Disusun oleh:
Mengetahui,
(...............................) (.........................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan akan mengalami proses persalinan, kodratnya seorang wanita
dapat melahirkan secara normal yaitu melalui jalan lahir atau vagina. Apabila saat
persalinan wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan
melakukan persalinan alternatif untuk membantu lahirnya bayi. Pada saat
melakukan persalinan seorang wanita sangat beresiko terhadap kematian. Tidak
sedikit kondisi seorang ibu yang dapat mempersulit persalinan, maka untuk
menyelamatkan keduanya perlu dilakukan tindakan persalinan, salah satunya yang
dilakukan adalah operasi atau persalinan sectio caesarea (Bobak, et al., 2013).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana janin, plasenta
dan selaput ketuban dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Persalinan sectio caesarea ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi
dan ibu. Persalinan ini biasanya dilakukan untuk para ibu yang mengalami masalah
sehingga dengan terpaksa harus menggunakan persalinan dengan operasi atau sering
disebut sectio caesaria (Manuaba, 2009). Sectio Caesarea biasanya dilakukan
karena terjadi beberapa indikasi diantaranya yaitu komplikasi kehamilan
(preeklampsia), disproporsisefalo pelvic, partus lama, rupture uteri, cairan ketuban
yang tidak normal, kepala panggul (Padilla Pratiwi, 2008).
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi sectio caesaria?
b. Apa saja klasifikasi sectio caesaria?
c. Apa saja indikasi sectio caesaria?
d. Apa saja kontra indikasi sectio caesaria?
e. Bagaimana perawatan post operasi sectio caesaria?
f. Apa saja komplikasi sectio caesaria?
g. Apa definisi nifas?
h. Apa saja periode masa nifas?
i. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas?
j. Apa tujuan asuhan masa nifas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi sectio caesaria
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi sectio caesaria
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi sectio caesaria
4. Untuk mengetahui apa saja kontra indikasi sectio caesaria
5. Untuk mengetahui bagaimana perawatan post operasi sectio caesaria
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi sectio caesaria
7. Untuk mengetahui apa definisi nifas
8. Untuk mengetahui apa saja periode masa nifas
9. Untuk mengetahui bagaimana perubahan fisiologis masa nifas
10. Untuk mengetahui apa tujuan asuhan masa nifas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sectio Caesarea (SC)
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah cara melahirkan janin yang sudah
mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui
insisi uterus (Benson dan pernoll, 2009). Sectio caesarea merupakan sebuah cara
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus
abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini
dilakukan ketika kelahiran melalui vagina mengarah pada komplikasi-komplikasi,
untuk itu cara tersebut semakin umum digunakan sebagai pengganti kelahiran umum
(Dewi, 2007).
B. Klasifikasi
Ada beberapa jenis sectio caesarea, antara lain (Marmi, 2012):
1. Sectio caesar klasik menurut Sanger, merupakan operasi caesar yang dimulai dari
insisi segmen bawah perut. Keuntungannya mudah dilakukan karena lapangan
operasi relatif luas. Kerugiannya adalah kesembuhan luka operasi relatif sulit,
kemungkinan terjadinya robekan uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar,
terjadinya perlengketan pada dinding abdomen lebih besar.
2. Sectio Caesar Transperitoneal Profunda menurut Kehrer, operasi yang dilakukan
dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira
10 cm. Keuntungannya adalah segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan
lebih baik, tidak banyak menimbulkan perlekatan. Kerugiannya adalah terdapat
kesulitan sewaktu mengeluarkan janin, terjadi perluasan luka insisi dan
menimbulkan perdarahan.
3. Sectio Caesar Histerektomi menurut Porro, dilakukan secara histerektomi
Supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin.
4. Sectio Caesar Ekstrakperitoneal, merupakan operasi caesar tanpa membuka
peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
C. Indikasi
Indikasi dilakukan sectio caesarea
Indikasi harus dilakukan sectio caesarea menurut Rasjidi (2009) adalah:
1. Indikasi ibu
a) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi.
b) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstuksi.
c) Stenosis serviks atau vagina.
d) Plasenta previa adalah keadaan dimana posisi plasenta terletak di bawah rahim
dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Dalam kedaan tersebut
plasenta mengkin lahir lebih dahulu dari janin. Hal ini akan menyebabkan
janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila
tidak segera dilakukan sectio caesarea, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada
tempat impantasi plasenta sehingga serviks menjadi tipis dan mudah robek.
e) Solusio plasenta tingkat I-II, apabila plasenta lepas lebih cepat dari korpus
uteri sebelum janin lahir. Operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah
kekurangan oksigen atau keracunan oksigen atau keracunan air ketuban pada
janin.
f) Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebebkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan panggul patologis juga dapat menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
g) Ruptur uteri membakat.
2. Indikasi janin
a) Kelainan letak mengakibatkan keluarnya janin berhenti dan macet dengan
presentasi tubuh dalam janin. Bila dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan
janin kekurangan oksigen dan menyebabkan kerusakan otak janin.
b) Gawat janin, terjadinya gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan
oksigen yang diketahui dari DJJ yang abnormal (kurang atau lebih dari 120-
160x/ menit) dan adanya meconium dalam air ketuban. Jika tindakan sectio
caesarea tidak segera dilakukan dikhawatirkan akan terjadi kerusakan
neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
c) Prolaps plasenta
d) Perkembangan bayi yang terhambat
e) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
3. Indikasi Relatif
a) Riwayat sectio caesarea sebelumnya karena akan berisiko terjadi robekan
Rahim.
b) Presentasi bokong, kedaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
c) Preeklamsia berat dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre eklamsi merupakan penyebab kematian internal
dan perianal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
d) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu.
e) Gemeli menurut Eastman, seksio sesaria dianjurkan:
Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
Bila terjadi interblock
Distosia oleh karena tumor
f) IUFD (Intra Uteri Fetal Death)
4. Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
b) Wanita yang ingin seksio sesaria elektif karena takut bayinya mengalami
cidera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar
panggul
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sextuality image
setelah melahirkan.
D. Kontra Indikasi sectio caesarea
Rasjidi (2009) memaparkan kontraindikasi dari sectio caesarea adalah:
1. Janin mati
2. Syok
3. Anemia berat
4. Kelainan kongenital berat
5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6. Minimnya fasilitas operasi seksio sesaria
E. Perawatan post operasi sectio caesarea
Dibawah ini tindakan atau perawatan yang dilakukan selama di rumah sakit menurut
Liu (2008) meliputi:
1. Kaji tanda tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.
2. Lihat tinggi fundus,adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesi yang adekuat.
5. Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini.
F. Komplikasi
Menurut Jitowiyono (2012) tindakan Sectio Caesarea memiliki resiko komplikasi
yang terdiri dari:
1. Infeksi puerperal
Komplikasi ini bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas dan bersifat peritonitis, sepsis.
2. Pendarahan ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandungan kencing, emboli paru-paru
dan sebagaianya sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak adalah kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri.
G. Masalah Keperawatan Pasca Operasi menurut (Carpenito, 2009).
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
2. Nyeri (Akut), berhubungan dengan trauma mekanik pasca operasi SC
3. Mekanis pada kulit/jaringan dan kerusakan integritas kulit/jaringan, berhubungan
dengan interupsi.
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan gangguan aliran
vena, arteri.
5. Kurang pengetahuan, berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
A. Pengertian Nifas (Post Partum)
Masa nifas (puerperium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Saifudin, 2010).
Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Periode Masa Nifas: Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
B. Periode masa nifas:
1. Puerperium Dini
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6–8 minggu.
3. Remote Puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan fisiologis masa nifas
Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologi
yang terjadi selama masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Uterus
Perubahan pada uterus terjadi segera setelah persalinan karena kadar estrogen dan
progesteron yang menurun yang mengakibatkan proteolisis pada dinding uterus.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil
sampai dengan kurang 4 minggu. Perubahan yang terjadi pada dinding uterus
adalah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta akan mengalami
degenerasi dan kemudian terlepas. Tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas tempat implantasi plasenta karena pelepasan jaringan ini berlangsung
lengkap.
2. Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena
mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Perubahan pada
serviks adalah menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Segera setelah janin
dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam
persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu
persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari.
3. Vulva dan Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran
yang luas berdinding tipis. Beberapa hari pertama setelah proses melahirkan bayi
vagina masih dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali tetapi ukuran vagina jarang kembali seperti seorang nulipara.
Seperti halnya dengan vagina seberapa hari pertama sesudah proses melahirkan
vulva tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada
keadaan tidak hamil dan labia menjadi menonjol.
4. Payudara
Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang
lobus posterior pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI
melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting
5. Tanda-tanda Vital (TTV)
a. Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5° Celcius
dari keadaan normal (36°C-37,5°C) namun tidak lebih dari 38°C. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan
kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali normal atau
semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhadap terjadinya infeksi.
b. Nadi
1) Denyut nadi normal bekisar 60-80 kali/menit. Pada saat proses persalinan
denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses persalinan
selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada masa nifas
biasanya denyut nadi akan kembali normal
c. Tekanan Darah
Tekanan darah untuk sistol berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastole
antara 60-80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg
pada sistol atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklamsi post partum
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali/menit. Pada saat partus
frekuensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi
untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar persediaan
oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah proses persalinan, frekuensi
pernafasan akan kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi
D. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komperehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu atau bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
G. Riwayat Ginekologi
1. Riwayat menstruasi
Menarche : Saat usia 13 tahun
Siklus : teratur, 30 hari
Lama : 5-6 hari
Jumlah darah : darah haid 2 hari pertama banyak, hari ke-4 sampai ke 5 darah
haid keluar sedikit dan sisanya hanya flek
Ganti pembalut : 3 x sehari, pagi dan sore sesudah mandi dan saat mau tidur
2. Riwayat KB : belum pernah KB
3. Penyakit ginekologi : tidak ada
H. Data Umum Kesehatan Saat Ini
Status obstetrik : P1 A0, Nifas hari ke 0
Bayi rawat gabung : Ya
Keaadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 67 kg/ 165 cm
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Tanda Vital: 109/71 mmHg, Nadi 63 x/menit, Suhu 36,1 ⁰C, Pernafasan 21 x/menit
2. Kepala Leher
Kepala : mesochepal, tidak ada benjolan,berambut panjang, rambut warna
hitam
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, bersih, tidak ada edema,sklera
mata putih
Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung
Mulut : bersih, membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak
menggunakan gigi palsu, dan tidak ada caries tidak ada gangguan
menelan
Telinga : simetris, tidak ada kotoran, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada
nyeri tekan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
Masalah Khusus: tidak ada masalah khusus
3. Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler
4. Paru paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan (wheezing dan ronkhi)
5. Payudara
Inspeksi : simetris.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Areola mamae : hiperpigmentasi
Puting susu : menojol
Pengeluaran ASI: Belum keluar ASI.
Masalah khusus: tidak ada
6. Abdomen
Inspeks : simetris, terdapat luka operasi pada perut bagian bawah ±15 cm,
tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Palpasi : fundus uteri 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan pada area post operasi,
kontraksi kuat, kandung kemih kosong
Auskultasi : bising usus 15 kali/ menit
Involusi Uterus
Tinggi fundus uterus : 2 jari dibawah pusat teraba keras
Kandung kemih : kosong
Diastasis Rektus Abdominis : Tidak dikaji, karena tidak melakukan pengkajian
diruang vk
Masalah khusus: tidak ada
7. Perineum dan Genitalia:
Vagina : bersih, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan, integritas kulit
baik, terpasang kateter ukuran 16, tidak ada edema, tidak ada memar,
tidak ada hematom.
Perineum : utuh, tidak ada edema.
Kebersihan : bersih, tidak berbau dan tidak ada keputihan
Lochea : terdapat Lochea Rubra (merah) jumlanya ±40-50 cc di underpad,
konsentrasi baik
Hemoroid : tidak ada
Masalah khusus : tidak ada
8. Ektremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 TPM pada tangan sebelah kanan (sejak
tanggal 28/01/ 2019)
Ekstremitas bawah : tidak terdapat edema pada kedua ekstremitas
Edema : tidak ada edema
varises (lokasi) : tidak ada varises
Reflek patella : +2 kanan kiri
Tanda homan : negatif
Masalah khusus : tidak ada
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Infection control (6540) Infection control (6540)
2x24 jam pasien diharapkan dapat mencapai 1. Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
infection Control (1924) dengan kriteria hasil: seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor. adanya infeksi
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Kaji temperature pasien 2. Untuk mengetahui kelembaban
3. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi dari kulit pasien, selain itu
dari skala 1 ke skala 5
nosokomial. hipertermi juga merupakan slah
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah 4. Tingkatkan intake cairan. satu tanda infeksi.
timbulnya infeksi dari skala 2 ke skala 5 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 3. Mengunakan alat-alat yang
3. Memonitor proses involusio uteri dari skala keperawatan. sesuai standar dan selalu
1 ke 5 6. Gunakan standart precaution. mencuci tangan (five moment)
4. Memonitor perdarahan pervaginam dari 7. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat. untuk menghindari infeksi
skala 1 ke 5 8. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik nosokomial
4. Untuk menganti cairan yang
Knowlegde Infection management (1842) Knowlegde infection management (1842) hilang selama operasi
1. Pasien paham tentang perawatan luka dari 1. Edukasi menjaga kebersihan luka 5. Agar luka tetap bersih dari
2. Edukasi diet TKTP kuman sehingga luka akan
skala 1 ke skala 5
3. Edukasi melaporkan tanda-tanda infeksi cepat sembuh
2. Pasien tahu pengelolaan nutrisi dari skala 1 6. Sebagai salah satu upaya
ke skala 5 pencegahan infeksi
3. Pasien paham tentang edukasi mencegah 7. Perawatan luka yang tidak
infeksi dari skala 1 ke skala 5 tepat akan menyebabkan
infeksi
8. Untuk membantu
penyembuhan luka dengan
teknik farmakologi dengan
prinsip memastikan benar
pasien, benar obat, benar
dosis, benar rute, benar
waktu, dan dapat memantau
efek samping
Perawat
P: Lanjutkan Intervensi
- Evaluasi skala nyeri
- Memonitor vital sign
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
yang dapat mempercepat
penyembuhan luka
Perawat
P: lanjutkan intervensi:
- Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi
- Monitor suhu pasien
- Monitor intake output via iv line
Perawat
Perawat
O:
- luka operasi tertutup kasa, balutan
tidak rembes
- luka tidak kemerahan, tidak
bengkak
- TD 117/77 mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 73x/menit
- Suhu 36,5 ⁰C
- Pasien mampu duduk dan berjalan
sedikit-dikit
A: Nyeri akut teratasi sebagian
P:
Intervensi dihentikan, pasien BLPL
Perawat
Perawat