Rahmatul Ulya
NIM 211015901001
2021
1. Summary Review
a. Identifikasi teori aplikasi peran bidan dalam memberikan antenatal care yang
berbasis pendekatan responsive gender dan memberikan pengalaman positif bagi
ibu dan keluarga
Bidan merupakan seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktek. Bidan
memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kewenangan yang berlaku sesuai
dengan permenkes tentang registrasi dan praktek bidan. (Citra Hadi Kurniati, 2020)
Bidan memberikan asuhan dan konseling selama kehamilan yaitu memberikan
asuhan antenatal care bermutu tinggi untuk mengoptimalisasi kesehatan ibu dan janinnya
selama kehamilan meliputi deteksi dini kehamilan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Antenatal care merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dalam upaya deteksi dini kehamilannya. Dalam memberikan pelayanan antenatal care,
ibu mendapatkan pelayanan sesuai dengan kualitas yang bidan berikan. Kualitas tersebut
yang menentukan apakah ibu mau kembali untuk memeriksakan lagi ke tempat bidan
tersebut. (Jehanara, 2017)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama kehamilan
dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam
kehamilan dan persalinan. Pendekatan pelayanan antenatal ditekankan pada saat
kunjungan. Untuk kehamilan normal, direkomendasikan pelayanan antenatal minimal 4
kali kunjungan (Mufdlilah 2009, h.1).
Kualitas dalam perawatan kehamilan dapat lebih baik dari dukungan keluarga yaitu
pihak suami. Partisipasi dukungan yang diberikan oleh suami dapat berupa dukungan
secara fisik maupun secara psikologis. Seorang suami dapat memberikan motivasi pada
ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan secara
teratur (Hasanah dan Fitriyah, 2019)
Peran dan tanggung jawab bidan dalam menjalankan asuhan kebidanan adalah
berikut ini :
1) Care Provider (pemberi asuhan kebidanan)
2) Community Leader (penggerak masyarakat)
3) Communicator (komunikator)
4) Decision Maker (pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan)
5) Manager (pengelola) (Kemenkes RI, 2014)
Peran dan tanggung jawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah:
1) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang
mungkin terjadi.
2) Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, baik
yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetrik.
3) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta bayi
dengan memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi.
4) Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang
normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan social. (Kemenkes
RI, 2014)
3. Identifikasi issue ketidakadilan gender yang dapat terjadi pada ibu hamil
Angka Kematian Ibu merupakan masalah kesehatan yang masih banyak masih
banyak terjadi di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabakan masih tingginya
angka kejadian kematian ibu adalah kurangnya perhatian akan perawatan kehamilan.
Partisipasi perawatan kehamilan tidak hanya dari diri istri yang hamil, namun partisipasi
perawatan kehamilan juga dapat dari dukungan orang yang paling dekat, yaitu suami.
Menurut studi penelitian Hasanah, I dan Fitriyah (2019), suami yang mengantarkan istri
untuk periksa kehamilan dinilai cukup hal ini sebanding dengan hasil wawancara dengan
bidan Puskesmas Mulyorejo bahwa suami mengantarkan istri untuk pemeriksaan
kehamilan namun suami hanya menunggu di ruang tunggu tanpa mendampingi istrinya
sehingga sang suami tidak mengerti perkembangan kehamilan istri.
Selain itu, terdapat situasi dimana istrinya diantarkan oleh saudara atau sendirian
karena suami sedang bekerja. Hal ini menyebabkan suami kurang mendapatkan
informasi mengenai kesehatan maternal sang istri. Situasi ini menjadi salah satu bentuk
ketidakadilan gender terkait siklus reproduksi perempuan. Kualitas dalam perawatan
kehamilan dapat lebih baik dari dukungan keluarga terutama suami. Partisipasi dukungan
yang diberikan oleh suami dapat berupa dukungan secara fisik maupun secara psikologis.
Seorang suami dapat memberikan motivasi pada ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan secara teratur. Hal tersebut juga dapat
sekaligus mendukung tercapainya tingkat kunjungan pemeriksaan kehamilan K1 dan K4
yang merupakan salah satu indikator program Antenatal Care (ANC) (Hasanah, I dan
Fitriyah, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. W. (2016) ‘Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik Kebidanan’, in.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hasanah, I. and Fitriyah, N. (2019) ‘Peran Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di
Kelurahan Mulyorejo’, Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 7(2), p. 122. doi:
10.20473/jbk.v7i2.2018.122-130.
Jehanara (2017) ‘Pengaruh pengenalan ruang bersalin konsep “HOMMY” pada tingkat
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di klinik utama rawat inap Depok
Jaya’.
Hapsari Dwi, T., Sari Puti, H., dan I. L. (2015) ‘Indeks Kesehatan Maternal Sebagai
Indikator Jumlah Kelahiran Hidup’, Jurnal Ekologi Kesehatan, 14(3).
Oktalia, J. dan H. (2016) ‘Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan dan Faktor- Faktor yang
Mempengaruhinya’, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 3(2).
Pertiwi N. Ayu., Indraswari Ratih., dan H. B. T. (2021) ‘Perencanaan Kehamilan Sehat pada
Calon Pengantin yang Berniat Menikah Usia Dini di Kabupaten Semarang Tahun 2020’,
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(3).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Yulizawati., Iryani Detty., Elsinta Lusiana B., Insani Aldina A., dan A. F. (2017) ‘Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan’, in. Padang: CV. Rumahkayu Pustaka Utama.