Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU HAMIL

TERHADAP PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS


KORBAFO TAHUN 2022

OLEH:
RUMIYATI SDOAKAIM
(1907010163)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)
(Depkes RI, 2010). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengenali dan menangani penyulit-
penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, menurunnya
angka kematian morbiditas dan mortalitas pada pada ibu dan anak, memberikan edukasi
tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan dan laktasi
(Mochtar, 1998).
Upaya penurunan angka kematian ibu melalui program EMAS dilakukan dengan
cara: meningkatkan kualitas pelayanan emergency obsterti, minimal di 150 di rumah
sakit (PONEK) dan 300 puskesmas (PONED) serta memperkuat sistem rujukan yang
efesien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes, 2015).
Capaian pelayanan kesehatan ibu, salah satunya adalah melalui pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil. Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui
pemberian pelayanan Antenatal sekurang- kurangnya empat kali selama kehamilan,
dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan dua kali
pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan utnutk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
atau janin berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan, dan pengetahuan dini
komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2015).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu
hamil untuk mengetahui petumbuhan janin dan kesehatan ibu. Menururt Riskesda
2013, hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan (KI) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya
adalah 81,6% dan frekuensi Antenatal Care (ANC) 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada
trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada
trimester ketiga) sebesar 70,4%.
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2020) terdapat 10T standar pelayanan ANC,
yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan (T1), ukuran tekanan darah (T2), nilai
status gizi (ukur Lingkar Lengan Atas/LILA) (T3), ukur fundus uteri/tinggi Rahim (T4),
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) (T5), skrining status imunisasi
tetanus dan diberikan imunisasi tetanus bila diperlukan (T6), pemberian Tablet Tambat
Darah (TTD) (T7), Tes/periksa laboraturium (T8), tatalaksana/penanganan kasus (T9),
temu wicara/konseling (T10) (Loda, 2022).
Cakupan K4 Kabupaten Rote Ndao selama periode 5 tahun terakhir cenderung
mengalami penurunan yang cukup signifikan masih berada dibawah target cakupan
indikator K4 Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 yang sebesar 76%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan ibu hamil masih belum menjawab kebutuhan
akan pelayanan yang berkualitas baik dari segi akses ke faskes, pelayanan tenaga
kesehatan yang memuaskan ibu hamil sehingga dapat memberikan dorongan untuk
kembali memeriksakan kehamilannya maupun pemenuhan sarana dan prasarana faskes,
hal ini mendorong Dinas Kesehatan untuk lebih meningkatkan kegiatan inovatif untuk
meningkatkan cakupan K4 sebagai salah satu parameter keberhasilan pelayanan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh tenaga kesehatan disertai pula upaya
penigkatan peran serta masyarakat antara lain dengan pemanfaatan buku Kesehatan Ibu
dan Anak (Buku KIA pink), program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi denga stiker P4K, kelas ibu hamil serta kemitraan antara paraji dan bidan.
Upaya pemantauan kesehatan pada ibu hamil ini juga dapat memberikan hasil
menurunnyakematian bayi sebesar 15%. Sehingga pada tahun ini tercatat pada jumlah
kematian bayi hanya 43 bayi. Upaya-upaya pelayanan persalinan yang aman dan
signifikan dapat menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi. (Dinkes, 2014).
Pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar (4 kali) akan mempengaruhi
kesejahteraan ibu dan janin. Pada trimester ketiga (≥28 minggu) dilakukan pemeriksaan
karena di usia kehamilan ≥28 minggu telah selesai dilakukan palpasi lambung yang dapat
mengidentifikasi kehamilan ganda, posisi yang tidak biasa/abnormal, atau kondisi lain
yang memerlukan pertolongan klinik.Pemanfaatan pelayanan kesehatan selalu
diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan diri. Dari segi pelayanan kesehatan
ANC, juga dipercaya dapat lebih meningkatkan status kesejahteraan ibu dan janin,
sehingga suatu saat proses persalinan ibu dapat dilakukan dengan aman dan selamat,
serta ibu beserta bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat (Alviani, 2021). Pemanfaatan
pelayanan ANC diharapkan bisa meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin pada
masa kehamilan sehingga pada waktu bersalin ibu dapat melahirkan dengan selamat serta
ibu dan bayi berada dalam keadaan sehat (Loda 2022).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan

Antenatal Care Di Puskesmas Korbafo tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang jadi permasalahan adalah Apakah ada
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan Antenatal
Care Di Puskesmas Korbafo Tahun 2022?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Tindakan Ibu Hamil Terhadap Pemeriksaan Antenatal Care Di
Puskesmas Korbafo Tahun 2022
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku ibu hamil
terhadap Pemeriksaan Antenatal care di Puskesmas Korbafo tahun 2022.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan perilaku ibu hamil terhadap
Pemeriksaan Antenatal care di Puskesmas Korbafo tahun 2022.
3. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga ibu dengan perilaku ibu
hamil terhadap Pemeriksaan Antenatal care di Puskesmas Korbafo tahun
2022.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di
bidang promosi kesehatan dan ilmu perilaku dalam kaitannya dengan perilaku ibu
hamil terhadap Pemeriksaan Antenatal care di puskesmas
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang apa saja faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan ANC.

2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya

melakukan pemeriksaan ANC berdasarkan faktor yang telah dikaji oleh

peneliti.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan

di Puskesmas.

4. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang digunakan oleh

instansi terkait untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan

yang tepat dalam pelaksanaan program pelayanan ANC.

5. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor yang berhubungan

dengan pemanfaatan pelayanan ANC.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Antanetal Care

2.1.1 Pengertian Antenatral Care

Antenatal Care Antenatal Care ( ANC ) merupakan pelayanan kesehatan

berupa pemeriksaan yang diberikan oleh petugas kesehatan profesional untuk semua

ibu hamil dan dilakukan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Petugas

kesehatan yang dimaksud adalah bidan, perawat, dokter umum dan atau dokter

spesialis kandungan. Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk menjaga kesehatan

ibu pada masa kehamilan hingga persalinan sekaligus upaya untuk menurunkan angka

kematian dan kematian pada ibu dan bayi ( Kementerian Kesehatan RI , 2013 ).

Salah satu indikator keberhasilan pelayanan antenatal care adalah kunjungan

K4. Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan kehamilan yang berkualitas. Pelayanan antenatal care

harus dilaksanakan sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang

dianjurkan setiap trimester selama kehamilan. Pemeriksakan kehamilan minimal

empat kali ke petugas kesehatan, terutama pada trimester III ( usia kehamilan > 24

minggu ) lebih menjamin perlindungan terhadap ibu dan janin, melakukan deteksi

serta penanganan dini terhadap kemungkinan adanya komplikasi kehamilan

( Kementerian Kesehatan RI ,2019b ).

2.1.2 Tujuan Pelayanan Antanetal Care

Menurut (Kementerian Kesehatan RI ,2010), tujuan dari pelaksanaan

pelayanan antenatal care antara lain, yaitu :

a. Memantau kemajuan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Meningkatan dan menjaga kesehatan fisik , mental , dan sosial dari ibu dan juga

janin.

c. Mendeteksi dan mengobati dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil , termasuk riwayat penyakit secara umum

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, dan

meminimalkan kemungkinan adanya trauma pada ibu maupun bayinya.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar

dapat memberi ASI secara eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

mempersiapkan tumbuh kembang bayi secara normal.

g. Mencegah bayi lahir prematur, kelahiran mati dan kematian neonatal.

h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

Tujuan dari pelaksanaan pelayanan antenatal dapat tercapai , maka perlu

dilakukan pemeriksaan dan pengawasan selama kehamilannya secara berkala dan

teratur agar jika timbul gangguan terhadap gangguan maka dapat diketahui

sehingga dapat dilakukan perawatan yang lebih cepat dan tepat.

2.1.3 Jadwal Kunjungan pemeriksaan Ibu Hamil

Menurut Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2019 ( Kementerian Kesehatan RI,

2019a ) tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan menyatakan bahwa standar kuantitas pelayanan kesehatan masa hamil

adalah kunjungan 4 kali selama periode kehamilan ( K4 ) dengan ketentuan yang

dilakukan :

a. Satu kali kunjungan pada trimester pertama (0-12 minggu).

b. Satu kali kunjungan pada trimester kedua ( > 12-24 minggu ).

c. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga ( > 24 minggu - persalinan ).


Mengacu dari Permenkes RI ini bahwa pelaksana pelayanan antenatal care

erawat, dokter dan atau dokter spesialis ini dapat dilakukan oleh bidan, konten,

baik yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta

dan yang memiliki Surat Tanda Registrasi ( STR ). Selama melakukan kunjungan

antenatal, ibu hamil akan mendapatkan berbagai pelayanan yang terkait dengan

upaya memastikan tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan

adanya ketidaknormalan atau kemungkinan adanya gangguan kesehatan selama

kehamilan. Identifikasi diperoleh melalui pengenalan terhadap perubahan anatomi

dan fisiologis tubuh dari ibu hamil. Bila diperlukan, dilakukan uji hormonal

kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.

2.1.4 Stabdar Pelayanan ANC

Menurut Permenkes RI nomor 4 tahun 2019 (Kementerian Kesehatan RI,

2019a), pelayanan antenatal care yang memenuhi standar kualitas 10T meliputi :

a. Mengukur berat badan.

b. Mengukur tekanan darah.

c. Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA).

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

e. Presentasi Janin dan juga Denyut Jantung Janin DJJ)

f. Izin kerja sesuai dengan status dan pemanfaatannya Tetanus Toksoid (TT) bila

diperlukan.

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.

h. Tes laboratorium (rutin dan khusus).

i. Tatalaksana/penanganan kasus.

j. Temu wicara (konseling).

2.1.5 Cara Pelayanan Antenatal Care


Menurut USAID (2012), petunjuk atau cara pelayanan antenatal care yang

dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Kunjungan antenatal pertama ( pada trimester pertama )

Kunjungan antenatal pertama adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal yang terpadu dan

komprehensif serta sesuai standar. Kontak pertama ini harus dilakukan sedini

mungkin pada trimester pertama.

Adapun pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pada kunjungan antenatal

pertama antara lain:

1) Anamnesa

a) Menyapa ibu dengan ramah.

b) Menanyakan identitas dari ibu (nama, usia, pendidikan, pekerjaan, alamat,

jumlah anak).

c) Menanyakan identitas suami/pasangan dari ibu (nama, usia, pendidikan,

pekerjaan, alamat, dan status kesehatan suami).

d) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir).

e) Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, riwayat penyakit

yang diderita ibu hamil dan riwayat penyakit keluarga.

f) Menanyakan apakah ada riwayat bayi kembar dari keluarga ibu, keluarga suami,

atau dari kehamilan sebelumnya (jika bukan hamil pertama).

g) Menanyakan tentang teknik TT ibu hamil (apakah ibu sudah mendapatkan

teknik TT sebelumnya, berapa kali, dan kapan) untuk menetapkan status tetanus

ibu hamil.

h) Obat-obat yang dikonsumsi.


i) Gerakan janin dalam kandungan (jika ibu hamil datang pertama kali>20

minggu).

j) Keluhan (muntah berlebihan, pusing, sakit kepala, perdarahan, sakit perut hebat,

demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar

bernafas, keputihan yang berbau).

k) Tanda bahaya kehamilan (perdarahan, pusing, nyeri ulu hati, oedema pada muka

dau ekstremitas, pucat).

l) Jika ibu berada di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat

pemakaian obat malaria.

m)Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat

penyakit pada pasangannya.

n) Kesiapan ketika menghadapi persalinan dan cara menyikapi kemungkinan

terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

o) Kesiapan dana , cinta apakah ada asuransi kesehatan.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.

b) Ukur tekanan darah.

c) Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas/LILA (minimal 23,5 cm)

d) Periksa tanda anemia.

e) Periksa tanda oedema (jika ibu hamil datang pertama kali pada usia kehamilan

>22 minggu).

f) Periksalah kelenjar gondok (Tiroid).

g) Ukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur (jika ibu hamil datang pertama

kali pada usia kehamilan >22 minggu).


h) Palpasi Abdomen (jika ibu hamil datang pertama kali pada usia kehamilan >36

minggu).

i) Menentukan Denyut Jantung Janin/DJJ (jika ibu hamil datang pertama kali pada

usia kehamilan >22 minggu).

j) Memeriksa denyut nadi apakah iramanya ritmis atau tidak, jika tidak harus

dirujuk.

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Tes kehamilan (tergantung dari usia kehamilan)

b) Kadar Hemoglobin darah (Hb)

c) Golongan darah

Sesuai dengan indikasi pada pasien yang dicurigai menderita:

a) Diabetes Mellitus: periksa kadar gula darah

b) TBC: periksa sputum BTA

c) Pemeriksaan darah malaria di daerah endemis malaria, di daerah non endemis

malaria bila ada indikasi.

d) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: Petugas kesehatan wajib menawarkan HIV dan

sifilis secara inklusif serta tes yang lain kepada ibu hamil pada saat kunjungan

antenatal sampai saat melahirkan.

4) Penatalaksanaan

a) Memberikan dan menjelaskan penggunaan buku KIA.

b) Berikan tablet Fe, kalsium, dan vitamin dengan jumlah yang sesuai sampai

dengan pemeriksaan yang berikutnya (pada ibu dengan malaria tidak diberikan

tablet Fe).

c) Menjelaskan fungsi obat yang diberikan.

d) Imunisasi TT (jika dari status latihan TT memerlukan imunis TT).


e) Bila ada indikasi maka dilakukan rujukan.

5) Pendidikan Kesehatan dan Konseling

a) Menerangkan kapan perkiraan persalinan.

b) Menjelaskan perlunya pemeriksaan secara teratur sesuai dengan jadwal dan

jadwal kunjungan berikutnya.

c) Menjelasakan asupan gizi seimbang selama kehamilan yang berguna untuk ibu

dan bayi.

d) Menerangkan pada ibu tentang keterkaitan pemberian karya TT dengan bayinya.

e) menjelaskan penting ibu hamil untuk beristirahat, menjaga kebersihan diri serta

hidup bersih dan sehat pada saat hamil.\

f) menjelaskan penting setiap ibu hamil untuk mendapatkan dukungan emosional

dari suami dan keluarga.

g) Menjelaskan peran suami/keluarga dalam masa kehamilan, persiapan persalinan,

pemilihan tempat, penolong dan pendamping persalinan, serta kesiapan dana

dan donor darah.

h) Menjelaskan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan mempersembahkan ASI

eksklusif.

i) Menerangkan metode KB, mengapa perlu ber-KB, serta manfaat ber-KB

termasuk melaksanakan KB pasca persalinan.

j) Menerangkan tanda dan bahaya selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas,

serta pentingnya kesiapan menghadapi komplikasi.

k) Menjelaskan tentang apa saja gejala penyakit menular dan tidak menular.

l) Mengenalkan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke (PPIA/PMTCT-

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak) di daerah epidemik yang meluas

dan pengendalian HIV.


m)Menjelasakan amanat persalinan dalam buku KIA.

b. Kunjungan antenatal kedua ( pada trimester kedua )

Kunjungan antenatal kedua adalah kontak kedua ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal yang terpadu sesuai

standar. Kontak ini harus dilakukan sedini mungkin saat memasuki trimester kedua.

Adapun pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pada kunjungan antenatal kedua

antara lain:

1) Anamnesa

a) Memberikan salam kepada ibu hamil , meminta buku dan menanyakan apakah

ibu dan keluarga sudah membaca buku KIA serta bagaimana pemahaman ibu

dan keluarga.

b) Asupan gizi (menanyakan apakah ibu mendapat asupan gizi yang cukup dan

seimbang).

c) Imunisasi TT yang sudah didapat (melihat buku KIA).

d) Obat-obat yang dikonsumsi (apakah obat yang diberikan sebelumnya diminum

sampai habis) dan apakah ibu mengkonsumsi obat lainnya.

e) Menanyakan apakah ibu sudah merasakan gerakan janin dan bagaimana

gerakan janin dalam 12 jam terakhir.\

f) Menanyakan apakah sudah ada gambaran tentang pemilihan tempat, penolong

dan pendamping persalinan, ketersediaan dana, dan ketersediaannya terkait

calon donor darah.

g) Apakah ibu ada keluhan (pusing, kepala, perdarahan, demam, batuk sukar

pernapasan, lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak napas atau keputihan

yang berbau, sakit gigi dan sakit saat buang air kecil).

h) Tanda dan bahaya kehamilan (perdarahan, pusing, pandangan kabur).


i) Jika ibu berada di daerah endemis malaria,tanyakan gejala malaria dan

pemakaian obat malaria.

j) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

riwayat penyakit pada pasangannya.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Menimbang berat badan (bandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya).

b) Mengukur tinggi badan, bila belum pernah dilakukan (sebelumnya dilihat

dicatatan).

c) Mengukur tekanan darah untuk mewaspadai jika terjadi kenaikan tekanan

darah. Bila perlu lakukan rujukan.

d) Memeriksa tanda anemia.

e) Memeriksa kelenjar gondok (Hipertiroid).

f) Memeriksa tanda edema (tungkai, punggung tangan dan muka).

g) Mengukur tinggi fundus uteri (bila usia kehamilan >22 minggu).

h) Menentukan penyajian janin dan detak jantung janin (DJJ)

i) Memeriksa denyut nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus

dirujuk.

3) Pemeriksaan Penunjang]

a) Tes kehamilan (jika belum dan tergantung dari usia kehamilan)

b) Kadar Hemoglobin darah (Hb)

c) Golongan darah

Sesuai dengan indikasi pada pasien yang dicurigai menderita:

a) Diabetes Mellitus: pemeriksaan kadar gula darah

b) TBC: pemeriksaan sputum BTA


c) Pemeriksaan darah malaria di daerah endemis malaria, di daerah non endemis

malaria bila ada indikasi

d) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: Petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV

dan sifilis secara inklusif dengan tes yang lain kepada ibu hamil pada saat

kunjungan antenatal sampai saat lahirkan

4) Penatalaksanaan

a) Memberikan dan menjelaskan penggunaan buku KIA (jika ibu hamil belum

memiliki atau hilang).

b) Memberi tablet Fe, kalsium, dan vitamin dengan jumlah yang sesuai dengan

pemeriksaan yang berikutnya (pada ibu dengan malaria tidak diberikan Fe).

c) Imunisasi TT (atau tidak tergantung status TT ibu hamil).

d) Memberikan terapi sesuai kondisi ibu dan kompetensi pemberi asuhan

antenatal.

e) Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi pada ibu yang berdampak pada bayi

yang dikandungnya.

f) Bila ada indikasi maka dilakukan rujukan.

g) Pastikan amanat persalinan telah terisi.

5) Pendidikan Kesehatan dan Konseling

a) Menegaskan kapan perkiraan persalinan.

b) Memeriksa pemeriksaan kehamilan berikutnya sesuai jadwal.

c) menjelaskan tentang manfaat obat yang diberikan sebelumnya dan obat yang

tidak boleh dikonsumsi ibu.

d) Meminta ibu menjelaskan asupan gizi yang dikonsumsi, menjelaskan perlunya

kecukupan gizi seimbang selama kehamilan.


e) Bila ibu mendapatkan teknik TT maka menjelaskan keterkaitan pemberian TT

dengan bayinya.

f) Menjelaskan kebersihan diri dan perilaku hidup bersih dan sehat selama

kehamilan.

g) Menjelaskan pentingnya setiap ibu hamil mendapatkan istirahat yang cukup

serta dukungan emosional dari suami dan keluarga.

h) Menjelaskan pada ibu pentingnya memberi stimulasi pada bayi yang

dikandungnya dan menjelaskan juga caranya.

i) Menjelaskan pada ibu dan suami/keluarga pentingnya mempersiapkan

persalinan, pemilihan tempat, penolong dan pendamping persalinan serta

kesiapan dana (pengurusan terkait jaminan persalinan) dan ketersediaan donor

darah.

j) Menjelaskan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Ekslusif.

k) Menerangkan metode KB dan manfaat KB pasca persalinan.

l) Menerangkan tanda dan bahaya pada ibu trimester II kehamilan, persalinan

dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi.

m)Menjelaskan tentang gejala penyakit menular dan tidak menular.

n) Mengenalkan tentang Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA /

PMTCT) di daerah epidemik meluas dan penyebaran HIV.

o) Menjelaskan cara mempersiapan diri menjadi orang tua yang akan memiliki

bayi.

c. Kunjungan antenatal ketiga (pada trimester ketiga)

Kunjungan antenatal ketiga adalah kontak ketiga ibu hamil dengan petugas

kesehatan yang kompeten dalam memberikan pelayanan antenatal yang terpadu sesuai
standar yang ditetapkan. Kontak ini harus dilakukan sedini mungkin ketika memasuki

trimester ketiga kehamilan.

Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan antenatal ketiga antara lain

yaitu:

1) Anamnesa

a) Menanyakan apakah ibu mendapatkan asupan gizi seimbang yang cukup

selama kehamilan.

b) Menanyakan gerakan janin dalam 12 jam terakhir, dan apakah gerakannya

cukup kuat dan sering.

c) Menanyakan apakah obat-obat yang diberikan sebelumnya dikonsumsi habis

dan apakah ibu mengkomsumsi obat lainnya.

d) Menanyakan imunisasi TT ibu untuk menentukan status imunisasi ibu.

e) Menanyakan apakah ada keluhan seperti: muntah berlebihan, pusing, sakit

kepala, perdarahan, nyeri perut hebat, demam, batuk lama, berdebar-debar,

cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas, dan keputihan yang berbau.

f) Menanyakan apakah ada tanda bahaya kehamilan: perdarahan, pusing,

pandangan kabur, ulu hati.

g) Jika pemeriksaan kehamilan sebelumnya ditemukan penyakit pada ibu dan

sudah mendapat penanganan/atau perlu menanyakan bagaimana kondisinya

saat ini dan hasil rujukan. h ) Jika ibu berada di daerah endemis malaria , cinta

gejala malaria dan riwayat pemakaian obat malaria.

h) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

riwayat penyakit pada pasangannya.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Menimbang berat badan, bagaimana kenaikan berat badan.


b) Mengukur tinggi badan (jika belum).

c) Mengukur tekanan darah, tetap waspada jika terjadi kenaikan tekanan darah.

Bila perlu lakukan rujukan.

d) Mengukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur.

e) Periksa tanda anemia.

f) Periksa tanda edema (tungkai, telapak tangan dan muka ibu).

g) Periksa kelenjar gondok/tiroid apakah ada pembesaran.

h) Menilai pembesaran abdomen sesuai atau tidak dengan usia kehamilan.

i) Tentukan presentasi janin dalam kandungan (usia kehamilan >36 minggu)

hitung detak jantung janin.

j) Tentukan apakah janin kembar atau tidak dengan palpasi, dengarkan detak

jantung janin.

k) Periksa denyut nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus

dirujuk.

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Memeriksa Kadar Hemoglobin darah (Hb), bila belum dilakukan pada

kunjungan sebelumnya

b) Pemeriksaan Golongan darah (jika belum)

c) Periksa dan pastikan mendapatkan calon pendonor dengan golongan darah

yang sama dengan golongan darah ibu hamil

Sesuai Indikasi pada pasien yang dicurigai menderita:

a) Protein urin, jika ada tanda-tanda preeklampsia

b) Diabetes Mellitus: pemeriksaan kadar gula darah

c) TBC: periksa sputum BTA


d) Pemeriksaan darah malaria di daerah endemis malaria , di daerah non endemis

malaria bila ada indikasi.

e) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV

dan sifilis secara inklusif bersama tes yang lain kepada ibu hamil pada saat

kunjungan antenatal sampai melahirkan.

4) Pelaksanaan

a) Menjelaskan pada ibu dan keluarga dari buku KIA yang harus dibaca dan

dipastikan ibu dan keluarga memahami buku tersebut.

b) Beri tablet Fe , kalsium , dan vitamin sampai jadwal berikutnya, serta jelaskan

manfaatnya.

c) Imunisasi TT (jika memang diperlukan sesuai status latihan TT ibu).

d) Penatalaksanaan yang sesuai saat memasuki usia kehamilan trimester III dan

jika adakomplikasi/penyulit.

e) Bila ada indikasi maka harus dilakukan rujukan.

f) Memfasilitasi keluarga dan memastikan jaminan persalinan dan perawatan

pasca persalinan bagi ibu dan neonatus.

5) Pendidikan Kesehatan dan Konseling

a) Menjelaskan kapan perkiraan persalinan dan persiapan yang harus dilakukan

serta mengenali tanda-tanda persalinan.

b) Mendorong ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan pada kunjungan

berikutnya dengan tujuan untuk memastikan kesiapan fisik ibu dan kondisi

janin, serta mengidentifikasi adanya faktor resiko, sehingga dapat diberikan

penanganan sedini mungkin (sebaiknya setiap dua minggu).

c) Menjelaskan kecukupan gizi; cukup protein, kalor , vitamin dan mineral pada

trimester tiga kehamilan.


d) Menerangkan keterkaitan pemberian imunisasi TT dengan bayinya.

e) Menjelaskan kebersihan diri dan PHBS selama kehamilan.

f) Meminta pada suami dan keluarga untuk mendukung ibu hamil mendapat

istirahat, serta memberi dukungan pada ibu untuk menghadapi kehamilan.

g) Menjelaskan tentang pentingnya stimulasi pada bayi yang dikandung dan

jelaskan caranya.

h) Memastikan pilihan tempat untuk bersalin dan pendamping persalinan, serta

kesiapan dana dan donor darah.

i) Menjelaskan pada keluarga dan ibu tentang hal-hal yang perlu mendapatkan

perhatian: tanda bahaya pada kehamilan trimester tiga, pada persalinan, dan

pada pasca persalinan, serta kesiapan keluarga bila terjadi komplikasi.

j) Meyakinkan ibu dan suami/keluarga tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) dan pemberian ASI eksklusif (kapan dilakukan dan manfaatnya) serta

bagaimana cara melakukan.

k) Meyakinkan ibu dan suami/keluarga pentingnya ber-KB, dimulai dengan KB

pasca salin.

l) Meyakinkan ibu dan pentingnya kesiapan menjadi orang tua.

d. Kunjungan antenatal keempat (pada trimester ketiga)

Kunjungan antenatal keempat adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang kompeten dalam memberikan asuhan antenatal terpadu sesuai standar. Kontak

ini dilakukan pada trimester tiga kehamilan, minimal dua atau satu minggu sebelum

taksiran persalinan, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya serotinus.

Adapun pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pada kunjungan antenatal eempat

antara lain:

1) Anamnesa
a) Menanyakan kondisi dan perasaan ibu saat ini serta memenuhi ibu

mendapatkan istirahat yang cukup.

b) Menanyakan kecukupan asupan gizi (apakah ibu dapat asupan gizi yang cukup

dan seimbang).

c) Menanyakan gerakan janin dalam 12 jam terakhir, apakah gerakannya cukup

kuat dan sering.

d) Memastikan apakah obat-obat yang diberikan sebelumnya dikonsumsi dan

apakah ibu mengkomsumsi obat lainnya.

e) Menanyakan untuk memastikan kesiapan persalinan.

f) Menanyakan adakah tanda bahaya kehamilan (perdarahan, pusing, pandangan

kabur, keluar air).

g) Apakah ibu berpenampilan seperti; muntah berlebihan, pusing, sakit kepala,

perdarahan, nyeri perut hebat, demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah,

sesak nafas atau sukar bernafas, keputihan yang berbau.

h) Jika ibu berada di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan

riwayat pemakaian obat malaria.

i) Jika ibu berada di daerah berisiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

riwayat penyakit pada pasangannya.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Timbang berat badan.

b) Mengukur tekanan darah, waspadai jika terjadi kenaikan tekanan darah. Bila

perlu lakukan rujukan.

c) Mengukur tinggi fundus uteri dengan pita pengukur, sesuai atau tidak dengan

usia kehamilan.

d) Tentukan taksiran berat janin.


e) Gambarkan presentasi janin.

f) Nilai denyut jantung janin (Normal: 120-160 kali/menit, <120 kali/menit atau

>160 kali/menit, gawat janin dan kematian).

g) Periksa tanda anemia.

h) Periksa tanda edema pada tungkai, punggung tangan, dan muka ibu.

i) Jika ada keluhan keluar air, periksa dan pastikan air ketuban atau bukan

dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan cairan dengan kertas lakmus.

Pemeriksaan dalam tidak dilakukan, jika ada perdarahan.

j) Periksa nadi apakah iramanya teratur atau tidak, jika tidak harus dirujuk.

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Kadar Hemoglobin darah (Hb).

b) Golongan darah (jika belum).

c) Memastikan golongan darah pendonor sama dengan ibu hamil.

Sesuai Indikasi pada pasien yang dicurigai menderita:

a) Jika tanda-tanda preeklampsia: periksa proteinurin.

b) Diabetes Mellitus: periksa kadar gula darah.

c) TBC: periksa sputum BTA.

d) Pemeriksaan darah malaria di daerah endemis malaria, di daerah non endemis

malaria bila ada indikasi.

e) Pemeriksaan HIV dan Sifilis: petugas kesehatan wajib menawarkan tes HIV

dan sifilis secara inklusif serta tes yang lain kepada ibu hamil saat kunjungan

antenatal sampai saat kelahiran.

4) Penatalaksanaan

a) Meyakinkan ibu tentang pentingnya memahami dan mempelajari penggunaan

buku KIA.
b) Melanjutkan pemberian vitamin, tablet Fe, asam folat, dan kalsium.

c) Memastikan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap.

d) Penatalaksanaan disesuaikan dengan kehamilan trimester tiga. Jika ada

komplikasi/penyulit segera lakukan rujukan.

e) Membantu keluarga untuk memastikan tersedianya jaminan biaya dan

perawatan pasca persalinan.

f) Memastikan amanat persalinan terisi dengan lengkap dalam buku KIA.

5) Pendidikan Kesehatan dan Konseling

a) Mengingatkan waktu persalinan dan memastikan suami dan keluarga untuk

melakukan persiapan persalinan.

b) Memotivasi ibu dan keluarga untuk kesiapan secara fisik dan mental saat akan

menghadapi persalinan.

c) Meminta keluarga untuk memenuhi asupan gizi cukup protein, kalori, vitamin

dan mineral bagi ibu dan bayi yang akan lahir.

d) Menjelaskan kebersihan diri selama kehamilan dan perilaku hidup bersih dan

sehat menjelang persalinan.

e) Menjelaskan pentingnya ibu untuk mendapatkan istirahat yang cukup serta

dukungan dari suami dan keluarga untuk menghadapi persalinan.

f) Meminta suami dan keluarga untuk memastikan pilihan tempat, penolong dan

pendamping persalinan, kesiapan dana, dan donor darah.

g) Jika ibu termasuk risiko tinggi maka arahkan dan jelaskan tempat terbaik

untuk ibu bersalin, alasan dan beri surat rujukan.

h) Tanda dan bahaya pada trimester III kehamilan, persalinan dan pasca

persalinan serta kesiapan kemungkinan menghadapi komplikasi.


i) Meyakinkan ibu dan keluarga pentingnya IMD dan mempersembahkan ASI

eksklusif serta menjelaskan caranya.

j) Meyakinkan ibu dan keluarga tentang pentingnya ber-KB dimulai dengan KB

pasca persalinan.

k) Meyakinkan ibu dan pentingnya kesiapan menjadi orang tua.

2.1.6 Kebijakan Pelayanan Antenatal

Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya menurunkan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengacu pada strategi intervensi "Empat

Pilar Safe Motherhood' antara lain meliputi: Keluarga Berencana, Antenatal care,

Persalinan Aman dan Bersih, serta Pelayanan Obstetri Esensial.

Kementerian kesehatan telah mencanangkan strategi pelayanan obstetri dan

neonatal untuk setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer

(MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu:

a. Setiap ibu yang bersalin harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal akan mendapatkan pelayanan yang

adekuat.

c. Setiap perempuan dalam rentang usia subur memiliki akses pencegahan dan

penatalaksanaan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

terhadap kemungkinan adanya komplikasi pasca keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan

ANC paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai

berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2013):

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia kehamilan 12 minggu,

tujuannya adalah:

a) Penapisan dan pengobatan anemia.


b) Perencanaan persalinan.

c) Pengenalan komplikasi kehamilan dan pengobatannya.

2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 13-24 minggu, tujuannya adalah:

a) Pengenalan komplikasi kehamilan dan pengobatannya.

b) Penapisan preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan.

c) Mengulang perencanaan persalinan.

