Anda di halaman 1dari 38

“PROGRAM TERKAIT KESEHATAN IBU, ANAK

DAN KESEHATAN REPRODUKSI “


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Dosen Pengajar : Bdn Pitri Subani, SST, M.Kes

Di Susun Oleh : Kelompok 6

1. Myke Septi Ria Talia 6. Yosi Yusraweni


2. Wahyu Satriastuti 7. Masita Apriani
3. Belian Oktabella 8. Birli Asnavellia
4. Clara Putri Kendari 9. Nurhayati
5. Heni Suswantari

KELAS B5 GABUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bunda Bdn Pitri Subani, SST, M.Kes
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pelayanan Kebidanan Komunitas yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Bengkulu, 8 Maret 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………..
BAB II: TINJAUAN TEORI
2.1 Kesehatan Ibu dan Anak.. …………………...........................................
2.2 Kesehatan Reproduksi.....................................................................
BAB III : ASUHAN KOMUNITAS
BAB IV : PENUTUP
4.1 Simpulan…………………………………………………………….......
4.2 Saran……….…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas. Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan : Pemantauan Wilayah Setempat KIA
adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan komunikasi
kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan program KIA
secara teknis maupun non teknis.
Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran
langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu maternal (ibu hamil,
ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak pra sekolah. Sedangkan sasaran
tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada umumnya.masyarakat dalam bentuk
kelompok-kelompok khusus,keluarga peminat kesehatan ibu dan anak, organisasi
wanita kelompok profesi, masyarakat luas secara keseluruhan.

Kesehatan reproduksi menurut WHO (1994), adalah suatu kondisi/ status kesehatan
secara fisik, mental dan sosial yang bukan hanya sekedar bebas dari kesakitan atau
kelemahan, tetapi dalam semua hal yang menyangkut proses, fungsi dan sistem
reproduksi pada seluruh tahap kehidupan.Menurut Depkes RI (2001) ruang lingkup
kesehatan reproduksi sebenarnya sangat luas, karena mencakup keseluruhan kehidupan
manusia sejaki lahir hingga mati. Ruang lingkup yang lebih rinci digunakan pendekatan
siklus hidup (life-cycle approach), sehingga didapatkan komponen pelayanan yang
nyata dan dapat dilaksanakan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa saja yang dapat menjaga kesehatan ibu dan anak?
2. Bagaimana cara mengurangi angka kematian ibu dan anak?
3. Apa Ruang lingkup konsep dasar kesehatan reproduksi?
4. Bagaimana Program KIA pada Ibu dan Anak?

1.3 Tujuan
Adapun tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab yang dapat menjaga kesehatan ibu dan anak?
2. Untuk mengetahui cara mengurangi angka kematian ibu dan anak?
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup konsep dasar kesehatan reproduksi?
4. Untuk mengetahui Program KIA pada Ibu dan Anak?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Kematian Ibu dan Anak

a. Definisi Angka Kematian Ibu


AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.000 kelahiran.
b. Upaya kesehatan ibu yang disajikan meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu hamil.
a) Frekuensi pelayanan kesehatan ibu hamil minimal di tiap trimester.
Satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali
pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).
b) Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil.
 Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
 cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal
yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil
di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil.
 Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus
yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses
persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu
hamil sebelum melahirkan.

 Upaya mengendalikan infeksi tetanus yang dilaksanakan program imunisasi


Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
 Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita berusia
antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak
hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada
waktu melakukan pelayanan antenatal.
 Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval
tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan
seumur hidup.

3) Pelayanan kesehatan ibu bersalin.


 Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian
bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih.
 Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai
pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Keberhasilan program ini
diukur melalui indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan (cakupan PF).

 Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan


ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
 Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator
upaya kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.

4) Pelayanan kesehatan ibu nifas.


Kesehatan Ibu Nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan,
pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari
ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan


dan Pencegahan Komplikasi.
 Kelas ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan,
pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau
senam ibu hamil.
 Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan
menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip Chart
(lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan
Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan suatu program yang dijalankan untuk mencapai target
penurunan AKI yaitu menekan angka kematian ibu melahirkan.

6) Pelayanan kontrasepsi.
 Upaya kesehatan ribu juga menitik beratkan pada Sasaran pelaksanaan
program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS).
 Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai
dengan 49 tahun.
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana,dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa :
 Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
 Dari seluruh pasangan usia subur yang menjadi sasaran program KB,
terdapat sebagian yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program
tersebut dengan berbagai alasan di antaranya ingin menunda memiliki
anak atau tidak ingin memiliki anak lagi. Kelompok PUS ini disebut
sebagai unmet need.
 Persentase PUS yang merupakan kelompok unmet need di Indonesia
sebesar 12,77%. Dari seluruh PUS yang memutuskan tidak memanfaatkan
program KB, sebanyak 6,22% beralasan ingin menunda memiliki anak,
dan sebanyak 6,55% beralasan tidak ingin memiliki anak lagi.

