Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita

selama kehamilan dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa

ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2016: 1).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah

seorang wanita merasa dirinya telah hamil (Depkes, 2017: 10). Setiap

kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko mengalami penyulit

atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara

rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas

(Depkes, 2015: 6). Beberapa masalah kesehatan yang dialami perempuan di

berbagai belahan bumi menunjukkan bahwa hampir 500.000 perempuan

meninggal dunia setiap tahunnya karena melahirkan dan 90% di antaranya

berada di negara berkembang (Rachmawati, 2016: 25). Sampai saat ini

kematian ibu masih merupakan salah satu masalah utama di bidang

Kesehatan Ibu dan Anak (Sulistyawati, 2018: 1). WHO memperkirakan

sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi

yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari

5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu

komplikasi atau masalah yang menjadi fatal (Hani, Umi, dkk., 2017: 6).

WHO sudah menetapkan standar dalam melakukan antenatal care,

minimal 4 kali selama kehamilan. Untuk melihat jumlah ibu hamil yang

sudah melakukan antenatal care yaitu dari hasil pencapaian indikator cakupan
pelayanan K1 dan K4. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal care yang

dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah

kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal care minimal 4

kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2

kali pada trimester ketiga (Depkes (2018), dalam Arihta, 2017). Pemeriksaan

kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui

pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia

(95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi

kehamilan minimal 4 kali (K4) selama masa kehamilannya adalah 83,5%

(Rikesdas, 2013).

Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan

selama kehamilan dengan ketentuan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada

trimester II dan 2 kali pada trimester III, sehingga resiko tinggi kehamilan

dapat ditemukan pada saat antenatal care (ANC) (Rachmawati, 2016).

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan

program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilannya.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan antenatal dapat dilakukan dengan cara; penemuan dini ibu hamil

melalui stiker P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi) dan buku KIA yang melibatkan kader dan perangkat desa,

meningkatkan cakupan antenatal dengan meningkatkan pengetahuan dan

perubahan perilaku ibu dan keluarga melalui pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,
peningkatan kualitas pelayanan melalui pelaksanaan konsep pelayanan

antenatal terpadu dan pelaksanaan PWS-KIA sebagai alat surveilans KIA

(Walyani, Elisabeth S., 2014)

Oleh karena itu penulis tertarik dengan masalah pada “Asuhan

kebidanan holistik ibu hamil pada Ny M umur 29 tahun dengan G1P0A0 Uk

39-40 minggu janin tunggal hidup intrauteri keadaan ibu dan janin baik”

1.1 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan

menggunakan manajemen kebidanan yang tepat pada ibu hamil

fisiologis.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif

pada ibu hamil

2. Mampu mengidentifikasi Analisa data/ Diagnosa yang mungkin

muncul pada remaja dengan ibu hamil

3. Mampu mengidentifikasi intervensi atau rencana tindakan pada

remaja dengan ibu hamil

4. Mampu melaksanakan rencana tindakan atau implementasi asuhan

kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan pada ibu hamil

5. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada

ibu hamil
1.2 Manfaat Penulisan

1.2.1 Bagi Institusi

Sebagai dokumen untuk menambah bahan bacaan serta menambah

pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan

ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care.

1.2.2 Bagi Peneliti

Sebagai sumber data penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan

dengan kepatuhan ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care dan

mengaplikasikan mata kuliah metode penelitian.

1.2.3 Bagi Ibu (Responden)

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan antenatal

care sehingga ibu-ibu dapat mengerti dan memahami tentang

pentingnya kepatuhan dalam melaksanakan antenatal care.

1.2.4 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dalam menentukan langkah-langkah untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan sehingga derajat

kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil dapat meningkat.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal Care

2.1.1 Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care merupakan

pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan

normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro,

2015). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil

untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Saifuddin

dkk,. 2016)

2.1.2 Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan

oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk

menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu.

Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium atas indikasi, serta

intervansi dasar dan khusus (Depkes RI, 2017).


2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Dewi dan Sunarsih (2017), tujuan utama

antenatal care adalah menurunkan/mencegah kesakitan, serta

kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya

adalah:

1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan

kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal.

2. Mengenali secara dini peyimpangan dari normal dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.

3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan

dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara

fisik, emosional, serta logis untuk menghadapi kelahiran

dan kemungkinan adanya komplikasi.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2017) dengan melakukan

ANC, kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal

sebagai berikut:

1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan,

dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang

merugikan.

2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.

3. Ibu sanggup merawat dan memberikan ASI kepada bayinya.

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk

mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.


2.1.4 Fungsi Antenatal Care

Menurut Fitrihanda (2016), fungsi antenatal adalah

sebagai berikut :

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan

aktifitas pendidikan.

b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan

kehamilan risiko tinggi dan merujuk bila perlu.

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha

mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui

dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri, sementara

faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap

kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati,

mereka merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya

secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga

menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang

mungkin dialami oleh mereka (Maas, 2017).

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal Care

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, berdasarkan

ketentuan Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes

RI (2016) tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan

yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari:

1.Timbang berat badan dan tinggi badan


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari

9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu

melakuakn pemeriksaan. Tinggi badan ibu hamil sangat

penting diketahui untuk menaksir ukuran panggul. Dari

ukuran panggul ibu hamil tersebut dapat diketahui apakah

persalinan dapat dilakukan secara normal atau tidak nantinya.

Jika diketahui bahwa tinggi badan ibu dianggap terlalu

pendek, dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit

sehingga kemungkinan proses persalinan tidak dapat

dilakukan secara normal sehingga ibu hamil dapat

menyiapkan diri secara materi dan mental untuk menghadapi

persalinan seksio sesaria nantinya.

1. Ukur lingkar lengan atas (LILA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama

untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK).

Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama

(beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu

hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR).
2. Ukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

(tekanan darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan

preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau prouteinuria).

3. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai

atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak

sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita

pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

4. Hitu ng denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir semester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang

dari 120/menit atau DJJ cepat dari 160/menit menunjukkan

adanya gawat janin

5. Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir semester

II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan

ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada

semester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin
belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

sempit atau masalah lain.

6. Beri imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu

hamil harus diskrining terlebih dahulu untuk mengetahui status

imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.

7. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia zat gizi besi, setiap ibu hamil

harus mendapatkan tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

a. Pemeriksaan golongan darah;

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untuk diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb);

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada

trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak

selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat


mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan.

c. Pemeriksaan protein dalam urin;

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester keduan dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah

satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

d. Pemeriksaan kadar gula darah;

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada

trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama

pada akhir trimester ketiga).

e. Pemeriksaan darah Malaria;

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada

kontak pertama. Ibu hamil di daerah non endemis

dilakuakn pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

f. Pemerikasaan tes Sifilis;

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaan

Sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada

kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV;

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko

tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita

HIV. Ibu hamil setelah menjalani konseling diberi

kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV.

h. Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakuakn pada ibu hamil yang dicurigai

menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.

Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan

dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas

rujukan.

9. Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelaianan yang ditemukan

pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan

kewenangan tenaga kesehatan. Kasus- kasus yang tidak dapat

ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. KIE Efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi:

a. Kesehatan ibu

Setia ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan


kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

bekerja berat.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan

badan selam kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum

makan, mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun,

menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta

melakukan olahraga ringan.

c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan prencanaan persalinan

Setiap ibu perlu mendapatkan dukungan dari keluarga

terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau

masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan

bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini

penting apabila tejadi komplikasi kehamilan, persalinan,

dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda

bahaya baik selam akehamilan, persalinan, dan masa nifas

misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,

keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.

Mengenai tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil


segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan

masyarakat.

e. Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi seimbang karena hal

ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat

kesehatan ibu. misalnya, ibu hamil disarankan minum

tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia

pada kehamilannya.

f. Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala

penyakit mennular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis)

dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena

dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di

daerah tertentu (resiko tinggi).

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan

penjelasan tentang resiko penularan HIV dari ibu ke

janinnya, dan kesempatan utnuk menetapkan sendiri

keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila

ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak

terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya

apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan


bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,

menyusui dan seterusnya.

h. Inisiasi Menyusi Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung

zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.

Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i. KB paska persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut

KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar

ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan

keluarga.

j. Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus

neonatorum.

k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster) Untuk dapat meningkatkan ontelegensia bayi yang

akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan

stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak

(brain booster) secara bersamaan ada periode kehamilan.

2.1 Kajian dari Jurnal Penelitian

Jurnal yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan

antenatal care dari Zessy Nareswari (2017) menjelaskan bahwa Kehamilan


bukan merupakan penghalang aktifitas seksual, namun selama ini seksualitas

adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dan didiskusikan, ibu hamil juga jarang

tidak diberikan konseling yang lebih mengenai seksualitas selama kehamilan.

Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak,

Lowdermild, Jensen (2004) ada 4 hal,yaitu :fisik, psikologis, finansial, kultural.

2.1 Tinjauan Manajemen 5 Langkah Askeb

2.1.1 Pengkajian

2.1.1.1 Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan

persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Data

Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi dan

pendapat klien tentang masalah kesehatan mereka. Sumber

data pengkajian dapat berasal dari anamnesa klien, keluarga

dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan

medis, dan catatan lainnya. (Haryanto, 2017).

Identitas Pasien :

Nama : Nama klien dicatat untuk mengetahui identitas

klien. Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak

terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan

kebidanan (Matondang, 2017)

Umur  : Usia klien untuk melengkapi identitas klien

(Aimul, 2016).

Agama : untuk pedoman asuhan kebidanan yang diberikan

sesuai dengan kepercayaan yang dianut klien,


pemberian dukungan mental terhadap keyakinan

klien (Wheeler, 2017).

Pendidikan  : untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan

metode komunikasi yang akan disampaikan oleh

tenaga kesehatan. Tingkat pendidikan sangat

berperan dalam kualitas perawatan. Dalam

memberikan health education kepada klien tentunya

bidan harus mengetahui tingkat pendidikannya

sehingga bidan dapat memberikan konseling yang

sesuai dengan tingkat pendidikan baik pada klien

maupun keluarga (Wheeler, 2017).

Pekerjaan : untuk mengetahui kecukupan ekonomi pada klien

dan keluarga untuk mengetahui pengaruh aktifitas

terhadap kesehatan klien (Wheeler, 2017)

Alamat : untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan

memudahkan komunikasi serta kondisi lingkungan

tempat tinggal di sekitar klien (Matondang, 2017).

Alasan Kunjungan :

Mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang

berhubungan dengankehamilanya. Informasi ini penting untuk

mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien (Ambarwati &

Wulandari, 2018).
Keluhan Utama : Mengetahui apa yang saat ini

dirasakan klien, selanjutnya sebagai dasar penatalaksanaan dari

pelayanan yang diberikan (Nugroho dan Utama, 2016)

Riwayat menstruasi (Aimul, 2016) :

Tabel 2.5.1 Riwayat Menstruasi

Menarche Menarche untuk mengetahui apakah keluhan


yang di alami termasuk keluhan penyerta
menarche termasuk keluhan yang sering muncul
pada 2 tahun post menarche sehingga gangguan
menstruasi yang di alami termasuk normal.
Siklus Pada kasus amenore sekunder tidak haid
sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2016).
Lama Lama haid digunakan untuk mengetahui lamanya
haid menstruasi klien, perkiraan jumlah perdarahan
yang dialami klien (dihitung melalui jumlah
pembalut yang digunakan klien dalam 1 hari
ketika menstruasi), mengidentifikasi apakah ada
kelainan lamanya menstruasi pada klien atau
tidak. Normal 3-8 hari
Banyak Banyak darah di kaji untuk membantu
darah menegakkan diagnosis apakah klien termasuk
menorrhagia atau keluhan lainnya. Selain itu
untuk membantu mencari rantai etiologi dengan
komplikasi anemia. Banyak darah dapat dihitung
dengan jumlah ganti pembalut tiap harinya.
Nyeri Nyeri haid untuk mengkaji nyeri haid antara lain
haid waktu munculnya, skala nyeri, tempat nyeri,
faktor yang menimbulkan nyeri, faktor yang
mengurangi nyeri dan dikaji keluhan penyerta
seperti lemas, pucat dan pusing.
HPHT HPHT dikaji untuk mengetahui haid terakhir
yang dialami oleh klien sehingga dapat
mengetahui siklus dan keteraturan haid dan usia
kehamilan serta penetukan tafsiran kehamilan
Keputiha Keputihan dikaji untuk mengetahui kemungkinan
n adanya infeksi pada organ reproduksi seperti
pada infeksi menular seksual, infeksi radang
panggul atau gangguan pada alat reproduksi
seperti kanker atau tumor
Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang :

Klien : Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang

diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan kehamilan

(Ambarwati dan Wulandari, 2018).

Keluarga : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2017).

Riwayat Psikososial :

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan

Wulandari, 2016)

Pola Kebiasaan Sehari-hari (Aimul, 2016) :

Tabel 2.5.2 Pola Kebiasaan Sehari- hari

Istirahat Berhubungan dengan pola tidur klien dengan


kehamilanya
Aktifitas Berhubungan dengan aktivitas klien yang
dapat mempengaruhi psikis dan fisik klien.
Eliminasi Eliminasi dikaji mengenai pola dan gangguan
pada mikturisi dan defekasi yang dapat
terjadi pada ibu hamil
Nutrisi Nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi
yang dikonsumsi klien sesuai dengan
kebutuhan kalori harian ibu hamil 2kali lipat
dari sebelum hamil
Personal Mengetahui pola kebersihan diri klien dalam
Hygiene merawat diri yang berhubungan dengan
infeksi genetalia seperti mandi, membasuh
setelah BAK dan BAB, frekuensi ganti celana
dalam dan pembalut
Pola Kebiasaan yang dapat mempengaruhi dengan
Kebiasaa kelainan dan disfungsi organ reproduksi
n seperti merokok, mengonsumsi minuman
keras dan narkoba
2.3.1 Data Obyektif

Pemeriksaan Umum (Aimul, 2016) :

Keadaan umum/ kesadaran :

untuk mengetahui keadaan umum apakah lemah, cukup, baik,

tingkat kesadaran pasien apakah compos mentis (sadar penuh

memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan), apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya),

somnolen (gelisah: tidak responsive terhadap rangsangan

ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan

yang kuat), delirium, semi koma dan koma (tidak dapat

bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun). Pada

kasus mioma uteri biasanya keadaan umum lemah dan

kesadaran compos mentis (Jitowiyono dan Kristiyanasari,

2018).

Tekanan darah :

Normalnya sistole 100-120, diastole 60-80 mmHg

(Sulistyawati, 2018).

Suhu :

Normalnya 36,5 – 37,50C, apabila suhu badan lebih dari 380C

kemungkinan terjadi infeksi (Ambarwati dkk, 2017).

Nadi :

Normal 60 – 100x/menit (Ambarwati dkk, 2017).

Pernafasan :

Normal 16 – 24x/menit (Ambarwati dkk, 2017).


Pemeriksaan Antropometri

 Berat badan

Berat badan digunakan untuk mengetahui tingkat gizi

remaja melalui berat badan dengan IMT. Kelebihan berat

badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena di

dalam tubuh orang yang mempinyai kelebihan berat badan

terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknnya

pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi

wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada

proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer

(Widjanarko 2017).

 Tinggi badan

Tinggi badan digunakan untuk mengetahui tingkat gizi

remaja melalui tinggi badan dengan IMT

Pemeriksaan Fisik :

 Kepala : simetris, warna rambut, bau, kebersihan rambut,

ada/ tidaknya ketombe dan kutu, bekas operasi, lesi

 Wajah : pucat/tidak, ikterus/tidak, oedem/tidak,

tergantung pada keluhan klien, wajah klien tampak pucat

hingga segar jika pendarahan yang keluar tidak banyak,

tidak ada oedema dan kelainan, ada tidaknya cloasma dan

jerawat (Varney, 2016)


 Mata : simetris, konjungtiva merah muda / pucat, sklera

putih atau tidak, ada atau tidaknya pembengkakan

palpebra, fungsi penglihatan masih baik/tidak, umumnya

pada kasus conjungtiva merah muda dan sclera putih

(Varney, 2016). Inspeksi pergerakan bola mata, posisi, dan

kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, kelainan pada

bola mata, sclera dan conjungtiva (apakah tampak ikterus

pada sclera dan apakah anemia pada conjungtiva), inspeksi

adakah secret pada sclera dan conjungtiva (Nur Aini, 2017).

 Mulut dan kerongkongan: kebersihan, warna mukosa,

caries, adakah stomatitis, adakah epulis, bibir pucat/tidak,

bibir tampak kering hingga lembab, mukosa mulut atau

bibir dari pucat hingga merah muda (Manuaba, 2016).

Rongga mulut (diperiksa adakah stomatitis, kemampuan

menggigit dan mengunyah, serta menelan), bibir (warna,

simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan, dan bengkak),

gusi (warna dan edema), gigi geligi (karang gigi, caries gigi,

sisa gigi), lidah (kotor, warna, kesimetrisan, kelembapan,

luka bercak dan pembengkakan), kerongkongan

(peradangan, tonsil, lendir/secret) (Nur Aini, 2017).

 Leher : ukuran fisik leher proposional dengan panjang

badan klien, adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah

bendungan vena jugularis, adakah pembesaran kelenjar

limfe untuk mengetahui apakah ada infeksi. Dalam


beberapa kasus disfungsi kelenjar tiroid (hipotiroid dan

hipertiroid) dapat berperan sebagai etiologi haid yang tidak

teratur (Varney, 2016). Lakukan inspeksi untuk melihat

kesimetrisan, pergerakan, adakah massa, kekakuan leher,

pemeriksaan pada kelenjar tyroid yaitu dengan melakukan

inspeksi untuk melihat besarnya kelenjar tyroid dan juga

bentuknya, lakukan palpasi dengan cara satu tangan dari

samping atau dua tangan dari belakang. Lalu jari-jari

meraba permukaan kelenjar dan klien diminta untuk

menelan, bila yang teraba saat diminta menelan ikut tertelan

hal ini menandakan kelenjar tyroid yg membesar. Lakukan

palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya juga

untuk melihat apakah vena jugularis tersebut mengembang

secara nyata. Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher

adakah pembesaran kelenjar limfe, bila ada tentukan

ukuran, bentuk, mobilitas dan konsistensi (Nur Aini, 2017).

 Dada : Kesimetrisan kedua payudara, kebersihan kedua

payudara, puting susu menonjol atau tidak. Palpasi : adakah

massa atau pembesaran massa atau kelenjar limfe, adakah

cairan/rabas yang keluar dari puting. Auskultasi : bunyi

nafas normal/tidak, intensitas reguler/tidak, bunyi jantung

normal/tidak, intensitas reguler/tidak. Umumnya tidak

sesak, payudara simetris dan tidak ada benjolan abnormal

(Manuaba, 2010). Lakukan inspeksi apakah pola pernafasan


normal. Adakah tanda ketidaknyamanan bernafas. Lakukan

auskultasi pada dinding thoraks dengan menggunakan

stethoscope yaitu klien diminta untuk bernafas cukup dalam

dengan mulut terbuka lalu letakkan stetoskop secara

sistematis dari atas kebawah dengan membandingkan antara

kiri dan kanan. Lihat perkembangan payudara, bentuk

payudara, kesimetrisan, adanya benjolan atau tidak, bentuk

puting susu, areola mamae (Nur Aini, 2017).

 Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan

atau tidak, ada nyeri atau tidak (Varney, 2016). Pada kasus

kehamilan adanya pemeriksaan tambahan seperti leopord

untuk mengetahui tinggi fundus uteri, baian terendah janin

dll (Ambarwati dan Wulandari, 2014).

 Genetalia : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-

tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan

perdarahan (Prihardjo, 2016).

 Anus : Pemeriksaan pada anus bersamaan dengan

pemeriksaan genetalia (periksa perkembangan rambut pubis

dan kebersihannya) dengan melakukan inspeksi untuk

mengetahui adakah hemoroid, fistula dan kebersihan (Nur

Aini, 2017).

 Ekstremitas: Warna kuku dan Capillary Refill Time dengan

batas normal < 2 detik, perabaan suhu akral. Lakukan

inspeksi pada ekstermitas adakah edema, inspeksi adakah


varices. Perkusi (Reflek bisep). Reflek trisep dengan cara

Pegang lengan bawah klien dalam posisi semifleksi, setelah

itu ketok pada tendon insersim trisep yang berada sedikit

diatas olekranon, bila lengan bawah mengadakan gerakan

ekstensi dan ada kontraksi menandakan bahwa reflek otot

baik. Ekstremitas bawah dengan cara Tungkai di fleksikan

dan di gantung, misalnya pada tempat tidur. Kemudian

diketuk pada tendon musculus kuadriseps femoris, dibawah

atau diatas patella, bila ada kontraksi berarti reflek otot baik

(Nur Aini, 2017).

Data Penunjang :

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada yaitu Biopsi

endometrium, Progestin withdrawal, Kadar prolaktin, Kadar

hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar FSH (Folicle

Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH

(Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk mengetahui

adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika diduga ada

tumor hipofisa).

2.3.2 Analisa Data/ Diagnosa

 Diagnosa Aktual :

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan

dalam lingkup praktik kebidanan (Varney, 2016). Diagnosa yang

dapat ditegakkan adalah “Ny. X P x A x umur x tahun dengan

kehamilan fisiologis”.
Data Dasar :

Data Subjektif

Data yang diperoleh melalui anamnesa pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2016).

Data Objektif

Data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga

kesehatan (Nursalam, 2016)

 Masalah :

Pada kasus kehamilan fisiologis masalah yang dihadapi pasien

yaitu mual, muntah, pusing, nyeri punggung,sering BAK (Nugroho

dan Utama, 2014).

 Kebutuhan :

Pada kasus kehamilan kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan

moril dan kebutuhan konseling informasi education (KIE)

(Manuaba, 2017).

2.3.3 Intervensi

Tujuan

 Setelah dilaksanakannya asuhan kebidanan yang tepat diharapkan

keluhan klien dapat teratasi dengan baik tanpa adanya komplikasi

 Klien mengerti dengan kondisinya dan kooperatif untuk menangani

keluhannya dengan mengikuti saran dan terapi yang diberikan

Intervensi/perencanaan

2.3.4 Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah

dibuat sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan aman.

Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi

yang telah dibuat serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

pasien (Varney, 2016)

2.3.1 Evaluasi

Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam

melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan

apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak ( Varney,

2016).

Data Subyektif :

Data ini diperoleh melalui anamnesa.

Data Obyektif :

Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.

Assessment :

Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.

Penatalaksanaan :

Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat


BAB 3

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

NY M UMUR 21 TAHUN DENGAN G1P0A0 UK 39-40 MINGGU JANIN

TUNGGAL HIDUP INTRAUTERI KEADAAN IBU DAN JANIN BAIK

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh : Esti Widayanti Di : PKM Pulorejo

Tanggal : 20- 12- 2019 Pukul : 08.00 WIB

IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : Ny M Nama Suami : Tn S

Umur : 21 Tahun Umur : 25 Tahun

Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani

Penghasilan :- Penghasilan :±2000.000

Alamat : Ds Betek Kec.Mojoagung Kab.Jombang

Alasan kunjungan saat ini:

Ibu ingin memeriksakan kehamilanya dan ingin periksa ANC terpadu

Keluhan utama:

Ibu mengeluhkan tidak ada keluhan


Riwayat menstruasi

 Menarche : 12 tahun

 Siklus menstruasi : 28 hari / tidak teratur

 Lama : 7 hari

 Banyaknya darah : Ganti pembalut 3 kali sehari

 Konsistensi : cair tidak ada gumpalan

 Dysmenorhoe : Ya, hari ke 1 saat menstruasi

 Flour albus : Ya (sebelum menstruasi)

Warna : putih bening Bau : tidak Gatal :

tidak

 HPHT : 22/02/2019

 HPL : 29/12/2019

Status perkawinan

 Kawin : 1 kali

 Lama kawin : 1 tahun

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas Anak K


N Suami K
Umur penyul penol jenis temp Peny penyul L/ BB menyus H/ e
o. ke B
ul P /PB ui M t

1 1 H A M I L INI
Riwayat kehamilan sekarang

 Hamil yang ke :1

 Umur kehamilan : 9 bulan

 Gerakan anak pertama kali dirasakan : sudah terasa

 Gerak anak sekarang : sering dan aktif

 Periksa kehamilan :TM I : Periksa 1bulan sekali di

BPM

TM II : Periksa 1bulan sekali di BPM

TM III : Periksa 2 Minggu sekali di BPM

Tgl Periksa : 20/12/2019

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Berat Badan : 55 kg

 Status TT : Lengkap

 Pernah mendapatkan tablet Fe : Ya , Jumlah: 90 tablet

 Fe diminum teratur : Ya 1x1 sehari

 Pemeriksaan yang sudah perna didapat :

Hb/Golongan Darah/ Reduksi/Albumin/ dll

Hasil : Hb: 11,9/ Golda O/ Al (-) Red (-)

 KIE yang sudah pernah didapat :

1. tanda bahaya kehamilan

2. Nutrisi

3. istirahat

4. tanda tanda persalinan


Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : tidak ada

b. Penyakit keturunan : tidak ada

c. Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada

d. Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : tidak ada

 Penyakit menurun : tidak ada

 Penyakit menular : tidak ada

Keadaan psikososial

a. Kehamilan ini diharapkan

Alasan : tidak ingin menunda kehamilan setelah menikah

b. Kehamilan ini direncanakan

Alasan : direncanakan orang tua menimang cucu

c. Harapan terhadap kehamilan sekarang

- Jenis kelamin : laki perempuan sama saja

- Penolong : Bidan

- Tempat bersalin : PMB / PKM

Latar belakang budaya dan dukungan keluarga

Kebiasaan / upacara adat istiadat saat hamil : Mitoni, Tsukuran

Kebiasaan keluarga yang menghambat : Pijit, Jamu

Kebiasaan keluarga yang menunjang : Berdo’a

Dukungan dari suami : Mengantar periksa

Dukungan dari keluarga yang lain : mengantar periksa


ke bidan

Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Sebelum hamil : 2-3 x/hari, nasi, lauk, sayur.

Minum ± 8

gelas/ hari air putih.

Selama hamil : 3 x/hari, nasi, lauk, sayur. Minum

± 8 gelas/

hari air putih.

Keluhan yang dirasakan : tidak ada keluhan

b. Pola Eliminasi

Sebelum hamil : BAB 1x/ hari, BAK 6-7 x/ hari

Selama hamil : BAB 1x/ hari. BAK 9-11 x/hari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

c. Pola istirahat tidur

Sebelum hamil : tidur 8 jam / hari

Selama hamil : tidur 10 jam/hari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

d. Pola Aktivitas

Sebelum hamil : Aktifitas seperti biasa; pekerjaan

RT

Selama hamil : Perkerjaan RT seperti memasak,

mencuci dll

Keluhan yang dirasakan : tidak ada


e. Pola seksualitas

Sebelum hamil : 2 kali seminggu

Selama hamil : tidak pernah

Keluhan yang dirasakan : cepet capek

f. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll sebelum hamil : tidak pernah

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil : tidak pernah

g. Personal Hygiene

Mandi, keramas, gosok gigi : 2-3 x/hari

Ganti celana dalam dan pembalut : setiap habis mandi

Cara membersihkan genetalia : cebok dan dikeringkan tisu

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

DATA OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis, cara berjalan tegak, postur

tubuh

lordosis khas ibu hamil

 TD : 110/70 mmHg

ROT :0

MAP : 83

 Suhu : 36,50 C

 Nadi : 80 x/ menit

 RR : 18 x/menit
 BB (sebelum hamil):51 kg sekarang: 57 kg

IMT : 22,6

 TB : 150 cm

 LILA : 26 cm

 KSPR :2

Pemeriksaan Khusus

a. INSPEKSI

 Kepala : Simetris, tidak ada benjolan abnormal

 Muka : Kelopak mata : tidak terlihat pucat

Conjungtiva : tidak anemis

Sklera : putih

 Mulut dan gigi : Bibir : mukosa bibir lembab

Lidah : bersih, tidak ada stomatitis.

Gigi : bersih, tidak ada karies gigi

 Hidung : Simetris :

Sekret : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak

ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak

ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak


ada

 Dada : Simetris : simetris

Pembesaran payudara: normal tidak

Ada benjolan

abnormal

Hiperpigmentasi : areola mamae

Papila mammae : hyperpigmentasi

Keluaran : tidak ada

Kebersihan : bersih

 Perut : Pembesaran : sesuai usia

kehamilan

Bekas luka operasi : tidak ada

Linea : nigra

Striae : alba

Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Anogenetalia : Vulva vagina warna : tidak terkaji

Luka parut : tidak ada

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Keluaran :tidak ada

Hemorroid :tidak ada

Kebersihan :tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak odema

Varises : tidak ada


b. PALPASI

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak

ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran : tidak ada

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak -/-

 Leopold I : TFU setinggi px, bagian di fundus teraba

bulat, lunak, tidak melenting (kesan

bokong).

 Leopold II : bagian kanan ibu teraba datar, panjang,

keras seperti papan (kesan punggung).

Bagian kiri ibu teraba bagian kecil janin.

 Leopold III : pada bagian bawah teraba bulat, keras,

melenting (kesan kepala), Sudah masuk

PAP

 Leopold IV : Divergen

MC Donalds : 30 cm

TBJ : (MC Donalds-11) X 155 = 2945gram

DJJ : 145 x /menit, regular


c. AUSKULTASI:

1. DJJ : Frekuensi 145 x /menit, teratur dan kuat,

Posisi Pungtum maximum : puki

2. Dada : tidak ada bunyi Rhonci (-) dan

Wheezing(-)

3. Perut : DJJ : 145x /menit, regular , bising usus : 18

x/ meni

d. PERKUSI

1. Reflek Patela : Kanan+, Kiri+

2. Perut : Tidak kembung

Pemeriksaan panggul luar

Distantin spinarum (DS) : 26 ( 23-26 cm)

Distantin cristarum (DC) : 28 ( 26-29 cm)

Baudeloque : 18 ( 18-20 cm)

Lingkar panggul : 85 ( 80-90 cm)

Pemeriksaan dalam (bila ada indikasi)

Tidak Dilakukan

Pemeriksaan laboratorium

- Hb : 11,5 (normal 11,0- 16,0 g/dl);

- Lec : 8,5 (normal 4,0- 10,0 /ul);

- Trom : 248 (normal 150- 450/ul);

- Hct : 33,8 (normal 37,0- 54,0%);

- Rbc : 3,81 (normal 3,50- 5,50/ul);

- Golongan darah :O
- Albumin uria : Negatif

- Reduksi Urine : Negatif

- HbSag : NR

- IMS : NR

- PPIA : NR

Pemeriksaan penunjang

USG 3 x ;

Tanggal: 10/8/2019

Janin Tunggal,Plasenta ; corpus TBJ :2945 TP: 27/12/2019

3.2 ANALISA / DIAGNOSA:

Tanggal: 20- 12- 2019

DS: Ibu ingin memeriksakan kehamilanya, saat ini ibu tidak ada

keluhan. Ini kehamilan pertama. HPHT 22/12/2019 dan usia

kehamilanya 9 bulan

 DO: Kesadaran : Composmentis, cara berjalan tegak, postur

tubuh lordosis khas ibu hamil

 TD : 110/70 mmHg

ROT :0

MAP : 83

 Suhu : 36,50 C

 Nadi : 80 x/ menit

 RR : 18 x/menit

 BB (sebelum hamil):51 kg sekarang: 57 kg


IMT : 22,6

 TB : 150 cm

 LILA : 26 cm

 KSPR :2

 Muka : Kelopak mata : tidak terlihat pucat

Conjungtiva : tidak anemis

Sklera : putih

 Leopold I : TFU setinggi px, bagian di fundus teraba

bulat,

lunak, tidak melenting (kesan bokong).

 Leopold II : bagian kanan ibu teraba datar, panjang,

keras seperti papan (kesan punggung).

Bagian kiri ibu teraba bagian kecil janin.

 Leopold III : pada bagian bawah teraba bulat, keras,

melenting (kesan kepala), Sudah masuk

PAP

 Leopold IV : Divergen

MC Donalds : 30 cm

TBJ : (MC Donalds-11) X 155 = 2945gram

DJJ : 145 x /menit, regular

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak -/-

 Reflek Patela : Kanan+, Kiri+

Dx: Ny M Umur 29 tahun dengan G1P0A0 UK 39 minggu Janin Tunggal

Hidup Intrauteri keadaan ibu dan janin baik


3.3 INTERVENSI

1) Lakukan pendekatan pada klien.

R/ dengan pendekatan akan terjalin kerjasama yang kooperatif antara

klien dan petugas kesehatan.

2) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien

R/ ibu mempunyai hak untuk mengetahui kondisi kehamilannya saat

ini

3) Berikan informasi tanda-tanda persalinan.

R/ ibu memiliki hak untuk mendapatkan informasi tersebut sebagai

pengetahuan.

4) Berikan persiapan persalinan.

R/ ibu memiliki hak untuk mendapatkan informasi tersebut sebagai

pengetahuan.

5) Berikan vitamin untuk kehamilan.

R/ baik untuk suplemen dan mencegah anemia.

6) Jadwalkan kunjungan ulang berikutnya

R/ Ibu dijadwalkan kembali untuk memeriksakan kehamilannya 1

bulan lagi atau setiap saat jika ada keluhan.

3.4 PENATALAKSANAAN

1. Melakukan pendekatan dengan menyapa nama ibu dan senyum pada

ibu.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien bahwa dari hasil

pemeriksaan ibu dalam kondisi baik dilihat dari tanda-tanda vitalnya,

dan usia kehamilannya juga sesuai dengan ukuran perut ibu.

3. Memberikan informasi tentang tanda-tanda persalinan; kenceng-

kenceng sering dan lama, keluar lendir darah, cairan tidak bisa ditahan

(ketuban) jika menemuai salah satu tanda segera ke tempat yang dituju

bersalin.

4. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan yakni: baju

gedong bayi, jarik, baju ganti, pembalut, celana dalam, kantung besar

dua buah. Masukkan tas berserta buku kia dan fc BPJS serta fc KTP

jika ditemui tanda-tanda persalinan dibawa ke tempat bersalin

5. Memberikan vitamin prinatal yang mengandung vitamin, mineral, dan

Fe diminum 1x1 dengan dosis 60 mg saat akan tidur untuk mengurangi

rasa mual, baik diminum dengan air jeruk karena dapat meningkatkan

penyerapan vitamin. Menghindari minum dengan teh atau kopi karena

dapat merusak kandungan vitamin. Efeknya mungkin dapat terjadi

sulit BAB dan warna BAB akan lebih gelap dari biasanya dan hal itu

normal.

6. Menjadwalkan kunjungan ulang berikutnya yaitu tanggal 27 Januari

2020

3.5 EVALUASI ( tgl 18 Desember

2020 jam 10.00)

Data Subjektif:
Ibu mengatakan paham dengan apa yang disampaikan petugas, dan

mau melakukan apa yang disarankan, ibu tidak khawatir dengan

kondisinya saat ini dan akan bersedia untuk meminum vitamin dari bidan

dan kontrol kembali untuk pemeriksaan kehamilan dan mempersiapkan

perslinan

Data Objektif :

− Dapat menyebutkan tanda bahaya persalinan

− Dapat menyebutkan peralatan yang dibawa jika mau bersalin

Analisa /Diagnosa :

Ibu hamil dapat memahami penjelasan bidan

Penatalaksanaan :

1. Menjadwalkan kunjungan ulang

2. Menginformasikan berhubungan suami istri saat hamil diperbolehkan

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

kasus pada pelaksananan manejemen “Asuhan kebidanan holistik ibu hamil pada

Ny M umur 29 tahun dengan G1P0A0 Uk 39-40 minggu Janin Tunggal Hidup

Intrauteri Keadaan Ibu dan Janin baik di PKM Cukir”, Diwek, Jombang. Untuk

memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:

4.1 Pengkajian

Pengkajian data dasar dilakukan pada Ny.”M” usia 29 tahun, keluhan

utama yang dirasakan pasien mengatakan tidak ada keluhan hari.


Namun pada data obyektif terdapat kesenjangan dengan teori, yaitu

tidak ada keluhan kenceng-kenceng. Pada kasus kehamilan tidak pernah

berhubungan suami istri selama hamil (Nugroho dan Utama, 2014).

Pada pemeriksaan penunjang terdapat kesesuaian dengan teori dimana

pemeriksaan lab dapat dilakukan salah satunya seperti tes kehamilan dan usg

untuk menentukan apakah adanya kehamilan

4.2 Analisa Data/ Diagnosa

Diagnosa pada kasus Ny. “M” ditegakkan sesuai dengan teori dimana

hasil pengumpulan data subyektif, pengumpulan data obyektif berdasarkan

pemeriksaan terfokus dapat menegakkan diagnosa pada kasus dan sudah

sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil pengkajian data, dilakukan interpretasi data.

Dalam hal ini tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Diagnosa pada kasus Ny. M Umur 29 Tahun dengan kehamilan fisiologis

Pada tahap masalah dan kebutuhan sudah sesuai dengan teori, dimana

pada kasus kehamilan didapatkan masalah mual muntah dan kebutuhan yang

dibutuhkan adalah informasi yang tepat.

4.3 Intervensi

Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus

ini sudah sesuai antara teori dan kasus yang ada. Yaitu memberitahukan hasil

pemeriksaan, memberikan KIE tentang nutrisi lengkap, personal hygiene,

istirahat, stress, tanda bahaya, terapi Fe.

4.4 Implementasi
Pada kasus kehamilan fisiologis pelaksanaan dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

Sehingga pada langkah pelaksanaan tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktik.

4.5 Evaluasi

Menurut Varney (2016), langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan

yang meliputi kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara efektif dengan

melakukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya. Tidak ada data yang

menyimpang dari tinjauan pustaka, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada

tahap implementasi, klien bersikap kooperatif terhadap tindakan dan

penjelasan yang diberikan oleh bidan sehingga bidan dapat melakukan

penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami

oleh klien. Sehingga secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan antara

tinjauan pustaka dengan studi kasus.


BAB 5
PENUTUP

Berdasarkan studi kasus Asuhan Kebidanan Holistik Pada Ibu Hamil Pada

Ny M Umur 29 tahun dengan G1P0A0 UK 39-40 minggu janin tunggal hidup

intrauteri keadaan ibu dan janin baik di Puskesmas Pulurejo Kecamatan Ngoro,

Kabupaten Jombang.maka dari itu ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian data subjektif, dan objektif serta data penunjang

didapatkan kesesuaian dengan teori. Dimana pasien mengatakan ingin

memeriksakan kehamilannya dengan keluhan mual muntah

2. Berdasarkan Analisa data/ diagnosa pada kasus ini adalah Ny M Umur 21

tahun dengan G1P0A0 UK 39-40 minggu janin tunggal hidup intrauteri


keadaan ibu dan janin baik. Masalah Ny M mengatakan tidak pernah

melakukan hubungan seksual selama hamil. Pada kasus Ny M kebutuhan

yaitu KIE tentang pola seksual dalam kehamilan

3. Rencana Asuhan atau intervensi yang akan diberikan sesuai dengan teori.

4. Seluruh rencana asuhan dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai

langkah pada intervensi.

5. Evaluasi didasarkan pada hasil implementasi. Seluruh rencana asuhan pada

Ny. “M“ dilaksanakan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan kriteria

hasil.

5.2 Saran

1. Bagi Intansi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi tentang pelayanan pada ibu hamil

dan dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan data penelitian tentang

pelaksanakan antenatal care dan mengaplikasikan mata kuliah metode

penelitian.

3. Pasien

Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang

bergizi sehingga dapat menjalani kehamilanya dengan baik


4. Tempat Pelayanan

Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas

pelayanan kebidanan pada ibu hamil dan memberi wawasan bagi profesi

atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus ketidaknyamanan

pada ibu hamil dengan standar asuhan kebidanan.


Daftar Pustaka

Manuaba, I. B. G. 2016. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC.

Kementrian Kesehatan RI 2013, Riskesdas 2013

Anda mungkin juga menyukai