OLEH:
RUMIYATI SDOAKAIM
(1907010163)
tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
peneliti.
3. Bagi Puskesmas
di Puskesmas.
4. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang digunakan oleh
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain
TINJAUAN PUSTAKA
berupa pemeriksaan yang diberikan oleh petugas kesehatan profesional untuk semua
ibu hamil dan dilakukan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Petugas
kesehatan yang dimaksud adalah bidan, perawat, dokter umum dan atau dokter
ibu pada masa kehamilan hingga persalinan sekaligus upaya untuk menurunkan angka
kematian dan kematian pada ibu dan bayi ( Kementerian Kesehatan RI , 2013 ).
K4. Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas
harus dilaksanakan sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang
empat kali ke petugas kesehatan, terutama pada trimester III ( usia kehamilan > 24
minggu ) lebih menjamin perlindungan terhadap ibu dan janin, melakukan deteksi
a. Memantau kemajuan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatan dan menjaga kesehatan fisik , mental , dan sosial dari ibu dan juga
janin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
teratur agar jika timbul gangguan terhadap gangguan maka dapat diketahui
dilakukan :
erawat, dokter dan atau dokter spesialis ini dapat dilakukan oleh bidan, konten,
baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dan yang memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ). Selama melakukan kunjungan
antenatal, ibu hamil akan mendapatkan berbagai pelayanan yang terkait dengan
dan fisiologis tubuh dari ibu hamil. Bila diperlukan, dilakukan uji hormonal
2019a), pelayanan antenatal care yang memenuhi standar kualitas 10T meliputi :
f. Izin kerja sesuai dengan status dan pemanfaatannya Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan.
i. Tatalaksana/penanganan kasus.
Kunjungan antenatal pertama adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal yang terpadu dan
komprehensif serta sesuai standar. Kontak pertama ini harus dilakukan sedini
1) Anamnesa
jumlah anak).
f) Menanyakan apakah ada riwayat bayi kembar dari keluarga ibu, keluarga suami,
teknik TT sebelumnya, berapa kali, dan kapan) untuk menetapkan status tetanus
ibu hamil.
minggu).
j) Keluhan (muntah berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat,
demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar
k) Tanda bahaya kehamilan (perdarahan, pusing, nyeri ulu hati, oedema pada muka
l) Jika ibu berada di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat
m)Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
2) Pemeriksaan Fisik
c) Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LILA (minimal 23,5 cm)
e) Periksa tanda oedema (jika ibu hamil datang pertama kali pada usia kehamilan
>22 minggu).
g) Ukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur (jika ibu hamil datang pertama
minggu).
i) Menentukan Denyut Jantung Janin/DJJ (jika ibu hamil datang pertama kali pada
j) Memeriksa denyut nadi apakah iramanya ritmis atau tidak, jika tidak harus
dirujuk.
3) Pemeriksaan Penunjang
c) Golongan darah
d) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: Petugas kesehatan wajib menawarkan HIV dan
sifilis secara inklusif serta tes yang lain kepada ibu hamil pada saat kunjungan
4) Penatalaksanaan
b) Berikan tablet Fe, kalsium, dan vitamin dengan jumlah yang sesuai sampai
dengan pemeriksaan yang berikutnya (pada ibu dengan malaria tidak diberikan
tablet Fe).
c) Menjelasakan asupan gizi seimbang selama kehamilan yang berguna untuk ibu
dan bayi.
e) menjelaskan penting ibu hamil untuk beristirahat, menjaga kebersihan diri serta
eksklusif.
j) Menerangkan tanda dan bahaya selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas,
k) Menjelaskan tentang apa saja gejala penyakit menular dan tidak menular.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak) di daerah epidemik yang meluas
Kunjungan antenatal kedua adalah kontak kedua ibu hamil dengan tenaga
kesehatan yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal yang terpadu sesuai
standar. Kontak ini harus dilakukan sedini mungkin saat memasuki trimester kedua.
antara lain:
1) Anamnesa
a) Memberikan salam kepada ibu hamil , meminta buku dan menanyakan apakah
ibu dan keluarga sudah membaca buku KIA serta bagaimana pemahaman ibu
dan keluarga.
b) Asupan gizi (menanyakan apakah ibu mendapat asupan gizi yang cukup dan
seimbang).
g) Apakah ibu ada keluhan (pusing, kepala, perdarahan, demam, batuk sukar
yang berbau, sakit gigi dan sakit saat buang air kecil).
j) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
2) Pemeriksaan Fisik
dicatatan).
i) Memeriksa denyut nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus
dirujuk.
3) Pemeriksaan Penunjang]
c) Golongan darah
d) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: Petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV
dan sifilis secara inklusif dengan tes yang lain kepada ibu hamil pada saat
4) Penatalaksanaan
a) Memberikan dan menjelaskan penggunaan buku KIA (jika ibu hamil belum
b) Memberi tablet Fe, kalsium, dan vitamin dengan jumlah yang sesuai dengan
pemeriksaan yang berikutnya (pada ibu dengan malaria tidak diberikan Fe).
antenatal.
e) Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi pada ibu yang berdampak pada bayi
yang dikandungnya.
c) menjelaskan tentang manfaat obat yang diberikan sebelumnya dan obat yang
dengan bayinya.
f) Menjelaskan kebersihan diri dan perilaku hidup bersih dan sehat selama
kehamilan.
darah.
o) Menjelaskan cara mempersiapan diri menjadi orang tua yang akan memiliki
bayi.
Kunjungan antenatal ketiga adalah kontak ketiga ibu hamil dengan petugas
kesehatan yang kompeten dalam memberikan pelayanan antenatal yang terpadu sesuai
standar yang ditetapkan. Kontak ini harus dilakukan sedini mungkin ketika memasuki
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan antenatal ketiga antara lain
yaitu:
1) Anamnesa
selama kehamilan.
cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas, dan keputihan yang berbau.
saat ini dan hasil rujukan. h ) Jika ibu berada di daerah endemis malaria , cinta
h) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
2) Pemeriksaan Fisik
c) Mengukur tekanan darah, tetap waspada jika terjadi kenaikan tekanan darah.
j) Tentukan apakah janin kembar atau tidak dengan palpasi, dengarkan detak
jantung janin.
k) Periksa denyut nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus
dirujuk.
3) Pemeriksaan Penunjang
kunjungan sebelumnya
e) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV
dan sifilis secara inklusif bersama tes yang lain kepada ibu hamil pada saat
4) Pelaksanaan
a) Menjelaskan pada ibu dan keluarga dari buku KIA yang harus dibaca dan
b) Beri tablet Fe , kalsium , dan vitamin sampai jadwal berikutnya, serta jelaskan
manfaatnya.
d) Penatalaksanaan yang sesuai saat memasuki usia kehamilan trimester III dan
jika adakomplikasi/penyulit.
berikutnya dengan tujuan untuk memastikan kesiapan fisik ibu dan kondisi
c) Menjelaskan kecukupan gizi; cukup protein, kalor , vitamin dan mineral pada
f) Meminta pada suami dan keluarga untuk mendukung ibu hamil mendapat
jelaskan caranya.
i) Menjelaskan pada keluarga dan ibu tentang hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian: tanda bahaya pada kehamilan trimester tiga, pada persalinan, dan
(IMD) dan pemberian ASI eksklusif (kapan dilakukan dan manfaatnya) serta
pasca salin.
Kunjungan antenatal keempat adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal terpadu sesuai standar. Kontak
ini dilakukan pada trimester tiga kehamilan, minimal dua atau satu minggu sebelum
antara lain:
1) Anamnesa
a) Menanyakan kondisi dan perasaan ibu saat ini serta memenuhi ibu
b) Menanyakan kecukupan asupan gizi (apakah ibu dapat asupan gizi yang cukup
dan seimbang).
perdarahan, nyeri perut hebat, demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah,
h) Jika ibu berada di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan
i) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan
2) Pemeriksaan Fisik
b) Mengukur tekanan darah, waspadai jika terjadi kenaikan tekanan darah. Bila
c) Mengukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur, sesuai atau tidak dengan
usia kehamilan.
f) Nilai denyut jantung janin (Normal: 120-160 kali/menit, <120 kali/menit atau
h) Periksa tanda edema pada tungkai, punggung tangan, dan muka ibu.
i) Jika ada keluhan keluar air, periksa dan pastikan air ketuban atau bukan
j) Periksa nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus dirujuk.
3) Pemeriksaan Penunjang
e) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV
dan sifilis secara inklusif serta tes yang lain kepada ibu hamil saat kunjungan
4) Penatalaksanaan
buku KIA.
b) Melanjutkan pemberian vitamin, tablet Fe, asam folat, dan kalsium.
b) Memotivasi ibu dan keluarga untuk kesiapan secara fisik dan mental saat akan
menghadapi persalinan.
c) Meminta keluarga untuk memenuhi asupan gizi cukup protein, kalori, vitamin
d) Menjelaskan kebersihan diri selama kehamilan dan perilaku hidup bersih dan
f) Meminta suami dan keluarga untuk memastikan pilihan tempat, penolong dan
g) Jika ibu termasuk risiko tinggi maka arahkan dan jelaskan tempat terbaik
h) Tanda dan bahaya pada trimester III kehamilan, persalinan dan pasca
pasca persalinan.
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengacu pada strategi intervensi "Empat
Pilar Safe Motherhood' antara lain meliputi: Keluarga Berencana, Antenatal care,
neonatal untuk setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer
a. Setiap ibu yang bersalin harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
adekuat.
c. Setiap perempuan dalam rentang usia subur memiliki akses pencegahan dan
ANC paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 12 minggu,
tujuannya adalah:
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 13-24 minggu, tujuannya adalah:
perkemihan.
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) >24 minggu sampai dengan
minggu ke 36 dan sampai kelahiran. Kunjungan antenatal care bisa lebih dari 4
kali sesuai kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan, tujuannya:
2.2 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu Hamil terhadap pemeriksaaan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Menurut
Becker (1979) perilaku kesehatan adalah tindakan atau kegitatan seseorang dalam
kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya. Domain perilaku adalah
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Lawrence Green dalam
Notoadmojo (2014). Menurut Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non-
behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor
(Notoatmodjo, 2012).
dan sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, keyakinan atau persepsi dan nilai-nilai yang dianut, dan sebagainya.
memfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, terjangkau atau tidak
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain terwujud dalam sikap dan perilaku keluarga,
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Selain itu, adanya undang-
undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan melalui panca indera terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
Pengetahuan adalah domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
a. Tahu (know)
Tahu adalah kemampuan untuk mengingat kembali (recall) suatu materi yang spesifik
dari yang telah dipelajari sebelumnya atau yang telah diterima. Oleh karena itu, 'tahu'
adalah tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu
b. Memahami (comprehension)
diketahui, dan dapat menginterpretasikannya secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan,
dan sebagainya.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya pada konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
tertentu ke dalam komponen-komponen, tetapi tetap masih ada kaitannya antara satu
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dilihat dari penggunaan kata kerja yakni:
e. Sintesis (synthesis)
keseluruhan yang baru. Dengan artian lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek tertentu. Penilaian itu dilakukan berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
Perilaku seseorang yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Suryani, dkk (2017)
menyatakan bahwa pengetahuan yang baik akan mempengaruhi kunjungan ANC, demikian
juga pengetahuan ibu yang kurang baik akan mempengaruhi kurangnya kunjungan
ANC.sejalan dengan hasil penelitian Silmiyanti dan Idawati (2019) yang menyatakan bahwa
pengetahuan memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kunjungan antanetal care. Menurut
Sari, dkk (2018) bahwa sebagian ibu yang patuh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah ibu
dengan pengetahuan tinggi. Ibu yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung melakukan
pemeriksaan kehamilan lebih teratur dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan
rendah. Mengacu pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu
2. Sikap ibu
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang suatu stimulus
atau objek tertentu. Manifestasi sikap dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat melihat
Menurut pendapat Allport (1954), sikap memiliki tiga pokok komponen (Notoatmodjo,
2014), yakni:
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Dalam mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
mendukung, antara lain fasilitas dan juga faktor yang dibutuhkan dukungan dari pihak lain
(Notoatmodjo, 2012).
Purwanto (1998) mengemukakan bahwa ada dua macam sikap, yaitu sikap positif
Menurut Rachmawati, dkk (2017) bahwa sikap ibu hamil terhadap layanan yang
membuat kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan ANC. Sejalan dengan hasil
penelitian Putri dan Surjadi (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara sikap ibu terhadap pemerikasaan antanetal dengan kepatuhan kunjungan ANC.
3. Aksesibilitas Pelayanan
dinilai dari jarak, waktu, dan kemudahan menuju tempat pelayanan kesehatan.
Keterjangkauan artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak
terhalang oleh keadaan geografis. Jika jarak tempuh suatu tempat dekat dengan tempat
lainnya, berarti aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika berjauhan
aksesibilitas antara keduanya rendah. Jika kedua tempat memiliki waktu tempuh yang cepat
maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat
menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya yang menggabungkan
waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Reskiani, dkk, 2015).
Hasil penelitian Reskiani, dkk (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
pelayanan kesehatan merupakan salah satu elemen yang dibutuhkan ibu untuk dapat
menerima pelayanan kesehatan. Ibu hamil yang teratur memanfaatkan pelayanan ANC
karena cenderung mudah mengakses tempat pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan tempat
pelayanan dan dapat dicapai dengan jalan kaki atau menggunakan sarana transportasi dengan
biaya yang terjangkau, serta tidak memerlukan waktu lama selama perlanan. Sebaliknya, ibu
hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC cenderung sulit dalam menjangkau
pelayanan ANC dikarenakan transportasi yang sulit untuk menjangkau tempat pelayanan
kesehtan. Hal ini mengakibatkan munculnya perasaan malas atau enggan untuk pergi ke
tempat pelayanan kesehatan dan memeriksa kehamilannya. Sejalan juga dengan hasil
penelitian Karyanah (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keterjangkauan
kehamilan (pelayanan ANC) yang berasal dari petugas kesehatan maupun melalui media.
kesehatan. Sedangkan informasi yang diperoleh dari media berasal dari media elektronik
(radio, televisi, dan lain-lain), dan media cetak berupa brosur, poster, leaflet, buku-buku,
majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012). Media yang mencakup informasi
mengenai pentingnya pelayanan antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan
Hasil penelitian Hasana, dkk (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara media
informasi dengan pemanfaatan pelayanan ANC. Ibu hamil yang memperoleh informasi yang
cukup dari media informasi dan memanfaatkan pelayanan ANC karena informasi yang
diperoleh dapat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil. Sejalan dengan hasil penelitian
Nurmawati dan Indrawati (2018) bahwa terdapat hubungan antara media informasi dengan
cakupan kunjungan ANC. Penelitian ini menunjukkan bahwa cakupan kunjungan ANCnya
tidak tercapai lebih besar pada ibu hamil yang tidak memperoleh informasi dari media
dibandingkan ibu hamil yang memperoleh informasi. Hal ini dikarenakan rata-rata ibu hamil
hanya memperoleh informasi dari penyuluhan yang dilakukan oleh bidan setempat melalui
kelas ibu hamil maupun saat memeriksa kehamilan, informasi dari kader posyandu maupun
teasitangga yang pernah hamil atau sedang hamil dan dari menginformasikan internet, namun
dari ada yang menda brosur , leaflet, majalah kesehatan, televisi maupun layanan sms bunda.
Oleh karena itu, ibu hamil yang dapat mengakses banyak media informasi memiliki
pengetahuan yang lebih baik daripada ibu hamil yang mengakses sedikit media informasi.
5. Dukungan Suami
Suami sebagai dukungan yang terdekat dengan ibu hamil, memegang peranan penting
dalam mempengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku kesehatan.
dukungan yang baik dari suami, akan lebih memotivasi ibu untuk memperhatikan
ANC. Dukungan dari suami terwujud dalam bentuk sikap dan tindakan yang berupa bantuan,
perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil (Rachmawati, dkk,
2017). Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam
perilaku ibu hamil. Contohnya suami perlu memberikan penjelasan dan motivasi bagi ibu
untuk memeriksa kehamilan minimal empat kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu
memberi kontibusi yang baik kepada ibu dalam mendapatkan pelayanan ANC yang terpadu
dan menghadapi risiko yang terjadi selama kehamilan dan saat persalinan (Notoatmodjo,
2012). Hasil penelitian dari Hasana, dkk (2017) juga menyatakan bahwa ada hubungan
yang baik akan mempengaruhi kunjungan ANC dengan teratur sesuai waktu yang ditetapkan,
sebaliknya dukungan yang kurang baik akan mempengaruhi kurangnya motivasi ibu dalam
melakukan ANC.
6. Sikap Petugas kesehatan
Sikap dari petugas kesehatan merupakan salah stu faktor penting dalam mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang Sikap petugas kesehatan dapat dilihat dari bagaimana
tanggapannya terhadap keluhan pasien, memberikan informasi yang diberikan kepada pasien,
memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami oleh pasien, serta sikap pada saat
sebelum hingga setelah pelayanan kepada pasien. Sikap petugas kesehatan juga dari
pemberikan motivasi agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur ke fasilitas
Hasil penelitian Rachmawati, dkk (2017) menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan di
fasilitas kesehatan mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC oleh ibu hamil. Semakin baik
sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas
kesehatan untuk memeriksa kehamilannya. Menurut Suryani, dkk (2017) peran petugas
kesehatan sebagai sumber informasi juga diperlukan agar dapat mengubah pola perilaku
kepada semua ibu hamil. Pelayanan ANC bertujuan untuk mempersiapkan persalinan dan
kelahiran dengan cara mencegah , mendeteksi , dan mengatasi masalah kesehatan selama
kehamilan yang mempengaruhi ibu hamil dan janinnya , meliputi komplikasi kehamilan
itukondisi yang mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu , serta efek dari gaya hidup
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care yang bersumber dari
teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemeriksaan antenatal care dibagi menjadi 3 yaitu Faktor predisposisi (predisposing
factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (Reinforcing factors).
pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehtan, keyakinan atau presepsi dan nilai-nilai yang dianut, dan
sebagainya.
memfasilitasi perilaku atau tindakan dari seseorang, antara lain terwujud dalam
terjangkau atau tidak pelayanan kesehatan, terjangkau atau tidak pelayanan kesehatan,
c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku seseorang, antara lain terwujud dalam sikap dan perilaku keluarga,
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas yang merupakan
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan ANC,
khususnya penggunaan pelayanan ANC minimal empat kali sesuai jadwal yang sebaiknya
dilakukan setiap trimester selama kehamilan. Hasil penelitian Rachmawati, dkk (2017)
menyatakan bahwa teratur ANC oleh ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Pengetahuan ibu hamil sebagai indikator penting yang mempengaruhi motivasi ibu hamil
untuk melakukan kunjungan ANC. Ibu dengan pengetahuan yang baik mengenai
dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon yang baik
c. Jarak tempat tinggal menunjukkan bahwa semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari
tempat tinggal ibu hamil serta semakin sulit akses menuju fasilitas kesehatan akan
menurunkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Jarak yang jauh akan
membuat ibu berpikir dua kali untuk melakukan kunjungan karena akan membutuhkan
d. Media informasi mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan antenatal pada ibu
hamil yang dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan
kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu cara untuk mengubah
e. Dukungan suami sebagai dukungan yang terdekat dengan ibu hamil memegang peranan
penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku
kesehatan. dukungan yang baik dari suami, akan memotivasi ibu untuk lebih
memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, salah satunya dengan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari suami dapat berupa bantuan,
kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering
pula seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya.
Faktor Predisposisi
- Sikap
- Pengetahuan
Faktor Pemungkin
- Akses
- Media Pemeriksaan Antenatal
Care
Faktor Penguat
- Dukungan suami
- Sikap pelayanan
kesehatan
Pengetahuan
Pemeriksaan
Sikap
Antenatal Care
Tindakan
2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemeriksaan ANC di Puskesmas Korbafo
Tahun 2022,
3. Ada hubungan antara tindakan ibu dengan pemeriksaan ANC di Puskesmas Korbafo
Tahun 2022.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan rancangan penelitian cross sectional yang dilakukan dengan cara pengumpulan data
pada saat bersamaan baik untuk variabel bebas (independen) maupun variabel terikat
(dependen) sekaligus dalam waktu yang sama pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Alak. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel bebas dan terikat
(Cahyani, 2019).
Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao Tahun 2023. Pada bulan Febuari-Maret 2023.
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo pada bulan Januari-Juni
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang merepresentasikan keadaan populasi secara
sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental dengan mengambil responden yang
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Adapun penentuan sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
2 Sikap Sikap adalah penilaian atau - Positif : Jika skor 26- Kuesioner/ Nominal
pendapat ibu hamil tentang 40
Pelayanan Antenatal Care - Negatif : Jika Skor 10- Wawancara
(ANC). 25
(Ghea, 2019) (Skor max 40, SS=4,
S=3, TS=2, STS=1) = 1
3 Tindakan Kuesioner/ Nominal
Wawancara
Variabel Dependen
1. Data Primer
Data primer adalah semua data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti saat
melakukan penelitian. Data tersebut merupakan hasil wawancara, dan kuesioner yang
diajukan kepada ibu yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Korbafo. Data primer
dalam penelitian ini yakni identitas responden, pengetahuan responden, sikap responden dan
tindakan responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh
orang lain, bukan berasal dari peneliti sendiri atau data yang didapatkan dari pencatatan
instansi-instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah ibu hamil dan
jumlah ibu melahirkan tahun 2022, jumlah kunjungan K1 dan K4 tahun 2021-2022 yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao. Adapun data pendukung lain yang
diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, Profil Kesehatan Kota Kupang tahun
relevan dengan data yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kesalahan,
2. Pengkodean (Coding)
Coding merupakan proses pemberian kode pada tiap jawaban kuesioner. Pengkodean
dilakukan pada Ms. excel dengan tujuan agar memudahkan pada saat data dianalisis.
Data entry adalah proses memasukkan data pada software sesuai dengan kode yang
Data cleaning adalah pembersihan data yang dilakukan dengan mengecek kembali
apakah masih terdapat kesalahan atau tidak pada data yang telah di input pada software
sehingga pada saat dilakukan analisis data, hasil yang diperoleh merupakan hasil yang tepat.
1. Analisis Univariat
setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010 dalam Cahyani 2019). Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yang meliputi variabel bebas dan variabel
terikat.Analisis ini untuk mengetahui gambaran distribusi dan proporsi dari masing-masing
variabel yang diteliti, yaitu tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga, dan
aksesibilitas.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan
uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Pada analisis ini membuktikan apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan
menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka artinya kedua variabel secara statistic mempunyai
hubungan yang signifikan dan sebaliknya apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p > p
value (0,05) artinya kedua variabel secara statistic tidak mempunyai hubungan yang
signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang
diinterpretasikan.
1. Pembimbing:
a. Pembimbing I :
NIP :
b. Pembimbing II :
NIP :
2. Peneliti:
b. NIM : 1907010163
3.8 Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: