KEPERAWATAN MATERNITAS
POSTPARTUM
(POST NATAL)
Di susun oleh :
15.07.031
LAPORAN PENDAHULUAN
POSTPARTUM (POST NATAL)
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Masa puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelumnya (Doenges, 2011).
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu
yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ
reproduksi seperti sebelum kehamilan (Green, & Wilkinson, 2012).
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu, Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan. Selain
itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira
6 minggu (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
B. Klasifikasi
Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni :
1. Immidiate post partum
Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam)
2. Early post partum
Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum
3. Late post partum
Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post partum
(Sarwono, & Wiknjosastro, 2011).
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat
dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
b. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah
persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac
out put dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan
stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan
setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap normal.
c. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum
hamil
d. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi
yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri
dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan
pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.
2. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan
darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk.
Hal ini disebut hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi
cardiovaskuler terhadap penurunan resitensi didaerah panggul. Segera setelah
persalinan ibu kadang menggigil disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara
klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.
3. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan
oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini
menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama
post partum.
4. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti
lahirnya placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan
proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana
produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post partum. Adanya pembesaran
payudara terjadi karena peningkatan sistem vaskulan dan linfatik yang
mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri bila disentuh.
5. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu
pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus,
kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.
6. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum
dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot
abdomen terpisah yang disebut distasi recti abdominalis, juga terjadi
pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui dinding
bila ibu terlentang.
7. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum
menghilang sempurna setelah melahirkan (Doenges, 2011).
8. Adaptasi Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil
1. Fase-fase transisi
a. Fase antisipasi kehamilan :
Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi
pekerjaan dalam keluarga.
b. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang
baru
c. Fase adaptsi ibu meliputi :
1) Taking In
a) Dependet
b) Pasif
c) Fokus pada diri sendiri
d) Perlu tidur dan makan
2) Taking Hold
a) Dependent
b) Independent
c) Fokus melibatkan bayi
d) Melakukan perawatan diri sendiri
e) Waktu yang baik untuk penyuluhan
f) Dapat menerima tanggungjawab
3) Letting Go
a) independence pada peran yang baru
b) letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama
persalinan.
d. Adaptasi psikologis ayah :
1) Respon ayah :
a) Bangga dan takut memegang bayi.
b) Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga,
mengadakan pesta dengan teman-teman.
c) Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
d) Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari
informasi untuk ibu dalam merawat bayinya.
2) Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung.
Biasanya ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan
anaknya. Bila ada masalah dengan bayinya dan harus dirawat
terpisah dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber informasi
bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering merasa
khawatir tentang keadaan istri dan anaknya. Ayah juga dapat
mengalami post partum blue karena masalah keuangan keluarga,
merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan
kesulitan beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan
istrinya.
3) Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan
adanya perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam
keluarga tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang
menjadi kakak, orang tua menjadi kakek, suami-istri harus saling
membagi perhatian karena tuntutan dan ketergantungan bayi dalam
memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga yang
dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal
sesulit bila tidak ada yang membantu. Mengingat kompleksnya
tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan, dimana ibu harus
merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas
(Saifuddin, 2010).
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Fisik
a. Riwayat kesehatan sebelumnya
b. Tanda-tanda Vital
c. Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management
engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
d. Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
e. Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
f. Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
g. Rektum: hemoroid, dll.
h. Aktivitas sehari-hari.
2. Pengkajian Psikologis
a. Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
b. Spesifik: depresi postpartum.
c. Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido
(Sarwono, & Wiknjosastro, 2011).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum (Herdman, & Kamitsuru, 2015).
C. INTERVENSI
1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang denga kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital
dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R =
18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
R/ untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian analgetik
melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi
menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya. membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang
dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
dengan kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan
resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi. untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi
tempat berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan
umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya
b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan aktivitas
sehari-hari.
c. Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi kebutuhan klien
dan mempercepat proses penyembuhan.
5. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara verbal
mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
a. Kaji bising usus, diastasis recti.
mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat menurunkan tonus otot
abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
b. Kaji adanya Hemoroid.
hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
c. Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.
d. Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
e. Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang
perawatan dini dan bayi bertambah dengan
kriteria hasil : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan
dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan
fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan
pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat,
memandikan dan imunisasi).
menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh
dengan baik.
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari (Nurarif,
& Kusuma, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Cashion, K. (2013). Keperawatan Maternitas (Edisi 8).
Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar, R. (2009) Obstetri Fisiologis, obstetri patologis. Jakarta. EGC.