Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

MENYUSUI TIDAK EFEKTIF

DISUSUN OLEH:

NAMA : GITA RIA SAFITRI

NIM : 20201440120026

SEMESTER/KELAS : III/B

PROGRAM STUDI : DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

MENYUSUI TIDAK EFEKTIF

A. DEFINISI

Menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi mengalami
ketidakpuasan atau kesulitan pada saat menyusui. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Menyusui tidak efektif adalah kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau
kesulitan saat pemberian ASI. (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Menyusui merupakan proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai
berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa menambahkan dan
mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan proses menyusui eksklusif.
(Hidajati, 2012).

Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan makanan pada bayi berupa air
susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu (Depkes RI, 2011) bukan hal baru yang akan dilalui
oleh seorang perempuan setelah melahirkan. Pengetahuan dan latihan yang tepat sangat
diperlukan untuk mengoptimalkanproses menyusui. (Riskani, 2012).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :

a. Ketidakadekuatan suplai ASI

b. Hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing)

c. Anomali payudara ibu (misalnya, puting masuk ke dalam)

d. Ketidakadekuatan refleks oksitosin

e. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi

f. Payudara ibu bengkak

g. Riwayat operasi payudara


h. Kelahiran kembar (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010) terdapat beberapa masalah yang menyebabkan ibu
enggan untuk menyusui bayinya yaitu :

a. Masalah menyusui pada masa antenatal

1) Kurang atau salah informasi

2) Puting susu datar atau terbenam

b. Masalah menyusui pada masa nifas dini

1) Puting susu nyeri

2) Puting susu lecet

3) Payudara bengkak

4) Mastitis atau abses payudara

c. Masalah menyusui pada masa nifas lanjut

1) Sindrom ASI kurang

2) Ibu yang bekerja

d. Masalah menyusui pada keadaan khusus

1) Ibu melahirkan dengan bedah

2) Ibu sakit

a) Ibu yang menderita penyakit hepatitis (HbsAg +) atau HIV/AIDS

b) Ibu dengan TBC

c) Ibu dengan Diabetes

3) Ibu yang memerlukan pengobatan


4) Ibu hamil

Menurut (Kusumaningrum, Maliya, & Hudiyawati, 2016) faktor-faktor yang dapat


mempengaruhi ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :

a. Faktor internal

1) Pengetahuan

2) Pendidikan

3) Pekerjaan

4) Kondisi Kesehatan Ibu

b. Faktor eksternal

a) Orang penting sebagai referensi keluarga

b) Sosial ekonomi

c) Pengaruh iklan susu formula

d) Budaya Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku, serta penggunaan sumber-sumber dalam masyarakat


akan menghasilkan suatu kebudayaan pada daerah setempat

C. PATOFISIOLOGI

Banyak diantara ibu yang melahirkan tidak mengetahui manfaat ASI. Adapun manfaat ASI
bagi bayi secara umum yaitu sebagai nutrisi, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan
kasih sayang, meningkatkan daya tahan tubuh. Dampak jika tidak diberikannya ASI pada bayi
yaitu bertambahnya kerentanan terhadap penyakit, kerugian kognitif, dan biaya susu formula
(Anik Maryunani, 2015). American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu untuk
memberi ASI eksklusif selama sekurang-kurangnya 4-6 bulan dan dilanjutkan sekurang-
kurangnya selama 1 tahun. Sedangkan Depkes (2018) menyatakan bahwa ibu menyusui harus
sukses menyusui secara eksklusif hingga 6 bulan serta meneruskan ASI hingga dua tahun
(ditunjang dengan makanan pendamping ASI yang baik) agar dapat menekan angka kematian
neonatal dan bayi. Efek protektif 4 menyusui meningkat dengan semakin sering ibu menyusui
bayinya (Sinclair, 2010).

Masalah menyusui yang sering terjadi yaitu payudara bengkak, saluran susu tersumbat serta
infeksi payudara (mastitis). Bila tidak ditangani dengan baik, proses infeksi payudara (mastitis)
menimbulkan pembengkakan lokal atau seluruh payudara, merah dan nyeri. Mastitis juga
biasanya di dahului oleh puting lecet, payudara dan sumbatan saluran susu (Martaadisoebrata
dkk, 2013). Karenanya sangat diperlukan keefektifan pengeluaran ASI. Dalam menunjang
keberhasilan penanganan gangguan pengeluaran ASI, sebaiknya dilakukan melalui penerapan
manajemen ibu menyusui.

Manajemen ini terkait dengan persiapan awal hingga pelaksanaan menyusui pada bayi.
Manajemen ibu menyusui dan bayi yang efektif mengharuskan perawat untuk melakukan asuhan
keperawatan secara komprehensif tentang bagaimana mengatasi ketidakefektifan ASI secara
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan
mengenal penyebab serta tanda ketidakefektifan ASI, membantu ibu yang mengalami
ketidakefektifan ASI serta membantu ibu menyusui, memastikan ketidakefektifan ASI dapat
teratasi dan melakukan evaluasi (lowdermilk, 2013).

D. PATHWAY ( POHON MASALAH)


E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut SDKI, 2017 gejala dan tanda menyusi tidak efektif adalah sebagai berikut.

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif

1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal

Objektif

1. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu


2. ASI tidak menetas/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Intake bayi tidak adekuat


2. Bayi menghisap tidak terus menerus
3. Bayi menangis saat disusui
4. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui
5. Menolak untuk mengisap
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Darah : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <10gr %
dibutuhkan suplemen FE) eritrosit, leukosit, trombosit.

2) Urine : protein urine pada PEB bersifat (+), kadarprotein urine >5 gr/jam atau +2 pada
pemeriksaan kualitatif. Oliguria (≤500cc/24jam) merupakan tanda PEB (Manuaba, 2010).

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian yaitu tahapan awal dari proses keperawatan, data dikumpulkan secara
sistematis yang digunakan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus
dilaksanakan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
(Kozier, B., Erb, G., Berman, 2010).

a. Identitas

Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Suku, Agama,
Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.

b. Riwayat Kesehatan Pasien

1) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, seperti pasien tidak
bisa menyusui bayinya, pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan
perineum.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien mencakup riwayat penyakit
yang pernah dialami pasien, riwayat rawat inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan,
dan gaya pola hidup.
3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau kronis,
seperti: penyakit jantung, DM, Hipertensi, dan Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas.

c. Riwayat perkawinan

Pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak karena bila melahirkan tanpa status akan berkaitan dengan psikologis ibu
sehingga dapat mempengaruhi proses nifas.

Riwayat kelahiran, persalinan, dan nifas yang lalu : riwayat kehamilan sebelumnya (umur
kehamilan dan faktor penyulit), riwayat persalinan sebelumnya (jenis, penolong, dan penyulit),
komplikasi nifas (laserasi, infeksi, dan perdarahan), serta jumlah anak yang dimiliki. Riwayat
keluarga berencana : jenis akseptor KB dan lamanya menggunakan KB.

d. Pola kebutuhan dasar (Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spiritual)

1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi : persepsi sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan
status kesehatan pasien saat ini, perlindungan terhadap kesehatan (kunjungan ke pusat pelayanan
kesehatan, manajemen stres), pemeriksaan diri sendiri (riwayat medis keluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan), perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.

2) Pola nutrisi-metabolik : menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,


banyaknya, jenis makanan, serta makanan pantangan. Pola nutrisi- 22 metabolik juga dapat
berpengaruh pada produksi ASI, jika nutrisi Ibu kurang maka akan berpengaruh pada banyak
sedikitnya ASI yang akan keluar.

3) Pola eliminasi : menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar, meliputi
frekuensi, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan buang air kecil meliputi, frekuensi, warna, dan
jumlah.

4) Pola aktivitas-latihan : menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini yang
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi seperti
misalnya, seberapa sering, apakah ada kesulitan, dengan bantuan atau sendiri.

5) Pola istirahat-tidur : menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu luang seperti pada saat menidurkan bayi, ibu juga
harus ikut tidur sehingga istirahat-tidur terpenuhi. Istirahat yang cukup dapat memperlancar
pengeluaran ASI.

6) Pola persepsi-kognitif : menggambarkan tentang pengindraan (pengelihatan, pendengaran,


penciuman, perasa, dan peraba). Biasanya ibu yang tidak mampu untuk menyusui bayi akan
menghadapi kecemasan tingkat sedang-panik dan akan mengalami penyempitan persepsi yang
dapat mengurangi fungsi kerja dari indra. Begitupun sebaliknya, jika ibu cemas tingkat sedang-
panik juga dapat mempengaruhi proses menyusui bayinya.

7) Pola konsep diri-persepsi diri : menggambarkan tentang keadaan sosial (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), identitas personal (kelebihan dan kelemahan diri), keadaan fisik
(bagian tubuh yang disukai dan tidak), harga diri 23 (perasaan mengenai diri sendiri), riwayat
yang berhubungan dengan masalah fisik atau psikologis pasien.

8) Pola hubungan-peran : menggambarkan peran pasien terhadap keluarga, kepuasan atau


ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan dukungan keluarga, proses pengambilan
keputusan, hubungan dengan orang lain.

9) Pola seksual-reproduksi : masalah pada seksual-reproduksi, menstruasi, jumlah anak,


pengetahuan yang berhubungan dengan kebersihan reproduksi.

10) Pola toleransi stress-koping : menggambarkan tentang penyebab, tingkat, respon stress,
strategi koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress.

11) Pola keyakinan-nilai : menggambarjan tentang latar belakang budaya, tujuan hidupp pasien,
keyakinan yang dianut, serta adat budaya yang berkaitan dengan kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas
(LILA).

2) Pemeriksaan Head to Toe :

a) Kepala : amati wajah pasien (pucat atau tidak), adanya kloasma.

b) Mata : sclera (putih atau kuning), konjungtiva (anemis atau tidak anemis).

c) Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, adanya pembengkakan kelenjar limpha
atau tidak.

d) Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak)), puting (menonjol atau tidak),
pengeluaran ASI (lancar atau tidak), pergerakan dada (simetris atau 24 asimetris), ada atau
tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi bunyi pernafasan (vesikuler atau adanya
bunyi nafas abnormal).

e) Abdomen : adanya linea atau striae, keadaan uterus (normal atau abnormal), kandung kemih
(bisa buang air kecil atau tidak).

f) Genetalia : kaji kebersihan genetalia, lochea (normal atau abnormal), adanya hemoroid atau
tidak.

g) Ekstremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks patella.

f. Data penunjang

1) Darah : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <10gr %
dibutuhkan suplemen FE) eritrosit, leukosit, trombosit.

2) Urine : protein urine pada PEB bersifat (+), kadarprotein urine >5 gr/jam atau +2 pada
pemeriksaan kualitatif. Oliguria (≤500cc/24jam) merupakan tanda PEB (Manuaba, 2010).
H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan yang dialami ataupun proses kehidupan yang dialami baik bersifat aktual
ataupun risiko, yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosis Keperawatan Keluarga Gejala dan Tanda


Menyusui Tidak Efektif Gejala dan Tanda Mayor :

Definisi: Subjektif

Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami 3. Kelelahan maternal


ketidakpuasan atau kesukaran pada proses 4. Kecemasan maternal
menyusui.
Objektif

5. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu


6. ASI tidak menetas/memancar
7. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
8. Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah
minggu kedua

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

6. Intake bayi tidak adekuat


7. Bayi menghisap tidak terus menerus
8. Bayi menangis saat disusui
9. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam
pertama setelah menyusui
10. Menolak untuk mengisap

( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).


I. INTERVENSI KEPERAWATAN

Edukasi Menyusui :

Definisi:

Memberikan informasi dan saran tentang menysui yang dimulai dari antepartum, intrapartum,
dan postpartum.

Tindakan:

Observasi:

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui

Terapeutik:

3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

5. Berikan kesempatan untuk bertanya

6. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui

7. Libatkan system pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat

Edukasi:

8. Berikan konseling menyusui

9. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi

10. Ajarkan 4 (empat) posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar

11. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa

12. Ajarkan perawatan payudara postpartum (mis. Memerah ASI, pijat payudara, pjat oksitosin)

( Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).


J. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi
yang dilakukan pada asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk Subjektif, Objektif,
Assessment, Planning (SOAP).
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha Medika.

Hidajati, A. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta :Flashbooks.

Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti, Yuyun Yuningsih. dan Ana
lusyana ). Jakarta : EGC.

Kusumaningrum, T., Maliya, A., & Hudiyawati, D. (2016). Gambaran Faktor-Faktor Ibu Yang
Tidak Memberikan ASI Eksklusif Di Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai