Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.R P1A0 HARI KE-0 POST SECTIO CAESAREA


DENGAN POST DATE DI BANGSAL FIRDAUS RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun oleh:

Anggi Luckita Sari 1810206026


Furi Oktafiyani Lumula 1810206100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA NY.R P1A0 USIA KEHAMILAN 41 MINGGU POST
SECTIO CAESAREA DI BANGSAL FIRDAUS RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING

Telah disetujui oleh pembimbing :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Perceptor Clinical Instructur

(...............................) (.........................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan akan mengalami proses persalinan, kodratnya seorang wanita
dapat melahirkan secara normal yaitu melalui jalan lahir atau vagina. Apabila saat
persalinan wanita tidak dapat melahirkan secara normal maka tenaga medis akan
melakukan persalinan alternatif untuk membantu lahirnya bayi. Pada saat
melakukan persalinan seorang wanita sangat beresiko terhadap kematian. Tidak
sedikit kondisi seorang ibu yang dapat mempersulit persalinan, maka untuk
menyelamatkan keduanya perlu dilakukan tindakan persalinan, salah satunya yang
dilakukan adalah operasi atau persalinan sectio caesarea (Bobak, et al., 2013).
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana janin, plasenta
dan selaput ketuban dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Persalinan sectio caesarea ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi
dan ibu. Persalinan ini biasanya dilakukan untuk para ibu yang mengalami masalah
sehingga dengan terpaksa harus menggunakan persalinan dengan operasi atau sering
disebut sectio caesaria (Manuaba, 2009). Sectio Caesarea biasanya dilakukan
karena terjadi beberapa indikasi diantaranya yaitu komplikasi kehamilan
(preeklampsia), disproporsisefalo pelvic, partus lama, rupture uteri, cairan ketuban
yang tidak normal, kepala panggul (Padilla Pratiwi, 2008).

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi sectio caesaria?
b. Apa saja klasifikasi sectio caesaria?
c. Apa saja indikasi sectio caesaria?
d. Apa saja kontra indikasi sectio caesaria?
e. Bagaimana perawatan post operasi sectio caesaria?
f. Apa saja komplikasi sectio caesaria?
g. Apa definisi nifas?
h. Apa saja periode masa nifas?
i. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas?
j. Apa tujuan asuhan masa nifas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi sectio caesaria
2. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi sectio caesaria
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi sectio caesaria
4. Untuk mengetahui apa saja kontra indikasi sectio caesaria
5. Untuk mengetahui bagaimana perawatan post operasi sectio caesaria
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi sectio caesaria
7. Untuk mengetahui apa definisi nifas
8. Untuk mengetahui apa saja periode masa nifas
9. Untuk mengetahui bagaimana perubahan fisiologis masa nifas
10. Untuk mengetahui apa tujuan asuhan masa nifas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sectio Caesarea (SC)
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah cara melahirkan janin yang sudah
mampu hidup (beserta plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui
insisi uterus (Benson dan pernoll, 2009). Sectio caesarea merupakan sebuah cara
melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus
abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini
dilakukan ketika kelahiran melalui vagina mengarah pada komplikasi-komplikasi,
untuk itu cara tersebut semakin umum digunakan sebagai pengganti kelahiran umum
(Dewi, 2007).
B. Klasifikasi
Ada beberapa jenis sectio caesarea, antara lain (Marmi, 2012):
1. Sectio caesar klasik menurut Sanger, merupakan operasi caesar yang dimulai dari
insisi segmen bawah perut. Keuntungannya mudah dilakukan karena lapangan
operasi relatif luas. Kerugiannya adalah kesembuhan luka operasi relatif sulit,
kemungkinan terjadinya robekan uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar,
terjadinya perlengketan pada dinding abdomen lebih besar.
2. Sectio Caesar Transperitoneal Profunda menurut Kehrer, operasi yang dilakukan
dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira
10 cm. Keuntungannya adalah segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan
lebih baik, tidak banyak menimbulkan perlekatan. Kerugiannya adalah terdapat
kesulitan sewaktu mengeluarkan janin, terjadi perluasan luka insisi dan
menimbulkan perdarahan.
3. Sectio Caesar Histerektomi menurut Porro, dilakukan secara histerektomi
Supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin.
4. Sectio Caesar Ekstrakperitoneal, merupakan operasi caesar tanpa membuka
peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
C. Indikasi
Indikasi dilakukan sectio caesarea
Indikasi harus dilakukan sectio caesarea menurut Rasjidi (2009) adalah:
1. Indikasi ibu
a) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi.
b) Tumor-tumor jalan lahir yang menyebabkan obstuksi.
c) Stenosis serviks atau vagina.
d) Plasenta previa adalah keadaan dimana posisi plasenta terletak di bawah rahim
dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Dalam kedaan tersebut
plasenta mengkin lahir lebih dahulu dari janin. Hal ini akan menyebabkan
janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila
tidak segera dilakukan sectio caesarea, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada
tempat impantasi plasenta sehingga serviks menjadi tipis dan mudah robek.
e) Solusio plasenta tingkat I-II, apabila plasenta lepas lebih cepat dari korpus
uteri sebelum janin lahir. Operasi sectio caesarea dilakukan untuk mencegah
kekurangan oksigen atau keracunan oksigen atau keracunan air ketuban pada
janin.
f) Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebebkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan panggul patologis juga dapat menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
g) Ruptur uteri membakat.
2. Indikasi janin
a) Kelainan letak mengakibatkan keluarnya janin berhenti dan macet dengan
presentasi tubuh dalam janin. Bila dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan
janin kekurangan oksigen dan menyebabkan kerusakan otak janin.
b) Gawat janin, terjadinya gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan
oksigen yang diketahui dari DJJ yang abnormal (kurang atau lebih dari 120-
160x/ menit) dan adanya meconium dalam air ketuban. Jika tindakan sectio
caesarea tidak segera dilakukan dikhawatirkan akan terjadi kerusakan
neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.
c) Prolaps plasenta
d) Perkembangan bayi yang terhambat
e) Mencegah hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.
3. Indikasi Relatif
a) Riwayat sectio caesarea sebelumnya karena akan berisiko terjadi robekan
Rahim.
b) Presentasi bokong, kedaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
c) Preeklamsia berat dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre eklamsi merupakan penyebab kematian internal
dan perianal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
d) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu.
e) Gemeli menurut Eastman, seksio sesaria dianjurkan:
 Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
 Bila terjadi interblock
 Distosia oleh karena tumor
f) IUFD (Intra Uteri Fetal Death)
4. Indikasi Sosial
a) Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya
b) Wanita yang ingin seksio sesaria elektif karena takut bayinya mengalami
cidera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar
panggul
c) Wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sextuality image
setelah melahirkan.
D. Kontra Indikasi sectio caesarea
Rasjidi (2009) memaparkan kontraindikasi dari sectio caesarea adalah:
1. Janin mati
2. Syok
3. Anemia berat
4. Kelainan kongenital berat
5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6. Minimnya fasilitas operasi seksio sesaria
E. Perawatan post operasi sectio caesarea
Dibawah ini tindakan atau perawatan yang dilakukan selama di rumah sakit menurut
Liu (2008) meliputi:
1. Kaji tanda tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.
2. Lihat tinggi fundus,adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesi yang adekuat.
5. Anjurkan fisioterapi dan ambulasi dini.
F. Komplikasi
Menurut Jitowiyono (2012) tindakan Sectio Caesarea memiliki resiko komplikasi
yang terdiri dari:
1. Infeksi puerperal
Komplikasi ini bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas dan bersifat peritonitis, sepsis.
2. Pendarahan ikut terbuka atau karena atonia uteri.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandungan kencing, emboli paru-paru
dan sebagaianya sangat jarang terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak adalah kurang kuatnya jaringan
parut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri.
G. Masalah Keperawatan Pasca Operasi menurut (Carpenito, 2009).
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut
2. Nyeri (Akut), berhubungan dengan trauma mekanik pasca operasi SC
3. Mekanis pada kulit/jaringan dan kerusakan integritas kulit/jaringan, berhubungan
dengan interupsi.
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan gangguan aliran
vena, arteri.
5. Kurang pengetahuan, berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
A. Pengertian Nifas (Post Partum)
Masa nifas (puerperium) merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Saifudin, 2010).
Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Periode Masa Nifas: Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
B. Periode masa nifas:
1. Puerperium Dini
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6–8 minggu.
3. Remote Puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan fisiologis masa nifas
Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Selain organ reproduksi, beberapa perubahan fisiologi
yang terjadi selama masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Uterus
Perubahan pada uterus terjadi segera setelah persalinan karena kadar estrogen dan
progesteron yang menurun yang mengakibatkan proteolisis pada dinding uterus.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil
sampai dengan kurang 4 minggu. Perubahan yang terjadi pada dinding uterus
adalah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta akan mengalami
degenerasi dan kemudian terlepas. Tidak ada pembentukan jaringan parut pada
bekas tempat implantasi plasenta karena pelepasan jaringan ini berlangsung
lengkap.
2. Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena
mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Perubahan pada
serviks adalah menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Segera setelah janin
dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam
persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu
persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari.
3. Vulva dan Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran
yang luas berdinding tipis. Beberapa hari pertama setelah proses melahirkan bayi
vagina masih dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali tetapi ukuran vagina jarang kembali seperti seorang nulipara.
Seperti halnya dengan vagina seberapa hari pertama sesudah proses melahirkan
vulva tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada
keadaan tidak hamil dan labia menjadi menonjol.
4. Payudara
Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI
juga mulai berfungsi. Ketika bayi mengisap puting, refleks saraf merangsang
lobus posterior pituitari untuk mensekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang refleks let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI
melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting
5. Tanda-tanda Vital (TTV)
a. Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5° Celcius
dari keadaan normal (36°C-37,5°C) namun tidak lebih dari 38°C. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan
kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali normal atau
semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhadap terjadinya infeksi.
b. Nadi
1) Denyut nadi normal bekisar 60-80 kali/menit. Pada saat proses persalinan
denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses persalinan
selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada masa nifas
biasanya denyut nadi akan kembali normal
c. Tekanan Darah
Tekanan darah untuk sistol berkisar antara 110-140 mmHg dan untuk diastole
antara 60-80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg
pada sistol atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklamsi post partum
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 kali/menit. Pada saat partus
frekuensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi
untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar persediaan
oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah proses persalinan, frekuensi
pernafasan akan kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi
D. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komperehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu atau bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa :1. Anggi Luckita Sari


2. Furi Oktafiyani Lumula
Tanggal Pengkajian: 29 Januari 2019, Pukul 09.00 WIB
RS/Ruangan: RS PKU Muhammadiyah Gamping/Bangsal Firdaus
Pasien Datang: Tanggal 28 Januari 2019, pukul 13.00 WIB

A. Data Umum Klien


Inisial Klien : Ny. R
Tanggal lahir : 14 September 1986
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan terakhir : S1
B. Data Penanggungjawab
Nama suami : Tn. M
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Sawasta
Pendidikan terakhir : S1
C. Keluhan Pasien:
Pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi sectio secarea (P) dibagian perut bawah
(R) dengan skala 5 (S) serasa sengkring-sengkring (Q) dan sakit yang dirasakan hilang
timbul (T), klien juga mengeluh ASI nya belum keluar sehingga belum bisa memberikan
ASI pada bayinya sejak kemarin.
D. Riwayat Kehamilan Ini
1. Berapa kali periksa selama hamil:
Klien mengatakan rutin periksa kehamilannya sebulan sekali dan menjelang
persalinan seminggu sekali dengan total periksa kehamilan sebanyak 12 kali
kunjungan
2. Masalah / keluhan selama kehamilan:
Klien mengatakan selama hamil hanya mengalami mual dan muntah diawal usia
kehamilan, sedangkan untuk masalah kesehatan lainnya tidak ada masalah.
E. Riwayat Persalinan Ini
Riwayat persalinan ibu
1. Jenis persalinan : SC (Sectio Secarea), 28 Januari 2019, pukul: 16.00
2. Perdarahan : 100 cc
3. Masalah dalam persalinan : dilakukan Sectio Caesarea (SC) atas indikasi post date
4. BB/TB : 67 kg/165 cm
Riwayat kelahiran bayi
1. Jenis kelamin bayi : perempuan
2. BB/PB : 3050 gram/48 cm
3. LK/LD : 32 cm/33cm
4. APGAR Score : 7/9
5. Bayi rawat gabung : Ya

F. Riwayat Persalinan Yang Lalu:

No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Masalah


Persalinan Kelamin Lahir Bayi Post
Waktu Partum
- - - - - - -

Pengalaman menyusui : belum pernah


Berapa lama : belum pernah
HPHT: 20 April 2018
HPL: 27 Januari 2019

G. Riwayat Ginekologi
1. Riwayat menstruasi
Menarche : Saat usia 13 tahun
Siklus : teratur, 30 hari
Lama : 5-6 hari
Jumlah darah : darah haid 2 hari pertama banyak, hari ke-4 sampai ke 5 darah
haid keluar sedikit dan sisanya hanya flek
Ganti pembalut : 3 x sehari, pagi dan sore sesudah mandi dan saat mau tidur
2. Riwayat KB : belum pernah KB
3. Penyakit ginekologi : tidak ada
H. Data Umum Kesehatan Saat Ini
Status obstetrik : P1 A0, Nifas hari ke 0
Bayi rawat gabung : Ya
Keaadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 67 kg/ 165 cm
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Tanda Vital: 109/71 mmHg, Nadi 63 x/menit, Suhu 36,1 ⁰C, Pernafasan 21 x/menit
2. Kepala Leher
Kepala : mesochepal, tidak ada benjolan,berambut panjang, rambut warna
hitam
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, bersih, tidak ada edema,sklera
mata putih
Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping
hidung
Mulut : bersih, membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak
menggunakan gigi palsu, dan tidak ada caries tidak ada gangguan
menelan
Telinga : simetris, tidak ada kotoran, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada
nyeri tekan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
Masalah Khusus: tidak ada masalah khusus
3. Dada
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler
4. Paru paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan (wheezing dan ronkhi)
5. Payudara
Inspeksi : simetris.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Areola mamae : hiperpigmentasi
Puting susu : menojol
Pengeluaran ASI: Belum keluar ASI.
Masalah khusus: tidak ada
6. Abdomen
Inspeks : simetris, terdapat luka operasi pada perut bagian bawah ±15 cm,
tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Palpasi : fundus uteri 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan pada area post operasi,
kontraksi kuat, kandung kemih kosong
Auskultasi : bising usus 15 kali/ menit

Involusi Uterus
Tinggi fundus uterus : 2 jari dibawah pusat teraba keras
Kandung kemih : kosong
Diastasis Rektus Abdominis : Tidak dikaji, karena tidak melakukan pengkajian
diruang vk
Masalah khusus: tidak ada
7. Perineum dan Genitalia:
Vagina : bersih, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan, integritas kulit
baik, terpasang kateter ukuran 16, tidak ada edema, tidak ada memar,
tidak ada hematom.
Perineum : utuh, tidak ada edema.
Kebersihan : bersih, tidak berbau dan tidak ada keputihan
Lochea : terdapat Lochea Rubra (merah) jumlanya ±40-50 cc di underpad,
konsentrasi baik
Hemoroid : tidak ada
Masalah khusus : tidak ada
8. Ektremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 TPM pada tangan sebelah kanan (sejak
tanggal 28/01/ 2019)
Ekstremitas bawah : tidak terdapat edema pada kedua ekstremitas
Edema : tidak ada edema
varises (lokasi) : tidak ada varises
Reflek patella : +2 kanan kiri
Tanda homan : negatif
Masalah khusus : tidak ada

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Eliminasi
Eliminasi
 BAK
- Frekuensi : terpasang DC ukuran 18
- Volume : 200 ml, Dari jam 07.00 WIB – 12.00 WIB
- Warna : agak kekuningan
- Bau : tidak berbau
 BAB
Pasien mengatakan BAB 2x sehari tapi setalah operasi belum BAB
 Masalah khusus : tidak ada
2. Istirahat dan kenyamanan
Pola tidur : pasien mengatakan jarang tidur siang hanya sesekali lamanya
1-2 jam, pola tidur baik, tidak mengalami insomnia pada
malam hari. pasien biasanya tidur malam hari jam 21.00 WIB
– 05.00 WIB
Frekuensi tidur : 1x sehari (malam)
Pola tidur saat ini : pasien mengatakan setelah operasi belum bisa tidur, baru bisa
tidur satu jam karena nyeri luka post operasi yang
mengakibatkan tidurnya menjadi tidak nyenyak.
Keluhan ketidaknyamanan : ya, lokasi : area operasi perut bagian bawah, sifat : Nyeri
sengkring-sengkring dan seperti di sayat, intensitas: hilang timbul, skala nyeri (5)
Masalah khusus : nyeri post operasi
3. Mobilisasi dan latihan
Kemampuan mobilisasi: dibantu miring kanan dan miring kiri
Keterbatasan mobilisasi : klien tampak terbaring di tempat tidur
Latihan/senam : tidak
Masalah khusus : tidak ada
4. Nutrisi dan cairan : frekuensi makan 3x sehari satu porsi habis, jenis makanan
tempe, ayam dan sayuran, pasien tidak mengalami
penurunan nafsu makan dan tidak ada makanan pantangan.
Asupan Cairan : frekuensi minum sehari ± 8 gelas, jenis minuman yang sering
dikonsumsi air mineral dan teh hangat atau dingin dan tidak
ada minuman pantangan. Saat dilakukan pengkajian pasien
terpasang infuse RL 500 ml ditangan kanan.
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : pasien mengatakan merasa bahagia atas kelahiran anak
pertamanya
Kehamilan yang direncanakan : pasien mengatakan kehamilannya saat ini
direncakanan dengan suami
Penerimaan terhadap kehamilan : pasien mengatakan menerima kehadiran bayinya
dan suatu hal yang dinantikan oleh pasien dan suaminya.
Masalah khusus : tidak ada
5. Aspek sosial budaya pada periode nifas dan perawatan bayi baru lahir
a. Makanan pantangan menurut adat istiadat : pasien mengatakan selama masa
nifas ini dirinya makan apa saja yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, tidak
ada keyakinan adat istiadat yang dianut terkait makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
b. sesuai dengan anjuran bidan dan panduan makan minum yang ada di buku
KIA.
c. Kebiasaan konsumsi obat tradisional : pasien mengatakan dirinya tidak pernah
mengkonsumsi jamu.
6. Kemampuan menyusui : pasien mengatakan masih perlu didampingi dan dibantu
selama menyusui dan pengeluaran ASI belum efektif sehingga pasien sedikit cemas
takut anaknya kehausan. Pasien mengatakan masih bingung cara menyusui yang
benar.
7. Pola pengetahuan ibu dan keluarga
Ny. R dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai personal hygiene
karena pernah mendapatkan informasi. Tetapi pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara, menyusui, mobilisasi, nutrisi dan KB masih kurang karena baru kelahiran
anak pertama. Ibu mengatakan masih bingung ingin menggunakan KB apa.
8. Obat-obatan yang diminum saat di rumah sakit: cefotaxime, paracetamol, prolakta,
9. Hasil pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Intepretasi
Hb 10,8 11.00-15.00 g/dl Rendah
Ht 34,1 37.00-47.00 % Rendah
Leukosit 7.18 4.0-10.6 10ˆ3/uL Normal
Trombosit 149 150-450 10ˆ3/uL Rendah
Eritrosit 3.66 3.50-5.00 10ˆ6/uL Normal
MPV 9,7 6,5-12.00 fL Normal
MCV 93.3 80.0-97.0 fL Normal
MCH 29.5 27.0-32.0 pg Normal
MCHC 31.6 32.0-38.0 g/dL Rendah
Golongan darah O
GDS 88 <200 mg/dL Normal
ANALISA DATA

No DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : Agen cidera fisik Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeripada
bagian luka operasi SC
P : Nyeri luka post SC
Q : Nyeri sengkring-sengkring
R : Nyeri bagian perut bawah
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Klien nampak meringis
kesakitan
- Terdapat bekas jahitan post SC
di perut sepanjang ±15cm
- TD 109/71 mmHg, N 63 x/menit
RR 21x/menit, S 36,10C
- TFU 2 jari dibawah pusat, perut
teraba keras
- Terapi drip paracetamol /8 jam
2. DS : Kemampuan untuk Kesiapan meningkatan
- Pasien mengatakan ASI pemberian ASI
belum keluar memberi ASI
- Pasien merasa kalau
payudaranya itu kosong tidak
kencang
DO :
Pemeriksaan payudara:
- Inspeksi: Simetris, tampak
bersih putting menonjol,
hiperpigmentasi areola
- Palpasi: tidak ada
pembengkakan, masih lembek
belum kencang, tidak ada
benjolan, ASI belum keluar
- Terapi prolakta 1 tab/24 jam

3 DS: Prosedur Invasif Resiko infeksi


-
DO:
- Terdapat luka post operasi SC
pada abdomen bagian bawah,
bentuk luka horizontal
panjang luka ± 15 cm, di tutup
dengan kasa
- Pasien terpasang infus RL 20
tpm
- Pasien terpasang selang DC
- Terapi injeksi cefotaxime
1gr/12jam
Prioritas Diagnosa:
1. Kesiapan meningkatan pemberian ASI b.d kemampuan memberi ASI
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
INTERVENSI KEPERAWATAN
No NANDA NOC NIC Rasionalisasi
1 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 Konseling Laktasi (5244) Konseling Laktasi (5244)
x 24 jam diharapkan klien dapat 1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang 1. Membantu dalam
meningkatan ASI mengungkapkan tingkat kepuasan proses menyusui mengidentifikasi
menyusui dengan kriteria hasil: 2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien kebututhan sat ini dan
dan sikap pasangan atau keluarga mengembangkan rencana
Keberhasilan menyusui : Maternal (1001)
3. Demontrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik keperawatan.
1. Posisi menyusui bayi nyaman dan benar dari menyusui. Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan 2. Mempunyai dukungan
skala 1 ke skala 5 lama menyusui. yang cukup meningkatkan
2. Bayi tidak rewel saat disusui dari skala 1 ke 4. Demontrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik untuk pengalaman
skala 5 perawatan payudara. menyusui dengan berhasil.
3. Berikan dukungan keluarga dari skala 2 ke 5. Motivasi ibu untuk menyusui bayi 2 jam sekali Sikap dan komentar
skala 5 6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI negative mempengaruhi
4. Berikan tambahan suplemen untuk Ibu dari eksklusif pada ibu upaya-upaya dan dapat
skala 1 ke skala 5 Breastfeeding Assistance menyebabkan klien
2. Kepuasan dengan cara menyusui dari skala 1 1. Evaluasi kemampuan menghisap dan menelan bayi menolak mencoba untuk
2. Ajarkan pijat punggung menyusui.
ke skala 5
3. Ajarkan ibu teknik menyusui yang tepat 3. Posisi yang tepat biasanya
3. Teknik untuk mencegah nyeri pada putting 4. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan tambahan yang mencegah luka putting,
susu dari skala 1 ke skala 5 tepat selama menyusui tanpa memperhatikan
4. Payudara tidak bengkak dari skala 1 ke skala 5. Instruksikan ibu untuk menyendawakan bayi setelah lamanya menyusui.
5 menyusui 4. Agar mengetahui apakah
5. Mengetahui cara memerah ASIdari skala 1 6. Pantau tanda-tanda vital bayi menghisap dengan
ke skala 5 7. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup benar
6. Mengetahui cara mengelola ASI dari skala 1 5. Motivasi sangat
ke skala 5 mempengaruhi kelancaran
Breastfeeding established: infant produksi ASI
6. Pentingnya manfaat ASI
1. Bayi melekat dengan tepat dari skala 1 ke
eksklusif bagi bayi
skala 5
2. Menempatkan lidah dan menghisap dengan Breastfeeding Assistance
benar dari skala 1 ke skala 5 1. Kemampuan bayi
3. Mendapatkan ASI minimal 8 jam perhari menghisap mampu
dari skala 1 ke skala 5 merangsang produksi ASI
4. Makan makanan tambahan selama 2. Pijat punggung atau pijat
menyusui dari skala 1 ke skala 5 oksitosin mampu
5. Mengetahui teknik menyusui dengan benar merangsang pengeluaran
dari skala 1 ke skala 5 ASI
3. Teknik menyusui dengan
tepat memiliki beberapa
manfaat salah satunya agar
puting ibu tidak lecet
4. Nutrisi yang sesuai selama
menyusui akan
memperlancar produksi
ASI
5. Sendawa merupakan
upaya alami untuk
mengosongkan lambung
dari udara yang berlebih
6. Tanda-tanda vital yang
dalam rentang normal
dapat menunjukkan status
kesehatan ibu
7. Istirahat yang cukup dapat
mengembalikan energi
yang hilang dan
memberikan manfaat
fisik/psikologis yang
besar.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen nyeri (1400) 1. Untuk mengetahui
2x24 jam nyeri pasien berkurang dengan kriteria lokasi, karakteristik,
hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif meliputi durasi, skala dan faktor
Kontrol nyeri (1605) lokasi, karakteristik, durasi, skala dan factor yang menyebabkan
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 3 pencetus nyeri
ke skala 5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal 2. Mengetahui
2. Menggunakan tindakan pengurang nyeri ketidaknyamanan ketidaknyamanan pasien
tanpa analgesik skala 1 ke skala 5 3. Berikan informasi mengenai penyabab dan durasi 3. Agar pasien tahu
3. Menggunakan analgesik yang nyeri tentang penyabab dan
direkomdasikan skala 1 ke skala 5 4. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi nafas dalam durasi nyeri
4. Melaporkan nyeri yang terkontrol dari skala 5. Kolaborasi dengan dokter tentang penggunaan 4. Teknik relaksasi nafas
3 ke skala 5 analgetik yang tepat dalam merupakan salah
6. Pastikan perawatan analgetik dilakukan dengan satu teknik
Tingkat nyeri (2102) pemantaun ketat nonfarmakologi dalam
1. Panjang episode nyeri dari skala 3 ke skala 5 7. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan menurunkan tingkat
2. Ekspresi wajah dari skala 3 ke skala 5 nyeri nyeri
3. TTV dalam rentang normal dari skala 3 ke 8. Mengevaluasi kualitas tidur 5. Untuk memastikan
skala 5 benar pasien, benar
4. Tidak ada gangguan pola tidur dari skala 1 obat, benar dosis, benar
ke skala 5 rute, benar waktu, dan
dapat memantau efek
samping
6. Untuk mengetahui
keefektifan pemberian
terapi farmakologi yang
telah diberikan
7. Skala nyeri berkurang
maka kualitas tidur akan
baik

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Infection control (6540) Infection control (6540)
2x24 jam pasien diharapkan dapat mencapai 1. Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
infection Control (1924) dengan kriteria hasil: seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor. adanya infeksi
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Kaji temperature pasien 2. Untuk mengetahui kelembaban
3. Gunakan strategi untuk mencegah infeksi dari kulit pasien, selain itu
dari skala 1 ke skala 5
nosokomial. hipertermi juga merupakan slah
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah 4. Tingkatkan intake cairan. satu tanda infeksi.
timbulnya infeksi dari skala 2 ke skala 5 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 3. Mengunakan alat-alat yang
3. Memonitor proses involusio uteri dari skala keperawatan. sesuai standar dan selalu
1 ke 5 6. Gunakan standart precaution. mencuci tangan (five moment)
4. Memonitor perdarahan pervaginam dari 7. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat. untuk menghindari infeksi
skala 1 ke 5 8. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik nosokomial
4. Untuk menganti cairan yang
Knowlegde Infection management (1842) Knowlegde infection management (1842) hilang selama operasi
1. Pasien paham tentang perawatan luka dari 1. Edukasi menjaga kebersihan luka 5. Agar luka tetap bersih dari
2. Edukasi diet TKTP kuman sehingga luka akan
skala 1 ke skala 5
3. Edukasi melaporkan tanda-tanda infeksi cepat sembuh
2. Pasien tahu pengelolaan nutrisi dari skala 1 6. Sebagai salah satu upaya
ke skala 5 pencegahan infeksi
3. Pasien paham tentang edukasi mencegah 7. Perawatan luka yang tidak
infeksi dari skala 1 ke skala 5 tepat akan menyebabkan
infeksi
8. Untuk membantu
penyembuhan luka dengan
teknik farmakologi dengan
prinsip memastikan benar
pasien, benar obat, benar
dosis, benar rute, benar
waktu, dan dapat memantau
efek samping

Knowlegde infection management


(1842)
1. Agar luka tetap bersih dan
terhindar dari infeksi
2. Diet TKTP mampu
mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan
3. Agar dilakukan
pemantauan atau
pengobatan lebih lanjut
jika ditemukan adanya
tanda infeksi
IMPLEMENTASI HARI KE-1
Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi
Kesiapan 29 Januari 2019 1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman klien S:
meningkatan tentang menyusui sebelumnya
2. Memberikan informasi tentang posisi - Pasien mengatakan belum pernah
pemberian ASI memiliki pengalaman menyusui
menysui, cara menyusui dan perawatan
putting sebelumnya
3. Menganjurkan klien untuk istirahat yang - Pasien mengatakan ASI belum
cukup keluar
4. Mengevaluasi kemampuan ibu terhadap - Pasien mengatakan akan melakukan
teknik dan posisi menyusui yang tepat cara yang sudah diajarkan
5. Menginstruksikan ibu untuk menyendawakan
bayi setelah menyusui O:
6. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan
ASI eksklusif pada bayi - Putting menonjol
7. Mengecek tanda-tanda vital - ASI belum keluar
- Bayi tampak belum menghisap
dengan baik
- Bayi tampak rewel saat disusui
- TD 109/71 mmHg, Nadi 63
x/menit, Suhu 36,1 ⁰C,
- Warna lokhea merah kehitaman,
jumlah ± 100cc/hari, bau amis
- Terpasang DC
- Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah
pusat,
- diberikan cairan RL 20 TPM.
A: Ketidakefektifan pemberian ASI belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Menanyakan pada ibu apakah ASI
sudah keluar lancar atau belum
- Menanyakan pada ibu apakah sudah
menyusui setiap 2 jam sekali
- Mengevaluasi kemampuan ibu
terhadap teknik dan posisi
menyusui yang tepat sesuai
kemampuan mobilisasi ibu.
- Menganjurkan ibu untuk memakan
banyak makanan dan sayuran yang
dapat memperlancar keluaran ASI

Perawat

Anggi & Furi


Nyeri akut 29 Januari 2019 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakannyeri di bagian
komprehensif (PQRST) jahitan
2. Mengajarkan klien untuk teknik P : Klien mengatakan nyeri di bagian
nonfarmakologi relaksasi nafas dalam jahitan bekas operasi SC
3. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam Q : Nyeri seperti sengkring-sengkring
pemberian analgetik paracetamol 100cc drip R : Nyeri bagian perut bawah
infus S : Skala nyeri 5
4. Mengobservasi reaksi non verbal dan T : Nyeri hilang timbul
ketidaknyamanan
5. Mengevaluasi kualitas tidur pasien O:
6. Memonitor vital sign - Pasien nampak meringis kesakitan
7. Membantu ibu mengatur posisi miring kanan - Terpasang infus RL 20 tpm
dan kiri - terpasang DC
- luka operasi tertutup kasa, balutan
tidak rembes
- TD : 109/71 mmHg
- RR : 21x/menit
- N : 63x/menit

A: Nyeri Akut belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
- Evaluasi skala nyeri
- Memonitor vital sign
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Anjurkan mengkonsumsi makanan
yang dapat mempercepat
penyembuhan luka

Perawat

Anggi & Furi


Resiko infeksi 29 Januari 2019 1. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi S: - Pasien mengatakan tidak ada perdarahan
2. Mengukur suhu pasien
3. Mengkaji warna kulit, kelembaban dan O:
turgor kuit pasien - Terdapat luka post SC ±15cm
- balutan tidak rembes
4. Memonitor perdarahan pervaginam
- Tidak ada tanda kemerahan pada area
5. Memonitor intake cairan baluatan
6. Memberikan injeksi cefotaxime 1gr iv line - Tidak ada pembengkakan
7. Mengajarkan pasien cara cuci tangan - Suhu: 36,10C
- Uterus teraba keras
- Warna lokhea merah kehitaman,
jumlah ± 100cc/hari, bau amis
- Terpasang DC
- Terpasang infus RL ditangan kanan
A: masalah resiko infeksi belum teratasi

P: lanjutkan intervensi:
- Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi
- Monitor suhu pasien
- Monitor intake output via iv line

