Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE TRIMESTER III

Oleh:
ERI PURBA UTOMO
2001032029

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ANTE NATAL CARE

A. Pengertian
Ante natal care merupakan program terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medik pada ibu hamil, dengan tujuan: menjaga agar ibu sehat selama
kehamilan; persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat; proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan; memantau kemungkinan adanya
risiko-risiko kehamilan; merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap
kehamilan risiko tinggi; dan menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal
(Mufdilah dalam Fitrayeni 2015)
Antenatal Care (ANC) yang berkualitas sesuai standar telah ditentukan oleh
Pemerintah yaitu 1 kali dalam trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali trimester III untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu (Depkes RI, 2012). Implementasi
pelayanan ANC terpadu telah diperkuat dengan dikeluarkannya kebijakan Menteri
Kesehatan yang tertuang dalam pasal 6 ayat 1 huruf b Permenkes No. 25 tahun 2014
tentang upaya kesehatan anak, dimana salah satunya dinyatakan bahwa pelayanan
kesehatan janin dalam kandungan dilaksanakan melalui pemeriksaan antenatal pada ibu
hamil dan pelayanan terhadap ibu hamil tersebut dilakukan secara berkala sesuai standar
yaitu paling sedikit 4 (empat) kali selama masa kehamilan (K1-K4).

B. Tujuan pelayanan ante natal care


Tujuan dari ante natal care adalah untuk mempersiapkan persalinan dan kelahiran
dengan mencegah, mendeteksi, dan mengatasi 3 masalah kesehatan selama kehamilan
yang memengaruhi ibu hamil dan janinnya, meliputi komplikasi kehamilan itu sendiri,
kondisi yang mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu, serta efek dari gaya hidup
yang tidak sehat
Menurut Kusmiyati, 2010 tujuan ante natal care adalah
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri
selama kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi
komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial.
Menurut WHO, 2016 tujuan ante natal care adalah
1. Mengidentifikasi dan melakukan pengawasan pada wanita hamil serta janin yang
dikandungnya;
2. Mendeteksi dan mengatasi komplikasi dalam kehamilan, terutama pre-eklampsi;
3. Mendeteksi dan mengobati penyakit yang mendasari kemungkinan terjadinya
komplikasi pada ibu hamil;
4. Mendeteksi adanya ganguan anemia, infeksi HIV, masalah kesehatan mental, dan
atau gejala stres serta kekerasan dalam rumah tangga;
5. Melakukan upaya pencegahan, meliputi imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian
obat cacing, pemberian tablet besi dan asam folat, pencegahan terhadap malaria
dalam kehamilan dengan menggunakan profilaksis atau dengan kelambu;
6. Menyarankan dan mendukung setiap wanita dan keluarganya untuk membangun
kebiasaan sehat dalam rumah tangga

C. Pelayanan ante natal care


Pelayanan antenatal sesuai standar yang termasuk dalam fokus program pemerintah
dalam meningkatkan kesehatan ibu maternal adalah melalui ANC terpadu. Antenatal care
terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan
kepada semua ibu hamil. Implementasi pelayanan ANC terpadu telah diperkuat dengan
dikeluarkannya kebijakan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam pasal 6 ayat 1 huruf b
Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak, dimana salah satunya
dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan janin dalam kandungan dilaksanakan melalui
pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan pelayanan terhadap ibu hamil tersebut
dilakukan secara berkala sesuai standar yaitu paling sedikit 4 (empat) kali selama masa
kehamilan (K1-K4).
Dalam pemeriksaan antenatal, selain kuantitas (frekuensi kunjungan), perlu
diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Jenis pemeriksaan pelayanan ANC terpadu
adalah sebanyak 18 jenis pemeriksaan yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah,
berat badan, lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus uteri (TFU), presentasi janin,
denyut jantung janin (DJJ), kadar hemoglobin (Hb), golongan darah, kadar protein urin,
kadar gula darah/reduksi, pemeriksaan darah malaria, pemeriksaan bakteri tahan asam
(BTA), pemeriksaan darah sifilis, tes serologi HIV, dan ultrasonografi (USG)
Standar minimal pelayanan antenatal meliputi “7T”, yang terdiri dari:
1. Timbang berat badan;
2. Ukur tekanan darah;
3. Ukur tinggi fundus uteri;
4. Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid);
5. Pemberian tablet zat besi;
6. Test terhadap PMS, HIV/AIDS dan malaria;
7. Temu wicara/konseling.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kehamilan mulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa, terapi, dan rujuk bila diperlukan.
Pelayanan antenatal juga dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada ibu
hamil dan keluarganya untuk melakukan penanganan yang tepat serta segera
memeriksakan kehamilannya apabila terdapat tanda-tanda bahaya selama kehamilan.
Tanda-tanda bahaya selama kehamilan meliputi:
1. Bengkak/edema pada muka atau tangan;
2. Nyeri abdomen hebat;
3. Berkurangnya gerak janin;
4. Perdarahan per vaginam;
5. Sakit kepala hebat;
6. Penglihatan kabur;
7. Demam;
8. Muntah-muntah hebat;
9. Keluar cairan per vaginam secara tiba-tiba
D. Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC pada ibu hamil
Konsep dan perilaku sesorang seperti yang dikemukakan oleh Green meliputi faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat
(reinforcing factor).
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.6 Faktor predisposisi yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
melakukankunjungan ANC mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun)
dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih muda
atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih dalam
memeriksakan kehamilannya.
2. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. Ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap
kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil
3. Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga sulit
untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan ibu rumah
tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat mengatur dan
menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
4. Paritas ibu hamil Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh
seorang wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan ibu dengan
kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki
motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
5. Jarak kehamilan
Semakin tinggi resiko terjadi komplikasi akan meningkatkan motivasi ibu hamil
untuk melakukan pemeriksaan. Jarak kehamilan yang dekat dapat meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi pada ibu hamil sehingga hal ini semakin meningkatkan
frekuensi kunjungan antenatalnya.
6. Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan
kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban,
melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.12-14
7. Sikap ibu hamil
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau respon
yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan janinnya
sehingga dapat meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang negatif
membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan kunjungan.
Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini
mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat
seperti, rumah sakit, poliklinik, posyandu, dokter atau bidan praktik swasta.
Faktor pemungkin yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan
ANC mencakup hal-hal berikut:
1. Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta semakin
sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC. Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua kali untuk
melakukan kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu setiap
melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi dan harus berjalan
kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas memiliki angka kunjungan
kurang dari 4 kali selama masa kehamilan.11
2. Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya sehingga hal lain menjadi
terabaikan, termasuk kesehatan kehamilannya. Sehingga, semakin rendah penghasilan
keluarga maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kehamilannya.
3. Media informasi
Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan antenatal
pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu dalam melakukan
kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah satu cara yang dilakukan
oleh pemerintah untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, seperti
leaflet, poster, koran, majalah, dan lain-lain ataupun media elektronik seperti televisi,
internet, dan lain-lain
Sedangkan, faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku kesehatan. Faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama dan para petugas kesehatan. Faktor penguat yang memengaruhi kepatuhan
ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC mencakup:
1. Dukungan suami Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang
dalam hal ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan
istri dan calon anaknya. Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping
terdekat ibu, semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu hamil untuk menjaga
kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan kunjungan ANC.
2. Dukungan keluarga
Dukangan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang terdekat dengan ibu hamil, dukungan
dari keluarga memegang peranan penting dalam memengaruhi psikologi dan motivasi
ibu dalam melakukan perilaku kesehatan.
Dengan dukungan yang baik dari keluarga, ibu akan lebih memperhatikan kesehatan
diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk melakukan ANC.Dukungan dari keluarga dapat berupa bantuan,
perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu hamil.
3. Faktor petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi frekuensi
kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin
sering pula seorang ibu hamil menginjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya.
4. Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga dapat
menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
E. Trimester 3 kehamilan

Kehamilan Trimester III adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu, masa ini
merupakan suatu yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang
menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin yang berkembang pada
trimester ini. Pada wanita hamil trimester III akan mengalami perubahan Fisiologis dan
psikologis yang disebut sebagai periode penantian. Menanti kehadiran bayinya sebagai
bagian dari dirinya, wanita hamil tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Saat ini juga
merupakan waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua
seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. Sejumlah ketakutan muncul pada
trimester ke tiga, wanita mungkin merasa cemas terhadap kehidupan bayi dan
kehidupannya sendiri. Seperti : apakah nanti bayinya lahir abnormal, membayangkan
nyeri, kehilangan kendali saat persalinan, apakah dapat bersalin normal, apakah akan
mengalami cedera pada vagina saat persalinan. Ibu juga mengalami proses duka lain
ketika ibu mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus yang dirasakan
selama hamil, perpisahan terhadap janin dalam kandungan yang tidak dapat dihindari,
perasaan kehilangan karena uterusnya akan menjadi kosong secara tiba-tiba. Umumnya
ibu dapat menjadi lebihbergantung pada orang lain dan lebih menutup diri karena
perasaan rentannya yang merupakan gejala depresi ringan. Menjelang akhir kehamilan
ibu akan semakin mengalami ketidaknyamanan fisik seperti rasa canggung, jelek,
berantakan dan memerlukan dukungan yang kuat dan konsisten dari suami dan keluarga.
Dan pada pertengahan trimester ke tiga, hasrat seksual ibu menurun, dan perlu adanya
komunikasi jujur yang dengan suaminya terutama dalam menentukan posisi dan
kenyamanan dalam hubungan sek. Pelayanan antenatal pada trimester III sangat
diperlukan untuk mengetahui kondisi ibu dan juga tumbuh kembang janin dalam
mempersiapkan persalinan. Selain itu kondisi mental ibu hamil juga sangat berperan
penting untuk melancarkan proses persalinan

F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Darah
Pemeriksaan darah (Hb) minimal dilakukan 2x selama hamil, yaitu pada trimester 1
dan 3. Hasil pemeriksaan ahli dapat digolongkan sebagai berikut:
Hb 11 gr% Tidak anemia
9-10% Anemia ringan
7-8% Anemia sedang
< 7gr% Anemia berat

Batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10 gr/100 ml. Wanita yang
memiliki Hb kurang dari 10 gr/1ooml baru disebut anemia dalam kehamilan. Wanita
dengan Hb antara 10-12 gr/100ml tidak dianggap patologik, tetapi anemia fisiologik
atau psedoanemia
Urin
Protein dalam urin
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin. Pemeriksaan dilakukan pada
kunjungan pertama dan pada setiap kunjungan pada akhir trimester II sampai
trimester III kehamilan
Hasilnya :
Negatif (-) Warna biru, sedikit kehijau hijauan dan
sedikit keruh
Positif 1 (+) Hijau kekuning-kuningan dan agak keruh
Positif 2 (++) Kuning keruh
Positif 3 (+++) Jingga keruh
Positif 4 (++++) Merah keruh

Bila ada glukosa dalam urin maka harus dianggap sebagai gejala diabetes mellitus,
kecuali kalau dapat dibuktikan hal-hal lain penyebabnya
Pemeriksaan cairan ketuban dengan kertas lakmus, apabila warna kertas berubah
menjadi biru bisa dipastikan cairan ketuban, apabila tidak ada perubahan warna di
kertas maka bukan cairan ketuban.

2. Radiologi
USG untuk mengetahui diameter biparietal, gerakan janin, ketuban, TBJ dan tafsiran
kehamilan

G. Pathway
Terlampir

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian ANC
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu
hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan
mola sebelumnya
Pemeriksaan fisik diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan panggul.
Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya ibu
tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul
(kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau
ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145cm dimungkinkan ibu memiliki
panggul sempit.
c. Berat badan
Pertambahan BB selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan
dengan usia kehamilan, kenaikan BB selama hamil muda 5kg, selanjutnya tiap
trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan,
pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan
perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidramnion dan anak
besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/ buruk, ibu berisiiko untuk melahirkan anak dengan BBLR
e. Tanda tanda vital
Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) berisiko dalam kehamilan. Penanganan
yang kurang tepat akan mengakibatkan pre eklampsia dan eklampsia
Nadi
Jumlah nadi normal sekitar 80 kali/mnt
Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5, dikatakan demam dan hal ini kemungkinan
ada infeksi dalam kehamilan
Pernafasan
Frekuensi nafas normal orang dewasa adalah 16-20x/mnt. Bila ibu mengalami
peningkatan frekuensi nafas. Ibu akan mudah lelah atau kemungkinan dicurigai
memiliki penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
Memeriksa apakah terdapat edema
Memeriksa apakah kelopok mata bagian bawah tampak pucat, berwarna kuning/
jaundice pada sclera
Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis.
g. Payudara
Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya, payudara normal melingkar, agak
simetris dan dapat dideskripsikan kecil, sedang dan besar
Putting payudara menonjol atau msuk ke dalam
Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
Retraksi akibat adanya lesi
Masa atau pemebsaran pembuluh limfe
h. Abdomen
Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan >12
minggu atau piya ukuran bila usia kehamilan > 22minggu
Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi dan penurunan
kepala janin kalau lebih dari 36 minggu

i. Pemeriksaan Leopold
Leopold 1
Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
Konsistensi uterus
Leopold 2
Menentukan batas samping Rahim kanan dan kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold 3
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk PAP/ masih bisa digoyang
Leopold 4
Pemeriksa menghadap kea rah ibu hamil
Bisa juga memnetukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk
ke PAP
Tinggi Fundus Uteri berdasarkan minggu kehamilan

j. Tangan dan Kaki


Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
Memeriksa reflex patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo/ hiper

k. Pemeriksaan panggul
Panggul : genital luar
Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus vaguna
untuk melihat adanya tukak atau luka varises, cairan yang ada (warna, konsistensi,
jumlah dan bau)
Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui pembengkakan masa
atau cairan kista
Panggul : menggunakan speculum
Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan / darah, luka/lesi, apakah serviks
sudah membuka atau belum
Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/ darah dan luka
Panggul: pemeriksaan bimanual
Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan / dilatasi dan
rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan/ nyeri goyang)
Menggunakan kedua tangan, satu tangan diatas abdomen, dua jari didalam vagina
untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta
adanya massa.
l. Pemeriksaan DJJ
Auskultasi untuk mendengar denyut jntung janin (DJJ)
Dari janin :
DJJ pada bulan ke 4-5
Bising tali pusat
Gerakan dan tendangan janin
Dari ibu:
Bising Rahim
Bising aorta
Peristaltic usus
Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher
Rectal toucher
Dapat dinilai : pembukaan serviks: berapa cm/ jari
Bagian anak paling bawah : kepala, bokong serta posisinya,
Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru e.c
kehamilan trimester 3ditandai dengan RR lebih dari 22x/mnt, ibu sesak saat
beraktifitas.
b. Keletihan b.d kondisi fisiologis kehamilan ditandai dengan peningkatan
penggunaan energy, ibu merasa kurang tenaga.
c. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang sering terkait kehamilan.
d. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran menjelang persalinan ditandai ibu
merasa takut tidak bisa mengedan dengan kuat.
e. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan penekanan didalam vesika urinaria
terkait kehamilan ditandai dengan ibu BAK >5-7x/hari
f. Defisit Pengetahuan (Perubahan dan Ketidaknyamanan Terkait Kehamilan b.d
minimal informasi, mengungkapkan konsep yang salah (mitos) tentang perubahan
fisiologis / psikologis normal), tidak akurat atau tidak mematuhi instruksi/ saran
dalam perawatan mandiri
g. Resiko Cedera (Pada Janin) b.d kurang pengetahuan tentang gejala komplikasi
pada kehamilan, kurang pengetahuan tentang kondisi medis dan gejala penyakit
lain yang mempengaruhi janin.
h. Kelebihan Volume Cairan (Edema) b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
asupan cairan, kelebihan asupan natrium
3. Rencana Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut pasien 1. Observasi : 1. Perubahan status nyeri dapat
berkurang setelah a. Identifikasi lokasi, diketahui dengan monitoring
dilakukan tindakan karakteristik, durasi yang adekuat
keperawatan selama dan frekuensi nyeri a. HIS saat mendekati persalinan
1x24 jam b. Skala nyeri semakin kuat dan frekuensi
KH: c. Ekspresi wajah semakin kerap
Skala nyeri 1-2 d. Nadi b. Indikator menurunnya
Ekspresi wajah rileks e. Tensi intensitas nyeri pasien
Mobilisasi fleksibel f. Kontraksi uterus c. Ciri non verbal seseorang
Nadi 60-100x/mnt 2. Lakukan Manajemen dikatakan nyeri
Tensi sistol 110- nyeri d. Nyeri menstimulasi syaraf
120mmHg, tensi diastole a. Berikan teknik simpatis untuk meningkatkan
70-80mmHg distraksi relaksasi frekuensi nadi
Kontraksi uterus (+) b. Berikan terapi pijat e. Peningkatan nadi memicu
dapat dikendalikan c. Kontrol lingkungan tekanan darah tinggi
yang memperberat f. Kontraksi uterus merupakan
rasa nyeri hal fisiologis kehamilan,
semakin mendekati akhir
3. KIE kehamilan semakin tinggi
Jelaskan penyebab frekuensinya
nyeri dan strategi 2. Pelaksanaan yang baik
menurunkan rasa nyeri menjamin keberhasilan
4. Kolaborasi a. Pengalihan perhatian cara
Analgetik efektif mengurangi
intensitas nyeri dan teknik
nafas dalam membuat
rileks pikiran dan otot.
b. Ketegangan otot dapat
teratasi
c. Lingkungan bising
membuat
ketidaknyamanan dan
pikiran stress yang
berujung pada keparahan
nyeri
3. Pengetahuan yang adekuat
merupakan modal yang baik
bagi perilaku sehat yang lebih
permanen
4. Profesionalisme lebih tepat :
analgetik meredakan rasa
sakit

Pola nafas tidak efektif


Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
Pola nafas pasien 1. Manajemen pola nafas 1. Penatalaksanaan yang baik
adekuat selama a. Pertahankan menjamin keberhasilan
perawatan di rumah hidrasi adekuat 2. Perubahan status pola nafas
sakit b. Berikan posisi dapat dimonitoring :
KH: fowler a. Nafas spontan sebagai
Nafas spontan c. Batasi aktivitas indikator respirasi
RR 12-22x/mnt yang berat b. Penekanan pada uterus
Suara nafas bersih 2. Observasi dan menurunkan ekspansi
Tidak ada retraksi monitoring dada dan meningkatkan
intercostae a. Nafas RR
Tidak ada sianosis b. RR c. Indikasi akumulasi secret
c. Suara nafas d. Retraksi intercostae tanda
d. Retraksi bahwa upaya nafas berat
intercostae e. Sianosis merupakan tanda
e. Sianosis lambat distress nafas
3. KIE 3. Pengetahuan yang adekuat
Anjurkan minum merupakan modal yang baik
2000ml / hari bila bagi perilaku sehat yang lebih
tidak ada permanen : pada pasien yang
kontraindikasi memiliki riwayat penyakit
4. Kolaborasi gagal ginjal dan gagal
Berikan O2 bila perlu jantung tidak diperbolehkan
Obat bronkodilator, minum banyak air
ekspektoran atau 4. Profesionalisme lebih tepat :
mukolitik kalau perlu a. Oksigenasi dapat
terpenuhi
b. Agen pemicu timbulnya
secret dapat
diminimalkan

4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data secara
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah tindakan dan menilai
data yang baru. Keterampilan yang dibutuhkan antara lain: keterampilan kognitif,
keterampilan interpersonal dan keterampilan psikomotor.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan dengan membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat di
tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi adalah mengakhiri rencana tindakan,
memodifikasi rencana tindakan dan meneruskan rencana tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan setiap selesai tindakan dengan berorientasi pada etiologi (formatif) dan bisa
dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna yang berorientasi pada
masalah keperawatan dimana menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan serta
sebagai kesimpulan atas status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan (sumatif).

I. Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Pusat data dan informasi.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2012
Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelayanan antenatal. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI; 2012.
Fitriyeni, dkk, 2015. Penyebab rendahnya kelengkapan ANC ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas pangambiran. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.http://jurnal
.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma
Indah A, dkk. 2017. Faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care ibu hamil.
Jurnal Unila
Kusmiyati, Y. 2010. Asuhan Kehamilan. Titramaya. Yogyakarta.
Lincetto O, Mothebesoane-anoh S, Gomez P, Munjanja S. Antenatal care: opprotunities
for Africa’s newborns. Int J Sci Tech Res. 2013; 2(2):51–62.
Mufdilah. ANC Pemeriksaan Kehamilan Fokus. Jakarta : Mulia Medika. 2009
Permenkes No. 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak
Rohmah N, Walid S. 2019. Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia). Malang: Edulitera (Anggota IKAPI)
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Nyeri melahirkan Risiko jatuh

Kontraksi uterus Kekuatan otot menurun Nausea

Peningkatan produksi Tremor halus/ kram otot


Peningkatan HCl lambung PERUBAHAN PADA IBU
prostaglandin
Peningkatan kecepatan HAMIL Defisit pengetahuan
Peningkatan hormon depolarisasi otot rangka Peningkatan progesterone TRIMESTER 3
oksitosin,
Peningkatan hormon Kurang terpapar informasi
thyroid Sisitem pencernaan
Krisis situasional
Sistem endokrin Perubahan fisiologis Perubahan psikologis Kekhawatiran mengalami Ansietas
kegagalan
SistemKardiovaskuler
Sistem pernafasan Payudara Sistem Peningkatan Sistem reproduksi
musculoskeletal BB
Peningkatan produksi Janin berkembang
hormon steroid oleh Peningkatan Desakan uterus ke Estrogen meningkat Peningkatan massa Beban menarik Aktivitas otot
plasenta dan korteks estrogen diafragma abdomen kedepan meningkat
adrenal menstimulasi Perut membesar
adrenal Perubahan jar. Tulang belakang
Ekspansi paru Penekanan syaraf Peningkatan
makro tertarik Kekhawatiran
Sekresi aldosterone terhambat lumbal penggunaan energy
melakukan hub seks
Retensi air dan Natrium Suplai darah Lordosis
Pola nafas tidak meningkat ke Merangsang Penurunan fisik dan
Pola seksual tidak
efektif mamae reseptor nyeri mental
Sekresi aldosterone Perubahan efektif
fungsi dan
Mamae membesar bentuk tubuh Keletihan
Volume darah meningkat Inflamasi
dan menegang
Gnangguan citra Sistem urinaria
Hemodilusi Perubahan preload – Nyeri akut tubuh
Gangguan adaptasi
afterload kehamilan Menekan vesika
Anemia urinari
Penurunan curah Gangguan rasa
jantung nyaman
Risiko jatuh Respon berkemih
meningkat

Gangguan Gangguan
pola tidur eliminasi uri

Anda mungkin juga menyukai