7) Pelayanan Kesehatan Lansia.


 Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak
muncul pada lanjut usia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan
tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular.
 Lanjut usia sehat berkualitas, mengacu pada konsep Active Ageing WHO
yaitu proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan jiwa
sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan berpartisipasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

c. Kesehatan Anak
 Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA).
 Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting
karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.

d. Data yg menerangkan berbagai indikator kesehatan anak yang meliputi :


1) Penanganan komplikasi neonatal.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian
pada periode neonatal yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1
injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.

2) Pelayanan kesehatan neonatal.


 Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar
 Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 42 Tahun 2013
 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu
 Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri,
Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan
radang paru-paru.

3) Imunisasi dasar, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat.


 Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil).
 Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui
penjaringan kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi
salah satu indikator yang dievaluasi

4) Pelayanan kesehatan peduli remaja.


 Puskesmas yang memiliki program PKPR
 layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja
(usia 10-18 tahun)
 program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang
diharapkan mampu menjadi agen pengubah (agent of change).

2.2 Program KIA Pada Ibu dan Anak

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya
memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan
untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon
genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan
informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta
pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.

Tujuan umum program KIA, diarahkan pada pengurangan angka kelahiran dan
angka kesakitan baik bayi, balita maupun ibunya dengan beberapa cara sebagai
berikut :
a. Meningkatkan status kesehatan ibu selama mengandung, melahirkan dan sesudah
melahirkan.
b. Dengan memperbaiki status Gizi dari keluarga dan masyarakat melalui kegiatan
posyandu
c. Dapat menurunkan tingkat keseuburan dan peningkatan kelembagaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan melalui keterpaduan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan program KIA.

Sedangkan tujuan Khusus Program kesehatan ibu dan anak antara lain :
melaksanakan program NKKBS, menigkatkan pengetahuan tentang kesehatan gizi,
meningkatkan kemampuan peran serta masyarakat, mengurangi angka kematian.

Sistem kesiagaan di bidang KIA di tingkat masyarakat terdiri atas:


a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem Informasi KB.
Pemantauan kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah
Setempat – KIA (PWS-KIA) dengan batasan : Pemantauan Wilayah Setempat
KIA adalah alat untuk pengelolaan kegiatan KIA serta alat untuk motivasi dan
komunikasi kepada sektor lain yang terkait dan dipergunakan untuk pemantauan
program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator- indikator pemantauan teknis
dan non teknis.
a. Indikator Pemantauan Teknis :
Indikator ini digunakan oleh para pengelola program dalam lingkungan
kesehatan yang terdiri dari Indikator Akses, Indikator Cakupan Ibu Hamil,
Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan, Indikator Penjaringan
Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat, Indikator
Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan dan Indikator Neonatal.
b. Indikator Pemantauan Non teknis :
Indikator ini dimaksudkan untuk motivasi dan komunikasi kemajuan
maupun masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di
wilayah, sehingga dimengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan.
Indikator-indikator ini dipergunakan dalam berbagai tingkat administrasi,
yaitu
1) Indikator pemerataan pelayanan KIA Untuk ini dipilih indikator
AKSES (jangkauan) dalam pemantauan secara teknis memodifikasinya
menjadi indikator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah,
2) Indikator efektivitas pelayanan KIA Untuk ini dipilih cakupan
(coverage) dalam pemantauan secara teknis dengan memodifikasinya
menjadi indikator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh para
penguasa wilayah.

Kedua indikator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, per
desa serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk
menunjukkan desa-desa mana yang masih ketinggalan. Pemantauan secara
lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang jelas dari
para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.

Program Kesehatan Ibu


a. 1990 : Safe Motherhood Initiative, sebuah program yang memastikan
semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga
selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya
b. 1996 : Gerakan Sayang Ibu (GSI), Program ini melibatkan sektor lain di
luar kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan di tingkat
desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat
c. 2000 : strategi Making Pregnancy Safer
d. 2010 : program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS)
1. menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.
2. Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan (52,6% kematian).
e. Program EMAS:
1) Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru
lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300
Puskesmas/Balkesmas PONED);
2) Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar
puskesmas dan rumah sakit

Adapun sasaran dari program kesehatan ibu dan anak dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.
Sasaran langsung KIA adalah para calon Ibu, Ibu masa Interval, para ibu maternal
(ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui), anak balita dan anak pra sekolah.
Sedangkan sasaran tidak langsung dari KIA adalah : Keluarga pada
umumnya.masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok khusus,keluarga peminat
kesehatan ibu dan anak, organisasi wanita kelompok profesi, masyarakat luas
secara keseluruhan.
Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA). Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi
penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.
Salahh satu kegiatan dalam KIA diantaranya adalah kegiatan posyandu yang di
dalamnya terdapat pelayanan kepada ibu dan juga anak di ataranya pelayanan
penyuntikan, imunisasi, pemeriksaan hemoglobin, tekanan darah, berat badan dan
lain-lain

