Anda di halaman 1dari 59

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI


IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

KURNIA AFILLA
2003158

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEBIDANAN
TAHUN 2022
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA
LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI
IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat

OLEH:

KURNIA AFILLA
211015201134

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul penelitian : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet

Terhadap Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Tentang Pemberian

Asi Eksklusif Di Rumah Sakit Ridhoka Salma

Nama : Kurnia Afilla

Nim : 211015201134

Telah Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Dan Diterima Sebagai

Bagian Persyaratan yang diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat.

Lubuk Alung, 14 Oktober 2022


Dewan Penguji

Moderator : Rahmatul Ulya S.ST, M.Keb ( )

Penguji 1 : Ratna Dewi S.ST, M.Biomed ( )

Penguji II : Welly Handayani S.ST, M.Keb ( )

HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul penelitian : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet


Terhadap Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Tentang
Pemberian Asi Eksklusif Di Rumah Sakit Ridhoka Salma

Nama : Kurnia Afilla

Nim : 211015201134

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim

Penguji Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Sumatera Barat.

Lubuk Alung, September 2022

Komisi Pembimbing:

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmatul Ulya, S.ST, M.Keb Sesmi Nanda Oktavia, S.ST, M.Biomed


NIDN : 1010048907 NIDN : 1001108901

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Sri Burhani Putri, M.Kep


NIDN: 1019028802
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-nya,dan shalawat beriring salam untuk Nabi

Besar Muhammad SAW,sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Terhadap

Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Rumah Sakit

Ridhoka Salma”. Skripsi ini di susun dan diajukan untuk syarat meneyelesaikan

pendidikan program studi sarjana kebidanan.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari banyak bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Puthi Dwi Untari, MKM selaku ketua Yayasan Pendidikan Sumatera

Barat

2. Ibu Hj. Nurtati, SE, M.M selaku Rektor Universitas Sumatera Barat

3. Ibu NS. Sri Burhani Putri, M.Kep selaku DekanUniversitas Sumatera

Barat

4. Ibu Rahmatu Ulya S.ST, M.Keb selaku Ketua Program Studi S1

Kebidanan

5. Bapak Ns. Waldi Rahmsn, M.Kep selaku pembimbing proposal skripsi

6. Segenap Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis.

7. Pihak rumah sakit Ridhoka Salma Jawa Barat yang telah mengizinkan

untuk melakukan penelitian


8. Pasien diruang VK rumah sakit Ridhoka Salma Jawa Barat yang telah

bersedia untuk melakukan penelitian

9. Semua pihak yang telah membantu dan telah ikut berpartisipasi dalam

penyusunan laporan ini.

10. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan perhatian ,

mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama

dalam penyusunan Skripsi ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian Skripsi ini.

Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat menjadi

amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu

penelliti mengharapkan adanya kritik dan saran serta masukan yang dapat

membangun laporan ini. Harapan peneliti, semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Lubuk Alung, Agustus 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi

berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan dan

minuman apapun. Pemberian ASI merupkan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan

anak. Studi dari The Global Breastfeeding Collective, pada 2017 menunjukkan

bahwa satu Negara akan mengalami kerugian ekonomi sekita $300 miliyar

pertahun akibat rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang berdampak pada

meningkatnya resiko kematian ibu dan balita serta pembiayaan kesehatan akibat

tingginya kejadian diare dan infeksi lainnya. (Kemenkes RI, 2019).

ASI merupakan cairan yang dapat berubah dalam kandungannya selama

masa menyusui dan bervariasi didalam dan diantara ibu. Kandungan dari ASI juga

bervariasi antara bayi cukup bulan dengan bayi premature. Cairan pertamakali

yang yang dikeluarkan oleh ibu menyusui disebut dengan kolostrum (Bauer J,

Gerss J, 2016). ASI merupakan hal yang sangat penting untuk pertumbuhan bayi,

oleh sebab itu diperlukan pemahaman bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya. Menurut World Health Organization (WHO, 2018) ASI

Eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja tanpa memberikan makanan dan

minuman lain kepada bayi sampai berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Akan

tetapi meskipun telah selesai memberikan ASI Eksklusif, bukan berarti pemberian

ASI dihentikan, namun tetap diberikan kepada bagi sampai berusia 2 tahun.

Karena ASI adalah makanan pertama dan utama yang paling terbaik bagi bayi

serta bersifat alamiah (Arytocher, 2018).


ASI sama dengan nutrisi pada umumnya yang mengandung komponen

makro dan mikro nutrient. Makronutrien yang ada pada ASI yaitu karbohidrat,

protein dan lemak sedangkan mikronutriennya yaitu vitamin dan mineral. Tiap

komponen pada ASI mempunyai manfaat tersendiri untuk pertumbuhan bayi.

Sekitar 88% dari ASI merupakan air (Ginting, 2020). Air berfungsi untuk

melarutkan zat yang ada didalamnya. Secra metabolic ASI adalah sumber air yang

aman, dan air yang relative tinggi pada ASI dapat meredakan ransangan-

ransangan haus dari bayi. ASI Eksklusif untuk bayi mempunyai peranan penting

utnuk meningkatkan ketahanan tubuh bayi, oleh sebabnya dapat mencegah bayi

terserang berbagai penyakit yang dapat mengancam kesehatan bayi. ASI Eksklusif

juga bermanfaat untuk menunjang dan membantu proses perkembangan otak dan

fisik bayi selama kedepannya. ASI Eksklusif juga bermanfaat untuk ibu yaitu

untuk memnghilangkan trauma pasca melahirkan, membuat kondisi kesehatan dan

mental lebih stabil, dan meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara, karena

salah satu penyebab kanker payudara pada ibu menyusui adalah kurangnya

pemberian ASI Eksklusif pada bayi mereka sendiri.

Berdasarkan data dan informasi kesehatan Indonesia tahun 2018 cakupan

ASI Eksklusif di Indonesia sekitar 65,16% (Kemenkes RI 2019). Berdasarkan

data profil kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017, cakupan ASI di Jawa Barat

baru mencapai 53%. Menurut Kabupaten Kota, kisaran rata-rata cakupan ASI

Eksklusif pada bayi 0-6 bulan antara 20,34%. Cakupan pemberian ASI Ekslusif

tahun 2019 sebesar 63,35% mengalami kenaikan 26,06% poin dibandingkan

tahun 2018 37,29%. Walaupun mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya,

cakupan tersebut belum mencapai target nasional sebesar 80%. Pada tahun 2017
ASI Eksklusif di Karawang sebesar 63,76%, (Dinkes Jabar, 2017) dan mengalami

penurunan di tahun 2019 menjadi 60,49% (Dinkes Jabar, 2019).

Dalam Notoadmodjo (2015) terdapat berbagai macam faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif diantaranya pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif, pendidikan, psikologis, kelainan bayi, kelainan payudara, ketersediaan

sumber/fasilitas, keterjangkauan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya ASI Eksklusif

tersebut, pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang berperan cukup

penting tentang ASI Eksklusif. Hal ini disebabkan pengetahuan ibu yang kurang

tentang ASI Eksklusif menyebabkan gagalnya pemberian ASI Eksklusif.

Pengetahuan yang dimiliki ibu umumnya sebatas tingkat “tahu”, sehingga tidak

begiu mendalam dan tidak mempunyai keterampilan untuk dapat

mempraktekkannya. Jika pengetahuan ibu lebih luas dan mempunyai pengalaman

tentang ASI Eksklusif baik yang dialami sendiri mauoun dilihat dari teman,

tetangga atau keluarga maka ibu akan lebih terinspirasi untuk mempraktekkannya

(Roesli, 2018). Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang dapat

membangkitkan motivasi seorang ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya

suatu tindakan seseorang dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan menetap lebih lama dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Roesli, 2018).

Motivasi pemberian ASI diartikan sebagai suatu sikap penciptaan situasi

yang meransang ibu untuk memberikan ASI pada bayinya, sehingga dapat
terciptanya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang timggi. Kedua

faktor tersebut dimungkinkan memmpunyai pengaruh yang cukup besar dalam

motivasi pemberian ASI Eksklusif. Jika tingkat pendidikan ibu rendah maka

pengetahuan ibu tentang ASI juga akan rendah sehingga pemberian ASI Eksklusif

selama 6 bulan tidak tercapai. Apalagi ditambah dengan ketidaktahuan

masyarakat tentang lama pemberian ASI Eksklusif yang benar sesuai dengan yang

dianjurkan pemerintah (Roesli, 2018).

Berdasarkan wawancara awal dengan 10 orang ibu yang menyusui di

rumah sakit Ridhoka Salma Jawa Barat diketahui bahwa terdapat 7 orang yang 4

tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan mereka beranggapan ASI saja tidak

cukup sebab anak masih merasa rewel. Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Badak”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Media Leaflet Terhadap

Pengetahuan Dan Motivasi Ibu Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Rumah

Sakit Ridhoka Salma?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian air susu

ibu eksklusif di Rumah Sakit Ridhoka Salma Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi umur, pendidikan

dan pekerjaan.

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang air susu ibu eksklusif

di Rumah sakit Ridhoka Salma

c. Untuk mengidentifikasi pemberian air susu ibu eksklusif di Rumah

sakit Ridhoka Salma

d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian air

susu ibu eksklusif di rumah sakit ridhoka salma.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

ibu-ibu khususnya ibu hamil untuk mengetahui dan mengikuti kelas ibu

menyusui agar meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif.

2. Manfaat Praktisi

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan

bagi para calon ibu bahwa adanya kelas ibu menyusui dapat

meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu terhadap pemberian ASI

eksklusif.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan bagi

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kelas ibu menyusui

terhadap pengetahuan dan motivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.


3. Bagi

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara siklus

menstruasi dengan kejadian anemia terhadap siswi MAN 1 Padang Pariaman.

Jumlah populasi adalah seluruh siswi kelas X MAN 1 Padang Pariaman yaitu

sebanyak 170 Orang. Tempat penelitian ini dilakukan di MAN 1 Padang

Pariaman yang akan dilaksanakan pada tanggal 10-13 september 2022. Jenis

penelitian ini mengguanakan pendekatan cross sectional. Variable dalam

penelitian ini yaitu, siklus menstruasi sebagai variable dependen dan kejadian

disminore sebagai variable independen. Uji yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji chi-square value dengan hasil yang didapat jika value < 0.05

berarti ada hubungan siklus menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja

putri di MAN 1 Padang Pariaman, jika > 0.05 berarti tidak ada hubungan

hubungan siklus menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di

MAN 1 Padang Pariaman.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI

1. Definisi

Makanan terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya adalah

Air Susu Ibu (ASI) karena semua kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi ada

didalam ASI seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral

(Fikawati et al. 2015). Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, madu, air teh dan air putih ataupun tambahan makanan seperti

pisang, bubur susu, bubur nasi, biskuit dan nasi tim pada bayi sampai usia 6

bulan disebut dengan ASI Eksklusif (Kristiyanasari, 2014:23).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk

menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama (WHO, 2016) lalu

dilanjutkan menyusui dengan disertai dengan pemberian mkanaan

pendamping ASI sampai bayi berusia 2 tahun (Krammer dan Kakuma, 2014).

2. Anatomi Payudara

Menurut Lawrance (2016), jaringan payudara tersusun dari:

a. Parenkim : sistem duktus

b. Stroma : jaringan adipose


Gambar 2.1 Anatomi payudara (samping)

Sistem duktus terdiri dari:

a. Alveoli : alveoli tersusun dari sel ephitel sekretonik yang dikelilingi

oleh sel myophitelial, setiap alveolus dila[isi oleh sel-sel yang

menyekresi air susu, disebut sel acini. Apanila sel ini teransang maka

akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam ductus

lactifer.

b. Lobules : kumpulan dari alveolus

c. Duktus : saluran kecil yang membawa air susu yang diproduksi oleh

lobules

d. Sinus laktiferus : bagian dari duktus lactiferous yang terletak dibawah

areola, tempat menyimpan air susu dimana ketika ada ransangan air

susu akan keluar melalui putting

e. Duktus latiferus : saluran sentral yang merupakan muara daro

beberapa tubulus lactiferous

3. Produksi ASI
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveoli dan saluran di payudara serta merangsang produksi

kolostrum. Saat melahirkan, kadar estrogen turun, kadar prolaktin naik, dan

produksi ASI meningkat. Kelanjutan produksi prolaktin dipicu dengan

menyusui bayi. Pelepasan susu berada di bawah kendali neuroendokrin.

Stimulasi sentuhan payudara (hisapan bayi) merangsang produksi oksitosin,

yang menyebabkan sel-sel mioepitel berkontraksi. Proses ini dikenal sebagai

"refleks prolaktin" atau produksi susu cermin. Refleks makan ini awalnya

tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu, namun kemudian ditekan oleh

keadaan emosi ibu saat mengalami kecemasan, kelelahan, rasa malu, gelisah,

atau sakit. Isapan bayi menyebabkan keluarnya air susu dari kantung susu

melalui saluran ke dalam rongga susu. Mengisap merangsang produksi

oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan

menyebabkan sel-sel khusus (sel myoepithelial) yang melapisi kantung dan

saluran susu berkontraksi. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong susu dari

alveoli melalui saluran ke dalam rongga susu tempat penyimpanannya.

Mengisap susu dari sinus oleh bayi disebut "melepaskan" atau "melepaskan".

Terakhir, pelepasan dapat dipicu tanpa stimulasi hisap. Keputihan dapat terjadi

ketika ibu mendengar bayi menangis atau memikirkannya (Sulistyawati,

2009).Ada tiga jenis ASI, tergantung kapan diproduksi:

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan pertama yang dihasilkan kelenjar susu dari

hari ke-1 sampai ke-3-5. Sehari setelah melahirkan. Komposisi kolostrum

dalam ASI berubah setelah lahir. Kolostrum berwarna keemasan karena


komposisi proteinnya yang tinggi dan sel-sel hidup. Kandungan protein

kolostrum lebih tinggi daripada susu matang.

Kandungan laktosa lebih rendah dari ASI matur. Seorang ibu hanya

memproduksi 7,4 sendok teh atau 36,23 ml kolostrum per hari. Namun

volume lambung bayi pada hari pertama sekitar 5-7ml, hari kedua 12-13ml,

dan hari ketiga 22-27ml, sehingga jumlah kolostrumnya sedikit, namun cukup

untuk memenuhi kebutuhan bayi baru lahir (Departemen Kesehatan, 2008).

b. ASI Peralihan

ASI Peralihan adalah ASI dari kolostrum menjadi ASI matur. Ciri-ciri

susu pada masa peralihan yaitu:

a. Peralihan ASI dari kolostrum ke maturitas

b. Ekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 laktasi.

Teori lain mengatakan bahwa ASI matang hanya dapat diproduksi

dalam 3 sampai 5 minggu. Jumlah ASI meningkat, namun seiring dengan

semakin aktifnya bayi dan mulai beradaptasi dengan lingkungan, komposisi

protein menurun sedangkan lemak dan karbohidrat meningkat untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Pada periode ini, produksi ASI mulai stabil

(Widayanti , 2014).

c. ASI Matang

ASI muncul pada hari ke 8-11. ASI matang adalah pola makan yang

selalu berubah, hingga enam bulan, tergantung pada perkembangan bayi

Anda. Susu matang dibagi menjadi susu awal atau kolostrum dan susu akhir

atau susu sekunder. Pemberian ASI dini memenuhi kebutuhan cairan bayi.
Semakin cepat bayi Anda mendapat banyak ASI, semakin banyak air yang

dibutuhkannya. Bayi hidup di iklim panas tetapi tidak memerlukan air minum

selain ASI sampai mereka berusia 6 bulan. Susu akhir memiliki lebih banyak

lemak daripada susu awal. Lemak ekstra ini membuat susu akhir tampak lebih

putih daripada susu awal. Lemak dalam jumlah besar ini memberikan banyak

energi untuk ASI. Oleh karena itu, bayi harus diberi kesempatan lebih lama

untuk menyusu untuk memaksimalkan asupan susu full-fat (Departemen

Kesehatan, 2008).

4. Posisi Menyusui dan Pelekatan yang Efektif

Mekanoreseptor (mekanisme dan proses fotoreseptor) terletak di

sekitar areola sekitar puting susu. Ketika bayi mengisap hanya pada puting

susu, mekanoreseptor ini tidak terstimulasi, sehingga refleks prolaktin dan

oksitosin tidak terstimulasi (Lawrence, 2016).

Gambar 2.5 Tanda tanda perlekatan bayi yang baik

5. Jenis Zat Kekebalan Dalam ASI


Menyusui sampai usia 6 bulan memberikan kekebalan terhadap

berbagai penyakit. Karena ASI merupakan cairan yang mengandung zat imun

yang dapat melindungi dari berbagai infeksi, bakteri, virus dan jamur. parasit

juga. ASI mengandung anti-infeksi yang membantu bayi Anda terhindar dari

berbagai jenis infeksi. ASI mengandung faktor imun seperti: (Khasanah,

2011).

a. Bifidobacteria

Karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri baik, yaitu

bifidobacteria. Di usus bayi yang disusui, bakteri ini mendominasi flora

dan menghasilkan asam laktat dari laktosa. Asam laktat menghambat

pertumbuhan bakteri berbahaya dan parasit lainnya.

b. Faktor Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang mengikat zat besi dalam ASI. Besi terikat

terutama tidak tersedia untuk bakteri berbahaya sehingga tidak dapat

tumbuh.

c. Lactosyrosidase Factor

Lactosyrosidase adalah enzim yang ditemukan dalam ASI yang membantu

membunuh bakteri berbahaya.

d. Faktor Sel Fagosit

Fagosit berfungsi untuk memakan bakteri yang berbahaya bagi tubuh bayi.

e. Faktor sel limfosit dan makrofag

Sel limfosit dan makrofag dapat mengeluarkan antibodi yang

meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit.

f. Faktor lisozim
Lisozim adalah salah satu enzim yang terdapat dalam ASI. Enzim ini tidak

hanya memiliki kemampuan membunuh berbagai jenis bakteri dan kuman,

tetapi juga berperan sebagai pelindung terhadap berbagai jenis virus, serta

membantu tubuh bayi Anda terhindar dari berbagai penyakit akibat virus.

6. Komposisi ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro. Makronutrien adalah

karbohidrat, protein dan lemak, dan mikronutrien adalah vitamin dan mineral.

(Bascolo, 2008).

a. Karbohidrat

Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI yang menyediakan

energi untuk otak. Karena kandungan laktosa pada ASI dan PASI adalah 7: 4

maka ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, sehingga bayi yang

terbiasa dengan ASI cenderung tidak mau meminum PASI, hal ini berperan

dalam mendukung proses yang menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk

mempertahankan metabolisme dari Bayi yang diberi ASI memiliki kadar

karnitin yang lebih tinggi daripada bayi yang diberi susu formula. Karbohidrat

dalam ASI merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan sel saraf di otak dan

memberikan energi untuk kerja sel saraf (faktor yang menghambat

pertumbuhan bakteri dan menyediakan tempat yang cocok untuk bakteri

menguntungkan) dan mempercepat produksi kolostrum sebagai antibodi bayi.

b. Protein

Protein susu lebih rendah dari ASI. Namun, protein ASI sangat cocok

karena unsur protein yang dikandungnya hampir seluruhnya terserap oleh

sistem pencernaan bayi, yaitu unsur protein whey. Rasio komponen protein
whey terhadap kasein pada ASI adalah 65:35, sedangkan pada PASI adalah

20:80. Artinya, protein dalam ASI hanya mampu menyerap sepertiga dari

protein dalam sistem pencernaan bayi, dan dua kali lipatnya harus dikeluarkan.

Akibatnya, bayi sering mengalami diare dan buang air besar dengan kotoran

biji cabai, yang menandakan bahwa makanan kurang terserap pada bayi yang

disusui.

c. Lemak

Kandungan lemak dalam ASI awalnya rendah kemudian meningkat.

Tingkat lemak dalam ASI berubah setiap kali bayi Anda menyusu, dan ini

terjadi secara otomatis. Komposisi lemak setelah 5 menit hisapan pertama

akan berbeda dengan hisapan kedua dan akan terus berubah tergantung

perkembangan dan kebutuhan energi bayi Anda. Jenis lemak yang terdapat

pada ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan sel jaringan otak

dan mengandung enzim lipase sehingga sangat mudah dicerna. Lemak dalam

bentuk omega-3, omega-6 dan DHA dibutuhkan untuk pertumbuhan sel-sel

jaringan otak. Susu Formula tidak mengandung enzim. Ini karena enzim

rentan terhadap kerusakan saat dipanaskan. Bayi lebih cenderung mengalami

diare karena kekurangan enzim membuat bayi sulit menyerap lemak BASI.

Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi, dengan perbandingan 6: 1

terhadap PASI.

d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, meskipun dalam kadar yang

relatif rendah, dan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai dengan usia 6

bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI adalah mineral yang sangat stabil dan

mudah diserap, dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pola makan ibu. Dalam

PASI, kandungan mineralnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak terserap,

sehingga usus bayi bekerja lebih keras, menyebabkan ketidakseimbangan

dalam usus, peningkatan pertumbuhan bakteri berbahaya, dan kontraksi usus

yang tidak normal pada bayi. karena konstipasi dan gangguan metabolisme.

e. Vitamin

ASI mengandung semua vitamin yang dibutuhkan bayi hingga usia 6

bulan, kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir belum dapat

memproduksinya. Vitamin dalam ASI meliputi vitamin A, vitamin B, dan

vitamin C.

7. Manfaat ASI

Menyusui dapat memberikan manfaat pada ibu dan anak, tanpa

memandang kekayaan atau kekuasaan. Serta manfaat ini sangat penting baik

untuk bayi sehat maupun bai dengan resiko tinggi terhadap kematian atau

penyakit (WHO secretariat, 2016).

a. Manfaat bagi bayi

Manfaat ASI bagi bayi adalah:

1) Menurunkan resiko kematian

2) Dengan menyusui dapat menyelamatkan nyawa selama 2 bulan

kehidupan, dan bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki resiko

hampi 6 kali lebuh mungkin mengalami kematian karena penyakit


menular dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI antara 2

dan 3 bulan, bayi yang tidak mendapatkan ASI 4 kali lebih mungkin

mengalami kematian dengan bayi yang menerima ASI, bahkan pada 9-

11 bulan, bayi yang tidak menerima asi mempunyai resiko kematian

40% lebih besar dibandingkan dengan yang menerima ASI. Penelitian

terbaru di The Lancet menunjukkan bahwa peningkatan pemberian

ASI dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa setiap tahun.

3) Menurunkan resiko penyakit akut

Bayi yang tidak diberi ASI memiliki sedikit kasus diare, infeksi

saluran pernafasan, infeksi telinga dan penyakit akut lainnya.

4) Menurunkan resiko penyakit kronis

Menyusui memiliki manfaat jangka panjang dalam bentuk mengurangi

resiko penyakit kronis. Sebagai orang dewasa, bayi yang disusui

memiliki tekanan darah yang lebih rendah, kolesterol serum dan

diabetes tipe 2. Banyak, meskipun tidak semua, penelitian juga

menunjukkan penurunan resiko kelebihan berat badan dan obesitas.

5) Kecerdas bertambah

Bayi yang disusui lebih pintar. Menyusui untuk durasi yang lebih

lama dibandingkan dengan kurang dari sebulan meningkatkan IQ

rata-rata sekitar 6 poin. IQ juga memiliki manfaat untuk

pembangunan nasional dan daya saing ekonomi.

b. Manfaat bagi ibu

Manfaat ASI bagi ibu adalah:

1) Menurunkan resiko kanker payudara dan ovarium


Menyusui bermanfaat bagi ibu dengan mengurangi resiko kanker

payudara premenopause dan ovarium. Dalam studi prospektif

terhadap lebih dari 60.000 wanita yang memiliki setidaknya satu anak

dan menyusui anaknya 60% lebih sedikit risiko untuk kanker payudara

menopause dibandingkan wanita yang tidak menyusui.

2) Mengurangi resiko diabetes tipe 2

Menyusui mengurangi resiko diabetes tipe 2 pada wanita muda dan

paruh baya dengan memperbaiki hemostatis glukosa. Dalam sebuah

penelitian terhadap dua kelompok besar wanita di Amerika Serikat,

ada penurunan resiko diabetes sebesar 15% untuk setiap tahun.

3) Mengurangi penurunan berat badan setelah melahirkan

Menyusui membantu ibu menurunkan berat postpartum, terutama

selama periode menyusui eksklusif. Banyak yang mengalami

kelebihan berat bedan dan obesitas yang menjadi masalah di Negara

Amerika Latin dan Karibean.

4) Mengurangi interval kelahiran tanpa adanya alat kontrasepsi modern

dan menurunkan resiko anemia

Menyusui memperpanjang pasca partum amenore dan tanpa adanya

kontrasepsi modern memperpanjang interval kelahiran. Jangka waktu

amenore yang lebih lama juga membantu untuk mengisi kembali

persediaan zat besi ibu yang hilang selama persalinan, dan dengan

demikian mengurangi resiko anemia.

8. Teknik menyusui dengan benar

a. Sebelum menyusui, cuci tangan lalu basahi puting dengan ASI


yang dikeluarkan sedikit (DinKes, 2009).

b. Ibu dan bayi dalam keadaan rileks/nyaman seperti kaiki tidak

menggantung dan posisi kepala bayi lebih tinggi daripada tubuhnya.

Gambar 2.6 Posisi saat menyusui

c. Perlekatan asimetris: mulut bayi, terutama bagian bawah

melingkupi daerah areola (tidak hanya puting).

d. Susui bayi sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali

sehari.

e. Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui

f. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindahkan ke

payudara sisi yang lain.

g. Bila bayi sudah kenyang, tapi payudara masih terasa

penuh/kencang, perlu dikosongkan dengan diperah untuk

disimpan. Hal ini agar payudara tetap memproduksi ASI yang


cukup.

Menyusui dengan posisi duduk :

a. Bayi dipegang dengan 1 lengan.

b. Kepala bayi pada lengkung siku ibu, dan bokong disangga

lengan ibu, kepala dan perut bayi menghadap ibu, telinga dan

lengan bayi terletak pada 1 garis lurus, satu tangan bayi

diletakkan di belakang badan ibu dan satu lagi di depan ibu.

c. Jika teknik sudah benar, bayi puas menyusu dan ibu tidak

kesakitan/merasa nyeri.

d. Ibu tidak kesakitan/merasa nyeri

Gambar 2.7 Posisi duduk Gambar 2.8 Jenis-jenis posisi menyusui

Gambar 2.9 Cara menyusui bayi kembar

9. Tanda Pasti ASI tidak cukup


Menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (2016) tanda pasti ASI tidak

cukup adalah:

a. Frekuensi BAK yang kurang (kurang dari 5-6 kali per 24 jam) dan

biasanya warna urine bayi cenderung kuning pekat serta kenaikan berat

badan yang kurang.

b. Penyebab ASI PASTI tidak cukup biasanya ada beberapa, antara lain:

posisi dan pelekatan menyusui yang kurang efektif, menyusui yang

dijadwal dan bukan sesuai dengan permintaan bayi, ataupun kelainan

fisik bayi seperti tali lidah pendek (tongue tie), atau bisa juga karena

kondisi ibu yang mengalami stress atau depresi berat setelah

melahirkan.

Gambar 2.10 Tongue tie

10. Cara menyimpan dan memberi ASIP

a. Cara menyimpan ASI


Tabel 2.1 Cara menyimpan ASIP

Tempat Suhu Lama Keterangan


penyimpana penyimpana
n n
Dalam 19- 6-8 jam Wadah harus di tutupi dan
ruangan 25˚C dijaga sedingin mungkin,
bila perlu dibalut dengan
handuk dingin
Dalam tas -15- 24 jam Pastikan es batu
pendingin 4˚C menyentuh wadah ASI
sepanjang waktu, hindari
membuka tutup tas
Lemari Es < 4˚C 5 hari Simpan di bagian paling
dalam lemari es

Freezer 1 pintu -15˚C 2 minggu Simpan di bagian paling


dengan lemari dalam freezer agar suhu
es tetap stabil
Freezer 2 pintu -18˚C 3-6 bulan Simpan di bagian paling
dengan lemari dalam freezer agar suhu
es tetap stabil
Freezer Box -20˚C 6-12 bulan Hindari membuka tutup
(Freezer Ice freezer.
Cream)
Catatan: Beri tanggal penyimpanan pada ASI Perah dan gunakan ASI sesuai
urutan tanggal pemerahan.
Cara menggunakan ASIP yang telah beku:

1. ASI beku dapat dicairkan dengan merendam didalam wadah yang berisi

air hangat atau juga dapat dibiarkan udara terbuka, selanjutnya ASI dapat

digunakan dalam waktu 4 jam serta tidak dapat dibekukan kembali.

2. ASI beku bisa dicairkan di lemari pendingin, dan dapat bertahan

maksimal 4 jam, selamjutnya ASI dapat disimpan di lemari pendingin

kembali selama 24 jam namun tidak dapat dibekukan lagi.

Tempat Hasil Pompa ASI

- Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan.

- Botol yang paling baik yang terbuat dari gelas atau kaca dengan tutup

yang rapat.

- Jangan lupa bubuhkan label setiap kali ibu akan menyimpan botol ASI,

dengan mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa.

- ASI dapat disimpan dalam botol gelas atau plastik, termasuk plastik

klip, kurang lebih 80-100 cc, bertahan 72 jam dalam lemari es (< 4˚C).

Gambar 2.11 Botol penyimpan ASIP Gambar 2.12 Kantong penyimpan ASIP
11. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI, yaitu faktor yang

ada dalam diri ibu (faktor internal) dan faktor dari luar diri ibu (faktor eksternal).

Faktor internal antara lain pengetahuan, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan

dan kondisi kesehatan ibu. Sedangkan faktor eksternal yaitu IMD (Inisiasi

Menyusui Dini), pelaksanaan rooming-in, tatalaksana rumah sakit, pengaruh iklan

susu formula, dan dukungan dari tenaga kesehatan atau penolong persalinan,

dukungan teman sebaya sesame menyusui maupun orang terdekat seperti suami

dan ibu.

a. Faktor Internal

1) Pengetahuan

Jika tingkat pengetahuan ibu tentang ASI hanya sekedar tahu atau pernah

dengar saja, itu tidak dapat merubah sukap ibu melakukan ASI eksklusif

serta melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan

pada bayi bisa mempengaruhi sikap ibu (Saleh 2015).

2) Pendidikan

Pada sebuah penelitian diketahui informan yang berpendidikan tinggi

lebih banya mengetahui tentang ASI Eksklusif 6 bulan dibandingkan

dengan informan yang berpendidikan rendah. Mereka mengetahui bahwa

ibu hanya boleh memberikan ASI saja kepada bayi sampai bayi berumur

6 bulan. Dan informan yang berpendidikan rendah hanya sedikit yang

mengetahui tentang ASI Eksklusif (Fikawati 2009).


3) Motivasi

Secara psikologis dukungan sangat berpengaruh pada produksi ASI ibu.

Keyakinan dari diri ibu sendiri diperlukan untuk tercapai produksi ASI

yang maksimal. Dengan adanya faktor dukungan positif dari keluarga

ataupun teman sesame menyusui dapat memicu hormone oksitosin

(Fernando, 2013).

4) Sikap

Ibu dengan sikap positif dalam pemberian ASI pada bayinya dapat

memperlancar produksi ASI, maka dari itu ibu sebaiknya menghindari

stress, depresi dan lelah karena pengeluaran ASI akan berkurang

(Fernando, 2013).

5) Pekerjaan

Ibu yang tidak menyusui seringkali beralasan karena mereka harus

bekerja. Susu formula adalah salah satu alternatif dalam pemberian

makanan bagi bayinya yang ditinggal dirumah saat ibunya bekerja (Saleh,

2011).

6) Kondisi kesehatan ibu

Pada beberapa keadaan bayi tidak mendapatkan ASI sama sekali, seperti

dokter melarang ibu untuk memberikan asi kepada bayinya karena

sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu dan bayinya,

seperti menderita sakit jantung berat atau sedang menderita inveksi virus
berat, atau ibu yang sedang dirawat dirumah sakit ataupun jika ibu telah

meninggal dunia (Pudjiadi, 2011).

b. Faktor Eksternal

1) Pelaksanaan IMD

Kunci pertama keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terletak

pada penolong persalinan sebab dalam menit pertama setelah bayi

lahir, peran penolong persalinan sangatlah dominan. Bila ibu

difasilitasi oleh penolong persalinan untuk melakukan IMD maka

diharapkan interaksi antara ibu dan bayi akan segera terjadi. Dengan

IMD ibu akan semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI

sehingga merasa tidak perlu untuk memberikan makanan/minuman

apapun kepada bayi karena bayi bisa nyamaan menempel pada

payudara ibu dan tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir

(Fikawati, 2016).

2) Rooming-in

Rooming-in, adalah kondisi dimana ibu dan bayi ditempatkan dalam

satu ruangan yang memudakan ibu untuk bisa selalu memberikan ASI

kepada bayi kapanpun bayi mau, sehingg praktik ASI Eksklusif dapat

lebih mudah dilaksanakan (FIkawati, 2014).

3) Tatalaksana Rumah Sakit

Menurut Gunawah (2016) 10 ciri Rumah Sakit sayang ibu dan anak

yaitu:

a) Terdapat kelas kelompok pendukung ASI


b) Rumah Sakit mengajarkan ibu cara menyusui dan menjaga agar

terus menyusui, walau terpisah dari bayinya

c) Rumah Sakit tidak memberikan makanan ataupun minuman

lain kecuali ada indikasi

d) Mendukung ibu dapat memberikan ASI sesuai keinginan bayi

(on demand)

e) Pihak Rumah Sakit tidak memberi dot pada bayi yang menyusui

f) Rumah Sakit ada aturan jelas tentang ASI eksklusif

g) Rumah Sakit ada tenaga kesehatan yang sudah terlatih dalam

manajemen laktasi

h) Rumah Sakit melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

i) Rumah Sakit menjelaskan manfaat menyusui dan manfaat ASI

eksklusif

j) Rumah Sakit melayani rawat gabung ibu dan anak

4) Pengaruh iklan susu formula

Kebijakan pemerintah tentang pemberian ASI Eksklusif menjadi

peringatan terhadap tenaga kesehatan dan distributor susu formula. PP

No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASO eksklusif melarang setiao

tenaga kesehatan untuk mempromosikan susu formula dan hal-hal

teknis yang dapat menghambat program pemberian ASI eksklusif. Dan

pasal 19 jelas-jelas melarang distributor susu formula bayi untuk

memberikan iming-iming, kompensasi, atau contoh produk secara

Cuma-Cuma kepada penyelenggara fasilitas kesehatan ibu dan hamil


atau ibu yang baru melahirkan dalam rangka pemasaran susu formula.

Sehingga pemasaran seluruh produk susu formula di Indonesia harus

memuat peringatan “ASI adalah makanan terbaik bagi bayi” sebagai

implementasi pasal 20, dimana hal ini sebaga syarat produsen yang

ingin ,emgiklankan produdk susu formula pada media massa dan ruang

publik (Kemenkes RI).

5) Dukungan ASI

Dukungan yang diberikan orang lain atau orang terdekat mampu

membangkitkan rasa percaya diri ibu, dan sangat berperan penting

dalam berhasil tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang

diberikan kepada ibu maka akan semakin besar pula keinginan dan

kemampuan ibu untuk terus bertahan menyusui anaknya (Aprilia et al.

2013: Proverawati et al., 2014).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini bisa terjadi ketika orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Pengindraan dapat terjadi dengan

panca indra manusia yaitu indra penglihata, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba dengan sendiri. Pada saat pengindraan sampai menghasilkan pengetaahuan

itu dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi pada obyek. Kebanyakan

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah

dominan yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan tindakan. Dalam

perilaku seseorang terhadap kesehatan ada 3 faktor, yaitu: (Wawan, 2017):


a. Faktor predesposisi (predisposising factor)

Merupakan suatu keadaan yang dapat membudahkan dalam

mempengaruhi individu untuk sikap yang terwujud dalam pengetahuan, sikap

kepercayaan, nilai-nilai, faktor demografi seperti status ekonomi, umur, jenis

kelamin, timgkat pendidikan, pengalaman. Pemgetahuan adalah hasil “tahu” dan

ini dapat terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu.

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Berhubungan dengan lingkungan fisik, adanya sarana dan fasilitas

kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan dan lain-lain.

c. Faktor pendorong (enabling factor)

Terbentuk didalam sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas lain

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat seperti tokoh

agama, tokoh masyarakat dan lainnya.

