KELAS B5 GABUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bunda Bdn Pitri Subani, SST, M.Kes
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pelayanan Kebidanan Komunitas yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………..
BAB II: TINJAUAN TEORI
2.1 Kesehatan Ibu dan Anak.. …………………...........................................
2.2 Kesehatan Reproduksi.....................................................................
BAB III : ASUHAN KOMUNITAS
BAB IV : PENUTUP
4.1 Simpulan…………………………………………………………….......
4.2 Saran……….…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas. Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan : Pemantauan Wilayah Setempat KIA
adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi
kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA
secara teknis maupun non teknis.
Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran
langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu maternal (ibu hamil,
ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak pra sekolah. Sedangkan sasaran
tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada umumnya.masyarakat dalam bentuk
kelompok-kelompok khusus,keluarga peminat kesehatan ibu dan anak, organisasi
wanita kelompok profesi, masyarakat luas secara keseluruhan.
Kesehatan reproduksi menurut WHO (1994), adalah suatu kondisi/ status kesehatan
secara fisik, mental dan sosial yang bukan hanya sekedar bebas dari kesakitan atau
kelemahan, tetapi dalam semua hal yang menyangkut proses, fungsi dan sistem
reproduksi pada seluruh tahap kehidupan.Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup
kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, karena mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejaki lahir hingga mati. Ruang lingkup yang lebih rinci digunakan pendekatan
siklus hidup (life-cycle approach), sehingga didapatkan komponen pelayanan yang
nyata dan dapat dilaksanakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa saja yang dapat menjaga kesehatan ibu dan anak?
2. Bagaimana cara mengurangi angka kematian ibu dan anak?
3. Apa Ruang lingkup konsep dasar kesehatan reproduksi?
4. Bagaimana Program KIA pada Ibu dan Anak?
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab yang dapat menjaga kesehatan ibu dan anak?
2. Untuk mengetahui cara mengurangi angka kematian ibu dan anak?
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup konsep dasar kesehatan reproduksi?
4. Untuk mengetahui Program KIA pada Ibu dan Anak?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil.
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus
yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses
persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu
hamil sebelum melahirkan.
6) Pelayanan kontrasepsi.
Upaya kesehatan ribu juga menitik beratkan pada Sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS).
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai
dengan 49 tahun.
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana,dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa :
Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Dari seluruh pasangan usia subur yang menjadi sasaran program KB,
terdapat sebagian yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program
tersebut dengan berbagai alasan di antaranya ingin menunda memiliki
anak atau tidak ingin memiliki anak lagi. Kelompok PUS ini disebut
sebagai unmet need.
Persentase PUS yang merupakan kelompok unmet need di Indonesia
sebesar 12,77%. Dari seluruh PUS yang memutuskan tidak memanfaatkan
program KB, sebanyak 6,22% beralasan ingin menunda memiliki anak,
dan sebanyak 6,55% beralasan tidak ingin memiliki anak lagi.
c. Kesehatan Anak
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA).
Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon
genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan
informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Tujuan umum program KIA, diarahkan pada pengurangan angka kelahiran dan
angka kesakitan baik bayi, balita maupun ibunya dengan beberapa cara sebagai
berikut :
a. Meningkatkan status kesehatan ibu selama mengandung, melahirkan dan sesudah
melahirkan.
b. Dengan memperbaiki status Gizi dari keluarga dan masyarakat melalui kegiatan
posyandu
c. Dapat menurunkan tingkat keseuburan dan peningkatan kelembagaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan melalui keterpaduan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan program KIA.
Sedangkan tujuan Khusus Program kesehatan ibu dan anak antara lain :
melaksanakan program NKKBS, menigkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi,
meningkatkan kemampuan peran serta masyarakat, mengurangi angka kematian.
Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per
desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk
menunjukkan desa-desa mana yang masih ketinggalan. Pemantauan secara
lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.
Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.
Sasaran langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu maternal
(ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak pra sekolah.
Sedangkan sasaran tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada
umumnya.masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok khusus,keluarga peminat
kesehatan ibu dan anak, organisasi wanita kelompok profesi, masyarakat luas
secara keseluruhan.
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA). Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi
penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.
Salahh satu kegiatan dalam KIA diantaranya adalah kegiatan posyandu yang di
dalamnya terdapat pelayanan kepada ibu dan juga anak di ataranya pelayanan
penyuntikan, imunisasi, pemeriksaan hemoglobin, tekanan darah, berat badan dan
lain-lain
Kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Daur kehidupan
dimulai dari masa konsepsi hingga lansia. Manusia akan banyak mengalami
perubahan-perubahan pada masa itu. Sehingga setiap orang harus bisa beradaptasi
dan mengetahui konsep dan daur kehidupan manusia di muka bumi. Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International
Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994 diikuti
180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 Konferensi sedunia IV
tentang wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haquue 1999, di New York tahun
2000 menyepakati antara lain Definisi kesehatan reproduksi : suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya.
Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah
organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki,
organ-organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah.
Organ reproduksi pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani
dan sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam
wanita tubuh dan ovum dibuahi (zigot) secara bertahap berkembang menjadi janin,
yang kemudian lahir sebagai anak.
1. Penis, berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk menyalurkan
sperma dan air seni.
2. Glans, adalah bagian depan atau kepala p3n1s. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
3. Foreskin (preputium), adalah kulit yang menutupi bagian glans. Sunat adalah
suatu kebiasaan di beberapa negara. Sunat dianjurkan karena memudahkan
membersihan p3n1s sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
4. Kandung Kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal
dari ginjal (air seni).
5. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air
mani.
6. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat
makanan untuk menghidupi sperma.
7. Vesikula Seminalis, fungsinya adalah menampung sperma yang telah matang.
8. Vas Deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan sperma
dari testis menuju vesicle seminalis. Panjang Vas deferens sekitar 45 cm
dengan diameter sekitar 2,5 mm.
9. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok yang
membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh oleh saluran-
saluran testis yang kecil akan berkumpul di Epidydimis.
10. Testis (pelir), berjumlah dua buah untuk mereproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosteron. Testis berada di luar
tubuh karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah
daripada suhu tubuh.
11. Scrotum, adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat- lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Scrotum mengandung otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
12. Tulang kemaluan, terletak di depan kandung kencing.
13. Rambut kemaluan, berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung
menempel pada kulit kemaluan.
Salah satu hal yang penting untuk diketahui dalam kesehatan reproduksi adalah
memahami anatomi dan organ reproduksi. Organ reproduksi adalah bagian-
bagian tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Berikut adalah
penjelasan mengenai Organ reproduksi wanita, menurut R. Wahyudi (2019: 13- 17):
1. Tuba Fallopii (saluran telur), yaitu saluran yang terdapat di kiri dan kanan
rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari indung telur menuju rahim.
2. Ovarium (indung telur), yaitu organ di kiri dan kanan rahim yang berfungsi
memproduksi sel telur (ovum). Setiap satu bulan sekali indung telur kiri dan
kanan secara bergiliran akan mengeluarkan sel telur. Apabila tidak terjadi
pembuahan, maka sel telur akan ikut keluar pada saat menstruasi. Ovarium
mengandung
400.000 sel telur, namun hanya akan mengeluarkan 400 sel telur sepanjang
kehidupannya.
3. Uterus (rahim), yaitu tempat janin dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat
gepeng dan berat normalnya 30-50 gram. Pada saat dalam
keadaan tidak hamil, besar rahim hanya sebesar telur ayam kampung.
4. Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim. Pada saat persalinan tiba,
maka leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
5. Vagina (lubang senggama), yaitu saluran berbentuk silinder yang sangat elastis
dan berlipat-lipat. Fungsinya adalah sebagai tempat Penis pada saat
bersenggama, tempat keluarnya bayi dan menstruasi.
6. Mulut vagina, yaitu awal dari vagina, merupakan rongga penghubung rahim
dengan bagian luar tubuh.
7. Klitoris (klentit), yaitu sebuah benjolan daging kecil yang paling peka
dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
8. Bibir vagina, terdiri dari labia mayora dan labia minora. Labia mayora adalah
bagian yang terluar dari mulut vagina yang ditumbuhi oleh bulu, labia minora
terletak dibelakang labia mayora yang banyak menganding pembuluh darah
dan syaraf.
9. Vulva, adalah organ seksual perempuan yang paling luar atau sering juga
disebut sebagai
bukit kemaluan (mons veneris), tempat tumbuhnya rambut kemaluan.
10. Tulang kemaluan, adalah tulang yang terletak didepan kantung kencing.
11. Rambut kemaluan, terletak pada daerah bukit kemaluan dan labia mayora.
Rambut kemaluan ini berfungsi untuk menyering kotoran agar tidak langsung
masuk ke dalam vagina.
12. Kandung kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari
ginjal (air seni)
13. Uretra (saluran kencing), adalah saluran untuk mengeluarkan air seni.
14. Mulut uretra, adalah akhir dari uretra.
15. Selaput dara (hymen), adalah selaput tipis yang terletak pada 1/3 luar vagina.
Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah. Robeknya selaput dara
biasanya karena hubungan seks (masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam
vagina), tetapi selaput dara juga bisa robek akibat dari olah raga berat misal
berkuda atau bersepeda.
Pada saat pertama kali hubungan seksual dapat di sertai sedikit perdarahan
bisa juga tidak, hal ini tergantung pada kekekalan selaput dara. Perdarahan terjadi
karena ada luka pada pembuluh darah yang ada di sekitarnya, bukan berasal dari
selaput dara.
Remaja berasal dari bahasa latin yakni adolensence yang artinya tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Dikutip dari Hurlock tahun 2018 istilah adolensence memiliki
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
Masa remaja yang di alami oleh peremuan berlangsung antara umur 12 hinggga umur
21 tahun. Jika pada laki-laki berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai dengan 22
tahun.
Ciri utama pada masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
1. Perubahan Fisik, Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan
proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas
pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi. Disamping itu tanda- tanda
seksualitas sekunder juga mulai nampak pada diri remaja.
2. Perubahan Intelek, Menurut perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean Piaget,
seorang remaja telah beralih dari masa konkrit-operasional ke masa
formal-operasional. Pada masa konkrit-operasional, seseorang mampu berpikir
sistematis terhadap hal- hal atau obyek-obyek yang bersifat konkrit, sedang pada
masa formal operasional ia sudah mampu berpikir se-cara sistematis terhadap hal-
hal yang bersifat abstrak dan hipotetis. Pada masa remaja, seseorang juga sudah
dapat berpikir secara kritis.
3. Perubahan Emosi, Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah
menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall,
perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-
kelenjar hor-monal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak
pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh
lingkungan sosial terhadap per-ubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya
bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal.
4. Perubahan Sosial, Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru.
Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja
juga sering diharapkan bersikap dan bertingkahlaku seperti orang dewasa. Pada
masa remaja, seseorang cenderung untuk meng-gabungkan diri dalam ‘kelompok
teman sebaya’. Kelompok so-sial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi
remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan
seringkali melebihi pengaruh keluarga. Menurut Y. Singgih D. Gunarsa &
Singgih A. Gunarsa, kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan
kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap,
bertingkahlaku dan melakukan hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat
bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan
mereka menjadi “overacting’ dan energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat
merusak.
5. Perubahan Moral, Pada masa remaja terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral:
dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep
moral khusus menjadi prinsip moral umum pada remaja. Karena itu pada masa ini
seorang remaja sudah dapat diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang
dapat melandasi tingkahlaku moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja,
seseorang juga mengalami kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan
wajar, sejauh kegoyahan ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang
berlaku, tidak terlalu merugikan masyarakat, serta tidak berkelanjutan setelah masa
remaja berakhir.
6. Perubahan Kepribadian Masa Remaja, Kepribadian pada masa remaja cenderung
untuk memeperbaikinya, remaja berpandangan bahwa kepribadian yang baik akan
memudahkan mereka untuk berhubungan sosial dan bisa lebih diterima. Kondisi –
kondisi yang mempengaruhi konsep diri : usia kematangan pada remaja,
penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-
teman sebaya, kreativitas dan cita- cita.
I. PENGKAJIAN DATA
Nama : Tn. “K”
Umur : 29 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :Rp700.000,-
a) Status Suami
1) Kebiasaan Tidur
Setiap hari kalau ada borongan, kerja dan beristirahat. pada malam hari selama 6 – 7
jam bersama istri
Mutu:seimbang
Frekuensi:2-3x/hari
Keramas : 2-3x/minggu
b) Status Istri
1) Kebiasaan Tidur
Setiap hari memasak, bersih- bersih rumah, mencuci, dan pekerjaan rumah lainnya.
1 Kebiasaan Tidur
Aktifitas setiap hari pagi brangkat ke sekolah sampai jam 13.00 WIB.
Status Anak ke II
1) Kebiasaan Tidur
Ibu mengatakan bahwa anaknya yang no 2 ini masih belum sekolah dan hnya bisa
bermain dirumah.
Kepala keluarga (suami) mencari nafkah,istri sebagai IRT yang mengatur segala
keperluan rumah.
Baik
3. Pekerjaan, tempat, jam kerja dan penghasilan dari setiap anggota keluarga yang
bekerja
suami
Pekerjaan : Borongan
C. Faktor Lingkungan
1. Perumahan
b. Rumah
Atap : genteng
Cahaya : cukup
Kebersihan : cukup
Ventilasi :ada, cukup
Jendela :ada
a. Kecukupan perabot rumah tangga/ alat- alat dapur/ bahan- bahan lain
Kebersihan : cukup
Kerapian : cukup
Keamanan : cukup
b. Penyimpana Makanan
Kebersihan : cukup
c. Keamanan : cukup
Jenis jamban : WC
f. Pembuangan sampah
Jenis : tikus
Jumlah : sedikit
Binatang peliharaan
Jenis :anjing
Ada kandang :ada
Didalam/luar :luar
4. Riwayat KB
Nasi, sayur,
4 An”A” 5thperempuan Kurang
lauk-pauk,
baik
ikan , dan air
putih
ASI dan
makanan
tambahan
Bila anggota keluarga sakit dibawa kebidan terdekat yang jaraknya kira-kira 200meter
dari rumah.
A. ANALISA DATA
BB : 1,9 kg
PB : 49cm
Usia : 5 bulan
Tidak ada
Tidak ada
IV. INTERVENSI
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x24 jam maka diharapkan
ibu mengerti manfaat proses imunisasi polio.
Intervensi
R / Menjalin hubungan yang baik antara petugas dan klien sehingga percaya dengan
petugas.
V. Pelaksanaan / Implementasi
Hari/Tgl/Jam Pelaksanaan/Implementasi
4. Menjelaskan tentang pentingnya ASI
EKSKLUSIF dengan memberikan ASI pada bayi
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan apapun.
VI. EVALUASI
S : Ibu mengatakan mengerti dan merespon dengan penjelasan petugas kesehatan
dan mau melaksanakan apa yang diberikan atau oleh tenaga kesehatan mengenai
anaknya.
O : KU :Baik
Umur :5 bulan
BB :1,9 kg
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Setelah memahami tentang kesehatan ibu, anak, dan kesehatan reproduksi
tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan
yang spesifik pada ibu, anak, remaja, dan usia lanjut sehingga dapat menetapkan
diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat
memberikan perawatan yang benar terkait dengan masalah=masalh yang dialami ibu,
anak, remaja dan usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih., Ranuh, IG.N. 2019. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Candra Nita, 2019, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi
2 Jakarta, EGC
BKKBN. 2018. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan reproduksi remaja bagi calon
Konselor Sebaya. Jakarta
Seotjiningsih. 2020. Tumbuh Kembang Remaja dan permasalahnnya. Jakarta. Sagung Seto