Indikator kesehatan anak yang meliputi:

1) Penanganan komplikasi neonatal,


2) Pelayanan kesehatan neonatal,
3) Imunisasi dasar, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, dan
4) Pelayanan kesehatan peduli remaja

2.3 Konsep Dasar Dan Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

A. Ruang lingkup konsep dasar kesehatan reproduksi

Kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Daur kehidupan
dimulai dari masa konsepsi hingga lansia. Manusia akan banyak mengalami
perubahan-perubahan pada masa itu. Sehingga setiap orang harus bisa beradaptasi
dan mengetahui konsep dan daur kehidupan manusia di muka bumi. Konferensi
Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International
Conference on Population and Development), di Kairo Mesir tahun 1994 diikuti
180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas/keluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Tahun 1995 Konferensi sedunia IV
tentang wanita dilaksanakan di Beijing, Cina, di Haquue 1999, di New York tahun
2000 menyepakati antara lain Definisi kesehatan reproduksi : suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta
fungsi dan prosesnya.

Kesehatan reproduksi menurut WHO (1994), adalah suatu kondisi/ status


kesehatan secara fisik, mental dan sosial yang bukan hanya sekedar bebas dari
kesakitan atau kelemahan, tetapi dalam semua hal yang menyangkut proses, fungsi
dan sistem reproduksi pada seluruh tahap kehidupan.
Menurut Depkes RI (2018) ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya
sangat luas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejaki lahir hingga
mati. Ruang lingkup yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle
approach), sehingga didapatkan komponen pelayanan yang nyata dan dapat
dilaksanakan. Secara lebih luas, ruang lingkup kespro meliputi:

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


2. Keluarga berencana

3. Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksula (IMS) termasuk HIV-


PMS/AIDS
4. Penangulangan dan pencegahan komplikasi aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain mis. Kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.

Masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan,


yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibatkan buruk pada
masa kehidupan selanjutnya antara lain:

1. Ibu hamil dan konsepsi


2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut

Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI


dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan
reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu:

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.


2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS.

Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri dari


PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut.

B. Organ Reproduksi Laki-Laki

Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah
organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki,
organ-organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah.
Organ reproduksi pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani
dan sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam
wanita tubuh dan ovum dibuahi (zigot) secara bertahap berkembang menjadi janin,
yang kemudian lahir sebagai anak.

Berikut rincian dari Organ Reproduksi Laki-laki:

1. Penis, berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk menyalurkan
sperma dan air seni.
2. Glans, adalah bagian depan atau kepala p3n1s. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
3. Foreskin (preputium), adalah kulit yang menutupi bagian glans. Sunat adalah
suatu kebiasaan di beberapa negara. Sunat dianjurkan karena memudahkan
membersihan p3n1s sehingga mengurangi kemungkinan terkena infeksi.
4. Kandung Kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal
dari ginjal (air seni).
5. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air seni dan air
mani.
6. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang berisi zat
makanan untuk menghidupi sperma.
7. Vesikula Seminalis, fungsinya adalah menampung sperma yang telah matang.
8. Vas Deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan sperma
dari testis menuju vesicle seminalis. Panjang Vas deferens sekitar 45 cm
dengan diameter sekitar 2,5 mm.
9. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok yang
membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh oleh saluran-
saluran testis yang kecil akan berkumpul di Epidydimis.
10. Testis (pelir), berjumlah dua buah untuk mereproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosteron. Testis berada di luar
tubuh karena pertumbuhan sperma membutuhkan suhu yang lebih rendah
daripada suhu tubuh.
11. Scrotum, adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat- lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Scrotum mengandung otot-otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
12. Tulang kemaluan, terletak di depan kandung kencing.
13. Rambut kemaluan, berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak langsung
menempel pada kulit kemaluan.

Gambar 1. Organ reproduksi laki-laki

C. Organ Reproduksi Perempuan

Salah satu hal yang penting untuk diketahui dalam kesehatan reproduksi adalah
memahami anatomi dan organ reproduksi. Organ reproduksi adalah bagian-
bagian tubuh yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Berikut adalah
penjelasan mengenai Organ reproduksi wanita, menurut R. Wahyudi (2019: 13- 17):

1. Tuba Fallopii (saluran telur), yaitu saluran yang terdapat di kiri dan kanan
rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari indung telur menuju rahim.
2. Ovarium (indung telur), yaitu organ di kiri dan kanan rahim yang berfungsi
memproduksi sel telur (ovum). Setiap satu bulan sekali indung telur kiri dan
kanan secara bergiliran akan mengeluarkan sel telur. Apabila tidak terjadi
pembuahan, maka sel telur akan ikut keluar pada saat menstruasi. Ovarium
mengandung
400.000 sel telur, namun hanya akan mengeluarkan 400 sel telur sepanjang
kehidupannya.
3. Uterus (rahim), yaitu tempat janin dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat
gepeng dan berat normalnya 30-50 gram. Pada saat dalam
keadaan tidak hamil, besar rahim hanya sebesar telur ayam kampung.
4. Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim. Pada saat persalinan tiba,
maka leher rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
5. Vagina (lubang senggama), yaitu saluran berbentuk silinder yang sangat elastis
dan berlipat-lipat. Fungsinya adalah sebagai tempat Penis pada saat
bersenggama, tempat keluarnya bayi dan menstruasi.
6. Mulut vagina, yaitu awal dari vagina, merupakan rongga penghubung rahim
dengan bagian luar tubuh.
7. Klitoris (klentit), yaitu sebuah benjolan daging kecil yang paling peka
dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
8. Bibir vagina, terdiri dari labia mayora dan labia minora. Labia mayora adalah
bagian yang terluar dari mulut vagina yang ditumbuhi oleh bulu, labia minora
terletak dibelakang labia mayora yang banyak menganding pembuluh darah
dan syaraf.
9. Vulva, adalah organ seksual perempuan yang paling luar atau sering juga
disebut sebagai
bukit kemaluan (mons veneris), tempat tumbuhnya rambut kemaluan.
10. Tulang kemaluan, adalah tulang yang terletak didepan kantung kencing.
11. Rambut kemaluan, terletak pada daerah bukit kemaluan dan labia mayora.
Rambut kemaluan ini berfungsi untuk menyering kotoran agar tidak langsung
masuk ke dalam vagina.
12. Kandung kencing, adalah tempat penampungan sementara air yang berasal dari
ginjal (air seni)
13. Uretra (saluran kencing), adalah saluran untuk mengeluarkan air seni.
14. Mulut uretra, adalah akhir dari uretra.
15. Selaput dara (hymen), adalah selaput tipis yang terletak pada 1/3 luar vagina.
Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah. Robeknya selaput dara
biasanya karena hubungan seks (masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam
vagina), tetapi selaput dara juga bisa robek akibat dari olah raga berat misal
berkuda atau bersepeda.

Gambar 2. Organ Reproduksi Perempuan

Pada saat pertama kali hubungan seksual dapat di sertai sedikit perdarahan
bisa juga tidak, hal ini tergantung pada kekekalan selaput dara. Perdarahan terjadi
karena ada luka pada pembuluh darah yang ada di sekitarnya, bukan berasal dari
selaput dara.

2.4 Ruang lingkup Kesehatan Reprodukdi Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin yakni adolensence yang artinya tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Dikutip dari Hurlock tahun 2018 istilah adolensence memiliki
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
Masa remaja yang di alami oleh peremuan berlangsung antara umur 12 hinggga umur
21 tahun. Jika pada laki-laki berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai dengan 22
tahun.

Menurut UU Perkawinan No 16 tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 1 Tahun T974 Tentang Perkawinan , yang menyatakan Perkawinan hanya
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.
Menurut WHO pengertian remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu
biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun. yang
secara lengkap berbunyi sebagai berikut:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social- ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.

Berikut ini adalah tugas perkembangan masa remaja, diantaranya :


a. Memperoleh sejumlah norma – norma dan nilai – nilai.
b. Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing – masing.
c. Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan
merasa puas terhadap keadaan tersebut.
d. Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai kebebasan ekonomi.
f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat
dan kesanggupannya.
g. Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep – konsep tentang kehidupan
bermasyarakat. dan ;
i. Memiliki konsep – konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk
kehidupan bermasyarakat

Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan


tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara lain menilai diri secara
objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan
demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
1. Menilai rasa identitas pribadi
2. Meningkatkan minat pada lawan jenis
3. Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh
4. Memulai perumusan tujuan okupasional
5. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga

Ciri utama pada masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
1. Perubahan Fisik, Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan
proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas
pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi. Disamping itu tanda- tanda
seksualitas sekunder juga mulai nampak pada diri remaja.
2. Perubahan Intelek, Menurut perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean Piaget,
seorang remaja telah beralih dari masa konkrit-operasional ke masa
formal-operasional. Pada masa konkrit-operasional, seseorang mampu berpikir
sistematis terhadap hal- hal atau obyek-obyek yang bersifat konkrit, sedang pada
masa formal operasional ia sudah mampu berpikir se-cara sistematis terhadap hal-
hal yang bersifat abstrak dan hipotetis. Pada masa remaja, seseorang juga sudah
dapat berpikir secara kritis.
3. Perubahan Emosi, Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah
menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall,
perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-
kelenjar hor-monal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak
pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh
lingkungan sosial terhadap per-ubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya
bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal.
4. Perubahan Sosial, Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru.
Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan
fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja
juga sering diharapkan bersikap dan bertingkahlaku seperti orang dewasa. Pada
masa remaja, seseorang cenderung untuk meng-gabungkan diri dalam ‘kelompok
teman sebaya’. Kelompok so-sial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi
remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan
seringkali melebihi pengaruh keluarga. Menurut Y. Singgih D. Gunarsa &
Singgih A. Gunarsa, kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan
kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap,
bertingkahlaku dan melakukan hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat
bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan
mereka menjadi “overacting’ dan energi mereka disalurkan ke tujuan yang bersifat
merusak.
5. Perubahan Moral, Pada masa remaja terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral:
dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep
moral khusus menjadi prinsip moral umum pada remaja. Karena itu pada masa ini
seorang remaja sudah dapat diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang
dapat melandasi tingkahlaku moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja,
seseorang juga mengalami kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan
wajar, sejauh kegoyahan ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang
berlaku, tidak terlalu merugikan masyarakat, serta tidak berkelanjutan setelah masa
remaja berakhir.
6. Perubahan Kepribadian Masa Remaja, Kepribadian pada masa remaja cenderung
untuk memeperbaikinya, remaja berpandangan bahwa kepribadian yang baik akan
memudahkan mereka untuk berhubungan sosial dan bisa lebih diterima. Kondisi –
kondisi yang mempengaruhi konsep diri : usia kematangan pada remaja,
penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-
teman sebaya, kreativitas dan cita- cita.

Bahaya- Bahaya Yang Umum Pada Masa Remaja


1. Tidak bertanggung jawab, dalam menyepelekan tugas –tugas sekolah dengan lebih
memilih bersenang – senang dam mendapat dukungan sosial.
2. Sikap yang terlalu PD dan agresif.
3. Perasaan tidak aman, sehingga remaja cenderung patuh terhadap kelompoknya.
4. Merasa ingin pulang jika berada pada lingkungan yang tidak dikenal
5. Perasaan menyerah.
6. Terlalu banyak berkhayal.
7. Mundur ketingkatan perilaku sebelumnya untuk menarik perhatian.
8. Menggunakan ego defense : rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan memindahkan.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS KELUARGA Tn”K” PADA


AN”A” USIA 5 BULAN DENGAN KURANGNYA PENGERTIAN
KELUARGA TENTANG ASI ESKLUSIF DESA WONOHARJO
KECAMATAN GIRI MULYA

I.       PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 09  Maret 2023                                                Jam: 09.00 WIB

A.Struktur dan sifat Keluarga

1.  Identitas Kepala Keluarga (KK)

Nama                             : Tn. “K”

Umur                             : 29 tahun

Suku                              : Jawa

Agama                           : Islam

Pendidikan                    : SMU

Pekerjaan                       : Swasta

Penghasilan                   :Rp700.000,-

Hubungan dengan klien: Ayah

Alamat                          : Desa Mentoro, Sumobito

2.  Daftar Anggota Keluarga

No Nama Umur JK Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Hub dgn KK

1 Ny”A 29 th P Jawa Islam SMU IRT Istri


2 An”A” 6 th P Jawa Islam SD - Anak

3 An”A” 5 Bln P Jawa Islam - - Anak

3.  Anggota keluarga yang dominan dalam mengambil keputusan

 Suami (Kepala Keluaraga)

4.  Hubungan Umum Anggota keluarga    : Baik

5.  Kebiasaan Hidup Keluarga      

a)  Status Suami

1)      Kebiasaan Tidur

Tidur siang          : 12.00-13.00 WIB

Tidur malam        : 21.00-04.00 WIB

2)      Kebiasaan aktifitas dan istirahat

Setiap hari kalau ada borongan, kerja dan beristirahat. pada malam   hari selama 6 – 7
jam bersama  istri

3)      Kebiasaan makan dan minum

Makan:jenis:nasi sayur,lauk pauk(tahu,tempe,kadang telur)

              Jumlah:nasi 1 piring,sayur 1mangkuk,tempe 1potong,tahu 1 potong,kadang


telur.

              Mutu:seimbang

              Frekuensi:2-3x/hari

4)      Kebiasaan penggunaan waktu senggang

Menonton TV/ berkumpul dengan keluarga

5)      Kebiasaan Personal Hygiene

Mandi                  : 2x/ hari

Keramas              : 2-3x/minggu

Ganti pakaian      : 2x/ hari


Gosok Gigi          :2x/hari

b)  Status Istri

1)      Kebiasaan Tidur

Tidur siang          : Jarang Tidur

Tidur malam        : jam 21.00-04.00 WIB

2)      Kebiasaan aktifitas dan istirahat

Setiap hari memasak, bersih- bersih rumah, mencuci, dan pekerjaan rumah lainnya.

3)      Kebiasaan makan dan minum

Makan : Jenis      : nasi, sayur, lauk pauk (tahu, tempe, kadang telur)

              Jumlah   : Nasi 1 piring, sayur 1 mangkuk, tempe 1 potong, tahu 1 potong


kadang telur

Mutu     : seimbang/ sedang

Frekuensi: 2 – 3x/ hari

Minum   : Jenis    : air putih, kadang teh/ kopi

              Jumlah : 8 gelas/ hari

4)      Kebiasaan penggunaan waktu senggang

Menonton TV, berkumpul dengan keluarga

5)      Kebiasaan Personal Hygiene

Mandi                  : 2x/ hari

Keramas              : 2x/ minggu

Sikat Gigi            : 3x/ hari

Ganti pakaian      : 2x/ hari

            Status Anak ke1

1 Kebiasaan Tidur

Tidur siang          : 13.00-14.00 WIB


Tidur malam        : jam 21.00-04.30 WIB

2 Kebiasaan aktifitas dan istirahat

Aktifitas setiap hari pagi brangkat ke sekolah sampai jam 13.00 WIB.

Istirahat sepulang sekolah langsung istirahat dan malamnya belajar.

3 Kebiasaan makan dan minum

Makan : Jenis      : nasi, sayur, lauk pauk (tahu, tempe, kadang telur)

              Jumlah   : Nasi 1 piring, sayur 1 mangkuk, tempe 1 potong, tahu 1 potong


kadang telur

Mutu     : seimbang/ sedang

Frekuensi: 2 – 3x/ hari

Minum   : Jenis    : air putih, kadang teh/ kopi

              Jumlah : 8 gelas/ hari

4 Kebiasaan penggunaan waktu senggang

Digunakan untuk bermain dengan teman dan nonton TV.

5 Kebiasaan Personal Hygiene

Mandi                  : 2x/ hari

Keramas              : 2x/ minggu

Sikat Gigi            : 3x/ hari

Ganti pakaian      : 2x/hari

                                    Status Anak ke II

1)      Kebiasaan Tidur

Tidur siang          : 11.00-13.00 WIB

Tidur malam        : jam 20.30-04.30 WIB

2)      Kebiasaan aktifitas dan istirahat

Ibu mengatakan bahwa anaknya yang no 2 ini masih belum sekolah dan hnya bisa
bermain dirumah.

3)      Kebiasaan makan dan minum


Ibu mengatakan anaknya yang no 2 ini hanya minum ASI saja tanpa tambahan susu
formula.

4)      Kebiasaan penggunaan waktu senggang

Bermain dengan keluarga.

5)      Kebiasaan Personal Hygiene

Mandi                  : 2x/ hari

Keramas              : 3x/ minggu

Ganti pakaian      : 2x/hari

B. Faktor Sosial Budaya Ekonomi

Peran anggota dalam keluarga

Kepala keluarga (suami) mencari nafkah,istri sebagai IRT yang mengatur segala
keperluan rumah.

1.  Hubungan keluarga dengan masyarakat

Baik

2.  Penghasilan dan Pengeluaran Keluarga

Penghasilan ayah setiap bulan Rp. ±700.000,- / bulan

sedangkan pengeluaran tiap hari ± Rp. 20.000,-/ hari

3.  Pekerjaan, tempat, jam kerja dan penghasilan dari setiap anggota keluarga yang
bekerja

suami

Pekerjaan               : Borongan

Tempat                  : tidak menentu

Jam kerja               : 07.00 – 17.00 WIB

Penghasilan           : Rp. 700.000, - perbulan

4.  Sumber Penghasilan lain: -

5.  Kecukupan untuk memenuhi kebutuhan primer (makanan, pakaian, tempat )

Penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan primer

6.  Simpanan dan untuk keperluan mendadak


Ada, disimpan dirumah (celengan)

7.  Penentuan/ pengaturan keuangan keluarga: suami dan istri

C. Faktor Lingkungan

1.  Perumahan

a.   Kecukupan luas rumah (dibandingkan anggota keluarga) dan pengaturan ruangan


(denah rumah dan ruangan)

b.  Rumah

Luas              : 7x21 meter

Dinding         : terbuat dari tembok

Atap              : genteng

Lantai            : teras( keramik )

Cahaya          : cukup

Kebersihan    : cukup

Ventilasi        :ada, cukup

Jendela          :ada

a.   Kecukupan perabot rumah tangga/ alat- alat dapur/ bahan- bahan lain

  Kebersihan          : cukup

  Kerapian              : cukup

  Keamanan           : cukup

b.  Penyimpana Makanan

  Kebersihan          : cukup

c.   Keamanan     : cukup

d.  Persediaan air minum/ air untuk kebutuhan lain

   Sumber air          : sumur gali ( sanyo )

   Layak minum     : Layak

   Tempat penyimpanan: timba besar


e.   Pembuangan tinja

  Jenis jamban       : WC

  Memenuhi syarat kesehatan: memenuhi

f.   Pembuangan sampah

  Caranya              : dibuang dilubang tanah lalu dibakar

  Sesuai syarat kesehatan: sesuai

g.  Pembuangan air limbah

  Caranya              : di alirkan diselokan

  Memenuhi syarat kesehatan: memenuhi

h.  Binatang/ serangga pengganggu dalam rumah

   Jenis                   : tikus

   Jumlah                : sedikit

   Keluarga merasa terganggu/ tidak: ya

Binatang peliharaan

            Jenis                :anjing

            Ada kandang  :ada

            Didalam/luar   :luar

D.Keadaan Kesehatan Keluarga

1.  Riwayat Kesehatan Yang Lalu

No Anggot Umur Riwayat Kesehatan Yang Lalu


a Kel

1 Tn.”K” 22 Tn”K” mengatakan tidak pernah menderita


thn penyakit seperti penyakit kuning, paru- paru,
kencing manis, asma, TBC dll

2 Ny.”A” 22  Ny”A”mengatakan tidak pernah menderita


thn penyakit seperti penyakit kuning, paru-paru,
kencing manis, asma, TBC dll

3 An”A” Ibu mengatakan pada An”A” tidak pernah


menderita penyakit seperti penyakit
8 Th kuning,paru-paru,kencing manis,asma,TBC
dll

An”A” Ibu mengatakan pada An”A” tidak pernah


menderita penyakit seperti penyakit
4 2 bln kuning,paru-paru,kencing
manis,asma,TBC,dll

2.  Status tumbuh kembang anggota keluarga

Saat ini yang memerlukan perhatian khusus maupun terganggu:tidak ada.

3.  Riwayat kesehatan sekarang

No Anggota Umu Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Kel r

1 Tn.”K” 22 Tn”K” mengatakan tidak pernah menderita


thn penyakit seperti penyakit kuning, paru- paru,
kencing manis, asma, TBC dll

2 Ny.”A” 22  Ny”A”mengatakan tidak pernah menderita


thn penyakit seperti penyakit kuning, paru-paru,
kencing manis, asma, TBC dll

Ibu mengatakan pada An”A” tidak pernah


3 An”A” menderita penyakit seperti penyakit
8 Th kuning,paru-paru,kencing manis,asma,TBC
dll

Ibu mengatakan pada An”A” tidak pernah


menderita penyakit seperti penyakit
An”A”
kuning,paru-paru,kencing
2 bln
4 manis,asma,TBC,dll

4.  Riwayat KB

Ibu menggunakan KB Suntik.


5.  Status gizi keluaga

no Nama Umur/ jenis Jenis makanan Status


keluarga kelamin nutrisi

1. Tn”K” 29th/ laki-laki Nasi, sayur, Baik


lauk-pauk,
ikan , dan air
2. Ny”S” 26th/perempuan putih Baik
Nasi, sayur,
lauk-pauk,
3 An”D” 6thlaki- laki ikan , dan air Baik
putih

Nasi, sayur,
4 An”A” 5thperempuan Kurang
lauk-pauk,
baik
ikan , dan air
putih

ASI dan
makanan
tambahan

N Nama Um Jenis Ditolon J BB Komplikasi Keadaan


ur Persalina g Oleh K
n Ib Bayi Bayi Lakt
u
No

1. An”A 6 th normal bidan P 3600 - - baik +


gr
Selama
2 th

2 An”A 5 normal bidan P 3800 - - baik +


bln gr

6.  Riwayat Kehamilan dan Persalinan

7.  Kebiasaan- kebiasaan Keluarga Yang Merugikan Kesehatan

Suami mengatakan dirinya kadang-kadang merokok tapi tidak selalu

8.  Pencegahan penyakit dari tiap anggota keluarga


Bila sakit langsung dibawa kebidan yang jaraknya kira-kira 200 meter dari rumah

9.  Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan oleh setiap anggota keluarga

 Bila anggota keluarga sakit dibawa kebidan terdekat yang jaraknya kira-kira 200meter
dari rumah.

10.  Harapan kepada petugas kesehatan

klien mengatakan petugas kesehatan ramah dan peduli dengan pasiennya.

II.                ANALISA DATA DAN PERUMUSAN MASALAH

A.    ANALISA DATA

Masalah kesehatan yang dialami Tn “K”  adalah kurangnya pengetahuan keluarga


tentang ASI esklusif

Dx             :  An”A”usia 5 bulan dengan kurangnya pengertian keluarga tentang ASI


esklusif

Ds              :  Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 10-08-2010

Do             : KU       : baik

BB       : 1,9 kg

Lingkar kepala :38 cm

PB                    : 49cm

Usia                 : 5 bulan

Masalah              : pemberian PASI pada umur kurang dari 6 bulan

   Kebutuhan   : - kurangnya pengetahuan keluarga tentang ASI esklusif

                        -jelaskan tentang pentingnya ASI ESKLUSIF.

                                              

DIAGNOSA POTENSIAL DAN MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

III.             IDENTIFIKASI TINDAKAN DAN KEBUTUHAN SEGERA

Tidak ada
IV. INTERVENSI

Dx             :Keluarga Tn”K”pada An”A”usia 5 bulan dengan pemberian PASI.

Tujuan       : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x24 jam maka diharapkan
ibu mengerti manfaat proses imunisasi polio.

Kriteria      :  proses imunisasi polio

                     Manfaat imunisasi polio

                 

Intervensi

Lakukan pendektan therapautik pada keluarga ibu.

R / Menjalin hubungan yang baik antara petugas dan klien sehingga percaya dengan
petugas.

Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi bayi usia 5 bulan

R/ menjelaskan tentang  pemberian ASI esklusif kepada bayinya.

Berikan Penyuluhan tentang pentingnya makanan bergizi untuk ibu menyusui

R / pemberian makanan bergizi akan menambah Produksi ASI

Berikan Penyuluhan Perawatan Payudara

R / membantu melancarkan sirkulasi darah dan Produksi ASI

V.    Pelaksanaan / Implementasi

Hari/Tgl/Jam Pelaksanaan/Implementasi

Jum’at 1.      Melakukan pendekatan Terapeutik pada ibu


dengan menyapa ibu dengan sopan, ramah, dan
10 Maret selalu mencoba mendengarkan keluhan ibu dengan
2023 seksama.
16.30 WIB 2.      Memberikan konseling tentagang ASI esklusif
kepada bayinya dari umur 0-6 bulan dan selanjutnya
pemberian PASI

3.      Memberikan Penyuluhan Kepada Ibu untuk


mengkonsumsi gizi seimbang:

  Nasi, sayur, lauk pauk, buah

  Tidak boleh tarak

  Tidak boleh minum jamu

4.      Menjelaskan tentang pentingnya ASI
EKSKLUSIF dengan memberikan ASI pada bayi
sampai bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan apapun.

5.      meberikan informasi kepada ibu tentang


penyimpanan ASI

Asi bisa diperah dan di simpan untuk di minumkan


kepada bayi. Asi yang disimpan didalam kulkas
dapat bertahan 1hari dan yang tidak disimpan
dalam kulkas bertahan sekitar 6 jam. Sebelum Asi
disajikan hendaknya di hangatkan dengan cara
memasukkan botol kadalam wadah berisi air
hangat.

6.      Memberikan Konseling Perawatan Payudara

  Memakai BH yang bersih dan menyokong


Payudara

  Membersihkan Payudara setiap kali kotor dengan


kapas dan baby oil atau minyak kelapa sawit

Bagi Putting Susu Ibu yang tenggelam atau tidak


menonjol, bisa di tonjolkan dengan menggunakan
spuit

VI. EVALUASI

Tanggal : 10 Maret 2023 Jam: 11.30 WIB

S       : Ibu mengatakan mengerti dan merespon dengan penjelasan petugas kesehatan
dan mau melaksanakan apa yang diberikan atau oleh tenaga kesehatan mengenai
anaknya.
O      :     KU                        :Baik

               Umur         :5 bulan

               BB             :1,9 kg

A      :     Keluarga Tn”K”pada An”A”dengan masalah pemberian PASI.

P       :  -  pemberian ASI esklusif

            - nutrisi kepada ibu dan bayi

Dokumentasi Pemeriksaan Ibu Di Puskesmas


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator


Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di
setiap 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA
merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan
masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait
kehamilan dan persalinan Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang
dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/
komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-
pemantaun dan informasi KB.

Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI


dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan
reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu: Kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
Keluarga berencana, Kesehatan reproduksi remaja, Pencegahan dan penanganan
infeksi saluran reproduksi, termasuk HIV/AIDS. Sedangkan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan
reproduksi pada usia lanjut.

4.2 Saran
 Setelah memahami tentang kesehatan ibu, anak, dan kesehatan reproduksi
tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan
yang spesifik pada ibu, anak, remaja, dan usia lanjut sehingga dapat menetapkan
diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat
memberikan perawatan yang benar terkait dengan masalah=masalh yang dialami ibu,
anak, remaja dan usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih., Ranuh, IG.N. 2019. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC

Profil Kesehatan Indonesia. 2021. Kementerian Kesehatan reprublik Indonesia.


Jakarta.

Kumalasari, Intan. 2018. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan


Keperawatan. Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus Candra Nita, 2019, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi
2 Jakarta, EGC

BKKBN. 2018. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan reproduksi remaja bagi calon
Konselor Sebaya. Jakarta

Seotjiningsih. 2020. Tumbuh Kembang Remaja dan permasalahnnya. Jakarta. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai