A DENGAN
INDIKASI POST SECTIO CAESAREA DAN HEPATITIS B
DIRUANG MAWAR
RUMAH SAKIT TK II KARTIKA HUSADA
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Ns. Diena Juliana S, kep. M. Kes
selaku dosen mata kuliah keperawatan Maternitas. Makalah ini diharapkan dapat
menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak ada
gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari makalah ini.
COVER....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang 4
B. Rumusan Masalah4
C. Tujuan penulisan 5
D. Manfaat penulisan5
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan 21
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sectio Caesarea atau bedah sesar adalah suatu tindakan operasi yang
bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Wiknjosastro, 2013). Sectio Caesarea dilakukan salah satunya untuk mengurangi
angka kematian ibu akibat gagal pada persalinan normal. Beberapa faktor yang
mengindikasikan dilakukannya operasi sectio caesarea diantaranya yaitu partus
tak maju, plasenta previa, kelainan letak, PEB (Manuaba, 2012). Dalam
menjalani proses persiapan operasi sectio caesarea, pasien akan dihadapkan
dengan bayangan mengenai proses operasi, proses pembiusan, keselamatan bayi,
keselamatan dirinya, kesakitan dan berbagai masalah lainnya yang membuat
pasien akan mengalami ketidaknyamanan atau yang biasanya menjadi sebuah
kecemasan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
indikasi sectio caesarea dan hepatitis B?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan post partum pada Ny. A
dengan post sectio caesarea di ruang mawar Rumah Sakit TK II Kartika
Husada
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian keperawatan post partum pada
pada ibu post sectio caesarea.
b. Mahasiswa dapat menentukan diagnosis keperawatan post partum pada
pada ibu post sectio caesarea.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi rencana keperawatan post partum pada
ibu post sectio caesarea.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan post partum pada
pada ibu post sectio caesarea.
e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi evaluasi keperawatan post partum
pada ibu post sectio caesarea.
D. Manfaat
Sebagai referensi dan sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan
serta sumber data bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian khususnya
mahasiswa Jurusan Keperawatan yang berhubungan dengan Asuhan
Keperawatan post partum pada ibu post sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Sectio Caesarea
Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan
rahim.
d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu
Sectio Caesarea berulang pada seorang pasien yang sebelumnya
melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas bekas sayatan
yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan 11 insisi dinding dan faisa
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk
memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum.
5. Patofisiologi
Operasi Caesar dilakukan invisi pada dinding perut dan dinding rahim, yang
mengakibatkan jaringan-jaringan pembuluh darah dan Saraf- sarap disekitar
dawah ini terputus. Sehingga akan terjadi luka post operasi yang
menimbulkan rasa nyeri. Rangsangan saraf nyeri dapat menimbulkan
hambatan mobilitas fisik. Terputusnya jaringan memiliki resiko tinggi
masuknya kuman atau bakteri dari luar tubuh Caesar akan dilakukan anastesi
yang akan mempengaruhi system gastrointestinal yaitu penurunan pristaltic
usus. Akibat anastesi juga akan mengakibatkan penurunan tonus otot pada
kandung kemih (Mochtar, 2012).
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:
a. Hitung darah lengkap
b. Golongan darah (ABO) dan pencocokan silang, tes Coombs
c. Urinalisis: menentukn kadar albumin/glukosa
d. Pelvimetri: menentukan CPD
e. Kultur: mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II
f. Ultrasonografi: melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha kedudukan,
dan presentasi janin.
g. Amniosintess: Mengkaji maturitas paaru janin.
8. Penatalaksanaan
Menurut Manuaba (2012), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai
penatalaksanaan pada ibu post sectio caesrea antara lain:
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6
sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dini dapat dilakukan 6 jam pasca Sectio caesarea dengan
menggerakkan lengan, tangan, memutar pergelangan kaki, mengangkat
tumit, menekuk dan menggeser otot kaki Setelah 6- 10 jam ibu diharuskan
miring kiri dan kekanan, setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat
belajar duduk, setelah ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar
berjalan (Srinayanti, Y, 2018).
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-
beda sesuai indikasi.
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat 14
diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi
ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
3. Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum
penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi, dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara dan pemberian ASI dapat dimulai pada hari post
operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut
payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
B. Konsep Dasar Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani &
Purwoastuti, 2015). Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, lama masa nifa yaitu 6-8 minggu (Amru, 2012). Jadi
postpartum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi
pemulihan sesudah persalinan selesai hingga kembali ke kondisi sebelum
hamil yang terjadi kurang lebih 6-8 minggu.
2. Periode Masa Nifas
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti
(2015) menjadi 3, yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri
atau berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutaa bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
3. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Perawatan masa nifas dengan post sectio caesarea menurut saleha (2013),
yaitu:
a. Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik mempercepat penyembuhan ibu dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Diit
yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein
dan banyak mengandung cairan. Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas
perhari.
b. Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Pada pasien post sectio caesarea biasanya mulai ambulasi 24-36 jam
sesudah melahirkan, jika pasien menjalani analgesia epidural pemulihan
sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi dimulai.
c. Kebutuhan Eliminasi
1. Buang Air Kecil (BAK).
Kebanyakan pada pasien postpartum normal dapat melakukan BAK
secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Ibu diminta untuk
buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum 24 belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100cc, maka dilakukan katerisasi. Tetapi apabila kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi.
2. Buang Air Besar(BAB).
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika pasien
belum juga BAB pada hari ketiga maka perlu diberi obat pencahar per
oral atau per rectal.
d. Personal Hygiene
Pada ibu pada masa postpartum sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada ibu nifas dalam
personal hygiene adalah sebagai berikut:
1. Perawatan Perineum
Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan
secara rutin, dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Untuk cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontamitasi dengan tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 4 kali sehari.
2. Perawatan Payudara Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai
sejak wanita hamil supaya puting lemas, tidak keras, dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012), pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik secara bio, pisiko, sosial dan
spiritual
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada daerah luka
bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi sectio
caesarea seperti kelainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang),
faktor plasenta (plasenta previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa
previa), kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi
kembar (multiple pregnancy), pre eklampsia, dan ketuban pecah dini yang
nantinya akan membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien.
Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah
keluarga pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit
kelamin yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya pre
eklampsia dan giant baby, seperti diabetes dan hipertensi yang sering
terjadi pada beberapa keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia
berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
e. Riwayat obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu
bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan
nifas yang lalu.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan anak.
g. Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah
ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah
dalam penggunaan kontrasepsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan
menggunakan alat kontrasepsi apa.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit. Pada pemeriksaan kepala meliputi
bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan
wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum pada ibu post partum.
Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,
kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada
ibu post sectio caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang anemis
diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan
yang mengalami perdarahan.
2. Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum
nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada
secret, sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak,
apakah ada polip dan purulent.
3. Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang
telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran. Pada pemeriksaan
leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis.
Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid
yang disebabkan proses meneran yang salah. Pada pemeriksaan mulut
dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi, lidah, palatum,
orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.
4. Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan
otot bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus),
perkusi (melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas
klavikula kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi
(bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan).
5. Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan,
kedua puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak
kemerahan, ASI belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.
6. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (amati ada
atau tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran,
amati ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk
mengetahui ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung).
7. Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi
apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat
striae dan linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali
permenit), palpasi (kontraksi uterus baik atau tidak).
8. Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada
hematoma, oedema, tanda-tanda infeksi, periksa lokhea meliputi
warna, jumlah, dan konsistensinya).
9. Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung kemih
ibu penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu
tidak mampu lakukan kateterisasi.
10. Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak.
Pada pemeriksaan integument meliputi warna, turgor, kerataan warna,
kelembaban, temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi.
11. Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises,
oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau panas pada
betis, pemeriksaan human sign.
12. Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi
klien, proses berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien.
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien post sectio menunt SDKI
(2016) adalah:
a. Nyen akut b.d. Agen Pencedera fisik(D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik. b.d. Nyeri (D.0054)
c. Resiko infeksi b.d. adanya luka insisi (D.0142)
3. Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaan beperawatan Menurut SLKI dan SIKI (2018), yaitu:
a. Nyen akut b.d. Agen Pencedera Fisik (D.0077)
Tujuan: Setelah diberkan tindakan Selama ...x... diharapkan Tingkat nyeri
menurun (L. 08066)
Kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri sedang (3)
b. Sikap protektif cukup menurun (2)
c. Tampak meringis cukup menurun (2)
Perencanaan:
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi
Kolaborasi
Observasi:
Terapeutik
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
PEMBAHASAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Kapur Jl. Prona No.04
Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 29 tahun
Agama : Budha
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : : Ekspediisi
Alamat : Desa Kapur Jl. Prona No.04
Tanggal Pengkajian:
B. Riwayat Kehamilan yang lalu
KELAHIRAN Keadaan
No Tahun (Abortus, Prematur, Penolong Jenis Anak
Aterm, Mati) Sekarang
1 2014 Aterm (SC) Dokter Lk Sehat
2 2015 Aterm (SC) Dokter Pr Sehat
2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit pengetahuan b.d Kekeliruan mengikuti anjuran (penolakan pemberian
tindakan)
b. Nyeri akut Agen pencedera fisik b.d (Pasca Operasi)
c. Resiko infeksi Efek prosedur infasif (adanya luka insisi post sc) dan
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (Imununosupresi)
d. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri (post op sc)
a.
N Tanggal & Jam 3. Perencanaan Keperawatan
O Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
DX
1 07 Juni 2022 Defisit pengetahuan b.d Setelah diberikan tindakan Edukasi Prosedur Tindakan (I. 12442) 1. Mengetahui pengetahuan
Kekeliruan mengikuti keperawatan selama 1x 20 menit Observasi: kognitif pasien
anjuran (penolakan diharapkan perilaku menyepakati 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 2. Membantu penyampaian
pemberian tindakan) dan mengikuti pengobatan menerima informasi materi dengan efektif
(D. 0111) meningkat (L. 12110) dengan Terapeutik: 3. Agar pasien mengetahui
kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media pendidikan pengobatan yang akan
1. Verbalisasi kemauan kesehatan diberikan
mematuhi program perawatan Edukasi: 4. Agar pasien mengetahui
meningkat (5) 3. Jeskan tujuan dan manfaat tindakan yang akan pentingnya tindakan yang
2. Perilaku mengikuti program dilakukan akan dilakukan
membaik (5) 4. Jelaskan perlunya tindakan dilakukan 5. Membantu pasien
5. Jelaskan keuntungan dan kerugian jika mempertimbangkan
tindakan dilakukan kesepakatan
Edukasi penggunaan Alat kontrasepsi (I. 6. Menentukan tindakan yang
12411) harus diprioritaskan
Observasi: 7. Membantu penyampaian
6. Identifikasi pengetahuan, KU, penggunaan alat
kontrasepsi sebelumnya, riwayat obstetri dan materi dengan efektif
ginekologi ibu 8. Membantu memberikan
Teraputik: informasi mengenai resiko
7. Sediakan materi dan media pendidikan persalinan jarak dekat
kesehatan 9. Memberikan infurmasi
Edukasi: tentang usia produktif untuk
8. Jelaskan pada pasien dan pasangan tentang kehamilan dan melahirkan
faktor resiko jika terlalu dekat jarak persalinan
9. Jelaskan pasien dan pasangan tentang usia
produktif dan aman untuk kehamilan dan jarak
ideal melahirkan
2 07 Juni 2022 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan penolakan Manajemen Nyeri (I. 03119) 1. Mengetahui keadaan umum
dengan agen pencedera keperawatan Selama 3x24 Jam Observasi: karakteristik nyeri
fisik (Pasca op sc) diharapkan Tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 2. Mengetahui tingkat nyeri
(D. 0077) menurun (L. 08066) dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 3. Membantu mendistraksi
kriteria hasil: 2. Identifikasi sekala nyeri nyeri
1. Keluhan nyeri cukup menurun Terapeutik: 4. Membantu pasien
(4) 3. Berikan teknik non farmakologi (teknis memahami teknik pereda
2. Tampak meringis cukup relaksasi, teknike distraksi) nyeri
menurun (4) 5. Membantu pasien
3. Sikap protektif cukup Edukasi : mengontrol nyeri mandiri
menurun (4) 4. Jelaskan strategi Pereda nyeri 6. Mengurangi nyeri
5. Anjurkan melakukan teknik non farmakologi
Kolaborasi
6. kolaborasi pemberian Analgetik
- Therapy obat tramadol 100mg / 4-6 Jam
inj. IV
3 07 Juni 2022 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I. 14539) 1. Mengetahui tingkat resiko
berhubungan dengan Efek keperawatan selama 3 x 24 Jam Observasi: infeksi
prosedur infasif (adanya Diharapkan derajat infeksi pada 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Mencegah penyebaran
luka insisi (D. 0142) pasien menurun (L. 14137) Terapeutik: infeksi
dengan kriteria hasil: 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak 3. Mencegah Penyebaran
1. Kebersihan tangan dengan pasien microorganisine
meningkat (5) 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien 4. Membantu pasien
2. Infeksi berulang cukup beresiko tinggi mengenali resiko infeksi
menurun (4) (L. 14133) Edukasi: 5. Mempercepat penyembuhan
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi luka dan meningkatkan
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi kebutuhan nutrisi tubuh
Kolaborasi: 6. Mengatasi infeksi
6. kolaborasi pemberian antibiotik 7. Meningkatkan kekebalan
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 24 jam tubuh
7. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4 07 Juni 2022 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Mobilisasi (I.05173) 1. Mengetahui kondisi umum
berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3x24 jam Observasi: pasien
(post op sc) (D0054) diharapkan kemampuan dalam 1. Identifikasi adanya keluhan Fisik lainnya 2. Menentukan Perencananın
aktifitas fisik pasien meningkat Terapeutik selanjutnya
(L. 05042) dengan Kriteria hasil 2. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan bantu 3. Mengurangi kelelahan
1. Pergerakan ekstremitas 3. Libatkan keluarga untuk membantu proses pasien dalam meningkatkan
cukup meningkat (4) meningkatkan pergerakan pergerakan
2. Nyeri cukup menurun (4) Edukasi 4. Melakukan mobilisasi Sc
3. Rentang gerak cukup 4. Anjurkan mobilisasi sederhana yg harus derhana untuk memperlan
meningkat (4) dilakukan (Mis. duduk miring kanan kiri) car peredaran darah
mempertahakan tonus otot.
1. Implementasi Keperawatan
NO Tanggal &
Tindakan Keperawatan Paraf
DX Jam
2 07 Juni 2022 - Mengidentifikasi skala nyeri
13: 20 R: Klien mengatakan nyeri masih terasa
Pasien mengatakan Skala nyeri 6
H: Pasien terlihat meringis
- Memberikan teknik non farmakologi
H; Perawat dan pasien melakukan teknik relaksasi (Peregangan
dan pengaturan nafas) Secara bersama
- Jelaskan strategi pereda nyeri
R: Pasien mengatakan paham dengan strategi yang dijelaskan
18: 00
- Memberikan obat analgetik Analgetik (tramadol 100mg / 4-6
Jam)
H: Pasien diberikan terapy obat melalui infus RL 20 tpm
3. 07 Juni 2022
14: 00 - Memonitor tanda dan gejala infeksi
H: Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
H: Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan menggunakan handscoon setiap melakukan tindakan
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
R: Pasien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan
14:30 perawat
- Memberikan therapy obat antibiotik (Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 24
jam)
4 H: Therapy obat diberikan melalui Inj. IV
07 Juni 2022
18:00
- Mengidentifikasi adanya keluhan Fisik lainnya
R: Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain selain nyeri
- Melibatkan keluarga untuk membantu proses meningkatkan
pergerakan
H: Keluarga pasien terlihat membantu pasien mobilisasi
- menganjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi sederhana
(duduk, miring kanan dan kiri)
H: pasien terlihat mencoba melakukannya mobilisasi
sederhana (Miring kanan dan kiri)
2 08 Juni 2022 - Mengidentifikasi skala nyeri
14: 15 R: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan nya sedikit berkurang
Pasien mengatakan skala nyeri 5
H: pasien sesekali terlihat meringis
: Sikap protektif menurun
- Anjurkan melakukan teknik non farmakologi
H: Pasien terlihat melakukan peregangan dan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
12: 00
- Memberikan therapy obat analgetic (tramodon 400mg/4-6 jam
H: pasien diberikan therapy melalui infus 20 Tpm
4 8 Juni 2022
- Mengdentifikasi adanya keluhan Fisik lainnya
15:00
R: klien mengatakan tidak ada keluhan lain selain nyeri
: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
- Anjurkan mobilisasi sederhana yg harus dilakukan
R: klien mengatakan sudah bisa berdiri dan berjalan sesekali
H: Pasien terlihat mencoba duduk bersandar dan berdiri
- Melibatkan keluarga untuk membantu proses meningkatkan
pergerakan
H: Pergerakan ektremitas mengalami peningkatan
: Rentang gerak sedang
R: Pasien mengatakan jika pasien ingin BAK/ BAB, pasien
3 dibantu keluarga ke WC
08 Juni 2022
14:30
- Memberikan therapy obat antibiotik ((Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 24
jam)
16:20
H: Pasien diberikan therapy obat melalui Inj. IV
- Monitor tanda dan gejala infeksi
H: Tidak terdapat tanda & gejala infeksi
: Balutan perban bersih dan kering
- Pertahankan teknik aseptic
H: Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan menggunakan handscoon setiap melakukan tindakan
: Kebersihan tangan meningkat
2 09 Juni 2022 - Memberikan therapy obat tramodon 400mg/6 jam
12:10 H: obat diberikan melalui infus Rl 20 tpm
14:15 - Mengidentifikasi skala nyeri
R: Pasien mengatakan nyeri cukup menurun
: Pasien mengatakan skala nyeri 3
H: Meringis pasien cukup menurun
: Sikap protektif cukup menurun
4 09 Juni 2022
- Mengidentifikasi adanya keluhan Fisik lainnya
14:15
R: Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain
: Pasien mengatakan nyeri saat bergerak cukup menurun
- Anjurkan mobilisasi sederhana yg harus dilakukan
R: Pasien mengatakan sudah bisa berjalan seperti biasa dan
melakukan aktivitas tanpa dibantu keluarga
H: pasien terlihat berjalan tanpa dibantu keluarga
: Rentang gerak pasien cukup meningkat
: pergerakan ektremitas cukup meningkat
3 09 Juni 2022
14:30 - Memberikan therapy obat Inj. Ceftriaxone 19/ 24 jam
H: Obat diberikan melalui Inj. Iv
- Pertahankan teknik aseptic
H: Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan menggunakan handscoon setiap melakukan tindakan
15:00 : Kebersihan tangan meningkat
- Monitor tanda dan gejala infeksi
H: Balutan perban bersih dan kering
: Tidak ada tanda dan gejala infeksi
2. Evaluasi Keperawatan
NO
Tanggal & Jam Evaluasi Tindakan Paraf
DX
2 07 Juni 2022 S:
- Klien mengatakan nyeri masih terasa
- Pasien mengatakan Skala nyeri 6
- Pasien mengatakan paham dengan strategi yang
dijelaskan
O:
- Pasien terlihat meringis
- Perawat dan pasien melakukan teknik relaksasi
(Peregangan dan pengaturan nafas) Secara
bersama
- Pasien diberikan terapy obat melalui infus RL 20
tpm
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Anjurkan melakukan teknik non farmakologi
3. Memberikan therapy obat analgetic (tramodon
400mg/4-6 jam
4 07 Juni 2022
S:
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain selain
nyeri
O:
- Keluarga pasien terlihat membantu pasien
mobilisasi
- pasien terlihat mencoba melakukannya mobilisasi
sederhana (Miring kanan dan kiri)
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan:
10. Mengdentifikasi adanya keluhan Fisik lainnya
11. Anjurkan mobilisasi sederhana yg harus
dilakukan
12. Melibatkan keluarga untuk membantu proses
3 07 Juni 2022 meningkatkan pergerakan
S:
- Pasien mengatakan akan melakukan apa yang
dianjurkan perawat
O:
- Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
- Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan menggunakan handscoon
setiap melakukan tindakan
- Therapy obat diberikan melalui Inj. IV
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Memberikan therapy obat antibiotik ((Inj.
Ceftriaxone 1 gr/ 24 jam)
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Pertahankan teknik aseptic
2 08 Juni 2022 S:
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan nya sedikit
berkurang
- Pasien mengatakan skala nyeri 5
O:
- pasien sesekali terlihat meringis
- Sikap protektif menurun
- Pasien terlihat melakukan peregangan dan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- pasien diberikan therapy melalui infus 20 Tpm
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Memberikan therapy obat tramodon 400mg/6
jam
4 08 Juni 2022 2. Mengidentifikasi skala nyeri
S:
- klien mengatakan tidak ada keluhan lain selain nyeri
- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
- klien mengatakan sudah bisa berdiri dan berjalan
sesekali
- Pasien mengatakan jika pasien ingin BAK/ BAB,
pasien dibantu keluarga ke WC
O:
- Pasien terlihat mencoba duduk bersandar dan
berdiri
- Pergerakan ektremitas mengalami peningkatan
- Rentang gerak sedang
A: Masalah teratasi Sebagian
3 08 Juni 2022 P: intervensi di lanjutkan
1. Mengidentifikasi adanya keluhan Fisik lainnya
2. Anjurkan mobilisasi sederhana yg harus
dilakukan
S: -
O:
- Pasien diberikan therapy obat melalui Inj. IV
- Balutan perban bersih dan kering
- Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan menggunakan handscoon
setiap melakukan tindakan
- Kebersihan tangan meningkat
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
1. Memberikan therapy obat Inj. Ceftriaxone 19/ 24
jam
2. Pertahankan teknik aseptic
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
2 09 Juni 2022 S:
- Pasien mengatakan nyeri cukup menurun
- Pasien mengatakan skala nyeri 3
O:
- obat diberikan melalui infus Rl 20 tpm
- Meringis pasien cukup menurun
- Sikap protektif cukup menurun
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4 09 Juni 2022
S:
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain
- Pasien mengatakan nyeri saat bergerak cukup
menurun
- Pasien mengatakan sudah bisa berjalan seperti biasa
dan melakukan aktivitas tanpa dibantu keluarga
O:
- pasien terlihat berjalan tanpa dibantu keluarga
- Rentang gerak pasien cukup meningkat
- pergerakan ektremitas cukup meningkat
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
3 09 Juni 2022
S: -
O:
- Obat diberikan melalui Inj. Iv
- Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan menggunakan handscoon
setiap melakukan tindakan
- Kebersihan tangan meningkat
- Balutan perban bersih dan kering
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Winkjosastro, 2013).
Menurut Prawirohardjo (2010), Sectio Caesarea (SC) adalah suatu pembedahan
guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus sehingga
janin dapat lahir secara utuh dan sehat. Berdasarkan penjelasan sebelumnya
penyebab SC yaitu:
a. Etiologi berasal dari Ibu
Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan
letak, disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta
previa terutama pada primigravida, komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit
(Jantung, Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya).
b. Etiologi berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan
pembukan kecil, kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.
B. Saran
Sebagai akhir dari penutup ini akan disampaikan saran yang ditujukan untuk:
1. Bagi klien SC
Bagi ibu dapat menjadi pembelajaran berikutnya dalam menghadapi
persalinan dengan melihat pengalaman dalam menghadapi SC darurat
2. Bagi pelayanan kesehatan
a. Bagi pihak penyedia pelayanan dapat meningkatkan pelayanan kepada
pasien khususnya pasien dengan
b. Bagi pelayanan primer memberikan edukasi antenatalcare (perawatan
kehamilan) pada trisemester ke satu tentang cara persalinan yang baik
normal maupun SC.
3. Bagi institusi
Pendidikan ilmu keperawatan diharapkan mampu memanfaatkan hasil
penelitian ini dalam pengembangan kurikulum pembelajaran keperawatan
topik bahasan, baik dalam kelas maupun praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Amru, Sofian. Rustam mochtar synopsis obstretri: obstretri operatif, obstretri social.
Jakarta: EGC. 201.
Dermawan. D. (2012). Proses keperawatan Penurapan konsep & kerangka Kerja (1st
ed.). Yogyakarta. Gosyen Publishing
Manuaba 1. (2012). Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. (2012). Obstetri fisiologis dan obstetri patologi. Jakarta:
EGC.
Saleha S. (2018). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medica
Sarwono (2013). Ilmu kebidanan Jakarta: yayasan Bina pustaka
SDKI DPP PPNI (2016). Standar Dagnosa keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
PPI
SIKI DPP PPNI (2018). Standar Interivensi keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
PPI
SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
PPI Walyani & purwoastuti. (2015) Ilmu obstetri & Ginekologi sosial Untuk
kebidanan Yogyakarta: Pustaka Baru press.
Walyani & Purwoastuti (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan
Yogyakarta: Pustaka Baru Press