Anda di halaman 1dari 144

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN

NILAI BUDAYA PADA IBU MENYUSUI


TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI POSYANDU
WILAYAH PUSKESMAS
WANAREJA 1

HALAMAN JUDUL
SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Oleh:
WIDA SUKMAWATI
NIM. 108117037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN
NILAI BUDAYA PADA IBU MENYUSUI
TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI POSYANDU
WILAYAH PUSKESMAS
WANAREJA 1

HALAMAN JUDUL
SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan (S. Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Oleh:
WIDA SUKMAWATI
NIM. 108117037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021

i
HALAMAN PERNYATAAN

ORISINALITAS KEASLIAN PENELITIAN

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Wida Sukmawati

NIM : 108117037

Tanda tangan :

Tanggal/hari :

ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Wida Sukmawati

NIM : 108117037

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Nilai


Budaya Pada Ibu Menyusui Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif Di Posyandu Wilayah
Puskesmas Wanareja 1

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap.

DEWAN PENGUJI

Penguji Utama : Evy Apriani, M.Kep., Ns. ( )

Penguji Anggota I : Ahmad Subandi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An ( )

Penguji Anggot II : Dr. Yektiningtyastuti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat ( )

Mengesahkan,
Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Sarwa, AMK., S.Pd., M.Kes.


NIP. 1031096191

KATA PENGANTAR

iv
Assalamu’alaikumWarahmatullohi Wabarokaatuh

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu

Wa Ta’ala atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya serta petunjuk kemudahan dalam

menyusun skripsi ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Nilai

Budaya Pada Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di

Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1”. Penelitian ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan

pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat tersusun dengan baik. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Sarwa, AMK., SPd., M selaku ketua STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah

Cilacap.

2. Evy Apriani, M.Kep., Ns. selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan selaku penguji utama yang

telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ahmad Subandi, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An selaku pembimbing I dan penguji

anggota I yang telah menyediakan waktu, tenaga, motivasi dan pikiran untuk

mengarahkan dan membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Yektiningtyastuti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku pembimbing II dan

penguji anggota II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

vii
5. Bapak, ibu, kakak tercinta yang senantiasa memberikan dukungan secara

moril dan materiil serta doa yang tidak pernah putus dipanjatkan untuk

kesuksesan penyusunan skripsi ini.

6. Puskesmas Wanareja 1 beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan

ijin untuk penelitian.

7. Sahabat sekaligus teman tercinta yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini, baik secara langsung

maupun tidak langsung yang tidak bisa peneliti sebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokaatuh.

Cilacap, Agustus 2021

Penulis

vi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN NILAI
BUDAYA PADA IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS
WANAREJA 1
Wida Sukmawati 1 , Ahmad Subandi 2 , Yektiningtyastuti3
123
STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
Jl. Cerme No.24, Sidanegra, Cilacap

ABSTRAK
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja, baik secara
langsung ataupun tak langsung (diperah). Secara keseluruhan pemberian ASI
eksklusif mencakup hal sebagai berikut: yaitu hanya ASI saja sampai umur
enam bulan dimana menyusui dimulai tiga puluh menit begitu setelah bayi
lahir dan tidak memberikan makanan prelaktal seperti air gula atau air tajin
kepada bayi baru lahir. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dan nilai budaya pada ibu menyususi terhadap
pemberian ASI eksklusif di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional.
Penelitian dilakukan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja pada 30 April-
15 Juni 2021. Populasi dari penelitian ini adalah ibu menyusui yang
mempunyai bayi diatas 6 bulan. Metode pengambilan sampel adalan cluster
random sampling dengan melibatkan 62 reaponden dimana pengampilan data
dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil uji statistik diperoleh (p value = 0,000 < 0,05), dapat diambil kesimpulan
bahwa terhadap hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif. (p value = 0,000 < 0,05), terdapat hubungan yang
signifikan antara nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci : ASI Ekslusif, Tingkat Pengetahuan, Nilai Budaya

vii
KNOWLEDGE LEVEL RELATIONSHIP AND CULTURAL
VALUES IN BREASTFEEDING MOTHERS ON BREAST
MILK EXCLUSIVE AT HEALTH CENTER AREA
PUSKESMAS WANAREJA 1

Wida Sukmawati 1 , Ahmad Subandi 2 , Yektiningtyastuti3


123
College of Health Sciences Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap

ABSTRACT
Exclusive breastfeeding means that babies are only given breast milk,
either directly or indirectly (expressed). Overall, exclusive breastfeeding includes
the following: i.e. only breast milk until the age of six months where breastfeeding
begins thirty minutes after the baby is born and does not give prelactal foods such
as sugar water or starch water to newborns. The purpose of this study was to
determine the relationship between the level of knowledge and cultural values of
breastfeeding mothers on exclusive breastfeeding at the Posyandu at the
Wanareja 1 Health Center. This type of research was a quantitative study with a
cross sectional design. The study was conducted at the Posyandu in the Wanareja
Community Health Center on April 30-15 June 2021. The population of this study
was breastfeeding mothers who had babies over 6 months old. The sampling
method is cluster random sampling involving 62 respondents where the data is
collected using a questionnaire. Data were analyzed using Chi Square test.
Statistical test results obtained (p value = 0.000 <0.05), it can be concluded that
there is a significant relationship between the level of knowledge and exclusive
breastfeeding. (p value = 0.000 < 0.05), there is a significant relationship
between cultural values and exclusive breastfeeding.

Keywords: Exclusive Breastfeeding, Knowledge Level, Cultural Values

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................iii
viii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN...........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................9
C. TUJUAN PENELITIAN...................................................................................9
D. MANFAAT PENELITIAN.............................................................................10
E. KEASLIAN PENELITIAN.............................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI.....................................16
A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................16
1. Air Susu Ibu (ASI).....................................................................................16
a. Definisi ASI Eksklusif...............................................................................16
b. Pemberian ASI............................................................................................18
c. Kandungan Gizi dalam ASI.......................................................................20
d. Manfaat ASI Eksklusif...............................................................................25
e. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pemberian ASI Eksklusif...............28
2. Pengetahuan................................................................................................30
a. Definisi Pengetahuan..................................................................................30
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan......................................33
c. Cara Memperoleh Pengetahuan.................................................................35
d. Kriteria Pengetahuan..................................................................................36
3. Nilai Budaya...............................................................................................37
a. Definisi Nilai Budaya.................................................................................37
b. Peran Kebudayaan .....................................................................................38
c. Faktor-faktor Nilai Budaya .......................................................................38
d. Fungsi Nilai Budaya...................................................................................38
e. Ciri Nilai Budaya........................................................................................39
f. Konsep Nilai Budaya..................................................................................39
g. Dasar pengkatagorian nilai budaya............................................................40
B. KERANGKA TEORI......................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................42

viii
A. Kerangka Konsep............................................................................................42
B. Hipotesis Penelitian.........................................................................................43
1. ( Ha) Hipotesis Alternatif..........................................................................43
2. (Ho) Hipotesis Nol...........................................................................................43
C. Variabel Penelitian..........................................................................................44
1. Variabel Independent.................................................................................44
2. Variabel Dependent....................................................................................44
D. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, Skala Pengukuran......................44
E. Desain Penelitian.............................................................................................46
F. Populasi dan Sampel.......................................................................................47
1. Populasi.......................................................................................................47
2. Sampel.........................................................................................................47
G. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................51
H. Etika Penelitian................................................................................................51
I. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................53
1. Jenis Data....................................................................................................53
2. Instrumen penelitian...................................................................................53
3. Uji Instrumen..............................................................................................55
J. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................................57
K. Analisa Data.....................................................................................................58
1. Pengolahan data..........................................................................................58
2. Analisa data................................................................................................60
BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................................63
A. Hasil Penelitian......................................................................................................63
1. Karakteristik Responden.................................................................................63
a. Usia dan pendapatan...................................................................................63
b. Pendidikan..................................................................................................64
c. Pekerjaan.....................................................................................................64
B. Hasil Analisis Univariat.........................................................................................65
a. Tingkat Pengetahuan.......................................................................................65
b. Nilai Budaya....................................................................................................66
c. Pemberian ASI Eksklusif................................................................................66
C. Hasil Analisis Bivariat...........................................................................................67
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif..............68

x
b. Hubungan Nilai Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif...........................69
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................70
A. Analisis Univariat..................................................................................................70
1. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1........70
2. Nilai Budaya Ibu Menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1....................71
3. Pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1. .72
B. Analisis Bivariat....................................................................................................73
1. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.....73
2. Hubungan antara nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif..................77
C. Keterbatasan Penelitian..........................................................................................83
D. Implikasi Terhadap Pelayanan dan Peneliti............................................................84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................85
A. Kesimpulan............................................................................................................85
B. Saran......................................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................87
LAMPIRAN.....................................................................................................................92
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Nutrisi antara susu formula dan ASI ............................21

Tabel 1.2 Kelebihan ASI dibandingkan susu formula ................. ....................... 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Variabel Penelitian, Skala Ukur .......................46

Tabel 3.2 Pengkordingan Variabel .......................................................................59

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Pendapatan................64

Tabel 4.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...............................65

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................66

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui ...................66

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Budaya Ibu Menyusui .................................67

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Ibu Menyusui .............67

Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif .....68

Tabel 4.8 Hubungan Nilai Budaya dengan Pemberian ASI eksklusif ..................69

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian....................................................................42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................43


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Lembar Konsul

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Informed Consent

Lampiran 5. Lembar Kuesioner A : Identitas Responden

Lampiran 6. Lembar Kuesioner B : Tingkat Pengetahuan

Lampiran 7. Lembar Kuesioner C : Nilai Budaya

Lampiran 8. Lembar Kuesioner D : Pemberian ASI Eksklusif

Lampiran 9. Lembar coding Karakteristik Responden

Lampiran 10. Lembar Tabulasi Tingkat Pengetahuan

Lampiran 11. Lembar Tabulasi Nilai Budaya

Lampiran 12. Lembar Tabulasi Pemberian ASI Eksklusif

Lampiran 13. Lembar SPSS

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan intervensi yang paling efektif

untuk mencegah kematian bayi. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 14

kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama

kehidupan dibanding bayi yang tidak diberikan ASI. Mulai menyusui pada

hari pertama setelah lahir dapat mengurangi resiko kematian baru lahir

hingga 45%. Meskipun manfaat-manfaat ASI telah direkomendasikan

diseluruh dunia, namun hanya 39% bayi dibawah enam bulan diseluruh

dunia mendapatkan ASI eksklusif (UNICEF, 2013).

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang

bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang

perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan

masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya program

pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal. Rendahnya

tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama

kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang

dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai nutrisi dan manfaat yang

terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan para ibu yang bekerja terutama

yang tinggal di perkotaan, juga turut mendukung rendahnya tingkat ibu

menyusui (Prasetyorini., 2017).

1
2

Ada beberapa faktor yang membuat sebagian ibu tidak menyusui

anaknya. Pertama, gencarnya kampanye produsen susu dan makanan

pengganti ASI. Kedua, kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan para ibu

terhadap pemberian makanan kepada anak. Ketiga, ketiadaan perhatian yang

sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan

menyusui anak. Keempat, kurangnya program kesejahteraan sosial yang

terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintah di negara-negara

berkembang (Prasetyorini., 2017).

Berdasarkan penelitian akan pentingnya pemberian ASI eksklusif,

World Health Organization (WHO) (2018) mengubah rekomendasi

mengenai lamanya pemberian ASI eksklusif dari empat bulan pertama

kelahiran bayi menjadi enam bulan. Dalam Global Strategy for Infant and

Young Child Feeding (IYCF) WHO merekomendasikan pola pemberian

makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia dua tahun, yaitu: 1) Memberi

kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusui dini dalam satu

jam setelah lahir, 2) Menyusui secara eksklusif sejak lahir sampai umur

enam bulan, 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang

bergizi sejak bayi berusia enam bulan, dan 4) Meneruskan menyusui sampai

anak berusia 24 bulan atau lebih. Dalam agama Islam durasi pemberian ASI

disebutkan dalam Firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 233. Artinya:

“Dan ibu-ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah

menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang

tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita


3

karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya.

Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin

menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka

tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu

kepada orang lain, makatidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran

dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233).

Menurut Depkes RI (2018), bahwa perkembangan otak anak delapan

puluh persen dimulai sejak didalam kandungan hingga usia 3 tahun, dikenal

dengan periode emas. Oleh karena itu pada masa ini dibutuhkan pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan serta bisa dilanjutkan hingga anak berusia 2

tahun, karena ASI mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan lemak

sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan bayi (Kemenkes, 2018).

Penyebab gagalnya ibu mempraktekan ASI eksklusif bermacam-macam

seperti contohnya kebiasaan memberi makan pralaktal, pemberian susu

formula karena ASI tidak keluar, menghentikaan pemberian ASI karena ibu

atau bayi sakit, ibu sibuk bekerja sehingga tidak sempat menyusui bayi, dan

ibu ingin mencoba susu formula (Wahyuningsih et al, 2013).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.

450/Men.Kes/SK/IV/2004 menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif.

Pemerintah untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif di

Indonesia, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012

mengintruksikan kepada Pemerintah daerah dan swasta untuk bekerjasama

mendukung pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).


4

Melalui peraturan yang telah ditetapkan ini, pemerintah memformalkan hak

perempuan untuk menyusui (termasuk di tempat kerja) dan melarang promosi

pengganti ASI. Pemberian ASI eksklusif dan IMD bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi serta mencegah kekurangan gizi pada balita.

Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI eksklusif

menyebutkan bahwa pemerintah, keluarga dan masyarakat harus mendukung

pemberian ASI eksklusif. Penyelenggara tempat sarana umum serta pengurus

tempat kerja harus menyediakan fasilitas yang mendukung program ASI

eksklusif yaitu ruang Laktasi. Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 12 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus

menyusui atau memerah ASI seperti ruang laktasi. Penggunaan ruang laktasi di

Indonesia masih terbilang minim, hal ini disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan fasilitas ruang laktasi yang belum memadai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat bahwa

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan lebih rendah mengalami ISPA

(infeksi saluran pernafasan) sebesar 72%, lebih rendah mengalami diabetes

dengan resiko 30% dan lebih rendah mengalami otitis media dengan resiko

50%. Selain itu, ASI juga dapat menurunkan resiko SIDS (sudden infant death

syndrome) sebesar 36% (American Academy of Pediatrics, 2012).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), bahwa hanya 44%

dari bayi baru lahir di dunia yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama

sejak lahir, masih sedikit juga bayi di bawah usia 6 bulan menyusu secara

eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Asia Selatan 47%, Amerika

Latin dan Karibia 32%, Asia Timur 30%, Afrika Tengah 25%, dan Negara
5

berkembang 46%. Secara keseluruhan, kurang dari 40% anak di bawah usia 6

bulan di beri ASI eksklusif. Hal tersebut belum sesuai dengan target WHO

yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai

paling sedikit 50%. Ini merupakan target ke lima WHO di tahun 2025 (WHO,

2018).

Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017

menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh

ibu kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi

yang tidak diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini

cukup jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh

WHO ataupun Kementrian Kesehatan yaitu 80% (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 cakupan

ASI di Jawa Tengah sebesar 66,0%. Sedangkan untuk Kabupaten Cilacap

presentase yang mendapatkan ASI ekslusif terhadap bayi umur 0-6 bulan

sebesar 75,2%. Sedangkan untuk Kecamatan presentase yang mendapatkan

presentase pemberian ASI eksklusif terendah berada diwilayah UPT

Puskesmas Cilacap Tengah 1 sebesar 12,18% . Angka pemberian ASI ekslusif

tersebut masih rendah karena target cangkupan pemberian ASI ekslusif pada

bayi 0-6 bulan adalah 80% (Profil Jateng 2019).

Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya

pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi

bayi. Akibatnya, program pemberian ASI tidak berlangsung secara optimal.

Sejak dicanangkan kampanye ASI Eksklusif, berbagai kegiatan untuk


6

meningkatkan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Ekslusif dengan adanya

promosi peningkatan penggunaan ASI, misalnya penataran-penataran atau

ceramah-ceramah kepada kelompok masyarakat tertentu. Kegiatan tersebut

dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan menginformasikan bahwa

ASI adalah yang terbaik bagi bayi. Dalam hal ini petugas kesehatan ikut

bertanggung jawab dalam melaksanakan upaya peningkatan dan penggunaan

ASI demi kesehatan ibu dan bayi (Menkes RI, 2017). Pengetahuan itu sendiri

adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2018).

Kebudayaan dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya, selalu

diturunkan dan dianjurkan oleh generasi tua kepada generasi muda, bisa

melalui pendidikan (baik pendidikanformal, informal maupun non formal),

atau melalui kesenia, bisa pula lewat ajaran agama, lewat pameran secara

emosional, adat istiadat , tradidsi dan lain-lain. Jadi kebudayaan dengan

berbagai macam ragamnya masing-masing akan membentuk, memperkuat

sekaligus merubah sikap dan perilaku baik secara individu maupun secara

sosial yang berada di lingkungan kebudayaan yang bersangkutan (Syamaun,

2019).

Ibu menyusui merupakan perilaku budaya dimana tidak terlepas dari

pandangan budaya yang telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan

yang bersangkutan. Banyak penelitian yang telah dilakukan menyatakan

budaya sebagai faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif. Dilain


7

pihak, budaya juga berperan untuk mendukung kesehatan. Untuk itu

diperlukan suatu penelitian yang memperhatikan aspek budaya dalam

pemberian ASI eksklusif dari ibu menyusui yang sudah berhasil dalam

memberikan ASI eksklusif. Permasalahan utama dalam pemberian ASI

ekslusif adalah nilai sosial budaya yaitu berupa kebiasaan dan kepercayaan

seseorang dalam pemberian ASI eksklusif. Adapun kebiasaan ibu yang tidak

mendukung pemberian ASI adalah kebiasaan memberikan susu formula

sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal ibunya atau bayi rewel dan

kebiasaan memberikan makanan padat/sereal, buah pisang pada bayi

sebelum usia 6 bulan agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel sedangkan

kepercayaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah seperti

adanya kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan

tertentu) dengan keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar (Ribeiro et

al., 2013).

Selain berbagai faktor tersebut diatas faktor nilai budaya merupakan

yang melatar belakangi perilaku pemberian Eksklusif. Hasil wawancara

mendalam dengen sejumlah informasi menunjukan bahwa sebagian besar

ibu menyusui atau memberikan ASI kepada bayi yang baru dilahirkan

merupakan suatu yang alamiah, dan sudah merupakan kodrat. Perilaku

menyusui merupakan tindakan yang dianggap tinggi nilainya, dan

mempunyai nilai penting bagi seorang ibu (Depkes RI, 2004). Nilai budaya

dalam masyarakat biasanya berkaitan dengn tugas seorang ibu. Seorang ibu

yang melahirkan bayinya, sudah sewajarnya untuk bertanggung jawab dan

berkewajiban memberikan kasih sayang kepada bayinya, yaitu dengan cara


8

memberikan ASI dan merawat bayinya dengan sebaik-baiknya. Dengan

demikian, seorang ibu akan berupaya terus agar bayinya tumbuh

sehat.dalam hal ini tampak bahwa nilai-nilai budaya tentang menyusui

masih melekat dan diyakini oleh sebagian besar masyarakat (Media, 2017).

Sistem sosial, nilai budaya dan kebudayaan merupakan bagian dari

kerangka budaya. Budaya atau kebudayaan merupakan keseluruhan dari

kekuatan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang

harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam

kehidupan masyarakat (Kuntjaraningrat, 2019). Kebudayaan berperan

terhadap perilaku kesehatan individu maupun kelompok masyarakat.

Kebudayaan dapat menopang perilaku kesehatan maupun dapat

memperburuk kesehatan. Begitupun dengan perilaku pemberian ASI

eksklusif yang tidak terlepas dari pandangan budaya yang telah diwariskan

turun-temurun dalam kebudayaan yang bersangkutan. Ibu menyusui

merupakan suatu praktek budaya, dimana terdapat norma-norma perilaku

yang berbeda dalam budaya.

Studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan metode wawancara

yang dilakukan kepada 10 ibu menyusui di Posyandu UPTD Puskesmas

Wanareja 1 dimana 6 ibu menyusui belum memahami dengan baik tentang

pentingnya dari pemberian ASI eksklusif, 4 pasien menyatakan cukup

memahami tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif yaitu dengan

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya tanpa tambahan nutrisi atau

pendamping makanan yang lainnya. Dari 6 ibu yang kurang memahami

pentingnya pemberian ASI eksklusif, 4 diantaranya tidak melakukan anjuran


9

pemerintah untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan

dengan alasan ASI tidak keluar dari pertama bayi dilahirkan, ASI keluar

tetapi sedikit sehingga ibu takut apabila bayinya kekurangan ASI sehingga

ditambah dengan susu formula, dan dari hasil wawancara semuanya

menyatakan belum begitu mengerti tentang apa saja manfaat dari pemberian

ASI eksklusif, kelebihan dan kekurangan dari pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya

pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di Posyandu UPTD

Puskesmas Wanareja 1”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan

nilai budaya pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Wlayah Puskesmas Wanareja 1?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan nilai budaya

pada ibu menyususi terhadap pemberian ASI eksklusif di Posyandu

Wilayah Puskesmas Wanareja 1.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang pemberian ASI

eksklusif pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif di

Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1.


10

b. Mengetahui gambaran nilai budaya tentang pemberian ASI eksklusif.

c. Mengetahui gambaran tentang pemberian ASI eksklusif pada ibu

menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif di Posyandu Wilayah

Puskesmas Wanareja 1.

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan pemberian ASI

eksklusif.

e. Menganalisis hubungan nilai budaya dan pemberian ASI eksklusif.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian

pustka untuk semakin memperkuat teori tentang hubungan tingkat

pengetahuan dan nilai budaya terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat merangsang penelitian lanjutan

tentang ASI eksklusif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasi penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang hubungan

tingkat pengetahuan dan nilai budaya tentang pemberian ASI

eksklusif. Selain itu dapat dijadikan masukan untuk menyarankan

agar ibu memberikan ASI secara eksklusif secara menjelaskan

manfaat pemberian ASI eksklusif terhadap bayinya.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang hubungan tingkat

pengetahuan dan nilai budaya terhadap pemberian ASI eksklusif


11

serta pengembangan diri peneliti khususnya dibidang penelitian

lapangan.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian dengan fokus dan tema yang hampir sama dengan penelitian

ini diantaranya adalah :

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kabupaten Kediri

oleh Triatmi Andri Yanuarini, Dwi Estuning Rahayu, Ekanana

Prahitasari pada tahun 2017.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam. memberikan ASI

eksklusif di Puskesmas Pranggang-Kediri. Desain penelitian yang

digunakan adalah analitik dengan menggunakan rancangan cross

sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagian

ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di Desa Pranggang, Punjul dan

Sumber Agung wilayah kerja Puskesmas Pranggang Kabupaten Kediri

yang berjumlah 48 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah probability sampling dengan metode cluster sampling.

Statistik Nonparametris yang digunakan untuk menguji hipotesis

komparatif dua sampel yang berkorelasi pada penelitian ini adalah

Korelasi Spearman Rank. Dengan menggunakan uji statistika Spearman

Rank diperoleh hasil hitung (5,694) > tabel (2,021) sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu


12

dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pranggang

Kabupaten Kediri.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

judul penelitian yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya

terhadap pemberian ASI eksklusif, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya terhadap

pemberian ASI ekslusif, variable terikat yaitu pemberian ASI ekslusif

dan variable bebas yaitu tingkat pengetahuan dan nilai budaya pada

pemberian ASI eksklusif. Metode penelitian menggunakan studi

korelasi dengan pendekantan cross sectional, dan uji analisa

menggunakan uji Chi Square, Sample yang digunakan Cluster random

sampling.

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan

Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan oleh

Desfi Lestari, Reni Zuraida, dan TA. Larasati pada tahun 2013.

Tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu tentang ASI dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Fajar Bulan Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini

bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional, pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik dengan Quota Sampling pada 86 ibu di

wilayah Kelurahan Fajar Bulan pada bulan November 2012 sampai

bulan Februari 2013. Identifikasi variabel pengetahuan, pekerjaan dan

pemberian ASI eksklusif menggunakan kuesioner. Uji statistik

menggunakan uji Chi-Square dengan α < 0,05. Hasil penelitian


13

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI Eksklusif, nilai

(p=0,001). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara antara

pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif, nilai (p=0,754).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

judul penelitian yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya

terhadap pemberian ASI eksklusif, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya terhadap

pemberian ASI eksklusif, variable terikat yaitu pemberian ASI ekslusif

dan variable bebas yaitu tingkat pengetahuan dan nilai budaya pada

pemberian ASI ekslusif. Metode penelitian menggunakan studi korelasi

dengan pendekantan cross sectional, dan uji analisa menggunakan uji

Chi Square, Sample yang digunakan Cluster Random Sampling.

3. Hubungan Sosial Budaya dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif

Pada Ibu Menyusui Di Posyandu Wilayah Desa Srigading Sanden Bantul

Yogyakarta oleh Hajaroh Hidayati pada tahun 2013.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

sosial budaya dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada ibu

menyusui di Posyandu Wilayah Desa Srigading Sanden Bantul

Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif

Korelational. Sampel penelitian ini adalah Ibu menyusui di Posyandu

Wilayah Desa Srigading Sanden Bantul Yogyakarta sejumlah 55

responden. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil uji

Fisher Exact menunjukkan bahwa hasil p=0,004 (p>0,05) yang berarti


14

ada hubungan sosial budaya dengan keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif. Sehingga dengan ini dapat disimpulkan bahwa sosial budaya

memiliki hubungan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Untuk itu

peneliti menyarankan agar orang tua meningkatkan pengetahuan

tentang ASI Eksklusif sehingga mendorong ibu memberikan ASI

Eksklusif kepada anaknya.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

judul penelitian yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya

terhadap pemberian ASI ekslusif, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya terhadap

pemberian ASI eksklusif, variable terikat yaitu pemberian ASI ekslusif

dan variable bebas yaitu tingkat pengetahuan dan nilai budaya pada

pemberian ASI eksklusif. Metode penelitian menggunakan studi

korelasi dengan pendekantan cross sectional, dan uji analisa

menggunakan uji Chi Square, Sample yang digunakan Cluster Randem

Sampling.

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan IbuTentang ASI Eksklusif Dengan

Tindakan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Kartasura Oleh

Muhammad Fadhil Ilhami pa tahun 2015.

Tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu

dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif. Desain penelitian ini adalah

analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah

responden sebanyak 72 ibu yang dipilih dengan menggunakan teknik

cluster random sampling. Untuk mengetahui hubungan antara


15

pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif digunakan

uji Chi-square. Sebagian besar ibu berpengetahuan rendah sebanyak 44

orang (61,1 %) dan yang pengetahuannya tinggi sebanyak 28 orang

(38,9 %). Ibu berpengetahuan tinggi dengan tindakan baik sebanyak 13

orang (46,4 %) dan yang pengetahuannya rendah dengan tindakan baik

sebanyak 7 orang (15,9 %). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p

= 0,005.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada

judul penelitian yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya

terhadap pemberian ASI eksklusif, tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya terhadap

pemberian ASI eksklusif, variable terikat yaitu pemberian ASI eksklusif

dan variable bebas yaitu tingkat pengetahuan dan nilai budaya pada

pemberian ASI eksklusif. Metode penelitian menggunakan studi

korelasi dengan pendekantan cross sectional, dan uji analisa

menggunakan uji Chi Square, Sample yang digunakan Cluster Randem

Sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Air Susu Ibu (ASI)

a. Definisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna

untuk bayi karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (WHO,2019).

Sedangkan, menurut Soetjiningsih (2014) Air Susu Ibu (ASI) adalah

emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik

yang disekresi oleh kedua belah kelanjar payudara ibu sebagai

makanan utama bagi bayi. ASI merupakan makanan pilihan utama

untuk bayi, menyusui memberi banyak keuntungan baik dalam hal

nutrisi, imunologi dan psikologis.

ASI adalah air susu ibu yang merupakan minuman bayi dengan

gizi yang sangat ideal dengan komposisi seimbang, disesuaikan

dengan kebutuhan bayi dan merupakan minuman yang paling sesuai,

bersih, dan bebas kuman (Roesli, 2018).

ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi

dan tim (Roesli, 2018).

16
17

Menurut WHO (2019) pengertian pemberian ASI eksklusif

adalah bayi hanya diberikan ASI saja, baik secara langsung ataupun

tak langsung (diperah). Secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif

mencakup hal sebagai berikut: yaitu hanya ASI saja sampai umur

enam bulan dimana menyusui dimulai tiga puluh menit begitu setelah

bayi lahir dan tidak memberikan makanan prelaktal seperti air gula

atau air tajin kepada bayi baru lahir. Menyusui sesuai kebutuhan bayi,

memberikan kolostrum kepada bayi, menyusui sesering mungkin

(tanpa jadwal), termasuk pemberian ASI pada malam hari dan cairan

yang dibolehkan hanya vitamin/mineral dan obat dalam bentuk drops

atau sirup (WHO, 2020).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu, ASI merupakan cairan

hasil sekresi kelenjar payudara ibu. ASI merupakan sumber nutrisi

yang penting bagi bayi karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak di masa mendatang. Kemenkes RI (2014)

membagi menyusui menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Menyusui Predominan

Menyusui predominan adalah model menyusui, tetapi bayi pernah

diberi minuman berbasis air, seperti teh atau air putih.

2) Menyusui Parsial

Menyusui parsial adalah menyusui bayi dengan diberikan makanan

atau minuman selain ASI seperti susu formula, bubur, serelac, atau

makanan lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan. Makanan diberikan


18

baik secara terus menerus ataupun diberikan sebagai makanan

prelakteal.

3) Menyusui Eksklusif

Menyusui eksklusif adalah menyusui bayi tanpa memberikan

makanan atau minuman selain ASI (kecuali obat-obatan, vitamin,

atau mineral tetes). Artinya selama 24 jam zat gizi yang diperoleh

bayi hanya dari ASI saja.

b. Pemberian ASI

UNICEF mendukung langkah yang diambil pemerintah untuk

meningkatkan angka menyusui, termasuk mengeluarkan peraturan

kesehatan yang melarang promosi makanan atau minuman pengganti

ASI di fasilitas kesehatan, dan hak perempuan untuk menyusui telah

didukung pemerintah dengan adanya peraturan. Hukum akan

memungkinkan menciptakan negara yang memperdayakan perempuan

untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan terus

menyusui selama dua tahun atau lebih (UNICEF, 2020). ASI eksklusif

mencapai puncaknya pada 3-4 bulan pertama. Periode awal

postpartum, hampir setengah dari ibu yang disurvei memberikan ASI

kurang dari delapan kali sehari, saran pemberian ASI adalah 8-12 kali

per hari. Saran memberikan ASI yaitu 10-15 menit setiap sisi

payudara (20-30 menit secara kumulatif), hampir setengah melaporkan

bahwa durasi pemberian ASI <10 menit dan sebagian bayi menyusui

selama <20 menit.


19

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama enam bulan dan

setelah enam bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat.

ASI dapat diberikan hingga bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih

dari dua tahun (Roesli, 2018). WHO merekomendasikan empat hal

penting dalam pemberian makanan bayi dan anak, yaitu:

1) Memberikan ASI kepada bayi segera selama 30 menit setelah bayi

lahir.

2) Memberikan ASI saja sampai bayi berusia enam bulan (ASI

Eksklusif).

3) Memberikan makanan pendamping AI (MP-ASI) sejak bayi berusia

6-24 bulan.

4) Meneruskan pemberian ASI sampai anak usia 24 bulan.

Memberikan ASI pada bayi dapat dilakukan langsung melalui

kontak langsung antara mulut dengan payudara, namun dapat juga

melalui sendok dengan memanfaatkan ASI perah. Memerah ASI dapat

dilakukan dengan tangan bila payudara dalam keadaan lunak.

Memerah dengan tangan adalah cara yang paling baik dan hanya

sedikit memerlukan alat sehingga ibu bekerja dapat dengan mudah

memerah ASI di mana saja dan kapan saja (Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2016). Ibu yang

memerah harus melakukannya di tempat yang bersih dan dalam

kondisi santai untuk memastikan reflek oksitosin berfungsi dengan

baik. ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat

dengan syarat:
20

a) ASI dengan suhu ruangan 27-32 °C dapat bertahan 1-2 jam.

b) ASI dengan suhu ruangan 19-25 °C dapat bertahan 4-8 jam.

c) ASI di lemari es dengan suhu 0-4 °C dapat bertahan 1-2 hari.

d) ASI di lemari pendingin satu pintu dapat bertahan dua bulan.

e) ASI di lemari pendingin dua pintu dapat bertahan 3-4 bulan (IDAI,

2013).

c. Kandungan Gizi dalam ASI

1) ASI dibedakan menjadi tiga macam yaitu: kolostrum, ASI masa

transisi, dan ASI matur.

a) Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan ASI yang keluar pertama

kali, berbentuk cairan kental dan berwarna kekuningan.

Kolostrum keluar pada hari pertama sampai hari ketiga dan

bermanfaat sebagai sistem imunitas pertama bagi bayi. Jumlah

kolostrum yang dihasilkan pada hari pertama sekitar 40-50 ml.

Kolostrum mengandung tinggi protein, sel darah putih, antibodi

terutama SIgA, Vitamin larut lemak yaitu vitamin A,E, dan K,

nitrogen, mineral, garam, dan laktosa (WHO, 2019).

b) ASI Transisi

ASI transisi adalah ASI yang keluar setelah kolostrum,

yaitu pada hari keempat sampai hari keempat belas. ASI transisi

memiliki warna lebih putih dengan konsentrasi lemak dan

jumlah kalori yang lebih besar dibandingkan kolostrum

(Kemenkes RI, 2014).


21

c) Susu Matur

Susu matur adalah ASI yang keluar setelah hari keempat

belas dimana komposisi kolostrum berubah menjadi komposisi

normal ASI. ASI matur mengandung lemak dan karbohidrat

yang banyak, terutama pada isapan pertama (foremilk)

dibandingkan dengan isapan terakhir (hindmilk) (Kemenkes RI,

2014).

Berikut perbandingan nutrisi antara susu formula bayi

yang dimodifikasi dengan Air Susu Ibu yang dijelaskan dalam

table 1.1

Tabel 1.1 Perbandingan Nutrisi antara Susu Formula

yang dimodifikasi dengan Air Susu Ibu

Makronutrisi ASI Formula Formula Berbasis


Berbasisi Susu Kedelai
Sapi

Protein 7% kalori 9-12 kalori 11-13% kalori

Karbohidrat 38% kalori 41-43 kalori 39-45% kalori

Lemak 55% kalori 48-50% kalori 45-49% kalori

Sumber: Brown et al, 2014

Tabel 1.2 Kelebihan ASI dibandingkn Susu Formula

Nutrisi ASI Susu Formula Informasi

Seluruhnya Tidak seluruhnya Jika semua


diserap oleh diserap tubuh bayi kurang, bayi
tubuh bayi kekurangan
kekebalan tubuh
dan berisiko
mengalami
masalah jantung
serta sitem pusat

Kaya kolestrol Tidak kaya kolestrol


dan memberi
22

energi untuk bayi


yang sedang
tumbuh

Mengandung Tidak memiliki Tidak adanya


enzim lipase yang enzim lipase enzime lipase
berguna untuk dapat
mencerna lemak menyebabkan bau
tidak sedap pada
feses bayi karena
lemak tidak
dicerna dengan
baik

Protein Memiliki 2 jenis Mengandung protein Protein susu


protein, yaitu kasein yang tidak formula bisa
kasein dan whey mudah dicerna menyebabkan
alergi pada
beberapa bayi

Protein dalam Protein susu formula Protein ASI tidak


ASI diserap tidak menyebabkan
sepenuhnya oleh alergi
bayi sepenuhnya

diserap oleh bayi


sehingga banyak
yang dibuang oleh
tubuh

Karbohidrat Kaya laktosa, Mengandung sedikit


galaktosa, dan atau bahkan tidak
glukosa ada laktosa

Kaya Kekurangan Karbohidrat


oligosakarida oligosakarida seperti
yang membantu oligosakarida dan
pengenalan dan laktosa
pengikatan sel dibutuhkan untuk
serta penting bagi
kesehatan usus tumbuh kembang
bayi

Penguat Memproduksi sel Tidak memiliki sel Jika kuman


imun tubuh darah merah ke darah putih hidup
bayi dalam sehingga menyerang, ibu
jumlah jutaan
Hanya memberi bisa memberikan
setiap kali
antibodi kepada
menyusu
Sedikit kekebalan bayi untuk
tubuh pada bayi
meningkatkan
sistem kekebalan
23

tubuh

Vitamin dan Mengandung Tidak mengandung Vitamin dan


mineral berbagai vitamin vitamin dan mineral
dan mineral setinggi ASI mineral dalam
termasuk Fe, Zn, ASI mudah
dan Ca diserap oleh bayi

Sumber: Brown et al, 2014

2) ASI mempunyai komposisi yang berbeda diantaranya adalah:

a) Lemak

Lemak merupakan sumber kalori yang terdapat pada ASI,

senyawa-senyawa lemak tersebut mudah diserap oleh saluran

pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempurna. Hal

ini disebabkan karena lemak ASI merupakan lemak sederhana

yang stuktur zatnya tidak bercabang, sehingga mudah melewati

saluran pencernaan bayi (Depkes RI, 2014).

b) Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa. Kadar laktosa

dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan kadar laktosa

dalam susu hewani. Saluran pencernaan bayi akan

menghidrolisis (memecah) menjadi zat-zat yang lebih sederhana,

yaitu galaktosa dan glukosa yang akan diserap oleh bayi dan

sebagai penghasil energi tinggi. Laktosa juga berfungsi

meningkatkan absorbsi kalsium dan menstimulus pertumbuhan

Lactobacillus bifidus, yang berperan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit (Depkes RI,

2014).

c) Protein
24

ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi, tetapi

protein dalam ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan

mudah dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin

yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan

konjugasi bilirubin (Depkes Ri, 2014).

d) Laktosa

Laktosa merupakan karbohidrat utama yang terkandung

pada ASI, berfungsi sebagai sumber energi, meningkatkan

absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus

bifidus (Depkes RI,2014).

e) Mineral

Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium.

Kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, namun tingkat

penyerapanya lebih besar. Bayi yang mendapatkan ASI

mempunyai risiko lebih kecil kekurangan zat besi, karena zat

besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap. Zink dibutuhkan

karena banyak membantu berbagai proses metabolisme tubuh.

Selenium sangat dibutuhkan pada saat pertumbuhan anak (IDAI,

2013).

f) Vitamin

Kandungan vitamin yang terdapat pada ASI yaitu vitamin

A yang berkisar antara 200 IU (International Unit) (Depkes

RI,2014).

d. Manfaat ASI Eksklusif


25

Bayi akan memperoleh manfaat dari pemberian ASI yang sangat

meningkat apabila bayi hanya diberikan ASI saja selama enam bulan

pertama kehidupan (Roesli, 2018).

1) Manfaat bagi Bayi

a) Nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan

bayi. ASI merupakan makanan sempurna untuk bayi dalam

memenuhi kebutuhan bayi hingga berusia enam bulan (Roesli,

2018).

b) Perlindungan Kesehatan Bayi

Menyusu selama enam bulan terbukti memberikan risiko

lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi

saluran nafas, infeksi telinga, pneumonia, infeksi saluran kemih)

dan penyakit lainnya (obesitas, diabetes, alergi, penyakit

inflamasi saluran cerna, kanker) di kemudian hari. Bayi yang

mendapat ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap

dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula. Zat

kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan

ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respon imun tubuh

melawan infeksi (Roesli, 2018).

c) Intelegensi Bayi
26

Berdasarkan kajian ilmiah, menyusu dapat meningkatkan

kecerdasan anak, karena menyusui memberikan pelekatan erat

dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan

intelgensia dan emosi anak. Faktor yang mempengaruhi

kecerdasan anak yaitu faktor genetik yang merupakan faktor

kecerdasan yang diturunkaan dari orang tua dan faktor

lingkungan yang berupa asuh, asah, dan asih (Roesli, 2018).

d) Rasa Nyaman dan Hangat selama Menyusui

Ahli bidang psikologi meyakini bahwa bayi menikmati

rasa aman, kehangatan dan keberadaan ibunya, khususnya bila

terjadi kontak selama menyusui. Perasaan tersebut mungkin

kurang apabila bayi mendapatkan susu formula. Ibu harus

memberikan sentuhan kasih sayang kepada bayinya, karena hal

tersebut merupakan sumber kehangatan dan kenyamanan bayi

(IDAI, 2013).

2) Manfaat bagi Ibu

a) Kesehatan Ibu

Isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin dari

hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan

mencegah perdarahan pasca persalinan, mengurangi prevalensi

anemia defisiensi besi. Mengurangi risiko kanker payudara,

kanker ovarium dan kanker endometrium. Penelitian

membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif


27

memiliki risiko kanker 25% lebih kecil dibandingkan ibu yang

menyusui tidak secara eksklusif (Kristiansari, 2019).

b) Metode KB Alami

Hisapan bayi pada puting merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen dan

mengakibatkan tidak adanya ovulasi. Pemberian ASI secara

eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan apapun dan juga

belum mengalami menstruasi mempunyai efektifitas 98%

sebagai metode kontrasepsi alami (Kristiansari, 2019).

c) Mengurangi Stres dan Gelisah

Ibu yang menyusui mempunyai banyak perasaan positif

karena kontak langsung dengan bayi akan menimbulkan

kenyamanan, kejadian stres pada ibu menyusui lebih rendah

dibandingkan dengan ibu yang menggunakan susu formula

(Roesli, 2018).

d) Berat Badan Cepat Kembali Normal

Ibu hamil memiliki cadangan lemak yang disimpan dalam

tubuh sebagai sumber tenaga yang disiapkan untuk proses

menyusui. Proses menyusui memerlukan tenaga untuk produksi

ASI, lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan

terpakai. Timbunan lemak akan menyusut, dan berat badan ibu

akan cepat kembali seperti sebelum hamil (Kristiansari, 2019).


28

3) Bagi Keluarga

a) Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu membeli, sehingga dana dapat

dipergunakan untuk keperluan lain. Bayi yang mengonsumsi ASI

juga tidak mudah sakit dan akan menghemat biaya untuk

pengobatan (Kristiansari, 2019).

b) Aspek Psikologi

Kedekatan antara ibu dan bayinya selama proses menyusui

akan terjalin. Ibu dan bayi akan mempunyai hubungan yang

lebih erat dan penuh kasih sayang. Aspek Kemudahan ASI

sangat praktis, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja tanpa

memerlukan air masak, botol, dan dot untuk mempersiapkan

minuman bayi (Arif, 2019).

c) Aspek Kemudahan

ASI sangat praktis, dapat diberikan kapan saja dan

dimana saja tanpa memerlukan air masak, botol, dan dot untuk

mempersiapkan minuman bayi (Kristiansari, 2019).

e. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pemberian ASI Eksklusif

1) Usia

Usia 20-30 tahun merupakan usia reproduksi sehat, sehingga

seorang wanita sedikit mengalami komplikasi selama kehamilan

dan persalinan. Usia ibu saat melahirkan sangat berpengaruh pada

kesehatan ibu, sehingga kondisi yang sehat akan mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif. Wanita diatas 30 tahun termasuk berisiko


29

tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat

mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan (Utami, 2012).

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor predisposisi yang

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan, sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi

pendidikan di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan

ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi

pengetahuan baru. Pendidikan bertujuan mengubah pengetahuan,

pendapat, konsep-konsep, sikap, presepsi, serta menanamkan

kebiasaan baru kepada responden yang masih memakai adat istiadat

kebiasaan lama (Notoatmodjo, 2012).

3) Status Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Ibu

bekerja adalah ibu yang mencari nafkah untuk menambah

pemasukan bagi keluarganya, banyak menghabiskan waktu dan

terikat pekerjaan di luar rumah, serta menjalankan fungsinya

sebagai ibu rumah tangga (Nursalam, 2013). Ibu bekerja

kemungkinan tidak memberikan ASI eksklusif karena kebanyakan

ibu bekerja mempunyai waktu merawat bayi yang lebih sedikit,

sedangkan ibu tidak bekerja besar kemungkinan memberikan ASI


30

eksklusif, sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI secara

eksklusif (Dahlan dkk., 2013).

2. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Pengetahuan seseorang dikumpulkan dan diterapkan secara

bertahap mulai dari tahap paling sederhana hingga tahap yang lebih

lengkap, tahap tesebut adalah:

1) Awareness (kesadaran)

Yaitu orang mengetahui pengetahuan yang baru

2) Interest

Yaitu orang mulai tertarik terhadap pengetahuan tersebut

3) Evaluation

Yaitu orang mulai menimbang-nimbang pengetahuan yang

diperolehnya.
31

4) Trial

Yaitu orang sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan pengetahuan yang diperolehnya.

5) Adoption

Yaitu orang sudah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus tersebut.

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan (Notoatmodjo, 2018), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari.


32

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.
33

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengeruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal meliputi:

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2011).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is

the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai pada

masa lalu (Notoadmodjo, 2018).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin


34

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2011).

d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya

(Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2011).

e) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat

pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan

secara sosial maupun kultural.

2) Faktor Eksternal

a) Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu

mengurangi rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi

akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman


35

seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik).

c) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,

atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya.


36

Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang

dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini

biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi

berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

a) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan

umum.

b) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya

yang khusus.

d. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.


37

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

3. Nilai Budaya

a. Definisi Nilai Budaya

Nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam

alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang

mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu

masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh

karena itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya

dalam menentukan alternatif, cara-cara, alat-alat, dan tujuan-tujuan

pembuatan yang tersedia (Koentjaraningrat, 2019).

Nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang

mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan

manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-

hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan

hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia (Clyde

Kluckhohn dalam Pelly, 2017)

Sementara itu secara umum ahli-ahli social berasumsi bahwa

orientasi nilai budaya merupakan suatu indicator bagi pemahaman

tentang kemampuan sumber daya dan kualitas manusia. Dalam konsep

manusia seutuhnya yang mencakup dimensi lahiriah dan rohaniah,

orientasi nilai merupakan salah satu factor yang ikut membentuk

kondisi dan potensi rohaniah manusia.


38

b. Peran Kebudayaan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Manusia

Unsur-unsur nilai budaya tersebut menurut (Sujarwa,2012) adalah

sebagai berikut :

1) Bahasa dan komunikasi

2) Ilmu pengetahuan

3) Teknologi

4) Ekonomi

5) Organisasi Sosial

6) Agama

7) Kesenian

c. Faktor-faktor Nilai Budaya yang Melatar Belakangi Pemberian ASI

Eksklusif menurut (Yulfira, 2017), yaitu :

1) Sebagian besar ibu menyusui menganggap bahwa menyusui atau

memberikan ASI kepada yang baru dilahirkan merupakan suatu

tindakan atau cara yang alamiah, dan sudah mrupakan kodrat.

2) Perilaku menyusui merupakan tindakan yang dianggap tinggi

nilainnya, dan mempunyai nilai penting bagi seorang ibu

d. Fungsi Nilai Budaya

Fungsi nilai budaya menurut (Koentjaraningrat, 2019):

1) Sebagai salah satu pedoman bagi perilaku manusia di masyarakat.

2) Sebagai faktor pendorong munculnya pola pikir masyarakat.

3) Sebagai salah satu sumber tatanan cara berprilaku yang cukup

penting, misalnya hukum adat dan kebiasaan, aturan mengenai

sopan santun.
39

e. Ciri Nilai Budaya

Ciri nilai budaya menurut (Koentjaraningrat, 2019):

1) Nilai budaya bukan merupakan bawaan dari lahir, melainkan

sesuatu yang perlu dipelajari.

2) Nilai budaya bisa diwariskan dari satu orang ke orang lainnya, atau

dari suatu kelompok ke kelompok lainnya, bahkan bisa diwariskan

pula antar generasi manusia.

3) Nilai budaya memiliki simbol yang menjadiciri khas suatu budaya.

4) Nilai yang bermakna dalam sifat budaya akan senantiasa dinamis,

sehingga akan terus berubah seiring berjalannya waktu.

5) Nilai budaya bersifat selektif dan merepresentasikan perilaku manusia

secara terbatas.

6) Berbagai unsur kebudayaan saling berkaitan dengan nilai budaya.

7) Adanya anggapan bahwa nilai budaya sendiri memiliki kelebihan jika

dibandingkan dengan nilai budaya yang lain.

f. Konsep Nilai Budaya

Konsep nilai budaya menurut (Koentjaraningrat, 2019):

Ada tiga konsep yang senantiasa berkaiatan dengan nilai-nilai

budaya yaitu:

1) Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kasat mata (jelas).

2) Sikap, tingkah laku, gerak gerik yang muncul sebagai akibat adanya

slogan atau moto tersebut.


40

3) Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang telah mengakar dan

menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak

terlihat).

g. Dasar pengkatagorian nilai budaya

Nilai kebudayaan mempengaruhi individu berperilaku atau

mengambil keputusan sesuai dengan nilai tersebut.Nilai berfungsi

sebagai rujukan dalam memilih dan mengevaluasi tingkah laku dan

kejadian-kejadian.Dengan demikian nilai berfungsi sebagai pengarah

tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Selain nilai dan sistem nilai, pembentukan representasi internal

juga dipengaruhi norma subjektif. Norma subjektif adalah persepsi

mengenai pendapat orang lain tertentu (important others) tentang apa

yang harus atau tidak boleh dilakukan. Semakin individu menganggap

orang yang terdekat berpendapat ia harus menampilkan suatu perilaku

tertentu, individu akan cenderung menampilkan perilaku tersebut,

sebaliknya jika individu percaya bahwa orang yang terdekat tidak

menganggap ia harus berperilaku tertentu, maka individu cenderung tidak

akan melakukannya (Muliadi, 2016). Dalam pengkategorian nilai sosial

budaya dibagi menjadi:

1) Kurang baik, jika ibu menjawab pertanyaan tidak < 75%


2) Baik, jika ibu menjawab pertanyaan tidak ≥ 75%
41

KERANGKA TEORI Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang Tingkat Pengetahuan ASI Eksklusif yaitu bayi Manfaat ASI
mempengaruhi 1. Tahu 4. Analisis hanya diberi ASI saja tanpa 1. Manfaat bagi bayi
pengetahuan seseorang: 2. Memahami 5. Sintesis tambahan cairan lain seperti a) Nutrisi
1. Faktor Internal 3. Aplikasi 6. Evaluasi susu formula, dan tanpa b) Perlindungan kesehatan bayi
a) Umur tambahan makanan padat c) Intelegensi bayi
b) Pengalaman d) Rasa nyaman dan hangat
c) Pendidikan selama menyusui
d) Pekerjaan 2. Manfaat bagi ibu
Pengetahuan
e) Jenis kelamin a) Kesehatan ibu
2. Faktor eksternal b) Metode KB alami
a) Informasi c) Mengurangi stres dan gelisah
b) Lingkungan Pemberian ASI d) Berat badan cepat kembali
c) Sosial budaya eksklusif normal

Unsur-unsur Nilai budaya


1. Bahada dan komunikasi Macam-macam ASI
2. Ilmu pengetahuan 1. Kolostrum
Faktor yang berperan
3. Teknologi
Nilai budaya dalam pemberian ASI 2. ASI masa transisis
4. Ekonomi 3. ASI matur
eksklusif:
5. Organisasi sosial
1. Usia
6. Agama
2. Pendidikan
7. Kesenian
3. Status pekerjaan

Sumber: (Roesli, 2018), (Arif, 2019), ( WHO, 2019), (Notoatmodjo, 2018), (Sujarwa,2012),
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

Tingkat Pengetahuan

Pemberian ASI
eksklusif

Nilai Budaya

Faktor yang berperan


dalam pemberian ASI
eksklusif:

1. Usia
2. Pendidikan
3. Status pekerjaan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Area diteliti

: Area tidak diteliti yang akan dikontrol dalam kriteria inklusi


43

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesisi penelitian adalah prediksi tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih variabel. Sebuah hipotesis yang menerjemahkan sebuah

pertanyaan penelitian kuantitatif ke dalam prediksi yang tepat sesuai hasil

yang diharapkan. Karena sebagian hipotesis biasanya terlalu sedikit yang

diketahui tentang topik tersebut untuk membenarkan sebuah hipotesa dan

sebagian karena peneliti kuantitatif ingin menyelidiki dari sudut pandang dan

bukan oleh peneliti sendiri (Polit & Beck, 2012). Hipotesis merupakan sutu

pernyataan tentatif tentang hubungan antara dua variabel (independen dan

dependen) dan hubungan tersebut dapat diuji secara empiris (Silalahi, 2012).

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. ( Ha) Hipotesis Alternatif

a. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif.

b. Terdapat hubungan antara nilai budaya dengan pemberian ASI

eksklusif.

2. (Ho) Hipotesis Nol

a. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian

ASI eksklusif.

b. Tidak terdapat hubungan antara nilai budaya dengan pemberian ASI

eksklusif.
44

C. Variabel Penelitian

Menurut Silalahi (2012) variable adalah satu konsep atau konstruk yang

mamiliki variasi ( dua atau lebih) nilai dan nilai yang melekat dalam variabel

dapat berupa angka atau kategori.

1. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel sebab atau sesuatu yang

mengondisikan terjadinya perubahan variabel lain ( Silalahi, 2012).

Variabel independent pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan

nilai budaya.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel dependen atau variabel yang merespons perubahan dalam

variabel independen (Silalahi, 2012). Variabel dependent pada penelitian

ini adalah pemberian ASI eksklusif.

D. Definisi Operasional, Variabel Penelitian, Skala Pengukuran

Definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan seperangkat

petunjuk atau kriteria operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati

dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris

(artinya kita harus bisa menghitung, mengukur atau dengan cara yang lain

dapat mengumpulkan informasi melalui panalaran kita) (Silalahi, 2012).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2018) definisi operasional merupakan

uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur

oleh variabel yang bersangkutan.


45

Tabel 3.1

Identifikasi Definisi Operasional, Variabel Penelitiaan, Skala Pengukuran

No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala

1. Independent
variabel
Tingkat Pengetahuan ibu Diperoleh dengan Penetapan Ordinal
Pengetahuan dalam pemberian ASI mengisi lembar kriteria
Eksklusif di Posyandu kuesioner yang dikategorika
Desa Malabar diadopsi dari Yesi n menjadi 3,
Kecamatan Wanareja (2010), terdiri dari yaitu :
32 pertanyaan dan 1. Baik :
diukur dengan responde
menggunakan n
kuesioner. menjawa
Pernyataan dengan b 76%
pembagian skor sampai
‘benar’ (1), ‘salah’ dengan
(0). 100%
benar
2. Cukup :
Respond
en
menjawa
b 50%
sampai
75%
benar
3. Kurang:
responde
n
menjawa
b kurang
dari 50%
benar

Nilai Budaya Nilai-nilai yang Diperoleh dengan Penetapan Ordinal


berhubungan dengan mengisi kuesioner dikategorika
perilaku masyarakat yang diadopsi dari n:
terhadap pemberian Ning Suwarsih
ASI Eksklusif di (2016), terdiri dari 1. Baik, jika
Posyandu Desa 10 pernyataan ibu
Malabar Kecamatan dengan pembagian menjawab
Wanareja skor: ‘tidak’ skor 0 pertanyaan
dan ‘ya’ skor 1 tidak ≥ 75%

2. Kurang
baik, jika ibu
46

menjawab
peranyaan
tidak <75%

2. Dependent
Variabel
Pemberian Bayi hanya diberikan Diperoleh dengan Penetapan Nominal
ASI eksklusif ASI saja, baik secara mengissi dikategorika
langsung ataupun tak kuesioner yang n
langsung (diperah). diadopsi dari Yesi 0: Tidak
(2010), terdiri dari diberikan,
1 pernyataan. jika
‘ya’ skor 1 dan responden
‘tidak’ skor 0 memberikan
ASI dengan
makanan
tambahan
bayi selama
0-6 bulan
1:
Diberikan,
jika
responden
memberikan
ASI saja
tanpa
makanan
tambahan
apapun pada
bayi selama
0-6 bulan.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain survey

analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara

fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2018).

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional atau potong lintang

yaitu suatu penelitian dimana variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus

yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan
47

dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2018). untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan dan nilai budaya terhadap pemberian ASI

eksklusif.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang,

masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang

semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak

secara mendua (Silalahi, 2012). Populasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu menyusui di Posyandu Wilayah Puskesmas

Wanareja 1 sebanyak 135 orang.

2. Sampel

Menurut Silalahi (2012), sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari

populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu menyusui

di Posyandu Wilayah Wanareja 1 yang memenuhi kriteria.

a. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihtung dengan menggunakan

formula sederhana untuk populasi kecil yaitu lebih kecil dari 10.000

(Notoatmodjo, 2018).

N
n=
1 + N ( d2 )

Keterangan:
48

n : Jumlah sample

N : Jumlah populasi

d : Derajat kesalahan,dalam penelitian ini ditentukan sebesar 10%

Dengan demikian, jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut:

135
n=
1 +135 ( 0,12 )

135
n=
1 +1 ,35

135
n=
2 ,35

n = 56

n total = n + (10% n)

= 56 + (5,6)

=61,6 dibulatkan menjadi 62

Penambahan jumlah sampel sebanyak 10% (6) untuk

mengantisipasi adanya kuesioner yang rusak ataupun pengisian data

yang tidak lengkap dari responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik cluster random sampling, yaitu suatu jenis teknik sampling

dimana seorang peneliti membagi populasi menjadi beberapa kelompok


49

yang terpisah yang disebut cluster (Notoatmdjo, 2018). Pemilihan

sampel dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan cluster

Sampel dalam penelitian ini dikelompokan dalam 6 cluster

2) Memilih sampel

Dari cluster tersebut, diambil sejumlah sampel yang telah

ditentukan. Cara menghitung jumlah serian cluster dengan

memakai rumus sebagai berikut (Notoamodjo, 2018)

jumlah populasi dicluster


xjumlah sampel yang diambil
jumlah semua populasi di cluster

dari rumus tersebut, maka jumlah sampel setiap kelas cluster

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Setiap Cluster

No Cluster Jumlah perhitunga Jumlah


. n sampel
2
1. Posyandu Cempaka 28 x 62 13
135
24
2. Posyandu Melati 24 x 62 11
135

3. Posyandu Mawar 20 20 9
x 62
135

4. Posyandu Tulip 30 30 14
x 62
135
26
5. Posyandu Kenanga 26 x 62 12
135
50

7
6. Posyandu Delima 7 x 62 3
135

Jumlah 62

Sumber: ( Data Gizi Puskesmas Wanareja 1, 2021)

Dalam perhitungan jumlah sampel yang didapat dari setiap

posyandu diwilayah UPTD Puskesmas Wanareja 1, maka

dilakukan pengambilan sampel setia posyandu dengan cara

random, yaitu dengan cara dikocok sampai dengan jumlah sampel

sudah terpenuhi.

c. Kriteria Sampel

Menurut Riyanto (2011) kriteria inklusi merupakan karakteristik

umum subjek penelitian pada popuasi target dan sumber.

1) Kriteria Inklusi

Dalam penelitian ini kriteria inklusi yang diterapkan adalah

sebagai berikut :

a) Ibu menyusui di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1

b) Memiliki bayi usia > 6 bulan

c) Berpendidikan minimal lulus SMP

d) Bersedia menjadi responden

e) Berusia 18-30 tahun

f) Status pekerjaan ibu rumah tangga.

2) Kriteria Ekslusi
51

Kriteria ekslusi merupaka kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian. Dalam penelitian ini kriteria ekslusi yang

diterapkan adalah sebagai berikut:

a) Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan tapi tidak

memberikan ASI.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Posyandu Wilayah Puskemas Wanareja 1

pada bulan Mei sampai Juli 2021.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian mempunyai tujuan untuk melindungi hak dan kewajiban

responden maupun peneliti. Notoatmodjo (2018) menjelaskan ada beberapa

pertimbangan etika yang harus diperhatikan pada penelitian ini :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi subjek penelitian yang diberikan sebelum penelitian dilakukan.

Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

persetujauan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subejek

bersedia maka meraka harus menandatangani lembar persetujuan.

Sebaliknya, jika subjek penelitian tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam

Informed consent tersebut diantaranya partisipasi klien, tujuan dilakukanya


52

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensi masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, infotmasi yang

mudah dihubungi dan lain-lain.

2. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian,di samping itu peneliti

memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk memberikan

informasi atau tidak memberikan informasi. Responden diberi kebebasan

untuk menentukan pilihan bersedia atau tidak turut serta dalam penelitian,

setelah menerima semua informasi tentang penelitian yang akan dilakukan.

Responden juga mendapat penjelasan untuk berhak mengundurkan diri

sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Apabila responden bersedia

mengikuti penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani

lembar informed consent.

3. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian dengan tidak

mempublikasikan keterikatan informasi yang diberikan dengan identitas

responden. Dalam analisis dan penyajian data peneliti hanya

mendiskripsikan responden melalui isian kuisioner tesebut. Peneliti

menjamin privacy responden dengan tetap menjaga semua kerahasiaan

isian dalam kuisioner dan hanya menanyakan hal-hal yang berkaitan


53

dengan penelitian serta semua informasi responden akan dirubah dengan

menggunakan coding dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Semua subjek penelitian memperoleh perlakuan yang sama dalam

pemilihan sampel tanpa membedakan gender, agama, etnis dan

sebagainya. Apabila responden mengalami ketidaknyamanan selama

pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan kepada responden

untuk menyampaikan ketidaknyamanannya, kemudian responden dapat

diajukan pilihan untuk menghentikan penelitian.

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari subjek penelitian melalui

lembar kuesioner atau angket (Notoatmodjo, 2010). Data primer

dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh peneliti dengan

memberikan kuesioner tentang tingkat pengetahuan dan nilai budaya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat peneliti berdasarkan

sumber lain (Notoatmodjo, 2010). Selain mengumpulkan data primer

peneliti juga melaksanakan pengumpulan data sekunder yang didapat

dari Posyandu Desa Malabar Kecamatan Wanareja berupa jumlah ibu

menyusui.

2. Instrumen penelitian
54

Menurut Notoatmodjo (2010) instrumen penelitian adalah alat-alat

yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini

menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data

yang dilakukan dengan mengadakan suatu daftar pertanyaan yang berupa

formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk

mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban dan sebagainya Notoatmodjo

(2010). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk

kuesioner.

Kuesioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kuesioner A untuk mengetahui data demografi responden yang

meliputi nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, nama

bayi, usia bayi.

b. Kuesioner B untuk mengukur variabel tingkat pengetahuan dengan 32

pernyataan dan diukur dengan menggunakan kuesioner.dalam

kuesioner terdiri dari pernyataan Favourable dan Unfavourable.

Kuesioner dengan pernytaan Favourable Nomor 1, 2, 6, 7, 8, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 32. Sedangkan

yang termasuk Unfavourable yaitu Nomor 3, 4, 5, 9, 10, 11, 18, 24,

26, 30. Pemberian skor untuk pertanyaan: Benar (1), Salah (0) untuk

kuesioner dengan pernyataan Favourable dan pemberian skor untuk

pertanyaan: Benar (0), Salah (1) untuk kuesioner dengan pernyataan

Unfavourable . Penetapan tingkat pengetahuan ditentukan dengan

kriteria : Baik jika responden menjawab 76%-100% benar, Cukup jika


55

menjawab 50%-76% benar, Kurang jika menjawab kurang dari 50%

benar.

c. Kuesioner C untuk mengukur variabel nilai budaya dengan 10

pertanyaan dengan pemberian skor : Ya (1), Tidak (0). Penetapan nilai

budaya ditentukan dengan kriteria : Kurang baik, jika ibu menjawab

pertanyaan tidak < 75%. Baik jika ibu menjawab pertanyaan tidak ≥

75%.

d. Kuesioner D untuk mengukur variabel pemberian ASI ekslusif dengan

3 pertanyaan dengan pemberian skor : Ya (1), Tidak (0). Penetapan

pemberian ASI eksklusif dengan kriteria: Diberikan skor 1, Tidak

Diberikan skor 0

3. Uji Instrumen

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015). Instrumen

penelitian digunakan sebagai alat pengumpulan data, dan instrumen yang

lazim digunakan dalam penelitian adalah beberapa daftar pertanyaan serta

kuesioner yang disampaikan dan diberikan kepada masingmasing

responden yang menjadi sampel dalam penelitian pada saat observasi dan

wawancara. Banyak penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai

skala pengukuran variabel penelitian. Kriteria kuesioner yang baik salah

satunya memenuhi validitas dan reliabilitas (Sugiyono, 2015).

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah


56

kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak

kita ukur, maka perlu di uji validitas dengan uji korelasi antara skor

(nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut.

Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna

(contruct validity). berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam

kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena

kuesioner tentang tingkat pengetahuan sudah diuji dalam penelitian

Yesi (2010) dengan nilai r hitung (0,826) > r tabel (0,361), sehingga

instrumen ini dinyatakan valid. Kuesioner tentang nilai budaya dalam

penelitian Ning Suwarsih (2016) dengan r hitung (0,979) > r tabel

(0,361), sehingga instrumen ini dinyatakan valid. Untuk variabel

dependen pemberian ASI ekslusif dalam penelitian Yesi (2010)

dengan r hitung (0,404) > r tabel (0,361), sehinggga instrumen ini

dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang ditunjukan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gelaja yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner dalam penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas

karena kuesioner tentang tingkat pengetahuan sudah di uji dalam

penelitian Yesi (2010) di uji dengan rumus cronbach alpha,

didapatkan hasil r alpha (0,826) > 0,6 (konstanta) sehingga instrumen


57

dinyatakan reliabel. Kuesioner tentang nilai budaya sudah diuji dalam

penelitian Ning Suwarsih (2016) di uji dengan rumus cronbach

alpha, didapatkan r alpha (0,937) > 0,6 (konstanta) sehingga

dinyatakan reliabel. Untuk variabel dependen pemberian ASI

eksklusif sudah diuji dalam penelitian Yesi (2010) di uji dengan

rumus split half method, didapatkan ri (0,9583) > r tabel (0,404),

sehingga dinyatakan reliabel.

J. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakuakan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja

1. Adapun prosedur dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Cilacap.

2. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Bupati Cilacap

melalui Kantor Kesbang Linmas, Bappeda, dan Dinas Kesehatan untuk

direkomendasikan ke Puskesmas Wanareja 1 untuk dapat menjadi tempat

penelitian.

3. Penelitian dilakukan pada saat responden yaitu ibu menyusui sedang

melakukan kunjungan di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1,

selanjutnya peneliti mendatangi responden kemudian menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian serta menanyakan apakah bersedia menjadi

responden penelitian.
58

4. Setelah responden bersedia menjadi sampel penelitian, selanjutnya

responden diberikan informed consent dan diminta tanda tangan.

5. Responden diberi kuesioner A, B, C dan D selanjutnya diminta agar

mengisi sendiri blanko kuesioner tersebut sesuai petunjuk pengisian dan

semua item pernyataan dijawab sampai selesai.

6. Pengisian kuesioner setiap responden dilakukan ± 15 menit. Peneliti dapat

membantu memberikan penjelasan tentang pengisian kuesioner tetapi tidak

boleh mempengaruhi responden dalam memberikan jawaban dari

pertanyaan kuesioner.

7. Setelah selesai pengisian, kuesioner dikembalikan pada peneliti dan

dilakukan pemeriksaan seperlunya.

8. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas kesediaanya

meluangkan waktu menjadi responden penelitian.

K. Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editting

Editing merupakan kegiatan untuk penegecekan dan perbaikan

formulir atau kuesioner Notoatmojo (2010). Pada penelitian ini peneliti

memeriksa kuesioner yang telah diisi maka peneliti akan meminta

kembali kepada responden untuk melengkapi jawaban lembar

kuesioner.

b. Scoring
59

Scoring dilakukan untuk mengetahui total skor dari jawaban

responden atas kuesioner B, C dan D mengenai tingkat pengetahuan

dan nialai budaya terhadap pemberian ASI ekslusif, yaitu:

1) Scoring Tingkat Pengetahuan

a) Jawaban ‘Benar’ diberi nilai 1

b) Jawaban ‘Salah’ diberi nilai 0

2) Scoring Nilai Budaya

a) Jawaban ‘Ya’ diberi nilai 1

b) Jawaban ‘Tidak’ diberi nilai 0

3) Scoring Pemberian ASI ekslusif

a) Jawaban ‘Ya’ diberi nilai 1

b) Jawaban ‘Tidak’ diberi nilai 0

c. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka atau bilangan (Hastono, 2016). Pada

penelitian ini coding untuk variabel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Pengkordingan Variabel

No Variabel Kategori Koding

1. Tingkat Pengetahuan Baik 1


Cukup 2
Kurang 3

2. Nilai Budaya Baik 1


Kurang Baik 2

3. Pemberian ASI Memberikan 1


60

eksklusif Tidak Memberikan


0

d. Processing

Processing merupakan langkah memproses data agar data yang

sudah di entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara

meng entry data dari kuesioner ke paket program komputer (Hastono,

2016).

e. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat mengentry ke komputer (Hastono,

2016).

f. Tabulating

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2010).

Pada penelitian data akan dikelompokkan sesuai dengan kategori yang

telah ditentukan.

2. Analisa data

Analisa data adalah proses pengolahan dan menganalisis data dari hasil

penelitian untuk mendapatkan penyajian data sebagai hasil yang berarti

dan kesimpulan yang baik (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini

analisis data menggunakan statistik inferensial sebagai berikut :

a. Analisa Univariat
61

Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Pada penelitian ini

dilakukan uji statistik deskriptif untuk mendedeskripsikan masing-

masing variabel yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif

dan nilai budaya terhadap pemberian ASI ekslusif dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan presentase. Rumus yang dipakai untuk

menghitung presentase adalah sebagai berikut:

X
P= x 100 %
N

Keterangan:

P : Presentase

X : Jumlah jawaban benar

N : Jumlah seluruh item pertanyaan

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono,

2010). Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam analisis ini

dilakukan dengan pengujian statistik yaitu dengan uji chi square untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan

dan nilai budaya dengan variabel terikat yaitu pemberian ASI eksklusif.

Menurut Sugiyono (2010) chi square adalah teknik statistik yang


62

digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua

atau lebih kelas di mana data berbentuk kategorik.

Adapun rumus chi square adalah sebagai berikut :

X2 = k
 fo  fh  2
i 1 fn
Dimana :

X2 : Chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

Pengambilan keputusan H0 diterima atau ditolak dengan melihat

taraf signifikansi. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikansi

5% ( = 0,05) dengan kriteria pengujian ditetapkan H0 diterima apabila

p > 0,05, H0 ditolak apabila p  0,05 (Sugiyono, 2010).


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian hubungan antara tingkat

pengetahuan dan nilai budaya pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI

eksklusif di Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1 yang telah dilaksanakan

pada bulan Juni 2021. Jumlah ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 62 responden. Sampel diambil dengan

teknik cluster random sampling. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

tekstual yang didasarkan pada hasil analisis univariat yang meliputi deskripsi

tingkat pengetahuan, nilai budaya pada ibu menyusui, dan pemberian ASI

eksklusif.

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Usia dan pendapatan

Data responden ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

berdasarkan usia, pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4. 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Pendapatan

No Karakteristik
N Mean STD Min Maks
Responden
1 Usia 62 24,76 2,65 18 29
64

2 Pendapatan 62 1.264.500 661183 650000 3.000.000

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa data responden ibu

menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berdasarkan usia rata-rata

berusia 24,76 tahun, dengan usia termuda 18 tahun dan usia tertua 29

tahun, berdasarkan pendapatan rata-rata memiliki pendapatan Rp.

1.264.500,00, dengan pendapatan terendah Rp. 650.000,00 dan

pendapatan tertinggi Rp. 3.000.000,00.

b. Pendidikan

Data responden ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4. 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase


1 SMP 29 46,8
2 SMA 33 53,2
Total 62 100.0

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021


65

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa data responden ibu

menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berdasarkan pendidikan SMP

sebesar 46,8% (29 responden) dan SMA sebesar 52,2% (33 responden).

c. Pekerjaan

Data responden ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase


1 IRT 27 43,5
2 Swasta 35 56,5
Total 62 100.0

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa data responden ibu

menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berdasarkan pekerjaan IRT

sebesar 43,5% (27 responden) dan Swasta sebesar 56,5% (35 responden).

B. Hasil Analisis Univariat

1. Tingkat Pengetahuan
66

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu menyusui di

Posyandu Wilayah Wanareja 1 disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4.

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui di


Posyandu Wilayah Wanareja 1

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Baik 16 25,8
2 Cukup 36 58,1
3 Kurang 10 16,1
Total 62 100.0

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 mayoritas

berada pada kategori “Cukup” sebesar 56,5% (35 responden), dan yang

paling sedikit kategori “Kurang” 16,1% (10responden).

2. Nilai Budaya

Distribusi frekuensi nilai budaya ibu menyusui di Posyandu

Wilayah Wanareja 1 disajikan pada Tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5.
67

Distribusi Frekuensi Nilai Budaya Ibu Menyusui di Posyandu


Wilayah Wanareja 1

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Baik 26 41,9
2 Kurang 36 58,1
Total 62 100.0

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai budaya ibu

menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berada pada kategori “Kurang”

sebesar 58,1% (36 responden) dan “Baik” 41,9% (26 responden).

3. Pemberian ASI Eksklusif

Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di

Posyandu Wilayah Wanareja 1 disajikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut.

Tabel 4.6.

Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Ibu Menyusui di


Posyandu Wilayah Wanareja 1

No Kategori Frekuensi Persentase


1 Tidak Memberikan 29 46,8
2 Memberikan 33 53,2
Total 62 100.0

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021


68

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berada pada

kategori “Memberikan” sebesar 53,2% (33 responden) dan “Tidak

Memberikan” 46,8% (29 responden).

4. Hasil Analisis Bivariat

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis

menggunakan teknik analisis Chi Square dengan bantuan komputer

program SPSS 25.0. Ketentuan yang digunakan yaitu taraf kesalahan

0,05, yaitu dengan kriteria pengujian, jika probabilitas (Sig) < dari 0,05

maka H0 atau hipotesis statistik ditolak. Jika probabilitas (Sig) lebih besar

dari 0,05 maka H0 atau hipotesis statistik diterima.

Adapun hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu:

Ha1 : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif

HO2 : Terdapat hubungan antara niai budaya dengan pemberian

ASI eksklusif.

Hasil analisa bivariat dari penelitian ini disajikan pada tabel 4.7 dan 4.8

berikut.

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif


69

Hasil analisis Chi Square hubungan tingkat pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif disajikan pada tabel 4.7

Tabel 4.7.

Hasil Analisis Chi Square Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan


Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total

Pv
Tingkat Tidak Memberika
No
Pengetahua Memberika n N %
.
n n

F % F %

1. Baik 0 0,0 16 1 10
2. Cukup 20 55,6 16 6 0 0,00
100
3. Kurang 9 90,0 1 3 10 0
44,4
6 0
10,0
1 10
0 0

Jumlah 29 33 6
2

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisa hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif diperoleh bahwa dari 62 ibu


70

menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 terdapat 16 (100%) ibu

dengan tingkat pengetahuan baik, dan kesemuanya (100%) memberikan

ASI ekskusif. Terdapat 20 (55,6%) ibu dengan tingkat pengetahuan

cukup tidak memberikan ASI eksklusif. Terdapat 16 (44,4%) ibu dengan

tingkat pengetahuan cukup memberikan ASI eksklusi. Terdapat 9

(90,0%) ibu tidak memberikan ASI eksklusif, dan 1 (10,0%)

memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh p-value =

0,000. Berdasarkan nilai signifikansi α 0,05 maka p-value = 0,000 <

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal

ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.

2. Hubungan Nilai Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.8

Hasil Analisis Chi Square Hubungan Nilai Budaya dengan


Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total

Nilai
pv
Tidak Memberikan OR
Nilai
No. Memberika
Budaya
n
N %

F % F %
71

1. Baik 0 0,0 26 100 26 100


0,000 5,143
2. Kurang 29 80,6 7 19,4 36 100

Jumlah 29 33 62

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2021

Berdasarkan Tabel 4.8 Hasil analisa hubungan antara nilai budaya

dengan pemberian ASI eksklusif diperoleh bahwa sebanyak 29 (80,6%)

ibu tidak memberikan ASI ekslusif, dan terdapat 7 orang (19,4) yang

memberikan ASI eksklusif. Terdaapat 26 orang (100%) ibu dengan nilai

budaya baik dan kesemuanya (100%) memberikan ASI eksklusif.

Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh p-value =

0,000. Berdasarkan nilai signifikansi α 0,05 maka p-value = 0,000 <

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal

ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai

budaya dengan pemberian ASI eksklusif.

Dari analisis Chi Square di peroleh pula hasil nilai OR sebesar

5,143 artinya ibu dengan nilai budaya yang baik mempunyai peluang

5,143 kali untuk memberikan ASI eksklusif.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 paling

tinggi pada kategori cukup, sebesar 58,1% (36) ibu. Senada dengan

penelitian tersebut, Guardi (2019) hasil penelitian diperoleh ibu yang

berpengetahuan baik sebanyak 55 ibu (73,3%) dan berpengetahuan yang

kurang sebanyak 20 ibu (26,7%).

Umur, informasi, pendidikan merupakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan. Semakin banyak informsi yang banyak

masuk dalam diri seseorang maka akan banyak pengetahuan yang

didapat, sehingga seseorang akan memberikan sikap yang baik jika

dibekali pengetahuan yang baik pula. Demikian juga dengan

pendidikkan, semakin tinggi pendidikan yang didapat oleh ibu, maka

semakin tinggi pula pengalaman yang didapat, sehingga berpengaruhi

dalam pembentukan pengetahuan dan sikap ibu (Santosa, 2018). Faktor

lain yang memengaruhi tingkat pengetahuan adalah sosial, budaya,

ekonomi, informasi atau media masa, pengalaman, lingkungan, dan usia

(Listiani, 2019).

Menurut analisis penulis, banyak ibu-ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan yang sedang disebabkan latar belakang tingkat pengetahuan


73

ibu-ibu pada umumnya di Posyandu Wilayah Wanareja 1 yaitu

sedangkan hal ini pada umumnya ibu-ibu yang memiliki pekerjaan

Swasta dan ibu rumah tangga. Selain itu, kurangnya peranan petugas

kesehatan dalam pemberian penyuluhan tentang pentingnya pemberian

ASI Eksklusif kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi di Posyandu

Wilayah Wanareja 1.

Selanjutnya pada kategori baik sebesar 25,8% (16 ibu). Sebagian

besar tingkat pendidikan responden pada penelitian ini berada pada

dikategori tingkat pendidikan tinggi SMA/SMK sebanyak 53,2% (33

ibu), menurut Notoatmodjo (2014) semakin tinggi ingkat pendidikan

seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi dan

semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah untuk menerima

informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya,

sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka dapat

menghambat perkembangan sikap seseorang dalam menerima informasi

dan nilai-nilai yang diperkenalkan (Lestari, 2015).

2. Nilai Budaya Ibu Menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya

ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 paling tinggi pada

kategori baik sebesar 41,9% (26 orang). Selanjutnya pada kategori

kurang sebesar 58,1% (36 orang). Budaya dapat diekspresikan sebagai

norma-norma dan nilai-nilai dalam kelompok tertentu, berdasarkan cara


74

hidup dan pemberian asuhan yang diputuskan, dikembangkan, dan

dipertahankan oleh anggota kelompok tersebut. Hal penelitian Batubara,

(2016) menunjukkan bahwa kepercayaan responden terhadap pemberian

ASI eksklusif di kategorikan baik di mana dapat dilihat dari beberapa

indikator pertanyaan antara lain diketahui 100% responden mengatakan

ya jika ASI merupakan anugerah dari Tuhan yang terbaik untuk

diberikan kepada bayi, 71,6% responden mengatakan tidak jika ASI yang

pertama kali keluar merupakan imunitas/ kekebalan terbaik bagi bayi,

100% responden mengatakan ya jika ASI dapat menimbulkan ikatan

kasih sayang antara ibu dan bayi, 100% responden mengatakan ya jika

ASI eksklusif tidak bertentangan dengan ajaran agama.

3. Pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di Posyandu Wilayah

Wanareja 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 paling tinggi

kategori memberikan sebesar 53,2% (33 orang). Hasil penelitian Nurleli,

(2018) memperlihatkan bahwa dari 90 orang responden penelitian, 57

orang (63.3%) memberi ASI eksklusif dan 33 orang (36.7%) tidak

memberi ASI eksklusif. Dengan demikian, mayoritas responden memberi

ASI Eksklusif yakni sebanyak 57 orang (63.3%).

Selanjutnya kategori tidak diberikan sebesar 46,8% (29 orang).

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pitaloka, (2018) bahwa terdapat


75

responden yang tidak memberi ASI eksklusif dengan jumlah ibu 22

orang (71%). Menurut UNICEF (2017) rendahnya cakupan pemberian

ASI eksklusif salah satunya isebabkan kurangnya pengetahuan tentang

manajemen laktasi.

ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makancan atau minuman lain, kecuali: obat, vitamin, dan mineral.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif,

hal tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti

signifikansi < 0,05. Hasil tersebut memperkuat penelitian Lindawati

(2019) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan,

pendidikan, dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di

Desa Peucangpari Kecamatan Cigemblong Lebak Tahun 2018

(pengetahuan pv= 0,028, pada OR 5,906, pendidikan pv= 0,027, pada OR

6,333, dan dukungan keluarga pv= 0,005, pada α= 0,05).

Hasil penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian aadal

penelitian Nurleli (2018) yang menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif memiliki hubungan signifikan dengan tindakan


76

pemberian ASI eksklusif (pv= 0,010, pada α= 0,05). Ditambahkan hasil

penelitian Manik (2020) bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahuan, sikap, umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan ibu

mengenai ASI eksklusif dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas pembantu Hutatinggi Kecamatan Parmonangan tahun 2019

(pv= 0,001, pada α= 0,05). .

Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Adelia (2017) yang mendapatkan hasil bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan ibu tentang teknik menyusui dengan

pemberian ASI eksklusif(pv= 0,09, pada OR 2,2). Begitu juga hasil

penelitian Pitaloka (2018) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu terhadap praktik pemberian ASI

eksklusif pada ibu. Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact Test

menunjukan bahwa pengetahuan nilai signifikansinya 0.233 (sig > 0,05),

dan pendidikan ibu nilai signifikansinya 0.252 (sig > 0,05). Begitu juga

hasil penelitian Listiani (2019) bahwa tidak terdapat hubungan tingkat

pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif pada

wanita pekerja pabrik PT Taekwang Subang (pv= 0,48, pada α= 0,05).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian Gyardi dkk. (2019) menunjukkan bahwa yang

mempengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu


77

umur ibu, pendidikan ibu dan paritas ibu dapat mempengaruhi

pengetahuan ibu memberikan ASI Eksklusif.

Pengetahuan yang rendah apabila dikaitkan dengan konteks sosial

budaya menurut Kalangie (1997) (dalam Batubara, 2016) pemeliharaan

kesehatan mengintegrasikan komponen-komponen yang berhubungan

dengan kesehatan dengan mencakup pengetahuan dan kepercayaan

tentang kausalitas antara sehat dan tidak sehat, aturan dan alasan

pemilihan dan penilaian perawatan, kedudukan, dan peranan, kekuasaan,

latar interaksi, pranata-pranata, dan jenis-jenis sumber serta praktisi

perawatan yang tersedia, artinya sistem pemeliharaan kesehatan dalam

hal pemberian ASI secara eksklusif belum didukung oleh aspek

pengetahuan ibu yang cukup, sehingga persentase pencapaian program

pemberian ASI eksklusif juga masih rendah.

2. Hubungan antara nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara nilai

budaya dengan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut dibuktikan dengan

nilai signifikansi 0,000 yang berarti signifikansi < 0,05. Hasil tersebut

sesuai dengan penelitian Padeng, (2021) bahwa terdapat hubungan sosial

budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif karena memiliki nilai p value

= 0,011 (p<0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setyaningsih (2018) yang menunjukan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kepercayaan (p value = 0,045 pada α=

0,05) dan tradisi (p value = 0,019 pada α= 0,05) dengan pemberian ASI

eksklusif di RW XI Kelurahan Sidotop.


78

Hasil penelitian lain yang juga sejalan dengan hasil penelitian ini

adalah penelitian Batubara (2016) yang menunjukkan bahwa variabel

kebiasaan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,001).

Ditambahkan pula hasil penelitian Hervilia dan Muniva (2016) bahwa

sosial budaya sangat mempengaruhi mempengaruhi dalam pemberian

makanan bayi dan ASI eksklusif, ibu bayi sangat terpaku dan patuh

dengan adat kebiasaan. Karena banyak informasi-informasi yang

berdasar pada sosial budaya tidak relevan dengan informasi kesehatan.

Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan adalah cara yang optimal

untuk memberi makan bayi. ASI meningkatkan perkembangan sensorik

dan kognitif, serta melindungi bayi dari penyakit menular dan kronis

(Padeng, dkk. 2021). Pemberian ASI Eksklusif mengurangi kematian

bayi karena penyakit umum masa kanak-kanak. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Zehner (dalam Padeng, dkk. 2021) mendapatkan hasil

faktor sosial budaya sangat mempengaruhi kegagalan pemberian ASI

Eksklusif. Sosial budaya dapat mempengaruhi perilaku ibu. Oleh karena

itu akses informasi dan faktor sosial budaya yang positif meningkatkan

kesiapan ibu hamil untuk memberikan ASI Eksklusif.

Nilai sosial budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-

nilai dalam kelompok tertentu berdasarkan cara hidup dan pemberian

asuhan yang diputuskan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh anggota

kelompok tersebut. Dari pemahaman tentang nilai budaya tersebut cukup

berperan dalam menentukan seorang ibu menyusui untuk memberikan

atau tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berbagai faktor


79

yang turut berperan dalam pengambilan keputusan tersebut seperti :

pengalaman dalam keluarga tentang menyusui, pengalaman ibu sendiri,

pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, sikap ibu

terhadap kehamilannya, sikap suami dan keluarga lainnya terhadap

pemberian ASI eksklusif, serta sikap tenaga kesehatan yang membantu

terhadap pengambilan keputusan. Semua kondisi tersebut sangat

menentukan diberikan atau tidaknya ASI eksklusif pada bayinya

(Nurfatimah, 2015)..

Kepercayaan ibu bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh ibu

yang melahirkan seorang bayi dalam proses secara logika ilmiah hanya

dapat dipercayai bahwa memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa,

merupakan standar kepercayaan yang penting dimiliki ibu untuk dapat

memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Tradisi dan

kepercayaan berkembang sebagai sesuatu yang akan menggiring perilaku

masyarakat untuk melakukan hal sesuai dengan tradisi dan kepercayaan

yang ada di lingkungan mereka.

Seperti menurut Hatta (2010) (dalam Setyaningsih dan Farapti,

2018), mitos-mitos ataupun kepercayaan adalah hal yang menghambat

tindakan menyususi yang normal, beberapa mitos yang sering ada yaitu

kolostrum yang terdapat dalam ASI tidak bagus dan berbahaya untuk

bayi, teh khusus atau cairan dibutuhkan bayi sebelum menyusu, dan bayi

akan mengalami kekurangan nutrisi untuk pertumbuhannya apabila

hanya diberikan ASI saja. Dari beberapa kepercayaan tersebut tentu


80

seorang ibu akan memberikan beberapa makanan tambahan lain selain

ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya.

Pengaruh budaya menjadi faktor ibu tidak memberikan ASI

eksklusif dimana masih dianut secara turun temurun oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia (Maswarni & Hildayanti, 2019). Nilai sosial

budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai dalam

kelompok tertentu berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang

diputuskan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh anggota kelompok

tersebut. Dari pemahaman tentang nilai budaya tersebut cukup berperan

dalam menentukan seorang ibu menyusui untuk memberikan atau tidak

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berbagai faktor yang turut

berperan dalam pengambilan keputusan tersebut seperti : pengalaman

dalam keluarga tentang menyusui, pengalaman ibu sendiri, pengetahuan

ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, sikap ibu terhadap

kehamilannya, sikap suami dan keluarga lainnya terhadap pemberian ASI

eksklusif, serta sikap tenaga kesehatan yang membantu terhadap

pengambilan keputusan. Semua kondisi tersebut sangat menentukan

diberikan atau tidaknya ASI eksklusif pada bayinya (Nurfatimah, 2015).

Nilai sosial budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-

nilai dalam kelompok tertentu berdasarkan cara hidup dan pemberian

asuhan yang diputuskan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh anggota

kelompok tersebut. Dari pemahaman tentang nilai budaya tersebut cukup

berperan dalam menentukan seorang ibu menyusui untuk memberikan

atau tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berbagai faktor


81

yang turut berperan dalam pengambilan keputusan tersebut seperti :

pengalaman dalam keluarga tentang menyusui, pengalaman ibu sendiri,

pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI, sikap ibu

terhadap kehamilannya, sikap suami dan keluarga lainnya terhadap

pemberian ASI eksklusif, serta sikap tenaga kesehatan yang membantu

terhadap pengambilan keputusan. Semua kondisi tersebut sangat

menentukan diberikan atau tidaknya ASI eksklusif pada bayinya

(Nurfatimah, 2015).

Penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden

tentang teknik menyusui cukup baik namun masih ada yang tidak

memberikan ASI secara eksklusif hal ini berdampak pada indikator

kesehatan ibu dan bayi, berarti bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif

tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan dan nilai budaya.

Menurut asumsi peneliti, sosial budaya yang baik hendaknya

dapat dipertahankan dengan memotivasi masyarakat untuk selalu

melaksanakan kebiasaan tersebut dan sosial budaya yang kurang dan

tidak mendukung hendaknya dapat diberikan pemahaman kepada ibu dan

masyarakat tentang keuntungan dan kerugian dari perilaku tersebut

dengan cara memberikan penyuluhan, pembinaan, pelatihan keterampilan

cara perawatan bayi yang baik pada masyarakat baik melalui pertemuan

kelompok, kunjungan rumah, dan melakukan pendekatan pada tokoh

agama dan tokoh masyarakat sesuai dengan permasalahan yang ada,

sehingga dengan kesadaran sendiri masyarakat dapat merubah kebiasaan

tersebut ke arah yang lebih baik.


82

C. Keterbatasan Penelitian

Secara keseluruhan, peneliti sangat menyadari bahwa penelitian ini

masih memiliki banyak kekurangan terutama dalam pelaksanaannya.

Penelitian ini sudah dilakukan sebaik mungkin, namun tidak terlepas dari

keterbatasan yang ada. Keterbatasan selama penelitian yaitu:

1. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada satu sumber

data primer yaitu dari kuesioner saja, di mana dalam pengisian kuesioner

sangat dipengaruhi oleh sifat dan keadaan responden sendiri seperti

kejujuran dan ketakutan dalam menjawab responden tersebut dengan

sebenarnya.

2. Dikarenakan kondisi saat pengambilan berlangsung pada masa Pandemi

Covid-19, maka pengambilan data penelitian saat penyebaran kuesioner

penelitian kepada responden, tidak dapat dipantau secara langsung dan

cermat apakah jawaban yang diberikan oleh responden benar-benar

sesuai dengan pendapatnya sendiri atau tidak.

D. Implikasi Terhadap Pelayanan dan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, implikasi dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Implikasi Terhadap UPTD Puskesmas Wanareja 1


83

Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk lebih meningkatkan

promosi kesehatan terutama pentingnya pemberian ASI Ekslusif pada

bayi baru lahir sampai umur 6 bulan sehingga pemberian ASI ekslusif

bisa mencapai target pemerintah.

2. Implikasi Terhadap Penelitian

Hasil peneliti ini dapat menjadi referensi atau memberikan

tambahan wacana keilmuan dan dapatmemberikan dampak positif pada

peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis agar dapat

mengambil penelitian serupa dengan sampel yang berbeda dengan teknik

pengambilan data yang lebih komprehensif.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, pengujian hasil penelitian,

dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Tingkat pengetahuan ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1

berada pada kategori “Baik” sebesar 25,8% (16 responden), “Cukup”

sebesar 58,1% (36 responden), dan “Kurang” 16,1% (10 responden).

2. Nilai budaya ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja 1 berada

pada kategori “Baik” sebesar 41,9% (26 responden) dan “Kurang” 58,1%

(36 responden).

3. Pemberian ASI eksklusif ibu menyusui di Posyandu Wilayah Wanareja

1 berada pada kategori “memberikan” sebesar 53,2% (33 responden) dan

“tidak memberikan” 46,8% (29 responden).

4. Berdasarkan hasil uji chi-square di peroleh p-value = 0,000 < 0,05. Hal

tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI ekskusif di Posyandu

Wilayah Wanareja 1.

5. Berdasarkan hasil uji chi-square di peroleh p-value = 0,000 < 0,05. Hal

tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara


85

nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Wilayah

Wanareja 1.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, ada beberapa saran yang

dapat disampaikan yaitu:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Agar pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk

memberikan intervensi berupa penyuluhan atau pembagian buku/bacaan

tentang ASI eksklusif

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi Posyandu Wilayah Wanareja 1 hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi dan masukan, sehingga lebih meningkatkan

penyuluhan kepada ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI

Eksklusif. Disarankan Posyandu Wilayah Wanareja 1 untuk

memaksimalkan peran dan tanggung jawabnya juga dengan

meningkatkan peran kader posyandu yang dianggap perpanjangan tangan

petugas kesehatan dan dekat dengan masyarakat untuk menyampaikan

informasi kesehatan terutama tentang ASI eksklusif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


86

Kepada peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian

sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan hasil

penelitian terbaru yang lebih akurat guna meningkatkan kesehatan sejak

dini dengan pemberian ASI eksklusif dan adanya upaya promosi

kesehatan sebagai sarana yang mendukung program ASI eksklusif.


DAFTAR PUSTAKA

Adelia WS. 2017. Hubungan status pekerjaan dan pengetahuan tentang


manajemen laktasi terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta. Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan.

Arif, N. 2019. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Jakarta: MedPress Arini
Arikunto, S. 2017. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Aprilia, G. 2017. hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang asi eksklusif
dengan pemberian asi eksklusif di desa harjobinangun purworejo.
Bahriyah, F., Putri, M., & Jaelani, A. K. 2017. Hubungan Pekerjaan Ibu
Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sipayung. Jurnal Endurance, 2(2), 113–118.

Batubara, N. S. 2016. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pemberian Asi


Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota
Padangsidimpuan Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia
(Indonesian Health Scientific Journal).

Dahlan, S.M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:
Salemba Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. 2012. Pedoman Pekan ASI Sedunia Tahun 2012. Jakarta:
Departemen Kesehatan
Depkes.2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. http:// www.depkes.go.id .
Diperoleh.
Emah, R. 2020. Dukungan Bidan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di
Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020. Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia,
Guardi, E. S. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Balaraja. IMJ (Indonesian
Midwifery Journal),
Hatta, H., Nuryani, N., & Mikke, M. 2021. Pengetahuan dan Sikap
Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Baduta. Gorontalo
Journal Of Nutrition And Dietetic, 1(1), 7-15.

87
Husaini, M., & Anasril, A. 2020. Pengaruh Pengetahuan dan Budaya terhadap
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat
Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Serambi Akademica, 8(3), 356-363.

Hervilia, D. 2016. Pandangan Sosial Budaya terhadap ASI Eksklusif di


Wilayah Panarung Palangkaraya (Social and Cultural Aspect toward
Exclusive Breastfeeding in Panarung Palangkaraya). Indonesian Journal
of Human Nutrition, 

Hastono, S. P. 2016. Analisa Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada
IDAI. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: EGC
. 2013. Asi Eksklusif pada Ibu yang Bekerja. dari
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-eksklusif-pada-ibu-yang-
bekerja
Kristiyanisari, W. 2019. ASI, Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Lindawati, R. 2019. Hubungan Pengetahuan, Pendidikan dan Dukungan
Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif. Faletehan Health Journal,

Listiani, A. A. 2019 . Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang ASI Eksklusif


dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Wanita Pekerja di Subang. Jurnal
Integrasi Kesehatan dan Sains,
 
Mabud, N., Mandang, J., Mamuaya, T. 2014. Hubungan Pengetahuan,
Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2).
Diunduh dari http://download.portalgaruda.org
Manik, Ade P. R. Simaremare, Saharnauli J.V. Simorangkir. 2020. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Air Susu Ibu Eksklusif
Dengan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Hutatinggi Kecamatan Parmonangan Tahun 2019. NJM Vol 5,
No 2,
Maskanah S. 2017. Hubungan antara pengetahuan tentang cara menyusui yang
benar dengan perilaku menyusui.Jurnal Ilmiah Bidan.

Maswarni, & Hildayanti, W. 2019. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Ibu


Menyusui Tidak Memberikan ASI Secara Eksklusif Di Puskesmas
Sidomulyo Kecamatan Tampan Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan
Kesehatan, 9(2), 144–151.

Muliadi, D. 2016. Universitas Sumatera Utara 7. pengaruh dukungan keluarga


dan faktor sosialbudaya terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi 0–6
bulan di wilayah kerja puskesmas sukaraya kecamatan pancurbatu
kabupaten deli serdang, 7–37.
Nursalam. 2011. Pedoman Praktis Penyusunan Riset Keperawatan. Surabaya:
UNAIR
Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian KesehtanI, edisi revisi, Rineka
Cipta Jakarta
, 2012, Kesehatan masyarakat ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka
Cipta Jakarta
, 2014, Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan ke, Rineka Cipta Jakarta
,2014, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka
Cipta

, 2018, Metodologi Penelitian kesehatan , edisi revisi, Jakarta:


Rineka Cipta
Nurfatimah, N. 2015. Faktor Determinan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kayamanya Kabupaten Poso. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(3).

Nurhayati, F., & Nurlatifah, S. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui


Tentang Pemberian ASI Perah dengan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Cimahi Tengah. Midwife Journal, 4(02), 11–15.
https://www.neliti.com/publications/267045/hubungan-pengetahuan-ibu-
menyusui-tentang-pemberian-asi-perah-dengan-pendidikan
Nurleli, N., Purba, J. M., & Sembiring, R. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas
Rambung Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai Tahun 2017. Jurnal
Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 3(1), 1-9.

Padeng, E. P., Senudin, P. K., & Laput, D. O. 2021. Hubungan Sosial Budaya
terhadap keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Waembeleng, Manggarai, NTT. Jurnal Kesehatan
Saelmakers PERDANA (JKSP), 4(1), 85-92.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang


Pemberian ASI eksklusif.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP%20No.
%2033%20ttg%20Pemberian%ASI%20Eksklusif.pdf
Pitaloka, D. A., Abrory, R., & Pramita, A. D. 2018. Hubungan antara
pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di
Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Amerta
Nutrition, 2(3), 265-270.
Pratiwi, A., Adi, M. S., Udijono, A., & Martini, M. 2021. Hubungan Antara
Sosial Budaya Pada Masyarakat Dengan Perilaku Pemberian Asi
Eksklusif: Systematic Review. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 9(4), 510-517.

Profil Jawa Tengah.2019.Profil Kesehatan Jawa Tengah. Diperoleh tanggal 3


April 2021. https//dinkesjatengprov.go.id/v2018/profil-dinas-kesehatan-
provil-jawa-tengah//
Setyaningsih, F. T. E. dan Farapti, F. 2019. “Hubungan Kepercayaan dan
Tradisi Keluarga pada Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Kelurahan Sidotopo, Semampir, Jawa Timur,” Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 7(2), hal. 160

Roesli, Utami. 2018. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya


Rosmiati, R., Muhdar, M., & Saputri, E. S. 2020. Tradisi Ibu Menyusui
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Lingkungan Pesisir Pada Wilayah
Kerja Puskesmas Pomalaa Dengan Pendekatan Etnografi. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 5(3), 487-495.

Saryono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, PT. ASIfabeta,Bandung


Setyaningsih, F. T. E., & Farapti, F. 2018. Hubungan Kepercayaan dan Tradisi
Keluarga pada Ibu Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Kelurahan Sidotopo, Semampir, Jawa Timur. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 7(2), 160-167.

Sjawie, W. A., Rumayar, A. A., & Korompis, G. E. C. 2019. Hubungan Antara


Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Jurnal KESMAS,
8(7), 298–304.

Silalahi, 2012. Metoe Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama


Sinaga, T. U. N., Sitorus, S., & Sibero, J. T. 2020. Hubungan Sosial Budaya
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Diwilayah Kerja Puskesmas Pabatu
Kota Tebing Tinggi Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Simantek, 4(1), 71-71.

Siregar, N. 2020. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian


Asi Eksklusif Di Puskesmas Labuhan Rasoki Tahun 2019. Jurnal
Education And Development, 8(4), 262-262.

Sitohang, F. D., Kahar, I. A., & Sirait, A. 2019. Faktor yang Berhubungan
dengan Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sigalingging Kabupaten Dairi Tahun 2017. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Imelda, 5(1), 568-578.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suryana, S., & Fitri, Y. 2019. Pengaruh Riwayat Pemberian Asi Dan Mp-Asi
Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak (Usia 12-24 Bulan) Di
Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh. Sel Jurnal Penelitian
Kesehatan, 6(1), 25-34.

UNICEF. 2012. ASI Eksklusif, Artinya ASI, Tanpa Tambahan Apapun. dari
https://www.unicef.org
. 2013. ASI Adalah Penyelamat Hidup yang Paling Murah Di Dunia.
. 2017. ASI adalah Penyelamat Hidup Paling Murah dan Efektif di
Dunia. Dalam; UNICEf Indonesia
WHO, 2019. Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Medical
Students and Allied Health Professionals. Geneva: World Health
Organization.
Yanuarini, T. A., Rahayu, D. E., & Prahitasari, E. (2017). Hubungan
Pengetahuan Dengan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Pranggang Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 3(1), 1. https://doi.org/10.32831/jik.v3i1.39
Yesi Retiyans. 2010. (KTI) Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi
Eksklusif Dengan Status Pemberian Asi Ekslusif Pada Bayi usia 6-8
bulan DiDesa Makamhaji Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
YulfiraMedia. 2017. 78131-ID-faktor-faktor-sosial-budaya-yang-melatar.pdf.
LAMPIRAN

92
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan Hormat,

Peneliti yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wida Sukmawati

NIM : 108117037

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahun dan Nilai Budaya Pada


Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Posyandu Wilayah Puskesmas Wanareja 1

Bermaksud akan melakukan kegiatan penelitian sebagai rangkaian studi

saya pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al-

Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.

Peneliti mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden penelitian ini

dengan memberikan jawaban yang sejujur jujurnya atas kuesioner yang

diajukan. Kuesioner ini semata-mata hanya untuk kepentingan ilmu

pengetahuan saja tanpa maksud lain dan akan dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti. Atas bantuan dan peran Ibu, peneliti ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh

Peneliti

Wida Sukmawati
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai subyek penelitian yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang bernama Wida

Sukmawati dengan judul penelitian “Hubungan tingkat pengetahuan dan nilai

budaya pada ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di Posyandu

Wilayah Puskesmas Wanareja 1”

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana

mestinya.

Cilacap, 08 Mei 2021

Responden

( )
Lampiran 5

LEMBAR KUESIONER

Petunjuk :

1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelun anda menjawab.

2. Untuk melancarkan penelitian ini, mohon isi jawaban dengan jujur

apa adanya.

3. Kerahasiaan anda tetap kami jaga.

4. Terimakasih atas kesediaannya menjadi responden.

Tanggal :

A. IDENTITAS RESPONDEN

Identitas Orang Tua

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Pendapatan :

Identitas bayi

1. Nama :

2. Tempat/Tanggal Lahir :

3. Umur :
Lampiran 6

B. KUESIONER B

Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Berilah tanda ( √ ) pada kolom alternatif jawaban yang anda anggap benar

No Pernyataan Alternatif Jawaban

Benar Salah

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa


tambahan makanan atau minuman lain sampai
1. usia bayi 6 bulan.

2. Makin banyak ASI dikeluarkan atau


dikosongkan dari payudara maka akan semakin
banyak ASI yang diproduksi.

Pemberian makanan seperti bubur, sayuran


dan buah yang dilumatkan dapat diberikan
3. setelah bayi berusia 4 bulan.

Perasaan ibu seperti khawatir ASI tidak


cukup, cemas dan marah, tidak berpengaruh
4. terhadap produksi ASI.

Komposisi zat gizi yang terkandung dalam


susu formula dan ASI mudah diserap oleh
5. pencernaan bayi.

6. Pemberian makanan atau minuman selain ASI


dapat mengurangi asupan ASI.

ASI sebagai makanan tunggal akan cukup


memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal
7. sampai usia 6 bulan.

Pemberian makanan/minuman tambahan pada


bayi usia kurang dari 6 bulan dapat
8. menyebabkan gangguan pencernaan.

Pengeluaran ASI tidak dipengaruhi oleh isapan


bayi, sehingga apabila bayi jarang menyusui,
9. produksi ASI tidak akan berkurang.

Sebaiknya bayi diberi makanan pendamping


ASI saat usia 0-6 bulan apabila produksi ASI
10. rendah.

Kolostrum yang keluar pada hari ke-1 sampai


hari ke-4 dan berwarna kuning keemasan bisa
11. menyebabkan diare.

12. Bayi yang baru lahir akan mendapat


kekebalan dari ibunya melalui ASI.

13. Pemberian susu formula bisa menyebabkan


alergi dan diare.

Imunoglobulin (zat kekebalan) dalam ASI


sangat berperan untuk perlindungan terhadap
14. penyakit campa dan virus polio.

15. ASI mengandung vitamin K yang diperlukan


untuk proses pembekuan darah.

16. ASI dapat menurunkan resiko kejang pada bayi.

Pemberian ASI membangun perkembangan


emosi bayi, kepribadian yang percaya diri dan
17. spiritual yang baik.

Proses pengecilan rahim pada ibu yang


menyusui akan lebih lambat dibanding pada ibu
18. yang tidak menyusui.

Bayi yang mendapat susu formula lebih


mudah terserang penyakit daripada bayi yang
19. mendapatkan ASI eksklusif.

20. Semakin banyak anak mendapat ASI anak


tersebut akan semakin cerdas.

21. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi


kejadian kanker payudara dan indung telur

ASI yang macet dan baru keluar pada hari


ketiga atau lebih dikarenakan bayi tidak
22. menghisap puting susu pada setengah jam
setelah persalinan.

23. Proses menyusui bisa mengubah bentuk


payudara menjadi tidak kencang (melorot).

Setelah melahirkan, menyusui tidak


berpengaruh untuk mempercepat penghentian
24. perdarahan.

25. Menyusui bayi sebaiknya dijadwal pada jam


tertentu.

26. Memberikan ASI secara eksklusif sangat


merepotkan.

Posisi munyusu bayi yang benar apabila daerah


areola (daerah berwarna coklat di sekitar puting
27. susu) masuk ke mulut bayi.

28. ASI dalam lambung bayi akan habis diserap


dalam waktu 2 Jam.

29. Bayi yang sehat akan menyusu dan


mengosongkan payudara selama 5-7 menit.

30. Ibu yang bekerja tidak akan mampu


memberikan ASI secara Eksklusif.

ASI dapat disimpan dalam suhu ruang sampai


8 jam dan di dalam lemari pendingin selama
31. 48 jam dan di dalam freezer dapat bertahan
sampai 6 bulan.

Cara menghangatkan ASI yang disimpan


dalam lemari es adalah dengan merendamnya
32. dalam air panas atau direbus.

Lampiran 7
C. KUESIONER C

Nilai Budaya Tentang ASI


Berilah tanda checklist (√ ) pada salah satu kolom Ya atau Tidak yang
menjadi jawaban anda !

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya memberikan makanan tambahan


(misalnya nasi tim dicampur dengan pisang,
bubur, pisang kerok dan lain-lain) saat bayi
saya berusia kurang dari 6 bulan karena bayi
usia kurang dari 6 bulan sudah boleh diberi
makanan tambahan.
2. Saya memberikan madu pada saat bayi berusia
kurang dari 6 bulan.
3. Saya memberikan jamu (cekok) pada saat
bayi masih berusia kurang dari 6 bulan.
4. Saya memerikan pisang kerok pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan karena
sudah menjadi kebiasaaan yang turun temurun
dalam keluarga saya.
5. Saya memberikan makanan pendamping ASI
karena sudah menjadi hal yang biasa dilakukan
turun temurun dalam keluarga.

6. Saya memberikan makanan pendamping ASI


saat bayi saya berusia kurang dari 6 bulan
karena ASI saja gizinya tidak cukup untuk
bayi.
7. Saya memberikan makanan tambahan saat
bayi usia kurang dari 6 bulan agar bayi dapat
tidur nyenyak dan tidak rewel.
8. Saya memberikan makanan pendamping ASI
saat bayi belum usian 6 bulan agar bayi
menjadi gemuk dan cepat besar.
9. Saya memberikan makanan pendamping ASI
pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan karena
mengikuti perkembangan jaman.
10. Saya memberikan makanan pendamping ASI
saat usia bayi kurang dari 6 bulan karena
mengikuti kebiasaan yang ada di Desa.
Lampiran 8

D. KUESIONER D
Pemberian ASI eksklusif

Berilah tanda (X) pada jawaban Ya atau Tidak yang anda anggap benar!

1. Apakah ibu memberikan ASI saja sampai usia bayi 6 bulan?

a. Ya

b. Tidak
Lampiran 9

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tingkat Nilai Pemberia


N Pendidika Pendapata
Usia Pekerjaan Pengetahua Buday n Asi
o n n
n a Ekslusif

1 2 1 2 3 2 2 0

2 2 2 2 2 1 2 1

3 2 1 2 3 2 2 0

4 2 2 1 2 2 1 1

5 1 1 2 1 3 2 0

6 2 1 2 3 2 2 0

7 1 2 1 2 1 1 1

8 2 1 2 2 2 2 0

9 2 1 2 2 2 2 0

10 2 2 1 2 2 1 1

11 2 2 1 3 1 1 1

12 3 2 2 2 2 2 1

13 2 1 2 3 2 2 0

14 3 2 1 1 3 1 1

15 2 2 2 2 2 2 1

16 3 2 1 1 1 1 1

17 2 2 1 3 2 1 1

18 3 1 2 1 2 2 0

19 3 2 1 2 1 1 1

20 2 1 2 1 2 2 0

21 3 2 1 1 1 1 1

22 3 1 2 2 2 2 0

23 2 2 1 2 1 1 1

24 3 1 2 2 2 2 0
25 2 1 2 1 2 2 0

26 2 2 1 2 1 1 1

27 1 2 1 1 1 1 1

28 2 2 2 2 2 2 1

29 3 2 1 2 2 1 1

30 3 1 2 1 2 2 0

31 3 1 2 2 3 2 0

32 2 2 1 1 1 1 1

33 2 1 2 1 3 2 0

34 3 2 1 1 2 1 1

35 2 1 2 1 3 2 0

36 3 2 1 1 1 1 1

37 3 2 1 3 2 1 1

38 2 1 2 1 2 2 0

39 3 1 2 1 2 2 0

40 2 2 1 2 1 1 1

41 3 2 2 1 1 2 1

42 3 1 2 2 2 2 0

43 3 2 1 2 2 1 1

44 3 1 2 2 3 2 0

45 3 2 1 1 2 1 1

46 3 2 1 1 2 1 1

47 3 2 1 2 1 1 1

48 2 1 2 1 3 2 0

49 2 1 2 1 2 2 0

50 2 2 2 1 2 2 1

51 3 1 2 1 3 2 0

52 3 2 1 1 2 1 1

53 3 1 2 1 3 2 0
54 2 2 1 1 1 1 1

55 2 1 2 1 2 2 0

56 3 1 2 2 2 2 0

57 2 1 2 1 3 2 0

58 2 2 1 2 1 1 1

59 3 2 1 1 2 1 1

60 2 1 2 2 3 2 0

61 3 2 1 1 2 1 1

62 2 1 2 1 2 2 0
Lampiran 10

Data Tabulasi Tingkat Pengetahuan


Responde 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 ∑ Skor
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2

1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 59,38
9

2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 2 84,38
7

3 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 2 62,50
0

4 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 2 65,63
1

5 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 46,88
5

6 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 68,75
2

7 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 84,38
7

8 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 2 62,50
0

9 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 59,38
9

10 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 2 75,00
4

11 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 2 81,25
6

12 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 2 75,00
4

13 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 2 71,88
3

14 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 46,88
5

15 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 2 75,00
4

16 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 78,13
5

17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 75,00
4

18 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 65,63
1

19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 2 81,25
6

20 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 68,75
2

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 90,63
9

22 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 50,00
6

23 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 2 78,13
5

24 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 65,63
1

25 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 2 62,50
0

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 84,38
7

27 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 78,13
5

28 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 2 75,00
4

29 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 2 75,00
4

30 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 56,25
8

31 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 43,75
4

32 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 84,38
7

33 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 46,88
5

34 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 2 75,00
4

35 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 46,88
5

36 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 81,25
6

37 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 2 75,00
4

38 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 2 71,88
3

39 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 59,38
9

40 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 2 78,13
5

41 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 78,13
5

42 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 59,38
9

43 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 2 68,75
2

44 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 9 28,13

45 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 2 68,75
2

46 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 71,88
3

47 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 81,25
6

48 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 46,88
5

49 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 2 71,88
3

50 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 59,38
9

51 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 46,88
5

52 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 75,00
4

53 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 46,88
5

54 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 2 81,25
6

55 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 2 65,63
1

56 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 2 65,63
1

57 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 46,88
5

58 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 2 84,38
7

59 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 75,00
4

60 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 46,88
5

61 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 2 71,88
3

62 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 59,38
9

Lampiran 11

Data Tabulasi Nilai Budaya

responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑ Skor

1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5 50

2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70

3 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 60
4 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80

5 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 6 60

6 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 60

7 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80

8 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 50

9 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 5 50

10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80

11 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80

12 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 70

13 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 6 60

14 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80

15 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70

16 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80

17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90

18 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 5 50

19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80

20 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5 50
21 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90

22 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 5 50

23 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80

24 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6 60

25 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 5 50

26 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80

27 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80

28 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 70

29 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80

30 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 50

31 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 60

32 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80

33 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 6 60

34 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80

35 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 60

36 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80

37 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80
38 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 6 60

39 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6 60

40 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90

41 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 70

42 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 5 50

43 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80

44 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3 30

45 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80

46 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80

47 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80

48 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 50

49 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 6 60

50 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 70

51 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 50

52 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80

53 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 5 50

54 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80
55 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60

56 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 6 60

57 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 3 30

58 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90

59 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80

60 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 50

61 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80

62 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 50
Lampiran 12

Data Tabulasi Pemberian ASI Eksklusif

Responde
1
n
1 0
2 1
3 0
4 1
5 0
6 0
7 1
8 0
9 0
10 1
11 1
12 1
13 0
14 1
15 1
16 1
17 1
18 0
19 1
20 0
21 1
22 0
23 1
24 0
25 0
26 1
27 1
28 1
29 1
30 0
31 0
32 1
33 0
34 1
35 0
36 1
37 1
38 0
39 0
40 1
41 1
42 0
43 1
44 0
45 1
46 1
47 1
48 0
49 0
50 1
51 0
52 1
53 0
54 1
55 0
56 0
57 0
58 1
59 1
60 0
61 1
62 0
Lampiran 13
OUTPUT ANALISA DATA MENGGUNAKAN KOMPUTERISASI
A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Usia Pendapatan
N Valid 62 62
Missing 0 0
Mean 24,76 1264500,00
Median 24,50 1200000,00
Mode 23,00a 1500000,00
Std. Deviation 2,65 661183,00
Minimum 18,00 650000,00
Maximum 29,00 3000000,00
Sum 1535,00 78400000,00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18 1 1.6 1.6 1.6
19 2 3.2 3.2 4.8
21 2 3.2 3.2 8.1
22 7 11.3 11.3 19.4
23 11 17.7 17.7 37.1
24 8 12.9 12.9 50.0
25 3 4.8 4.8 54.8
26 6 9.7 9.7 64.5
27 11 17.7 17.7 82.3
28 9 14.5 14.5 96.8
29 2 3.2 3.2 100.0
Total 62 100.0 100.0

Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 650000 8 12.9 12.9 12.9
700000 4 6.5 6.5 19.4
750000 9 14.5 14.5 33.9
800000 8 12.9 12.9 46.8
850000 1 1.6 1.6 48.4
900000 1 1.6 1.6 50.0
1500000 24 38.7 38.7 88.7
2500000 3 4.8 4.8 93.5
3000000 4 6.5 6.5 100.0
Total 62 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 29 46,8 46,8 46,8
SMA 33 53,2 53,2 100,0
Total 62 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 27 43,5 43,5 43,5
Swasta 35 56,5 56,5 100,0
Total 62 100,0 100,0

2. Variabel Peneliti

Statistics

Tingkat
Pengetahuan Nilai Budaya ASI Eksklusif

N Valid 62 62 62

Missing 0 0 0

Tingkat Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 16 25,8 25,8 25,8

Cukup 36 58,1 58,1 83,9


Kurang 10 16,1 16,1 100,0

Total 62 100,0 100,0

Nilai Budaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 26 41,9 41,9 41,9

Kurang 36 58,1 58,1 100,0

Total 62 100,0 100,0

ASI Eksklusif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Diberikan 29 46,8 46,8 46,8

Diberikan 33 53,2 53,2 100,0

Total 62 100,0 100,0

B. Analisa Bivariat

Notes

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pengetahuan * 62 100,0% 0 0,0% 62 100,0%


ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan * ASI Eksklusif Crosstabulation

ASI Eksklusif

Tidak
Diberikan Diberikan Total

Tingkat Baik Count 0 16 16


Pengetahuan
% within Tingkat 0,0% 100,0% 100,0%
Pengetahuan

Cukup Count 20 16 36

% within Tingkat 55,6% 44,4% 100,0%


Pengetahuan

Kurang Count 9 1 10

% within Tingkat 90,0% 10,0% 100,0%


Pengetahuan

Total Count 29 33 62

% within Tingkat 46,8% 53,2% 100,0%


Pengetahuan

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 22,681a 2 ,000

Likelihood Ratio 29,729 2 ,000

Linear-by-Linear Association 21,671 1 ,000

N of Valid Cases 62
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,68.

Risk Estimate

Value

a
Odds Ratio for Tingkat
Pengetahuan (Baik / Cukup)

a. Risk Estimate statistics cannot be


computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nilai Budaya * ASI 62 100,0% 0 0,0% 62 100,0%


Eksklusif

Nilai Budaya * ASI Eksklusif Crosstabulation

ASI Eksklusif

Tidak Diberikan Diberikan Total

Nilai Budaya Baik Count 0 26 26

% within Nilai Budaya 0,0% 100,0% 100,0%

Kurang Count 29 7 36
% within Nilai Budaya 80,6% 19,4% 100,0%

Total Count 29 33 62

% within Nilai Budaya 46,8% 53,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 39,350a 1 ,000

Continuity Correctionb 36,181 1 ,000

Likelihood Ratio 50,225 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 38,715 1 ,000

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,16.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

For cohort ASI Eksklusif = 5,143 2,645 9,999


Diberikan

N of Valid Cases 62
Statistics

Tingkat
Pengetahuan Nilai Budaya ASI Eksklusif

N Valid 62 62 62

Missing 0 0 0

Tingkat Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 16 25,8 25,8 25,8

Cukup 36 58,1 58,1 83,9

Kurang 10 16,1 16,1 100,0

Total 62 100,0 100,0

Nilai Budaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 26 41,9 41,9 41,9

Kurang 36 58,1 58,1 100,0

Total 62 100,0 100,0

ASI Eksklusif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Diberikan 29 46,8 46,8 46,8

Diberikan 33 53,2 53,2 100,0


Total 62 100,0 100,0

Anda mungkin juga menyukai