Pengetahuan kesehatan merupakan cakupan yang diketahui seseorang

terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara

memelihara kesehatan tersebut adalah berikut:

a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit

serta tanda dan gejalanya, penyebabnya, penularannya, cara pencegahannya,

cara mengatasi dan menangani sementara

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang bersangkutan atau mempengaruhi

kesehatan
c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional

maupun tradisional

d. Pengetahuan untuk menghindari kexelakaan baik kecelakaan rumah tangga

maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum lainnya

(Notoatmojo, 2014).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang ada dalam domain kognitif ada 6 tingkatan (Wawan, Dewi

2017).

a. Tahu (know)

Artinya mampu mengingat suatu materi yang sudah dipelajari

sebelumnya., termasuk juga mengingat kembali sesuatu dengan spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Pengetahuan tingkat ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja yang dapat mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Artinya suatu kemampuan untuk daoat menjelaskan secara benar

mengenai objek yang diketahui dan bisa menginterpretaikan materi tersebut

secara benar. Seseorang yang sudah paham harus dapat meneybutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)
Adalah kemampuan agar bisa menggunakan materi yang sudah

dipelajari dalam kehidupan yang nyata. Seperti penggunaan hokum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan lainnya dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Merupakan suatu kemampuan untuk bisa menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat

dilihat dari kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan arau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Sintesis juga merupakan menyusun formula yang baru dari formula-formula

yang sudah ada sebelumnya.

f. Evaluasi (evaluation)

Berhubungan dengan kemampuan agar melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu

kriteria yang dipilih sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah

ada.
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Handriyanti (2017), faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan memberikan bimbingan kepada seseorang dari

orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan dapat

memahami materi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan

dan wawasannya akan semakin luas.

b. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud disini adalah pendidikan individu.

Seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi maka pengalamannyapun

akan semakin luas. Pengalaman dapat diperoleh dari lingkungan pekerjaan

baik secra lansung atau tidak lansung.

c. Usia

Semakin bertambahnya umur maka akan terjadi perubahan pada aspek

fisik,psikologis dan kejiwaan seseorang. Dalam segi psikologis taraf berbipikr

seseorang akan semakin matang dan dewasa.

d. Media informasi

Informasi yang didapat dari pendidikan baik secara formal ataupun

non formal akan memberikan pengaruh jangka pendek sehingga bisa membuat

perubahan dan meningkatnya pengetahuan. Sarana-sarana komunikasi

memiliki berbagai bentuk media seperti e-book, leaflet, booklet, flip chart,

poster, video animasi dan media massa seperti televise, radio, surat kabar, dan
lainnya akan memberikan pengaruh besar terhadap terbentuknya opini dan

kepercayaan seseorang.

e. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu,

baik itu lingkungan social, biologis dan juga fisik.

4. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2013) hasil ukur pengetahuan dikelompokkan menjadi 3

kategori, yaitu:

1. Baik (74-100%)

2. Cukup (56-75%)

3. Kurang (<55%)

C. Motivasi Ibu

1. Definisi

Motivasi merupakan kekuatan dalam diri seseorang yang mendorong

perilakunya untuk melakukan suatu tindakan. Besarnya intensitas kekuatan dari

dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tugas atau mencapai sasaran

memperlihatkan sejauh mana tingkat motivasinya (Suparno Eko Widodo: 2015).

Motivasi merupakan masalah yang kompleks, dan tidak ada petunjuk yang mudah

serta dapat menjamin membangkitkan dan meningkatkan otivasi seseorang.

Usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi memerlukan

perjuangan tanpa henti.


Menurut Sutrisno (2011) motivasi merupakan faktor yang dapat

mendorong seseorang dalam melakukan aktivitas tertentu, oleh sebabnya itu

motivai sering diartikan sebagai faktor pendorong perilaku seseorang.

2. Fungsi Motivasi

Motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat (Suliawati:2014), yaitu:

a. Motivasi sebagai pendorong individu untuk bertindak.

Fungsi motivasi sebagai pendorong individu untuk bertindak melakukan

sesuatu. Dengan fungsi ini individi dituntut untuk melepaskan diri dalam

kegiatannya.

b. Motivasi sebagai penentu arah kegiatan

Motivasi menuntun seseorang akan benar-benar melakukan kegiatan yangt

sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapainya.

c. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan

Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk

memperioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan

d. Motivasi sebagai penolong pencapaian prestasi

Prestasi dijadikan sebagai motivasi pertama bagi seseorang dalam

melakukan kegiatan.

3. Komponen Motivasi

Motivasi terdiri dari dua komponen, yaitu komponen luar (outer component)

dan komponen dalam (inner component).


a. Komponen luar adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang

menjadi arah kelakuannya

b. Komponen dalam adalah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa

tidak puas dan ketegangan psikologis.

Berdasarkan definisi diatas, maka komponen luar adalah tujuan yang

hendak dicapai, sedangkan komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan

yang ingin dipuaskan (Hastutui, 2016).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam

belajar, yaitu: (Setyo A Upoyo & Sumarwati M, 2017).

a. Motivasi belajar berasal dari faktor internal

Motivasi yang terbentuk karena kesadaran dari dalam diri sendiri

mengenai betapa pentingnya belajar dan menambah wawasan.

b. Motivasi belajar berasal dari faktor eksternal

Motivasi yang berasal dari pengaruh atau ransangan seseorang dan

lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologis seseorang sehingga

ingin melakukan sesuatu.

5. Klasifikasi Motivasi

Motivasi diklasifikasikan berdasarkan 3 kelompok, (Irwanto 2015) yaitu:

1. Motivasi kuat/ tinggi

Motivasi seseorang dikatakan kuat/tinggi ialah apabila dalam sehari-hari

seseorang memiliki keinginan positif, memiliki harapan yang tinggi, dan


keyakinan yang tinggi dalam melakukan aktivitasnya yang berkaaitan

dengaan persoalan-persoalan yang dihadapi.

2. Motivasi sedang

Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri individu mempunyai

keinginan yang positif, harapan yang tinggi namun dengan keyakinan

yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi atau mampu menghadapi

persoalan yang dihadapi.

3. Motivasi lemah

Yaitu apabila dalam diri invidu memiliki harapan dan keyakinan yang

rendah, bahwa dirinya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

D. Motivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif

Motivasi yang tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang dan

mampu mempengaruhi orang tersebut dalam melakukan sesuatu yang bernilai

dan berarti disebut dengan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi ektrinsik

adalah motivasi yang muncul dari luar diri seseorang dan dapat mendorong

seseorang tersebut untuk untuk membangun dan menumbuhkan semangat

motivasi seseorang tersebut. Berdasarkan kekuasaan motivasi tersebut, maka

pada proses menyusui akan berhasil jika faktor intrinsic dari ibu yang

mendorong keberhasilan menyusui , dan pemberian motivasi ekstrinsik berupa

dukungan dalam memberikan ASI eksklusif akan membuat kondisi motivasi


ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik bagi ibu menyusui, sehingga membuat

ibu semakin percaya diri dan menumbuhkan motivasi ibu dalam menyusui

semakin kuat (Riska Ayu, 2017).

Motivasi juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan fisik,

biolohis maupun sosial. Ibu akan dibuat stress jika lingkungan tidak

mendukung. Oleh sebab itu lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi

ibu dalam memberikan ASI eksklusif, ibu yang berada dalam lingkungan

masyarakat dengan mayoritas memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya

maka akan memningkatkan motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif

kepada anaknya. Jika ibu berada dilingkungan masyarakat yang mayoritas

memberikan susu formula maka ibu juga akan cenderung memberikan susu

formula kepada anaknya.


E. Kerangka Teori

Kerangka teori dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor yang
mempengaruhi
pemberian ASI

Faktor internal: Faktor eksternal:


Pelaksanaan IMD
Pengetahuan Rooming-in
Pendidikan Tatalaksana rumah sakit
Sikap Pengaruh iklan susu formula
Pekerjaan Dukungan ASI
Kondisi kesehatan ibu
Motivasi

Dukungan tenaga
Dukungan keluarga
profesional

sistem individual

RS sayang Ibu dan


Anak Pendidikan kesehatan
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka konseptual adalah kerangka

relasional. Antara konsep yang diukur atau diamati dalam penelitian.

Kerangka konseptualnya adalah Variabel untuk diperiksa. Kerangka

konseptual untuk penelitian ini adalah seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Variable Independen Variable Dependen

Pengetahuan Ibu

Pendidikan kesehatan
dengan media Leaflet

Motivasi IBu

B. Definisi Operasional

Definisi operasional variable merupakan definisi atau pengertian terhadap

variable berdasarkan konsep teori namun bersifat opsional, bertujuan agar

variable dapat diukur atau bahkan diuji baik oleh peneliti ataupun peneliti lainnya

(Sugiyono, 2016).
Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur S Hasil Ukur


Operasional k
al
a
Ibu hamil sebelum Ibu hamil yang Ibu hamil sebelum Diberikan
dan sesudah diberi diberi dan sesudah diberi - - pendidikan
pendidikan pendidikankeseh pendidikan kesehatan
kesehatan atan kesehatan

Dependent:
Pengetahuan ibu Pemahaman ibu Pengetahuan ibu Kuisioner O -Baik: jika mampu
rd
in
al
tentang ASI Mengenai tentang ASI menjawab benar 76%-
Eksklusif menyusui dan Eksklusif 100%
ASI Eksklusif -Baik: apabila ibu -Cukup: jika mampu
mampu menjawab menjawab benar 56%-
benar ≥10 soal dari 75%
12 soal -Rendah: jika menjawab
-Cukup: apabila ibu benar <56%
mampu menjawab
benar 7-9 soal dari
12 soal (Arikuto, 2006)
-Rendah: apabila ibu
mampu menjawab
benar ≤6 soal dari 12
soal

Motivasi ibu dalam Dorongan, Motivasi ibu dalam Kuisioner Or - Motivasi tinggi: jika
di
na
l
pemberian ASI keinginan atau pemberian ASI jumlah skor jawaban 76%-
Eksklusif kemauan ibu Eksklusif 100%
Untuk -Tinggi: apabila ibu - Motivasi sedang: jika
memberikan ASI mendapatkan skor jumlah skor jawaban 56%-
Eksklusif ≥37 75%
kepada bayinya -Sedang: apabila ibu - Motivasi rendah: jika
mendapatkan skor jumlah skor jawaban
27-36 <56%
-Lemah: apabila ibu
mendapatkan skor (Irwanto, 2008)
≤26

C. Hipotesis

Menurut Haryana (2020) hipotesis diartikan sebagai pernyataan

sementara, atau kesimpulan sementara dan dugaan sementara yang sifatnya

logis tentang suatu populasi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 : Tidak ada efektivitas pendidikan kesehatan dengan media Leaflet

terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Ridhoka

Salma

Ha1 : Tidak ada efektivitas pendidikan kesehatan dengan media Leaflet

terhadap motivasi ibu tentang pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Ridhoka

Salma

Ha : Ada efektivitas pendidikan kesehatan dengan media Leaflet terhadap

pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Ridhoka Salma

Ha1 : Ada efektivitas pendidikan kesehatan dengan media Leaflet terhadap

motivasi ibu tentang pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Ridhoka Salma
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Cara-cara yang digunakan dalam penelitian sehingga penelitian dapat

dibuktikan disebut dengan desain penelitian. Campbell dan Stanley dalam

Arikunto (2013:123), menyebutkan bahwa jenis-jenis desain metode

penelitian terbagi berdasarkan baik buruknya eksperimen, atau sempurna

tidaknya eksperimen yang terbagi dua, yaitu pre-eksperimental design, true

experimental design. Penelitian yang akan dilaksanakan penulis disini adalah

pre-experimen design jenis one group pratest posttest design. Pre-

exsperimental design adalah rancangan yang terdiri hanya satu kelompok

atau kelas yang diberikan pra dan post uji. Rancangan one group pretest dan

posttest design ini, dilakukan pada satu kelompok tanpa adanya kelompok

control atau pembanding (Sugiyono, 2014:109).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis untuk menganalisis data

yang diperoleh dari hasil penelitian. Tujuannya untuk memperoleh data yang

akurat sesuai dengan tujuan penelitian serta mengetahui bagaimana efektivitas

pendidikan kesehatan dengan media e-book terhadap siswi. Pola penelitian

desain one group pretest posttest design menurut Sugiyono (2013) adalah:

O1 X O2

O1= Nilai Pretest (Sebelum diberi perlakuan)


X = Perlakuan

O2 =Nilai Posttest (setelah diberi perlaakuan)

Paradigma penelitian ini yaitu Pretest sebelum diberi perlakuan

dengan demikian hasil perlakuan yang didapat lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan Posttest atau setelah diberi perlakuan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Handayani (2020) populasi adalah jumlah dari setiap faktor.

Individu yang diuji menunjukkan karakteristik yang sama yaitu berupa sebuah

kelompok, kejadian, atau sesuatu yang diteliti. Populasi yang diteliti merupakan

subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata pasien hamil di

rumah sakit Ridhoka Salma selama 3 bulan terakhir yang berjumlah 102 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi atau perwakilan dari populasi

yang diteliti (Arikunto, 2013). Untuk menentukan jumlah sampel maka digunakan

rumus sloving, yaitu:

n =𝑁
1 + (𝑑)2

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan


N : Besar populasi

d : Tingkat ketepatan yang diinginkan (d=0,1)

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah:

102
n= 2
1+ 102(0,1)

102
n=
1+ 1,02

102
n=
2,02

n= 50,4 = 50

berdasarkan perhitungan diatas, maka total sampel dalam penelitian ini adalah 50

orang.

3. Kriterian pemilihan sampel dalam penelitian

Dalam penetapan sampel maka diperlukan kriteria inklusi dan eksklusi

agar dapat mengendalikan variable penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki

pengaruh terhadap variable independent (Hidayat, 2014).

a. Kriteria Inklusi

Yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Ibu hamil yang mengikuti pendidikan kesehatan

2) Ibu hamil multipara yang sebelumnya gagal dalam ASI Eksklusif


3) Ibu hamil primipara

b. Kriteria Eksklusi

Yang termasuk kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Ibu hamil multipara yang sebelumnya berhasil dalam ASI Eksklusif

2) Ibu yang kontraindikasi menyusui seperti mengalami penyakit tertentu

(HIV, kanker payudara)

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah rumah sakit ridhoka Salma dan waktu penelitian

dari bulan September sampai desember.

C. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Ariani (2014) teknik pengolahan data yaitu:

a. Editing (Penyuntingan Data)

Kuesioner yang telah diisi oleh responden dilihat kembali kelengkapan

identitas dan kelengkapan jawaban. Guna melakukan editing adalah untuk

menghilangkan kesalahan dan bersifat koreksi.

b. Scoring

Scoring dalam penelitian ini adalah menentukan pemberian nilai untuk

menganalisis variable dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini untuk

nilai benar yaitu 1 dan nilai salah yaitu 0.

c. Entering

Merupakan kegiatan memasukkan data yang diberi skor kedalam media

pengolahan data dalam table dengan bantuan program computer.


d. Cleaning

yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke

computer. Peneliti memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan

untulk pengecekan ulang pada data-data yang telah dimasukkan.

e. Tabulating

Tabulating dalam penelitian ini menyajikan data dalam bentuk table.

2. Analisis Data

Data yang sudah diolah kemudian dilakukan analisis yang merupakan

langkah terakhir dalam penelitian. Data dimasukkan kedalam komputer dan diuji

secara statistik. Langkah ini terdiri:

a. Analisis univariat

Adalah menganalisis tiap variable penelitian yang ada secara deskriptif

dengan menghitung distribusi frekuensi pada karakteristik penelitian yaitu

umur dan sumber informasi.

b. Analisis bivariate

Analisis untuk mengetahui interaksi dua variable, baik berupa koparatif,

asosiatif maupun korelatif. Hasil uji normalitas berdistribusi normal (p>0,05)

maka uji analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu paired t-test dan

independent t-test. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri sebelum dan sesudah intevensi

menggunaka e-book. Independent t-test untuk mengetahui efektivitas

pendidikan kesehatan dengan media e-book terhadap pengetahuan dan sikap

remaja putri tentang SADARI di MAN 1 Padang Pariaman.


D. Etika Penelitian

Etika dalam studi kasus sangat penting dalam pelaksanaannya

mengingat studi kasus perawatan berhubungan langsung dengan masyarakat,

dan masyarakat memiliki hak asasi manusia dalam pemberian layanan

perawatan, sehingga aspek etika harus diperhatikan.

Menurut Macnee disitasi Ningrum (2020), hak tersebut meliputi hak

untuk menentukan nasib sendiri, hak atas privasi dan martabat, hak untuk

tidak disebutkan namanya dan kepercayaan, hak untuk diperlakukan secara

adil, dan hak untuk dilindungi dari ketidaknyamanan dan kehilangan. Uraian

tentang hak-hak dalam bidang studi adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk menentukan nasib sendiri, yaitu klien memiliki otonomi dan hak

untuk membuat keputusan yang sadar dan terinformasi tanpa paksaan untuk

berpartisipasi atau tidak.

2. Hak atas Privasi dan Martabat. Ini berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihormati ketika berbagi tindakan mereka dan apa yang dilakukan kepada

mereka dengan orang lain. Proses pengumpulan data juga membawa risiko

mengungkapkan pengalaman pelanggan yang sensitif. Peneliti memberi

tahu klien bahwa mereka juga berhak untuk tidak menjawab pertanyaan

wawancara yang mungkin memalukan atau yang tidak ingin diketahui

orang lain. Klien dapat memilih keluar dari proses penelitian kapan pun

mereka mau. terpaksa mengundurkan diri. Semua ini dilakukan untuk

menghormati prinsip privasi dan martabat.


3. Hak Anonimitas dan Kerahasiaan, Semua informasi yang diperoleh dari

klien harus disimpan sedemikian rupa sehingga informasi pribadi tidak

dapat dikaitkan secara langsung dengan klien, dan klien juga harus

diperlakukan secara rahasia terkait partisipasinya dalam penelitian Hmm.

Kaset dan transkrip wawancara di lokasi khusus yang hanya dapat diakses

oleh penulis. Saat menulis laporan studi kasus, penulis menggambarkan data

tanpa mengungkapkan identitas klien (anonimitas).

4. Hak atas perlakuan yang adil termasuk hak yang sama untuk dipilih dan

berpartisipasi dalam studi kasus tanpa diskriminasi, untuk diperlakukan

sama sehubungan dengan pengaturan yang disepakati, dan untuk mengambil

tindakan korektif untuk masalah yang muncul selama partisipasi.


DAFTAR PUSTAKA

AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). 2016. Tanda Pasti ASI Tidak

Cukup.Jakarta.

Aini, N.L. 2017. Hubungan Antara Sikap Ibu Primipara dalam Pemberian ASI

dengan Tehnik Menyusui yang Benar pada Balita 0-24 Bulan.

Mojokerto: Jurnal Keperawatan dan Kebidanan.

Aprilia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi

Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten: Tesis Universitas

Diponegoro Semarang.

Arief, W.K. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Aksara.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Meski Menurun, Angka Kematian Bayi di

Indonesia Masih Tinggi. www.databoks.katadata.co.id.

Baroroh, I., Miftachu J., Pedvin R.M. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil dengan

Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggot

Kota Pekalongan. 2017. Jurnal Siklus, vol 6, no.,2.

Baskoro, A. (2008). ASI panduan praktis ibu menyusui. Yogyakarta: Banyu Media.

Britton. Breastfeeding, sensitivity, and attachment. Tucson, Arizona:

Pediatrics,

2007, 118(5).,1436-1443.
Chen, P. G., Johnson, L. W. & Rosenthal, M. S. Sources of education about

breastfeeding and breast pump use: what effect do they have on

breastfeeding duration? An analysis of the Infant Feeding Practices

Survey II. Maternal and child health journal, 2012, 16(7).,1421-1430.

Depkes. 2008. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI

Eksklusif 6 Bulan, Panduan Kegiatan Belajar Bersama Masyarakat,

Jakarta, hal. 37

Depkes. 2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Direktorat Jendral

Bina Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI. 2010. Panduan Manajemen Laktasi: Direktorat Gizi Masyarakat,

Jakarta: Depkes RI.

DinKes. 2016. Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2016. Malang

Eko, W.S. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Fernando, M.P. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan di RS Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Raja Wali

Pers Fikawati, S., Syafiq, A. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan

Praktik Pemberian

ASI Eksklusif, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2009, Vol. 4


No.,3.

Fikawati, S., Syafiq, A. Hubungan antara immediate breastfeeding dan ASI

Eksklusif 4 bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol.22 (2).

Friedman. 2010. Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan praktik. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gunawan, P. 2012. Ayah ASI. Tangerang: Buah hati.

Hall, J.E & Guyton, A.C. 2016. Textbook of Medical Physiology 13th

Edition.

Philadelphia: Elsevier.

Hidayat, A & Aziz, A. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah,

Edisi2.

Jakarta: Salemba Medika.

Impartina, A. Hubungan Paritas Dengan Partisipasi Ibu Hamil Mengikuti Senam

Hamil. Surya, 2017, Vol 09 no.,02.

Irwanto. 2008. Klasifikasi Motivasi Keperawatan untuk Perawat dan Mahasiswa

Keperawatan. Jakarta: Infomedika.

Kemenkes RI. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals

(SDGs). Jakarta.

Kemenkes. 2016. Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta, hal 1.

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 Tentang

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Presiden Republik Indonesia.

Khasanah. 2011. ASI atau susu formula ya?.Panduan Lengkap Seputar ASI dan
Susu Formula. Jogjakarta: Flashbook.

Kramer, M.S., Kakuma, R. Optimal duration of exclusive breastfeeding. The

Cochrane Library, 2012, Issue 8.

Kusumaningrum, D. Rasionalitas Kebijakan Pro Laktasi Indonesia. Jurnal Sospol,

2016, Vol 2 No.,1-15.

Anda mungkin juga menyukai