Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN DIRUANG BUGENVILE


RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh :

Nama : Kiki Nurjanah

NIM : 202002040015

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN-PEKALONGAN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN

A. Pengertian
Masa nifas adalah perode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak,
melahirkan anak, ketika alat ketika alat –  alat reproduksi tengah kembali kepada
kondisi normal.( Barbara F. weller 2015 ). Post partum adalah masa pulih
kembali seperti pra hamil yang di mulai setelah partus selesai sampai
kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ kandungan pulih kembali
seperti semula. Masa nifas berlangsung kira  –  kira 6 minggu ( Sarwono,
2018, hlm. 40). Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada  janin. (Prawirohardjo, 2011).

B. Tahap masa nifas


Periode masa nifas di bagi menjadi tiga tahap yaitu ( Yuli, 2017, h.
459 –    460 ) :

1. Puerperium dini

Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini sudah di perblehkan


berdiri.

2. Puerpurium intermedial

Kepuliham menyeluruh alat –   alat genetalia, yang lamamnya 6 -8


minggu.

3. Remote purperium

Masa yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna, berlangsung


selama berminggu –   minggu, bulanan, bahakan tahunan.

C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011):
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang
otot – otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan

kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-
plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

D. Manifestasi Klinik
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat  –  alat / organ
reproduksi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan  pengecilan ukuran (involusi) (involusi) dari uterus itu sendiri.
sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post partum menurut masa
involusi :
INVOLUSI TFU BERAT UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Plasenta lahir ± 2 cm di bawah umbilicus dengan ± 1000 gram


bagian  bagian fundus bersandar
bersandar pada  promontorium
sakralis
1 minggu Pertengahan Pertengahan antara 500 gram
umbilikus umbilikus dan simfisis
pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50-60ram

(Bobak, 2014:493)
b. Vagina dan Parineum
Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina. Macam –  macam lochia :

1) Lochia rubra : berisi darah segar dan sisa –  sisa selaput ketuban,


terjadi
selama 2 hari pasca persalinan
2) Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
terjadi hari ke 3 –  7 pasca persalinan
3) Lochia serosa : Keluar cair Lochia serosa : Keluar cairan tidak berisi
darah be an tidak berisi darah berwarna kuning. rwarna kuning. Terjadi
hari ke 7 –  14 hari pasca persalinan
4) Lochia alba : Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
c. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi
mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post  partum  partum
dimana kolostrum kolostrum mengandung mengandung lebih banyak
protein protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi
ASI akan meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek
merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin
sering menetek, maka ASI akan makin banyak diproduksi.  
2. Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan
ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali
dari jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering
ditemukan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
c. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan
buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali
normal.
3. Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih : Uretra dan kandung kemih : Trauma bisa terjadi
pada Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding
kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti
daerah-daerah kecil hemoragi.

4. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar tetapi tidak hilang s dan panggul mungkin memudar tetapi
tidak hilang seluruhnya.

E. Fisiologi
Involusi rahim, terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil,yang
disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein dinding rahim
dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing. Inovasi tempat
plasenta, setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat permukaan kasar
tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, dengan cepat luka ini mengecil pada
akhir minggu kedua,hanya sebesar 3 - 4 cm dan pada akhir nifas sebesar 3 - 4 cm
dan pada akhir nifas 1 - 2 cm. 1 - 2 cm.
Perubahan pada serviks dan vagina, pada serviks terbentuk sel-sel bentuk
sel-sel otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang pada
waktu  persalinan namun lambat laun akan mencapai uk  persalinan namun lambat
laun akan mencapai ukuran yang normal. yang normal. Perubahan pembuluh
darah rahim, dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah  persalinan tidak  persalinan tidak diperlukan
bagi diperlukan bagi peredaran darah peredaran darah yang banyak, maka arteri
tersebut harus mengecil lagi saat nifas. Dinding perut dan peritoneum, setelah
persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
Saluran kencing, dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan
pyelum kembali normal dalam 2 ming  pyelum kembali normal dalam 2 minggu.
Laktasi , Keadaan buah dada pada dua hari pertama Laktasi , Keadaan
buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan ifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada belum mengandung susu melainkan
colostrum.colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan
garam.

F. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan- perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir
ini karena

pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-


kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium
yang kira-kira setebal 2- 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )  
2. Urine lengkap
H. Penatalaksanaan Medik dan Implikasi Keperawatan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)  
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang  benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan diperkenankan latihan latihan berdiri berdiri dan
berjalan.

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi,
pengeluaran per vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.

b. Riwayat sosial ekonomi

1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.

2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.

3) Para pembuat keputusan di rumah.

4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.

5) Kepercayaan dan adat istiadat.


c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan umum

a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.

c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.

2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan. c) Abses.
c) Pembengkakan/ASI terhenti.
d) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus

a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.

b) Kontraksi uterus.

c) Ukuran kandung kemih.

4) Pemeriksaan vulva/perineum

a) Pengeluaran lokhia.

b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.

c) Pembengkakan.

d) Luka
e) Hemoroid.
5) Aktivitas/istirahat

Insomnia mungkin teramati.

6) Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

7) Integritas ego

Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat


kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi

Diuresis diantara hari kedua dan kelima.

9) Makanan/cairan

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.

10) Nyeri/ketidaknyamanan

 Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari


ketiga sampai kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira- kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari
kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi berdiri) dan
aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu
matur, biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimulai.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran


jaringan atau distensi efek-efek hormonal

b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,


karakteristik payudara

c. Gangguan  eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,


perubahan-perubahan jumlah atau frekuensi berkemih.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,


penurunan sistemkekebalan tubuh.

e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih (perdarahan)

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan


atau distensi efek–efek hormonal.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang


dengan kriteria evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang
sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi, tanda vital dalam batas
normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80 mmhg, RR= 18 – 20 x /
menit.

Intervensi dan Rasional:

1) Kaji ulang skala nyeri (Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi


yang tepat)

2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
(Rasional: untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan)
3) Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi (Rasional: memperlancar
pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri secara
bertahap)

4) Berikan kompres hangat (Rasional: meningkatkan sirkulasi pada perinium)

5) Kolaborasi pemberian analgetik (Rasional: melonggarkan system saraf


perifer sehingga rasa nyeri berkurang)

b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat


pengetahuan, karakteristik payudara.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan


menyusui dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui,
bayi mendapat ASI yang cukup.

Intervesi dan Rasional:

1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui


sebelumnya (Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini
agar memberikan  intervensi yang tepat)

2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui (Rasional: posisi yang


tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu)

3) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui (Rasional: agar


kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal)

c. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,


perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi


(BAK) dengan KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi dan Rasional:

1) Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam (Rasional: mengetahui
balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat)

2) Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum (Rasional: melatih otot-otot


perkemihan)

3) Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran
(Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga
tidak ada retensi)

4) Kolaborasi pemasangan kateter (Rasional: mengurangi distensi kandung


kemih)

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,


penurunan sistem kekebalan tubuh.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE :
dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.

Intervensi dan Rasional:

1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi (Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan
mengintervensi dengan tepat)

2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam (Rasional: pembalut
yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman)

3) Pantau tanda-tanda vital (Rasional: peningkatan suhu > 38°C menandakan


infeksi)

4) Lakukan rendam bokong (Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke


perinium dan mengurangi udem)
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang (Rasional:
membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vagina)

e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih (perdarahan)

Tujuan dan Kriteria Evaluasi:

Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan
KE : cairan masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0
gr/dL)

Intervensi dan Rasional:

1) Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri (Rasional: memberi


rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan)

2) Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari (Rasional: mencegah terjadinya


dehidrasi)

3) Observasi perubahan suhu, nadi, tensi (Rasional: peningkatan suhu dapat


memperhebat dehidrasi)

4) Periksa ulang kadar Hb/Ht (Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2


gram%/100 dL)
Daftar Pustaka

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC


Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius.
Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.
Siswosudarmo, R., 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
https://www.scribd.com/document/384133161/Lp-Post-Partum-Spontan

Anda mungkin juga menyukai