Perawat

Anggi & Furi


IMPLEMENTASI HARI KE-2
Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi
Kesiapan 30 Januari 2019 1. Mengevaluasi kemampuan ibu terhadap S:
teknik dan posisi menyusui yang tepat - Pasien mengatakan ASInya baru
meningkatan 2. Menginstruksikan ibu untuk menyendawakan keluar sedikit
pemberian ASI bayi setelah menyusui
- Pasien mengatakan sudah menyusui
3. Menanyakan pada ibu apakah sudah
menyusui setiap 2 jam sekali 2 jam sekali
4. Mengecek tanda-tanda vital - Keluarga mengatakan sudah paham
5. Menanyakan pada ibu apakah ASI sudah dengan cara pijat punngung yang
keluar lancar atau belum diajarkan
6. Menanyakan pada ibu apakah sudah
menyusui setiap 2 jam sekali O:
7. Mengevaluasi kemampuan ibu terhadap
- ibu tampak sudah benar posisi
teknik dan posisi menyusui yang tepat sesuai
kemampuan mobilisasi ibu. menyusui dengan benar
8. Menganjurkan ibu untuk memakan banyak - Putting susu menonjol
makanan dan sayuran yang dapat - ASI belum keluar
memperlancar keluaran ASI - Bayi tampak sudah mulai
menghisap kuat saat disusui
- Bayi tampak melekat benar dengan
ibu
- TD 117/77 mmHg, Nadi 73
x/menit, Suhu 36,5 ⁰C, warna
lokhea merah kehitaman, jumlah
±50cc/hari, bau amis,
- tinggi fundus uteri 2 jari dibawah
pusat,
- diberikan cairan RL 20 tpm.

A: Ketidakefektifan pemberian ASI belum


teratasi
P: Hentikan intervensi, pasien blpl.

Perawat

Anggi & Furi


Nyeri akut 30 Januari 2019 1. Mengevaluasi skala nyeri S : Pasien mengatakan masih nyeri di
2. Mengkolaborasikan dengan dokter dalam bagian jahitan
pemberian analgetik paracetamol 100cc drip P: Klien mengatakan nyeri di bagian
infus jahitan bekas operasi SC
3. Memonitor vital sign Q : Nyeri seperti sengkring-sengkring
4. Up infus dan DC R : Nyeri bagian perut bawah
5. Membantu ibu untuk duduk dan berdiri S : Skala nyeri 4
6. Mengganti balutan T : Nyeri hilang timbul

O:
- luka operasi tertutup kasa, balutan
tidak rembes
- luka tidak kemerahan, tidak
bengkak
- TD 117/77 mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 73x/menit
- Suhu 36,5 ⁰C
- Pasien mampu duduk dan berjalan
sedikit-dikit
A: Nyeri akut teratasi sebagian

P:
Intervensi dihentikan, pasien BLPL
Perawat

Anggi & Furi


Resiko infeksi 30 Januari 2019 1. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi S: - pasien mengatakan sedikit nyeri saat balutan
2. Mengukur suhu pasien dibuka
3. Mengkaji warna kulit, kelembaban dan
turgor kuit pasien O:
- balutan tidak rembes
4. Memonitor perdarahan pervaginam
- Jahitan bagus panjang jahitan ± 15 cm
5. Memberikan injeksi cefotaxime 1gr iv line - Tidak ada tanda kemerahan
- Tidak ada pembengkakan
- Suhu: 36,50C
- Turgor kulit kembali dengan segera
<2detik
- Uterus teraba keras

A: masalah resiko infeksi teratasi


P: hentikan intervensi:
1. Ajari perawatan balutan di rumah
2. Anjurkan konsumsi diet TKTP
3. Anjurkan untuk kontrol ulang

Perawat

Anggi & Furi


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio Caesarea merupakan suatu persalinan buatan dimana janin, plasenta dan
selaput ketuban dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Persalinan
sectio caesarea ini dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan bayi dan ibu.
Persalinan ini biasanya dilakukan untuk para ibu yang mengalami masalah sehingga
dengan terpaksa harus menggunakan persalinan dengan operasi atau sering disebut
sectio caesaria (Manuaba, 2009). Sectio Caesarea biasanya dilakukan karena terjadi
beberapa indikasi diantaranya yaitu komplikasi kehamilan (preeklampsia),
disproporsisefalo pelvic, partus lama, rupture uteri, cairan ketuban yang tidak normal,
kepala panggul (Padilla Pratiwi, 2008).
B. SARAN
Diharapkan pasien dan keluarga untuk lebih banyak membaca atau mencari
informasi tentang post operasi sectio caesarea serta menerapkan ilmu yang sudah
didapat dari perawat untuk mencegah kemungkinan masalah yang timbul dan post
operasi sectio caesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi.
Jakarta: EGC
Dewi, Y.P. (2007). “Perbedaan Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam dan
Terapi Musik Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post Operasi
denganAnestasi Umum di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.” Skripsi. Program Studi Diploma IV Keperawatan Klinik
Medikal Bedah. Politeknik Kesehatan Semarang.
Liu, D. T.Y. (2008). Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakara: Pustaka Pelajar.
Rasjidi, I. (2009). Manual Seksio Sesarea & Laparatomi Kelainan Adneksa
Berdasarkan Evidence Based. Jakarta: CV Sagung Selo.
Carpernito, L.J. (2009). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2012). Asuhan Keperawatan Post
Operasi Dengan Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saifudin.A. B, (2010). Buku Panduan Praktis pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai