah.
4. Implantasi
Biasanya terjadi di meja operasi, misal : jika alat telah digunakan untuk operasi dan
dipakai untuk operasi lagi tanpa disterilkan terlebih dahulu.
5. Perkontinuitatum
Yaitu kontak langsung. Misalnya tumor gaster menjalar ke ovarium.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual. Perawatan paliatif bertujuan mengurangi penderitaan
pasien, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Meski pada akhirnya pasien akan meninggal, yang terpenting adalah sebelum meninggal
pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit
yang dideritanya.
B. Saran
Daftar Pustaka

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22345/BAB%20II.pdf?sequence=5&isAllowed
=y

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/BAB%20II%20(2).pdf

Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan, 7(3):
508-513

Irawan, Erna. (2013). Pengaruh Perawatan Paliatif Terhadap pasien Kanker Stadium Akhir:
Literature Review. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1). Fakultas Ilmu Keperawatan: Universitas BS

Anda mungkin juga menyukai