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) >24 minggu sampai dengan

minggu ke 36 dan sampai kelahiran. Kunjungan antenatal care bisa lebih dari 4

kali sesuai kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan

kehamilan, tujuannya:

a) Sama seperti kegiatan kunjungan I dan II.

b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi janin.

c) Memantapkan rencana persalinan.

d) Mengenali tanda-tanda persalinan

2.2 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu Hamil terhadap pemeriksaaan

Antenatal Care (K4)

Perilaku kesehatan merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Menurut

Becker (1979) perilaku kesehatan adalah tindakan atau kegitatan seseorang dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk tindakan mencegah penyakit,

kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya. Domain perilaku adalah

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2014)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Lawrence Green dalam

Notoadmojo (2014). Menurut Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non-

behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor

(Notoatmodjo, 2012).

a. Faktor predisposisi (predisposing factors) adalah faktor-faktor yang mempermudah dan

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain terwujud dalam pengetahuan

dan sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, keyakinan atau persepsi dan nilai-nilai yang dianut, dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors) faktor-faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, terjangkau atau tidak

pelayanan kesehatan, termasuk media berisi informasi kesehatan, dan sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku, antara lain terwujud dalam sikap dan perilaku keluarga,

tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Selain itu, adanya undang-

undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan kesehatan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan

antenatal care, antara lain adalah:

1. Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan melalui panca indera terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan adalah domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour) (Notoatmodjo, 2012).


Menurut (Notoatmodjo, 2014), domain pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

Tahu adalah kemampuan untuk mengingat kembali (recall) suatu materi yang spesifik

dari yang telah dipelajari sebelumnya atau yang telah diterima. Oleh karena itu, 'tahu'

adalah tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu

tentang apa yang dipelajari yakni: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikannya secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan,

dan sebagainya.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya pada konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

tertentu ke dalam komponen-komponen, tetapi tetap masih ada kaitannya antara satu

dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dilihat dari penggunaan kata kerja yakni:

dapat menggambarkan, membedahkan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainnya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan artian lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek tertentu. Penilaian itu dilakukan berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriterian yang telah ada.

Perilaku seseorang yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Suryani, dkk (2017)

menyatakan bahwa pengetahuan yang baik akan mempengaruhi kunjungan ANC, demikian

juga pengetahuan ibu yang kurang baik akan mempengaruhi kurangnya kunjungan

ANC.sejalan dengan hasil penelitian Silmiyanti dan Idawati (2019) yang menyatakan bahwa

pengetahuan memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kunjungan antanetal care. Menurut

Sari, dkk (2018) bahwa sebagian ibu yang patuh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah ibu

dengan pengetahuan tinggi. Ibu yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung melakukan

pemeriksaan kehamilan lebih teratur dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan

rendah. Mengacu pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu

hamil maka pemanfaatan ANC juga meningkat.

2. Sikap ibu

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang suatu stimulus

atau objek tertentu. Manifestasi sikap dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat melihat

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2012).

Menurut pendapat Allport (1954), sikap memiliki tiga pokok komponen (Notoatmodjo,

2014), yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Dalam mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
mendukung, antara lain fasilitas dan juga faktor yang dibutuhkan dukungan dari pihak lain

(Notoatmodjo, 2012).

Purwanto (1998) mengemukakan bahwa ada dua macam sikap, yaitu sikap positif

(kecenderungan tindakan mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu) dan

sikap negatif (kecenderungan untuk menghindari, menghindari dan memilih tertentu).

Menurut Rachmawati, dkk (2017) bahwa sikap ibu hamil terhadap layanan yang

mempengaruhi kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif

Memperhatikan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat

meningkatkan motivasinya untuk melakukan kunjungan ANC. Sedangkan, sikap negatif

membuat kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan ANC. Sejalan dengan hasil

penelitian Putri dan Surjadi (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara sikap ibu terhadap pemerikasaan antanetal dengan kepatuhan kunjungan ANC.

3. Aksesibilitas Pelayanan

Aksesibilitas pelayanan berupa keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan yang dapat

dinilai dari jarak, waktu, dan kemudahan menuju tempat pelayanan kesehatan.

Keterjangkauan artinya layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat, tidak

terhalang oleh keadaan geografis. Jika jarak tempuh suatu tempat dekat dengan tempat

lainnya, berarti aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika berjauhan

aksesibilitas antara keduanya rendah. Jika kedua tempat memiliki waktu tempuh yang cepat

maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat

menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya yang menggabungkan

waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi (Reskiani, dkk, 2015).

Hasil penelitian Reskiani, dkk (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna (positif) antara aksesibilitas dengan pemanfaatan pelayanan ANC. Akses

pelayanan kesehatan merupakan salah satu elemen yang dibutuhkan ibu untuk dapat
menerima pelayanan kesehatan. Ibu hamil yang teratur memanfaatkan pelayanan ANC

karena cenderung mudah mengakses tempat pelayanan kesehatan, jarak rumah dengan tempat

pelayanan dan dapat dicapai dengan jalan kaki atau menggunakan sarana transportasi dengan

biaya yang terjangkau, serta tidak memerlukan waktu lama selama perlanan. Sebaliknya, ibu

hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC cenderung sulit dalam menjangkau

pelayanan ANC dikarenakan transportasi yang sulit untuk menjangkau tempat pelayanan

kesehtan. Hal ini mengakibatkan munculnya perasaan malas atau enggan untuk pergi ke

tempat pelayanan kesehatan dan memeriksa kehamilannya. Sejalan juga dengan hasil

penelitian Karyanah (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keterjangkauan

jarak tempat tinggal dengan keteraturan ANC.

4. Paparan Media Informasi

Sumber informasi yang diperoleh terkait dengan informasi tentang pemeriksaan

kehamilan (pelayanan ANC) yang berasal dari petugas kesehatan maupun melalui media.

Informasi yang diperoleh melalui petugas kesehatan dapat berupa penyuluhan-penyuluhan

kesehatan. Sedangkan informasi yang diperoleh dari media berasal dari media elektronik

(radio, televisi, dan lain-lain), dan media cetak berupa brosur, poster, leaflet, buku-buku,

majalah, koran, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012). Media yang mencakup informasi

mengenai pentingnya pelayanan antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan

dan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan (Rachmawati, dkk, 2017).

Hasil penelitian Hasana, dkk (2017) menyatakan bahwa ada hubungan antara media

informasi dengan pemanfaatan pelayanan ANC. Ibu hamil yang memperoleh informasi yang

cukup dari media informasi dan memanfaatkan pelayanan ANC karena informasi yang

diperoleh dapat mempengaruhi pengetahuan ibu hamil. Sejalan dengan hasil penelitian

Nurmawati dan Indrawati (2018) bahwa terdapat hubungan antara media informasi dengan

cakupan kunjungan ANC. Penelitian ini menunjukkan bahwa cakupan kunjungan ANCnya
tidak tercapai lebih besar pada ibu hamil yang tidak memperoleh informasi dari media

dibandingkan ibu hamil yang memperoleh informasi. Hal ini dikarenakan rata-rata ibu hamil

hanya memperoleh informasi dari penyuluhan yang dilakukan oleh bidan setempat melalui

kelas ibu hamil maupun saat memeriksa kehamilan, informasi dari kader posyandu maupun

teasitangga yang pernah hamil atau sedang hamil dan dari menginformasikan internet, namun

dari ada yang menda brosur , leaflet, majalah kesehatan, televisi maupun layanan sms bunda.

Oleh karena itu, ibu hamil yang dapat mengakses banyak media informasi memiliki

pengetahuan yang lebih baik daripada ibu hamil yang mengakses sedikit media informasi.

5. Dukungan Suami

Suami sebagai dukungan yang terdekat dengan ibu hamil, memegang peranan penting

dalam mempengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku kesehatan.

dukungan yang baik dari suami, akan lebih memotivasi ibu untuk memperhatikan

kesehatannnya, termasuk rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

ANC. Dukungan dari suami terwujud dalam bentuk sikap dan tindakan yang berupa bantuan,

perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil (Rachmawati, dkk,

2017). Dukungan suami dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam

perilaku ibu hamil. Contohnya suami perlu memberikan penjelasan dan motivasi bagi ibu

untuk memeriksa kehamilan minimal empat kali selama kehamilan. Dukungan seperti itu

memberi kontibusi yang baik kepada ibu dalam mendapatkan pelayanan ANC yang terpadu

dan menghadapi risiko yang terjadi selama kehamilan dan saat persalinan (Notoatmodjo,

2012). Hasil penelitian dari Hasana, dkk (2017) juga menyatakan bahwa ada hubungan

antara dukungan suami/keluarga dengan pemanfaatan pelayanan ANC. Dukungan suami

yang baik akan mempengaruhi kunjungan ANC dengan teratur sesuai waktu yang ditetapkan,

sebaliknya dukungan yang kurang baik akan mempengaruhi kurangnya motivasi ibu dalam

melakukan ANC.
6. Sikap Petugas kesehatan

Sikap dari petugas kesehatan merupakan salah stu faktor penting dalam mempengaruhi

perilaku kesehatan seseorang Sikap petugas kesehatan dapat dilihat dari bagaimana

tanggapannya terhadap keluhan pasien, memberikan informasi yang diberikan kepada pasien,

memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami oleh pasien, serta sikap pada saat

sebelum hingga setelah pelayanan kepada pasien. Sikap petugas kesehatan juga dari

pemberikan motivasi agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur ke fasilitas

kesehatan (Lihu, dkk, 2015).

Hasil penelitian Rachmawati, dkk (2017) menyatakan bahwa sikap petugas kesehatan di

fasilitas kesehatan mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC oleh ibu hamil. Semakin baik

sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas

kesehatan untuk memeriksa kehamilannya. Menurut Suryani, dkk (2017) peran petugas

kesehatan sebagai sumber informasi juga diperlukan agar dapat mengubah pola perilaku

terutama dalam memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu karena

dengan pengetahuan yang baik akan mempengaruhi kunjungan ANC, sebaliknya

pengetahuan yang kurang baik akan mempengaruhi kurangnya kunjungan ANC.

2.3 Kerangka Konsep

2.3.1 Kerangka Berpikir

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terpadu dan berkualitas yang diberikan

kepada semua ibu hamil. Pelayanan ANC bertujuan untuk mempersiapkan persalinan dan

kelahiran dengan cara mencegah , mendeteksi , dan mengatasi masalah kesehatan selama

kehamilan yang mempengaruhi ibu hamil dan janinnya , meliputi komplikasi kehamilan

itukondisi yang mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu , serta efek dari gaya hidup

yang tidak sehat(Mikrajab dan Rachmawati, 2016).


Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan antenatal care yang bersumber dari

teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014). Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemeriksaan antenatal care dibagi menjadi 3 yaitu Faktor predisposisi (predisposing

factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (Reinforcing factors).

a. Faktor Predisposisi (predisposing factors) adalah faktor yang mempermudah dan

mempredisposisi terjadinya faktor perilaku seseorang, antara lain terwujud dalam

pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehtan, keyakinan atau presepsi dan nilai-nilai yang dianut, dan

sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan dari seseorang, antara lain terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,

terjangkau atau tidak pelayanan kesehatan, terjangkau atau tidak pelayanan kesehatan,

termasuk media berisi informasi kesehatan, dan sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku seseorang, antara lain terwujud dalam sikap dan perilaku keluarga,

tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk petugas yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Selain itu, adanya undang-undang,

peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan

kesehatan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memanfaatkan pelayanan ANC,

khususnya penggunaan pelayanan ANC minimal empat kali sesuai jadwal yang sebaiknya
dilakukan setiap trimester selama kehamilan. Hasil penelitian Rachmawati, dkk (2017)

menyatakan bahwa teratur ANC oleh ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Pengetahuan ibu hamil sebagai indikator penting yang mempengaruhi motivasi ibu hamil

untuk melakukan kunjungan ANC. Ibu dengan pengetahuan yang baik mengenai

kesehatan menganggap menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi

kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.

b. Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan mempengaruhi kepatuhannya

dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon yang baik

mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat

meningkatkan frekuensi kunjungan. Sedangkan, sikap yang negatif membuat ibu

kehilangan motivasi untuk melakukan kunjungan.

c. Jarak tempat tinggal menunjukkan bahwa semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari

tempat tinggal ibu hamil serta semakin sulit akses menuju fasilitas kesehatan akan

menurunkan motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Jarak yang jauh akan

membuat ibu berpikir dua kali untuk melakukan kunjungan karena akan membutuhkan

banyak tenaga dan waktu setiap melakukan kunjungan.

d. Media informasi mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan antenatal pada ibu

hamil yang dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan

kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu cara untuk mengubah

perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.

e. Dukungan suami sebagai dukungan yang terdekat dengan ibu hamil memegang peranan

penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku

kesehatan. dukungan yang baik dari suami, akan memotivasi ibu untuk lebih

memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, salah satunya dengan berkunjung ke fasilitas
kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari suami dapat berupa bantuan,

perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil.

f. Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan juga mempengaruhi frekuensi

kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering

pula seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya.

Faktor Predisposisi
- Sikap
- Pengetahuan

Faktor Pemungkin
- Akses
- Media Pemeriksaan Antenatal
Care

Faktor Penguat
- Dukungan suami
- Sikap pelayanan
kesehatan

Sumber: Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoamojo (2014)


2.3.2 Kerangka Hubungan Antara Variabel

Pengetahuan

Pemeriksaan
Sikap
Antenatal Care

Tindakan

: Variabel Independent yang diteliti

: Variabel Dependent yang diteliti

2.3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemeriksaan ANC di Puskesmas

Korbafo Tahun 2022,

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan pemeriksaan ANC di Puskesmas Korbafo

Tahun 2022,

3. Ada hubungan antara tindakan ibu dengan pemeriksaan ANC di Puskesmas Korbafo

Tahun 2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

dengan rancangan penelitian cross sectional yang dilakukan dengan cara pengumpulan data

pada saat bersamaan baik untuk variabel bebas (independen) maupun variabel terikat

(dependen) sekaligus dalam waktu yang sama pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Alak. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel bebas dan terikat

(Cahyani, 2019).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo Kecamatan

Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao Tahun 2023. Pada bulan Febuari-Maret 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu yang melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas Korbafo pada bulan Januari-Juni

2022 berjumlah … ibu.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang merepresentasikan keadaan populasi secara

menyeluruh. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni denganaccidental

sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental dengan mengambil responden yang

kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Penentuan besar sampel menggunakan rumus rumus Lameshow

(1997), sebagai berikut:


N . Z 2 . p .(1− p)
n= 2 2
d . ( N−1 ) + Z . p .(1− p)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

Z = Nilai standar normal (α=0,05) = 1,96

p = Perkiraan proporsi sampel = 0,5

d = Derajat ketepatan yang diinginkan = 0,1

Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh besar sampel sebanyak … orang.

Adapun penentuan sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan

2) Bersedia menjadi responden

3) Melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Alak

2. Kriteria Ekslusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Ibu yang melahirkan namun bayi meninggal dunia

3) Tidak melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Alak (Bidan Praktek, Dokter

Praktek, Klinik, Rumah Sakit).


3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Alat Ukur Skala data


Variabel Indepenen
1 pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang 1. Kurang: Jawaban Kuesioner/ Ordinal
diketahui ibu yang berkaitan benar 0-4
dengan kehamilannya dan pertanyaan Wawancara
pelayanan antenatal care 2. Cukup: Jawaban
yaitu pengertian antenatal benar 5-8
care, tujuan pelayanan pertanyaan
antenatal care, tempat 3. Baik: Jawaban
pemeriksaan antenatal, benar 9-12
frekuensi pemeriksaan, serta pertanyaan
jenis standar pelayaanan (12 Pertanyaan dengan
antenatal care dengan skor 1 pada setiap
penerapan operasionalnya pertanyaan)
dikenal standar minimal (10
T).

2 Sikap Sikap adalah penilaian atau - Positif : Jika skor 26- Kuesioner/ Nominal
pendapat ibu hamil tentang 40
Pelayanan Antenatal Care - Negatif : Jika Skor 10- Wawancara
(ANC). 25
(Ghea, 2019) (Skor max 40, SS=4,
S=3, TS=2, STS=1) = 1
3 Tindakan Kuesioner/ Nominal

Wawancara

Variabel Dependen

4 Pemeriksaan Pelayanan yang digunakan - Kurang memanfaatkan Kuesioner/ Nominal


Antenatal Care ibu hamil untuk
memeriksakan diri selama (≤ 3x kunjungan) Wawancara
kehamilan untuk mengetahui
keadaan hamilnya yang - Memanfaatkan 1
dilakukan minimal 1 kali
pada timester 1, 1 kali pada (Minimal 4x
trimester 2 dan 2 kali pada
trimester 3. kunjungan)
3.5 Jenis, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah semua data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti saat

melakukan penelitian. Data tersebut merupakan hasil wawancara, dan kuesioner yang

diajukan kepada ibu yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Korbafo. Data primer

dalam penelitian ini yakni identitas responden, pengetahuan responden, sikap responden dan

tindakan responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh

orang lain, bukan berasal dari peneliti sendiri atau data yang didapatkan dari pencatatan

instansi-instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah ibu hamil dan

jumlah ibu melahirkan tahun 2022, jumlah kunjungan K1 dan K4 tahun 2021-2022 yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao. Adapun data pendukung lain yang

diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, Profil Kesehatan Kota Kupang tahun

2018, Kemenkes 2018, jurnal dan skripsi.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan variabel dan kebutuhan penelitian

3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yaitu kuesioner

3.6 Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

1. Menyunting data (data editing)


Editing dilakukan untuk memastikan apakah form sudah diisi dengan lengkap, jelas, dan

relevan dengan data yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kesalahan,

kelengkapan, dan kebenaran pengisian kuesioner.

2. Pengkodean (Coding)

Coding merupakan proses pemberian kode pada tiap jawaban kuesioner. Pengkodean

dilakukan pada Ms. excel dengan tujuan agar memudahkan pada saat data dianalisis.

3. Memasukkan Data (Data entry)

Data entry adalah proses memasukkan data pada software sesuai dengan kode yang

sudah diberikan pada setiap jawaban responden.

4. Membersihkan Data (Data cleaning)

Data cleaning adalah pembersihan data yang dilakukan dengan mengecek kembali

apakah masih terdapat kesalahan atau tidak pada data yang telah di input pada software

sehingga pada saat dilakukan analisis data, hasil yang diperoleh merupakan hasil yang tepat.

3.6.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010 dalam Cahyani 2019). Analisis ini dilakukan

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi yang meliputi variabel bebas dan variabel

terikat.Analisis ini untuk mengetahui gambaran distribusi dan proporsi dari masing-masing

variabel yang diteliti, yaitu tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga, dan

aksesibilitas.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi dengan pengujian statistik (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat digunakan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Pada analisis ini membuktikan apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan

analisis chi-square, dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil perhitungan

menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka artinya kedua variabel secara statistic mempunyai

hubungan yang signifikan dan sebaliknya apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p > p

value (0,05) artinya kedua variabel secara statistic tidak mempunyai hubungan yang

signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat

dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang. (Ghea, 2019)

3.6.3 Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang

diinterpretasikan.

3.7 Organisasi dan Personalia Penelitian

1. Pembimbing:

a. Pembimbing I :

NIP :

b. Pembimbing II :

NIP :

2. Peneliti:

a. Nama : Rumiyati Sodakain

b. NIM : 1907010163
3.8 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

3.9 Rencana Anggaran Penelitian

Anda mungkin juga menyukai